Home / CEO / Cinta dalam Rahim Sang Madu / Bab 5. Terpaksa Menerima

Share

Bab 5. Terpaksa Menerima

“Kamu tidak perlu tahu kenapa aku melakukan hal ini. Tugasku adalah melahirkan seorang cucu bagi keluargamu," jawabku pelan tapi syarat dengan sindiran.

“Dengan menjual tubuhmu, begitu ‘kah?” tanya Gabriel sinis. Gabriel tidak bisa menyembunyikan pandangan benci dan muak melihat wajahku.

“Kalau kau menyebut itu sebagai ‘jual diri,’ ucapku sambil menggerakkan jari telunjuk dan tengah seperti tanda kutip dua. “Silahkan saja, Tuan sombong dan angkuh.”

Wajah Gabriel memerah mendengar aku menyebutnya sebagai Tuan sombong dan angkuh.

“Sebutkan saja berapa jumlah uang yang kamu terima dari mama?”

“Maaf, aku tidak bisa.”

Hilang sudah kesabaran Gabriel. Dia mencekal lenganku dan menarikku dengan kasar mendekat ke arahnya.

“Heh! Apa kamu sudah tidak punya harga diri lagi sehingga kamu melakukan perbuatan ini dan merusak kebahagiaan kami?”

Aku merasa mataku mulai berkaca-kaca. Dengan sekuat tenaga, aku berusaha keras untuk tidak menangis di depan pria songok satu ini.

“Dasar perempuan murahan!” bentaknya kejam sambil melepaskan cengkramannya pada lenganku.

“Kau boleh memanggilmu apa saja. Tapi aku tidak bisa menarik kembali perjanjianku dengan ibu Ariani.”

Aku menatapnya dengan senyuman tipis di wajah.

“Apakah masih ada hal yang lain yang ingin kamu sampaikan kepadaku selain dari mencaci-makiku?”

Gabriel tidak menjawab. Dia melangkah maju dan mendekatiku.

“Mau apa kamu?” ujarku panik. Aku melangkah mundur. Namun, dia semakin mendekatiku dengan tatapan galak.

Melihat kepanikanku, dia menyeringai dan seperti ingin menyiksa dan mengintimidasiku. 

“Tarik kembali semua perjanjianmu dengan mama. Atau aku akan membuat hidupmu seperti di neraka.”

Aku mendorong bahunya dengan pelan.

“Tuan sombong dan angkuh. Aku ingatkan sekali lagi. Tugasku adalah memberikan cucu untuk ayah dan ibumu.”

“Sudah berapa orang pria yang telah membeli dan menikmati tubuhmu ini?”

Gabriel mengucapkan kata-kata pamungkas itu disertai dengan senyum mencemooh di kedua sudut bibirnya. Namun, dia tersentak kaget melihat cairan kristal yang keluar dari netraku. 

Aku memang hampir menangis dan tidak menyangka kalau dia akan mengucapkan kata-kata yang sangat melukai perasaanku. 

‘Tuhan, kuatkan aku. Mama dan papa membutuhkan biaya pengobatan. Kalau bukan karena itu, aku tidak akan pernah menginjakkan kaki di tempat ini dan bertemu pria sombong, songok, belagu, aarrhhgg, dan lain-lain sebagainya.’

Gabriel  bukannya menyesal dengan ucapannya. Senyum puas terlukis di wajahnya karena telah berhasil mengobrak-abrik hatiku.

‘Semoga gertakanku bisa membuat dia menghentikan permainan gila ini,’ pikir Gabriel.

“Apakah kau sudah selesai mengeluarkan semua unek-unek dan kemarahanmu, Tuan Besar?” tanyaku pelan tapi tajam.

Gariel tersentak kaget karena aku berhasil keluar dari ketidaknyamanan yang

dia telah ia ciptakan. Mungkin dia bingung sekarang dan berpikir kalau aku adalah seorang robot yang tidak punya hati nurani.

Dia menarik tubuhnya menjauh dariku. Sepertinya berdekatan denganku hanya membuat emosinya semakin memuncak.

