Share

Bab 5

Author: Natasha
last update Last Updated: 2024-07-01 17:30:31
Langkah Thasia seketika berhenti, lalu dia berkata dengan nada hormat, bukan nada seorang istri, "Pak Jeremy ada urusan apa lagi?"

Jeremy menoleh, dengan bingung menatap ekspresi asing di wajah Thasia. Dia berkata dengan nada memerintah, "Duduk."

Thasia seketika merasa bingung apa yang ingin pria itu lakukan.

Jeremy berjalan mendekat.

Saat Thasia melihatnya mendekat, dia bisa merasakan sesuatu yang berbeda, seakan-akan udara di sekitarnya menipis.

Merasa gugup juga bingung.

Thasia tidak bergerak. Jeremy segera menarik tangannya.

Saat tangan hangat pria itu menyentuhnya, Thasia merasa seakan-akan terkena sesuatu yang panas, dia ingin menarik tangannya kembali, tapi genggaman Jeremy cukup kuat, sehingga Thasia tidak bisa menarik tangannya. Jeremy langsung menariknya ke samping, berkata sambil mengerutkan kening, "Kamu nggak sadar tanganmu terluka?"

Perhatiannya membuat Thasia terkejut. "Aku ... nggak apa-apa."

"Sudah kapalan." Jeremy bertanya, "Kenapa nggak bilang?"

Thasia menunduk, melihat kedua tangan besar itu yang sedang memeriksa lukanya.

Selama bertahun-tahun ini, berapa kali Thasia ingin menggandeng tangan ini, ingin merasakan kehangatannya, ingin membawanya ke suatu tempat.

Namun, dia tidak pernah memiliki kesempatan itu.

Saat dia ingin menyerah, pria itu memberinya kehangatan lagi.

"Hanya luka kecil, setelah beberapa hari juga sembuh," jawab Thasia.

"Aku akan menyuruh orang ambilkan obat."

Mata Thasia berkaca-kaca, setelah bertahan selama bertahun-tahun, akhirnya ada sedikit respons dari pria ini.

Namun, dia juga tahu pria ini tidak mencintainya.

Jeremy mengambil obatnya, memakaikan pada luka Thasia. Saat Thasia melihat pria itu berjongkok di lantai, gerakannya juga sangat berhati-hati, dia sepertinya punya perasaan bahwa dirinya adalah wanita kesayangan pria ini.

Hanya luka kecil seperti ini saja dia begitu peduli.

Thasia bahkan merasa ingin tertawa. Dia sudah berada di sisinya tujuh tahun, setiap hari dia yang merawat pria ini. Kalau tahu begini lebih baik dia terluka sedikit saja untuk menarik perhatiannya.

Luka ini sepadan.

Sebuah air mata menetes ke bawah.

Kebetulan menetes ke tangan Jeremy.

Jeremy segera menoleh, dia melihat mata Thasia berkaca-kaca. Baru kali ini dia melihat wanita itu menunjukkan perasaannya di depannya.

"Kenapa nangis, sakit?"

Thasia bisa merasakan gejolak perasaannya, dia merasa dirinya saat ini sedikit aneh. "Nggak sakit, hanya saja mataku sedang nggak nyaman. Pak Jeremy, lain kali aku nggak akan begini lagi."

Jeremy sudah sering mendengar nada formalnya, dia pun mengerutkan keningnya dengan sedikit kesal. "Kita sedang di rumah, bukan di kantor, kamu nggak perlu selalu bersikap formal denganku. Di rumah kamu boleh memanggil namaku."

Namun, selama tujuh tahun ini Thasia melewatinya dengan cara seperti ini.

Di kantor dia adalah sekretaris.

Di rumah dia memang memiliki status sebagai istri Jeremy, tapi juga mengerjakan pekerjaan seperti sekretaris.

Thasia melihat wajah yang selalu dia kagumi itu, dia sudah merasa lelah perasaannya tidak pernah terbalaskan. Thasia terdiam sejenak, lalu berkata, "Jeremy, kita kapan mengurus perceraian ...."

