Seorang wanita yang merupakan editor majalah berkata, "Aku hanya sering mendengar kamu punya pacar, tapi kenapa dia nggak pernah muncul, benar-benar membuat orang penasaran."Lisa memainkan rambutnya, lalu berkata dengan tertekan, "Aku nggak suka dia muncul di depan umum, jadi aku menyuruhnya nggak perlu menemaniku ke acara-acara seperti ini. Kalau kami menikah, aku pasti akan mengundang kalian.""Misterius sekali, kalau begitu aku akan menantikannya."Editor itu menoleh pada Thasia, lalu menganggukkan kepalanya. "Nona Thasia, kita bertemu lagi."Thasia juga kenal wanita ini, waktu itu saat Jeremy melakukan wawancara mereka sempat bertemu.Justru karena campur tangan wanita ini mereka jadi berhasil.Thasia pun balas menyapa, "Bu Dela.""Kalian saling kenal?" tanya Editor Dela pada mereka.Lisa menjawab, "Kenal tapi nggak dekat."Lisa segera membatasi hubungannya dengan Thasia.Thasia juga meneruskan percakapan mereka tadi, "Berita kepulangan Nona Lisa juga tertulis karena ingin bertemu
Wajah Lisa seketika memerah. Dia pun melepas genggamannya dan menutupi wajahnya, air matanya terjatuh, membuatnya terlihat sangat kasihan.Dia memang pantas menjadi publik figur, aktingnya berpura-pura terlihat menyedihkan sungguh menyakinkan.Kalau bukan karena sikapnya tadi, Thasia mungkin akan percaya pada aktingnya ini."Jaga sikapmu!" kata Thasia dengan suara sedikit kencang.Lisa menangis dan berkata dengan lembut, "Kak Thasia, aku juga tahu malu, kenapa kamu memperlakukanku seperti ini, aku nggak merebut priamu, tolong jangan salah paham ....""Thasia!"Suara Jeremy terdengar dari kejauhan.Thasia merasa terkejut, kenapa pria itu bisa ada di sini?Kalau dipikir-pikir, mungkin Lisa memang sudah merancang semua ini.Saat Thasia menoleh, Jeremy menatapnya dengan tatapan tajam dan ekspresi tidak senang, seakan-akan dirinya telah membuat kesalahan besar.Jeremy melangkah mendekat, lalu segera menarik Lisa ke pelukannya.Tarikannya cukup keras sehingga tubuh Thasia pun terdorong mundu
Perkataan Lisa berhenti.Thasia masih di tempat acara, dia sangat terkejut menerima telepon dari Jeremy, dia kira pria itu sudah pergi berkencan dengan Lisa.Pria itu tidak akan mengingatnya.Thasia menenangkan hatinya, seakan-akan tidak ada yang terjadi. "Masih di pameran."Jeremy berkata, "Setelah selesai kembali ke kantor denganku."Bukannya pria itu memberinya libur, kenapa sekarang menyuruhnya ke kantor.Thasia hanya bisa mengiakan.Setelah menutup telepon, Jeremy menoleh kepada Lisa di samping. "Kamu bilang apa?"Lisa awalnya ingin mencari kesempatan untuk berduaan dengan pria itu, tapi setelah mendengar perkataannya tadi, dia merasa sudah tidak mungkin lagi, dia pun menarik kembali tangannya. "Aku pulang dulu, sampai jumpa besok.""Hmm," jawab Jeremy.Namun, Lisa masih tidak mau menyerah. "Besok malam ada waktu?""Lihat keadaan dulu.""Kalau ada waktu, aku ingin mentraktirmu makan."Jeremy menjawab, "Lihat besok."Lisa menganggap pria itu setuju, dia pun merasa senang, lalu perg
Pria itu memasukkan kedua tangannya ke kantong, tatapannya yang ramah menatap Thasia, lalu berkata, "Jason Lantan, kita pernah satu kelas saat SD dan SMP."Thasia berpikir cukup lama.Seingatnya penampilan Jason tidak seperti ini dulu.Jason dulu sangat gendut, setiap hari dia hanya duduk di belakang dan tidak bersuara.Thasia tidak terlalu dekat dengannya.Thasia dulu selalu menjadi murid dengan nilai terbaik, dia menjadi anggota komite di kelas, paling mereka hanya pernah mengobrol saat menyerahkan PR saja.Tidak menyangka pria itu malah menjadi begitu tampan sekarang."Jason?" Thasia segera tersenyum. "Kamu berubah sekali, aku hampir nggak mengenalimu.""Benarkah? Karena terlalu berubah, maklum kalau kamu nggak mengenaliku." Jason menatapnya dengan lekat. "Banyak teman-teman dulu yang nggak mengenaliku, tapi aku bisa mengenalimu."Thasia merasa sangat senang bisa bertemu teman sekolahnya dulu.Semenjak kerja dia jarang berkumpul dengan teman-teman sekolahnya dulu, semua itu karena k