“Kalian sudah selesai berbicara empat mata, belum?” seru Ibu Ariani dari depan pintu.

Gabriel mengangkat bahunya dan berlalu dari sana. Dia kembali ke ruang tamu dan menghampiri Natalia sedang asyik bermain dengan gawainya. 

Ibu Ariani menghampiriku dan mengajakku masuk. 

“Apakah Gabriel telah berlaku tidak sopan padamu?”

“Tidak, Bu Ariani Dia pria yang baik.”

“Baguslah. Semoga dia juga cepat bekerja sama denganmu dan mendatangkan cucu yang sudah lama kami rindukan.”

Wajahku memerah mendengar ucapan Ibu Ariani.

‘Bagaimana kami mau bekerja sama kalau dia saja begitu membenciku?’

“Ayo, kita makan malam sama-sama, Nona Grace.”

Aku mengangguk sopan dan mengikutinya ke arah ruang makan yang tak kalah luas dari ruang tamu mereka yang megah,

“Gabriel, Natalia! Mama dan papa sudah memutuskan, mulai hari ini Grace akan tinggal bersama kalian."

"Apa???"

Kata-kata mama bagaikan petir yang menggelegar.

“Ma!” sentakku sambil berusaha mengontrol suaraku.

“Keputusan ini memang berat untuk kalian berdua, tapi mama dan papa sudah mempertimbangkan hal ini matang-matang.”

"Tapi agama yang kita anut tidak memperbolehkan seorang pria mempunyai lebih dari satu orang istri, Ma!"

"Siapa bilang kalian akan menikah?" 

"M-maksud Mama?"

"Grace hanya akan meminjamkan rahimnya untuk memberikan cucu bagi keluarga ini."

"Gila! Ini benar-benar ide gila, Ma. Lagipula ini ilegal. Bagaimana kalau sampai diketahui oleh pihak berwajib? Itu semua ada undang-undang yang mengaturnya, Mama!!"

"Ini akan menjadi rahasia keluarga kita. Kita akan menutup hal ini rapat-rapat. Tidak akan pernah ada yang mengetahuinya kalau tidak ada pengkhianat di antara kita."

Gabriel menghembuskan napas kasar. Sepertinya percuma saja dia berdebat dengan kedua orang tuanya saat ini. Gabriel mengenal mereka dengan baik. Didikan mereka sangat keras.

Noah, adik laki-laki Gabriel satu-satunya pun sampai memilih kuliah dan tinggal di luar negeri karena tidak kuat menghadapi ketegasan mama dan papa.

Gabriel menatapku dengan penuh kebencian. 

‘Lihat saja nanti. Mungkin kali ini, aku akan membiarkanmu menang, Nona Pelakor.’

Dia kemudian berbisik dengan pelan kepada Natalia yang duduk di sampingnya di sofa.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang?”

"Turuti saja permintaan mama dan papa. Setelah anak itu lahir kita akan mengusirnya dari kehidupan kita,” bisik Natalia sambil mempertahankan segaris senyum tipis di sudut bibirnya.

Gabriel terdiam sebentar mempertimbangkan usul dari sang istri.

“Baiklah. Aku menyetujui permintaan Mama dan Papa."

Walaupun sempat tercengang sebentar, tapi senyum kebahagiaan terlukis di wajah Ibu Ariani dan Pak Ronald. Mereka langsung berpelukan bahagia.

Aku berusaha untuk tersenyum seadanya. Dengan ekor mataku aku melirik Natalia. Dia ternyata sedang menatapku dengan sebuah senyuman mencibir di kedua sudut bibirnya.

Bersambung…

Comments (42)
goodnovel comment avatar
fhᥱrrᥲ7
.tanpa status?,malangnya nasib Grace...
goodnovel comment avatar
Hestibae
kasian Grace dong kalau tinggal serumah dg Gabriel
goodnovel comment avatar
Albhi Lutfianto
lah kenapa harus serumah sih, bahaya nih buat Grace secarakan si Gabriel sombong dan angkuh, bisa2 Grace selalu dapat siksaan dari Gabriel
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status