Jeremy segera memeluknya.

Seketika tubuh Thasia membeku, dia menunduk melihat bahu pria itu dalam diam.

Jeremy pun berkata, "Aku hari ini sangat lelah, kita bicarakan hal lainnya besok."

Thasia pun tidak jadi membahas masalah ini.

Saat berbaring di ranjang, Thasia merasa Jeremy berubah lagi. Pria itu menempel terus padanya, membuat merasa hangat.

Tangan Jeremy terus memeluknya, meliputinya dengan aroma pohon pinus, membuatnya merasa tentram.

Tangan besar pria itu menempel perutnya, membuat Thasia sedikit menjauh, seketika terdengar suara di telinganya, "Geli?"

Thasia pun menoleh, "Nggak terbiasa."

Mendengar ini gerakan Jeremy menjadi lebih berani, kedua tangannya langsung memeluk Thasia lebih erat. "Kalau begitu biasakan, nanti juga akan terbiasa."

Thasia masuk ke dalam pelukannya, napas panasnya menerpa tubuhnya, membuat wajah Thasia memerah.

Thasia mendongak, lalu berpikir mungkinkah di kehidupan pernikahan mereka akan ada perubahan?

Namun, Thasia berharap dirinya bisa memiliki identitas lain.

Thasia berkata, "Jeremy ... bisakah kita ...."

Saat itu ponsel Jeremy berdering.

Perhatian Jeremy teralihkan ke ponsel itu.

Perkataan Thasia selanjutnya tidak jadi diucapkan.

Dia ingin bertanya, bisakah kita bersikap seperti pasangan suami istri.

Dia bisa muncul di hadapannya bukan dengan identitas sekretaris lagi.

Hanya saja dorongannya untuk mengatakan hal itu hanya sebentar. Saat ponsel Jeremy berbunyi, dia melihat nama si penelepon adalah Lisa.

Seketika hal itu membuat Thasia kembali ke sikap awalnya.

Jeremy kembali bersikap dingin, dia segera melepaskan Thasia, terduduk, tidak memedulikannya lagi.

"Halo."

Thasia bisa melihat wajah Jeremy menjadi dingin, dia segera bangun dari kasur, berjalan keluar dari kamar untuk berbicara dengan Lisa di telepon.

Wajah Thasia terlihat sedih, lalu dia tersenyum dengan pahit.

Bagaimana bisa dirinya memiliki ilusi seperti tadi?

Hati Jeremy sudah milik Lisa, pria itu tidak akan suka padanya, dia sudah mengatakannya di pernikahan mereka tiga tahun yang lalu.

Thasia menoleh, entah kenapa hatinya terasa sakit, matanya pun semakin berkaca-kaca.

Thasia menutup matanya, tidak membiarkan air matanya jatuh.

Setelah tahu hati pria itu sudah diisi seseorang, Thasia sering diam-diam menangis karena hal itu, tapi tidak pernah ketahuan oleh Jeremy.

Thasia sadar dirinya hanyalah seorang sekretaris.

Begitu Jeremy kembali selesai menelepon, dia melihat Thasia masih belum tidur, dia pun berkata, "Aku ada urusan di kantor jadi harus ke pergi dulu, kamu tidur dulu saja."

Thasia tidak menoleh, dia takut pria itu akan melihat sisi rapuhnya. "Hmm. Pergilah, besok aku akan kerja tepat waktu."

"Hmm."

Jeremy menjawab sekilas, lalu dia mengambil jaket sambil berjalan pergi.

Begitu mendengar suara deru mobilnya semakin menjauh, hati Thasia rasanya hancur.

Thasia tidak bisa tidur nyenyak semalaman.

Keesokan harinya dia masih harus kerja.

Thasia pergi cukup pagi, di kantor baru ada beberapa orang. Dia mengerjakan semua kerjaannya seperti biasa, menyusun semua kerjaan Jeremy dengan baik.