Melihat Jason masih berada di samping, Thasia takut pria itu bisa mendengar mereka, nanti suasana malah menjadi canggung. Jadi dia menyuruh Sabrina berhenti membahasnya.Sabrina pun mau tak mau menurutinya dan tidak membahas hal ini lagi.Setelah Jason beramah tamah dengan rekannya, dia kembali kepada Thasia.Sabrina berkata, "Pak Jason, kamu tamu yang cukup langkah."Jason menjawab, "Pameran Nona Sabrina sangat sukses, sudah pasti daya tariknya sangat kuat.""Hanya hobi orang zaman dahulu saja, masih nggak sebanding dengan Pak Jason." Sabrina segera mendorong Thasia. "Tadi aku dengar kalian teman lama, bagaimana kalau kamu mengantar Thasia sebentar, dia sore ini harus ke kantor."Thasia yang didorong olehnya seketika merasa panik, sebelum dia menjawab Jason sudah berkata, "Boleh juga, aku juga nggak ada kerjaan, jadi aku bisa mengantarmu."Sabrina pun mengedipkan mata pada Thasia, lalu berkata dengan sungkan, "Maaf merepotkan."Dia mendorong Thasia ke sisi Jason. "Pasti banyak yang in
Dia melihat Thasia berada di pelukan pria lain.Kedua terlihat sangat dekat, saling memandang, seakan-akan sedang kasmaran.Seketika alis Jeremy berkerut, wajahnya yang sudah dingin menjadi lebih mengerikan, tatapan tajamnya tertuju pada kedua orang yang sedang berpelukan itu.Seingat Jeremy sepertinya Thasia tidak memiliki teman pria.Dia juga tidak pernah melihatnya.Saat ini tiba-tiba muncul seorang pria di sisinya, hal itu membuat hati Jeremy seakan-akan tersumbat, terasa tidak nyaman.Seketika langkahnya pun menjadi lebih cepat.Thasia merasa sangat terkejut sehingga dia tertegun sejenak. Setelah sadar bahwa jaraknya dengan Jason cukup dekat, dia merasa tidak enak, dia pun segera keluar dari pelukannya."Apakah kamu terluka?" tanya Jason dengan penuh perhatian."Nggak, terima kasih," jawab Thasia dengan tersenyum."Sama-sama." Jason berkata, "Kita baru saja bertemu, kata yang sering kamu ucapkan malah maaf dan terima kasih. Kamu nggak perlu begitu sungkan padaku."Jason ingin lebi
Kalimatnya ini mengejutkan Thasia.Ini hal paling rahasia di antara mereka.Bagaimana bisa dia mengatakannya.Seketika Thasia merasa waspada.Jason merasa sangat terkejut, dia tertegun sebentar baru kembali tenang lagi. "Kenapa Pak Jeremy bisa tahu?"Jeremy ingin berbicara, tapi Thasia sudah berkata lebih dulu, "Pak Jeremy hanya bercanda."Dia segera menyela Jeremy.Bahkan dia keluar dari pelukan Jeremy, wajahnya tetap tersenyum."Selama ini aku terlalu sibuk kerja, mana mungkin sudah menikah, hal itu nggak benar," kata Thasia pada Jason.Mendengar ini, wajah Jeremy pun menegang, dia dengan kesal menatap Thasia. Bibirnya sudah membentuk garis dasar, terlihat sangat tidak senang."Ternyata begitu." Jason menghela napas lega. "Baguslah, pantas aku bingung, kenapa aku nggak mendengar kabar bahwa kamu sudah menikah."Kalau Thasia sudah menikah, dia pasti akan mendapat kabarnya.Thasia segera mengalihkan topik pembicaraan, dia tidak memberi kesempatan Jeremy menggila lagi, jadi dia berkata,
Cindy segera mengeluarkan isi kantongnya. "Yang ini, aku takut Thasia nggak sempat mengambilnya, jadi aku membantunya ambil duluan."Melihat jas yang bukan miliknya, tatapan Jeremy menjadi semakin tajam.Jas pria.Seketika dia teringat Jason.Seingatnya saat bertemu Jason dan Thasia di pameran, wanita itu membawa kantong ini.Saat itu dia tidak terlalu memikirkannya.Ternyata isinya adalah jas pria itu.Tanpa sadar Jeremy mengepal tangannya.Cindy memperhatikan reaksinya, tidak terlalu berubah, tapi dia tahu pria itu sedang marah, pasti dia merasa kesal. Seketika Cindy bertanya, "Pak Jeremy, mau diletakkan di sini?"Jeremy menutup bibirnya, kemudian berkata dengan dingin, "Letakkan di sana."Cindy tersenyum. "Baiklah, kalau begitu aku keluar dulu."Setelah melakukan hal itu, Cindy berjalan keluar dengan puas, dia ingin lihat seberapa percayanya Jeremy terhadap Thasia.Jeremy terlihat kesal, saat kerja dia merasa jas itu mengganggu pemandangan.Setelah jam pulang kerja, Thasia baru masu