Namun, hari ini Jeremy tidak ada di kantor.

Thasia sempat meneleponnya beberapa kali, tapi ponselnya mati.

Saat ini Rina berkata dengan sedikit panik, "Kak Thasia, Pak Jeremy hari ini nggak masuk, entah dia pergi ke mana. Jadi, tugas mengawasi lapangan hari ini menjadi tanggung jawabmu."

Sebagai sekretaris Jeremy, Thasia memang sempat terjun ke semua bidang di perusahaan, dia yang lebih mengerti tugas ini.

Thasia masih menelepon Jeremy untuk terakhir kali, kalau masih tidak ketemu dia akan berhenti mencarinya.

Tiba-tiba dia teringat semalam Lisa meneleponnya.

Jadi pria itu tidak ke kantor, semalam juga tidak pulang, pasti dia pergi bertemu wanita itu.

Thasia segera menahan sakit di hatinya. "Kalau begitu nggak perlu menunggu Pak Jeremy lagi, ayo."

Di luar matahari lagi terik, setelah di sampai di lapangan.

Di sana bangunannya baru berupa kerangka, belum terbentuk semua, keadaan masih kacau.

Begitu tiba di sana terdapat banyak debu, besi dan suara mesin yang kencang.

Thasia sempat datang beberapa kali, jadi dia kenal tempat ini, dia pun dengan cepat berjalan memeriksanya.

Namun, tiba-tiba ada orang berteriak, "Hati-hati!"

Thasia mendongak, dia melihat ada sebuah kaca yang hendak menimpa kepalanya.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fhifijayantiwaty Waty
kejam skli Jeremy TPI prhtian diam"nya yg BKIn klepek"
goodnovel comment avatar
Mahreta Ita
tega banget sih kamu Jeremy,membiarkan thasia melakukanya sendirian meskipun posisinya adalah sekretaris tapi hal itu terlalu berlebihan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 6

    Seketika Thasia merasa pusing, dia hampir pingsan, tapi saat itu dia mendengar seseorang berkata dengan panik, "Kalian ini bagaimana sih, kenapa bisa terjadi kesalahan seperti ini! Kak Thasia, Kak Thasia ...."Seiring suara itu mengecil, Thasia pun benar-benar jatuh pingsan.Begitu bangun Thasia sudah berada di rumah sakit, dia melihat langit-langit yang putih, dia masih belum terlalu sadar, kepalanya terasa sakit."Kak Thasia, kamu sudah siuman!" Rina segera berdiri dari bangku dengan mata memerah, lalu dengan panik bertanya, "Apakah ada yang sakit? Aku akan memanggil dokter."Thasia segera menoleh, walau badannya masih lemas dia tanpa sadar ingin terduduk. "Aku nggak apa-apa, kerjaannya bagaimana? Apakah ada orang lain yang terluka?"Rina berkata, "Jangan pikirkan kerjaan dulu, kamu tertimpa kaca hingga pingsan. Kamu membuatku takut saja, aku pikir kamu nggak akan siuman lagi."Sambil berbicara dia pun menangis lagi.Rina adalah asistennya Thasia, hubungan mereka cukup baik.Rina yan

    Last Updated : 2024-07-01
  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 7

    Setelah beristirahat sebentar di rumah sakit, akhirnya Thasia diizinkan pulang dengan keadaan lesu."Thasia!"Saat Sabrina Gunawan menjemput Thasia, melihat wajahnya yang pucat dan kepalanya yang diperban, dia pun segera mendekat. "Astaga, apa yang terjadi padamu?"Thasia tidak menjawab."Jam segini seharusnya kamu sedang bekerja, kamu terluka saat kerja?" tanya Sabrina. "Mana Jeremy?""Nggak tahu."Sabrina melihat ada yang tidak beres pada Thasia, seharusnya tidak hanya tubuh wanita ini yang terluka, dia pun mendengus. "Kamu bekerja untuknya, sekarang kepalamu sampai luka begini. Jeremy sebagai suamimu malah nggak tahu di mana, apa bedanya kamu bersuami dengan nggak?""Nanti juga pria itu bukan suamiku lagi.""Apa? Dia ingin bercerai?" Ekspresi Sabrina pun berubah."Aku yang ingin bercerai."Ekspresi Sabrina berubah lagi. "Cerai saja. Nggak bisa mendapatkan orangnya, uangnya harus tetap dapat, kalau ada uang untuk apa takut nggak ada pria yang mau lagi? Nanti cari saja beberapa pria,

    Last Updated : 2024-07-01
  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 8

    Thasia tahu Jeremy sangat serius dalam bekerja, pria itu tidak suka kalau ada kesalahan.Namun, hal ini bukan salahnya, pria itu yang seharian di rumah sakit menemani Lisa kemarin."Kamu bilang sedang sibuk, lalu menutup telepon."Jeremy terdiam sejenak, lalu berkata, "Lalu bagaimana solusinya?"Saat itu Thasia sudah di rumah sakit, jadi dia berkata, "Masih belum sempat diurus, aku ....""Bu Thasia." Jeremy berkata dengan dingin, "Seingatku kamu nggak pernah lalai dalam bekerja."Mendengar pria itu memanggilnya "Bu Thasia", hal itu mengingatkannya bahwa dirinya hanyalah seorang sekretaris, bukanlah istrinya.Thasia menggigit bibirnya, lalu berkata dengan sulit, "Aku rasa urusannya nggak terlalu parah, jadi masih bisa diundur.""Ada masalah bukannya segera diurus malah cari alasan untuk membela diri, apakah begini caraku mengajarimu?" Seketika Jeremy berteriak, "Segera datang ke kantor!"Setelah itu dia langsung menutup panggilannya.Thasia merasa sedih, tapi dia tidak ada waktu untuk m

    Last Updated : 2024-07-01
  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 9

    Tepat saat itu Thasia sudah sampai di kantor, suasana di area kantor presdir sangat tegang."Kak Thasia."Begitu dia datang semua orang memanggilnya dengan sopan."Kak Thasia, lukamu sudah sembuh?"Thasia tidak ingin mereka terlalu khawatir. "Hanya luka kecil, kemarin setelah istirahat keadaanku sudah membaik.""Tapi seharusnya kamu masih istirahat, minta izin saja dengan Pak Jeremy, kamu masih terluka tapi sudah masuk kerja. Kak Thasia, kamu rajin sekali." Mereka merasa salut pada Thasia, dia lebih sering kerja daripada menikmati kehidupannya, mereka rasa tidak ada sekretaris serajin Thasia lagi.Pernikahan Jeremy dan Thasia masih dirahasiakan, semua orang tidak tahu hubungan mereka yang sebenarnya, jadi dia juga tidak berani terlalu berkomentar. "Aku ke kantor Pak Jeremy dulu, kalian kerjakan saja kerjaan kalian, nggak perlu memikirkanku."Baru sampai di pintu, dia mendengar Jeremy berteriak, "Pecat semua orang yang menyebabkan kelalaian itu di lapangan."Thasia tertegun, dia pikir m

    Last Updated : 2024-07-01
  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 10

    Seharusnya pria itu senang kalau dirinya setuju.Atau jangan-jangan pria ini merasa terhina kalau Thasia yang mengajukan gugatan cerai itu.Jeremy menatap tubuh Thasia, lalu berkata dengan datar, "Sudah masuk jam kerja."Thasia melihat jam, saat ini pas jam sembilan, sudah saatnya masuk kerja.Thasia tersenyum dengan pahit. Pria ini tepat waktu sekali, sedetik pun tidak membiarkan dirinya santai.Dia melihat punggung Jeremy yang menjauh, membuatnya merasakan hawa dingin dan asing.Thasia juga tidak membuang-buang waktu lagi, dia segera melangkah pergi.Tony sedang menunggunya di luar. "Bu Thasia, ini dokumen dari Pak Jeremy."Dokumen yang jumlahnya sangat banyak diberikan padanya.Debu dari dokumen berterbangan ke mukanya, membuatnya terbatuk. Thasia bertanya, "Sudah berdebu begini, dokumen dari kapan?"Tony tidak berani mengatakannya. "Aku juga nggak tahu, Pak Jeremy yang mengaturnya."Semua orang di kantor melihat ke arah Thasia, seketika mereka merasa kasihan padanya.Mereka berpiki

    Last Updated : 2024-07-01
  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 11

    Ricky Sendio merasa bingung, mungkinkah Jeremy sedang sakit?Bukankah beberapa waktu yang lalu pria itu sudah melakukan pemeriksaan, tubuhnya juga tidak bermasalah.Thasia itu istrinya, kalau ada masalah mungkinkah ....Ricky segera berjalan ke kantor, setelah memanggilnya, tatapannya tertuju pada celana Jeremy.Melihat tatapan anehnya, Jeremy mengerutkan kening. "Aku menyuruhmu memeriksa Thasia, untuk apa kamu melihatku?"Ricky menarik kembali arah pandangannya, dia tersenyum dengan canggung. "Nggak apa-apa, aku tadi bertemu Kak Thasia di pintu lift. Dia sudah pergi, sepertinya dia sedang marah."Jeremy berkata, "Nanti juga akan kembali.""Kalian bertengkar?""Wanita ngambek itu sudah biasa."Ricky ingin mengatakan sesuatu tapi tidak enak, pada akhirnya dia hanya duduk di sofa samping.Melihat pria itu masih tidak pergi, dia pun berkata, "Dia sudah pergi, untuk apa kamu masih di sini, aku sudah nggak membutuhkanmu lagi.""Aku baru datang tapi sudah diusir, setidaknya mengobrollah deng

    Last Updated : 2024-07-01
  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 12

    Thasia menoleh. "Kemas barang.""Mau ke mana?"Thasia berkata, "Pulang.""Bukankah ini rumahmu?" kata Jeremy dengan nada dingin.Seketika hati Thasia terasa sakit, dia pun menatap Jeremy. "Menurutmu ini rumahku? Aku hanya menumpang saja di tempat kalian."Jeremy segera menari tangannya, menghentikannya mengemasi koper, lalu suara bernada dinginnya terdengar dari atas kepala. "Kamu ingin marah sampai kapan?"Thasia tidak berani mendongak, takut dirinya akan menangis melihat wajah pria itu, dia segera menepisnya. "Aku nggak marah, aku serius. Pak Jeremy, minggir sebentar, aku ingin beres-beres."Thasia bersikeras ingin cerai dengannya, Jeremy pun segera membanting pintu.Mendengar ini Thasia segera menoleh, lalu Jeremy berkata, "Kenapa kamu ingin pergi?"Thasia tidak menjawab.Jeremy mendekatinya lalu berkata dengan penuh selidik, "Kamu merasa aku nggak bisa menghamilimu? Kamu ingin aku membuktikannya sekarang, hah?"Perkataannya ini membuat Thasia merasa takut, seketika dia teringat sal

    Last Updated : 2024-07-01
  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 13

    Tubuh pria itu terasa panas, ada aroma alkohol yang tercium, napasnya yang membara berderu di telinga Thasia.Dia mabuk?Thasia berkata, "Jeremy?"Jeremy masih memeluk pinggangnya, kepalanya terkubur di rambut Thasia, lalu berkata dengan suara kecil, "Jangan bergerak, biarkan aku memelukmu."Thasia tidak bergerak lagi.Dia merasa bingung kenapa pria ini bisa mabuk.Dengan berjarak selimut, Thasia berbaring dengan cukup lama hingga badannya terasa kaku. Dia sedang berpikir kapan pria ini akan bangun.Jeremy seakan-akan tidak ada tanda-tanda akan bangun, dia hanya berbaring di sana dan menghirup udara di sekitarnya.Jangan-jangan pria ini berpikir dirinya Lisa lagi.Thasia memanggilnya lagi, "Jeremy ....""Thasia, aku masih ingin berbaring sebentar."Mendengar ini Thasia terdiam lagi.Pria itu memanggil namanya, berarti dia tidak berpikir dirinya adalah wanita lain.Thasia tidak pernah melihat kondisi Jeremy seperti ini, seketika dia tidak tahu harus berbuat apa.Namun, hati Thasia tetap

    Last Updated : 2024-07-01

Latest chapter

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 590

    "Oke."Tatapan Kent mengikuti sosok Thasia yang berlalu.Thasia mengendarai sepedanya keluar, dia menuju ke pusat kota.Jaraknya tidak terlalu jauh.Jeremy telah memberinya sebuah vila dengan harga yang sangat mahal.Saat ini jalanan cukup ramai, dia sedang menunggu di lampu merah.Setelah lampu berwarna hijau, dia mendorong sepedanya, tiba-tiba ada orang berkata, "Biar aku bantu."Thasia menoleh ke belakang, dia melihat seorang pria muda sedang mendorong belakang sepedanya.Sepertinya pria itu menyadari Thasia sedang hamil, jadi kesulitan mengendarai sepeda.Hari ini Thasia berpakaian dengan santai. Rambutnya dikepang, memakai sebuah topi dan gaun yang lebar, perutnya sedikit menonjol.Selain ibu hamil yang akan berpakaian seperti ini, yang lainnya tidak mungkin.Thasia merasa dirinya tidak selemah itu, tapi dia juga tidak ingin menolak kebaikannya, jadi dia berkata, "Terima kasih."Dia segera sampai ke seberang, orang itu berjalan ke arah yang berlawanan dengannya.Thasia lanjut meng

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 589

    Sabrina kira dirinya sedang bermimpi, dia merasa kesal, padahal sebelumnya dia melihat mereka saling mencintai, kenapa sekarang malah bercerai. "Apa yang terjadi? Jeremy itu, dasar pria berengsek, dia cepat sekali berubahnya. Nggak bisa, pokoknya aku harus memberinya pelajaran!"Thasia sudah menerima kenyataan ini. "Nggak perlu, ada baiknya kami bercerai, sekarang aku sudah punya rumah dan uang, aku sudah menjadi janda kaya, meski aku nggak bekerja seumur hidup, aku nggak akan mati kelaparan, kamu seharusnya mengucapkan selama padaku.""Keenakan wanita murahan itu!" Sabrina memosisikan dirinya seperti Thasia, mana mungkin dia terima."Biarkan saja." Thasia berkata, "Kamu nggak perlu mengurusi masalah ini, semua sudah berlalu.""Aku mengerti, hanya saja aku khawatir kamu akan merasa sedih, aku ingin bertanya apakah perlu aku temani, tapi kamu nggak menjawab panggilanku, aku juga nggak tahu kamu ada di mana. Membuatku khawatir saja." Sabrina benar-benar khawatir padanya, tapi juga tahu s

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 588

    Matanya menatap ke arah Kent lagi, pria itu menatapnya dengan tatapan seperti biasa.Bagi Kent hal itu sudah biasa.Thasia akhirnya mengerti, pria ini tumbuh besar di lingkungan yang kejam dan selalu bersembunyi.Seperti katanya, Kent memang hidup di dunia yang gelap, tanpa adanya cahaya.Meski begitu Thasia tetap merasa terkejut, dia tidak mengerti padahal sama-sama manusia, kenapa mereka bisa hidup dengan cara yang sangat berbeda."Kenapa kamu memberikan darahmu padaku?" Thasia ingin menolak. "Aku nanti juga akan siuman kalau pingsan, kamu nggak perlu melukai dirimu, nggak baik bagi tubuhmu, aku nggak mau kamu bertindak seperti ini."Kent tersenyum santai, mungkin hal ini hal paling santai yang pernah dia lakukan. "Nggak masalah, hanya mengeluarkan sedikit darah saja, nggak akan mengancam nyawa.""Nggak boleh bilang begitu, lain kali nggak boleh lagi!" Thasia menentangnya dengan tegas. "Saat kamu bersamaku maka kamu juga harus dihargai, bukan barang untuk dikorbankan, kamu juga nggak

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 587

    Kent ingin menghindari, jelas dia tidak ingin Thasia menyentuhnya.Saat ini Thasia merasa lebih curiga, dia bertanya, "Kenapa kamu berdarah?"Padahal Kent sudah terluka cukup lama, meski luka di tubuhnya masih belum sembuh total, tidak seharusnya masih meneteskan darah.Kecuali lukanya bertambah lagi.Kent menarik lengan bajunya, tapi beberapa tetes darah itu tidak bisa ditutupi dengan mudah.Pria itu tersenyum, lalu mencari alasan. "Tadi saat memasak nggak sengaja terluka, bukan masalah besar."Alasan itu tidak bisa mengelabui Thasia."Kamu sudah terbiasa melakukan pembedahan, mana mungkin bisa terluka saat memasak. Kamu nggak akan bisa membohongiku!" Thasia mengerutkan keningnya, dia sama sekali tidak percaya pada penjelasannya ini. "Luka ini sepertinya bukan muncul saat kamu memasak tadi, kenapa kamu bisa terluka?"Kent terdiam.Pria itu tidak mau bilang, Thasia tetap punya mata untuk melihat, dia menarik tangan Kent, ternyata di pergelangan tangannya ada luka yang diperban dengan k

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 586

    "Ini pertama kalinya aku masak."Thasia mengangkat alisnya. "Nggak masalah, aku ingin mencicipi masakanmu, mungkin saja kamu berbakat."Setengah jam kemudian Kent baru berjalan keluar dari dapur.Tidak ada aroma gosong, berarti Kent tidak membuat dapurnya terbakar.Namun, ketika Kent meletakkan masakannya di atas meja, Thasia merasa sangat terkejut.Thasia menatap Kent dengan tatapan ketakutan.Kent pikir Thasia tidak tahu masakan apa ini, jadi dia menjelaskan dengan tenang, "Ini hati ayam, ini ampela ayam ... kedua hal itu termasuk organ dalamnya, ini badan ayam, ini bagian pahanya, ada banyak daging tapi nggak eneg ...."Setelah mendengar penjelasan Kent, dia seakan-akan mendengarkan penjelasan bagian tubuh.Bisa dibayangkan saat Kent memasak, dia membedah ayam itu, begitu melihatnya selera makan Thasia pun menghilang.Sebaliknya malah membuatnya ingin muntah.Melihat Thasia masih belum mulai makan, Kent bertanya, "Kenapa? Kelihatannya nggak enak? Padahal aku sudah berusaha membuatny

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 585

    Tatapan Kent menjadi rumit, kalau Thasia tahu apa yang telah dirinya lakukan, wanita ini pasti tidak akan berkata seperti itu.Kent saja tidak berani menyentuh tangan Thasia, apalagi melakukan hal jahat padanya.Kent tidak menolak lagi, dia membiarkan Thasia menyentuh tangannya.Mereka berdua terdiam cukup lama, warna darah di gelang mutiara yang dipakai Thasia menjadi lebih pekat, hal ini terlihat oleh wanita itu, dia pun bertanya, "Apakah mutiara di gelang ini bisa berubah warna?"Tatapan Kent menjadi lebih gelap. "Benarkah?"Thasia memosisikan gelang itu di bawah sinar matahari, memang benar warna merahnya jadi lebih pekat. "Aku kira karena ini gelang lama, jadi warnanya bisa lebih gelap, tapi sekarang warna merahnya jadi lebih pekat. Gelang ini biasanya kamu yang pakai, 'kan? Kamu nggak sadar?"Kent tanpa sadar mengelus pergelangan tangannya, tertawa sambil berkata, "Mungkin ini barang palsu, aku nggak tahu, aku nggak pernah tes."Thasia menatap Kent. "Kalau palsu mungkinkah kamu m

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 584

    Bisa dibilang hidupnya cukup beruntung.Lahir di keluarga yang harmonis, banyak orang yang baik padanya.Hanya dalam percintaan saja dia tidak beruntung.Mungkin hidupnya terlalu datar, agar hidupnya lebih berkreasi, dia harus mengalami perasaan kecewa ini.Perkataannya membuat Kent tertawa.Dia duduk di samping Thasia, menjaganya, matanya yang berwarna coklat terlihat sangat lembut."Kamu nggak pernah berkorban untukmu, tapi kamu memberiku kehidupan." Kent tidak menyembunyikan hal ini, ada hal yang harus dihadapi. "Tunggu ingatanmu pulih kamu juga akan tahu."Kent telah beberapa kali menolongnya, Thasia percaya pria ini tidak akan mencelakainya.Meski Kent bukan orang biasa.Sekarang orang yang menemaninya adalah Kent.Thasia tanpa sadar bertanya, "Kamu punya teman?""Nggak punya."Thasia bertanya lagi, "Kamu nggak ada teman?"Kent malah berkata, "Aku nggak perlu teman.""Orang tuamu di mana?""Aku nggak tahu siapa orang tuaku.""Kalau begitu kamu pasti kesepian, nggak ada keluarga da

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 583

    Bagi Lisa, dia hanya punya pilihan ini.--Thasia tidak tahu bagaimana dirinya melewati malam ini, waktu terasa sangat lama.Dia terus terjaga di sofa sepanjang malam.Setelah dia merasa lebih sadar, matahari sudah mulai terbit.Rasanya lelah.Sangat lelah.Thasia menyeret tubuhnya yang lelah ke kamar mandi, dia mencuci muka, saat melihat wajahnya di kaca dia merasa terkejut.Dia kira dirinya melihat hantu.Matanya memerah, wajahnya sangat pucat, tidak ada rona darah sama sekali, dia terlihat seperti wanita sakit parah.Thasia mengelus wajahnya, dia tidak percaya dirinya menjadi seperti ini.Setelah hatinya dilukai apakah dirinya semenyedihkan ini?Tanpa Jeremy, apakah dirinya tidak bisa hidup lagi?Jawabannya tidak.Bukannya dia sempat berpikir putus hubungan dengan pria itu dan ingin bercerai?Bedanya kali ini pria itu yang meminta pisah.Thasia masih bisa hidup, dia bahkan bisa hidup dengan jauh lebih baik.Thasia sudah memutuskan, sudah cukup dia merasa sedih semalaman, hari-hari s

  • CEO Jeremy Ditinggalkan oleh Istrinya yang Hamil   Bab 582

    Lisa sudah membayangkan.Pernikahannya dan Jeremy akan semeriah apa.Dia akan menjadi pengantin paling bahagia di dunia ini.Pada saat ini, Lisa mendengar suara langkah kaki, dia kira pembantu di rumahnya, jadi dia berkata, "Kamu nggak perlu melayaniku, kamu istirahat saja."Namun, suara langkahnya tidak berhenti.Lisa mengerutkan keningnya, dia merasa sedikit kesal, jadi dia melepas maskernya sambil berkata, "Sudah aku bilang ...."Begitu dia menoleh dan melihat dengan lebih jelas siapa yang datang, dia merasa terkejut, dia membuang maskernya dan berkata dengan hormat, "Ayah ....""Lisa." Pria itu menatap Lisa, lalu berkata sambil tersenyum, "Lama nggak bertemu, ternyata kamu sudah besar."Lisa segera berdiri, dia memeluk pria itu. "Ayah, akhirnya kamu dibebaskan, aku sangat rindu padamu!"Pria yang berusia sekitar 50 tahun itu lebih tinggi sedikit dari Lisa, meski sudah tua tubuhnya cukup tegap, dia mengelus kepala Lisa dengan lembut. "Maaf membuatmu sendirian."Lisa berkata, "Nggak

DMCA.com Protection Status