Setelah sampai di ruang VIP, situasi di lantai dua memang lebih santai, tidak seramai di bawah.Begitu membuka pintu, ada seseorang berteriak dengan kencang, "Pak Jason sudah datang!""Jason, kamu berubah sekali, sekarang jadi lebih tampan dan kaya, banyak wanita yang berbaris untuk menjadi pacarmu."Jason menjawabnya dengan bercanda, "Benarkah? Aku ingin berbalik dulu untuk melihat apakah mereka sedang berbaris.""Kalau begitu kamu masih belum punya pasangan? Kalian para wanita yang ada di sini, dengarkan baik-baik, Jason masih belum ada pasangan, kalian harus memanfaatkan situasi saat ini dengan baik!"Setelah mengobrol dengan Jason sebentar, mereka baru menyadari kehadiran Thasia, seketika mereka tertegun dan seakan-akan mengerti sesuatu, baru berkata, "Hari ini kita kedatangan tamu langka. Thasia akhirnya kamu datang."Thasia berkata, "Maaf baru datang sekarang.""Thasia, kamu memang selalu begitu. Dulu saat reuni kamu nggak pernah ikut, kalau bukan karena Jason, aku rasa kami akan
Semua orang penasaran akan jawaban ini.Jason terdiam sejenak, hal ini diperhatikan oleh semua orang, dia pun berkata, "Nggak ada di sini, kalian nggak kenal."Seketika semua orang merasa lesu."Huh, aku kira Thasia, ternyata bukan, ternyata kami yang berlebihan."Thasia tidak merasa bahwa orang itu adalah dirinya.Hubungan mereka saat ini hanya lebih dekat saja dari dulu saja.Mereka semua yang asal menebak.Seketika dirinya tidak menjadi pusat perhatian lagi, dia pun merasa lebih santai dan tidak perlu ikut serta dalam pembicaraan mereka.Saat reuni para pria akan mulai membicarakan pekerjaan dan bisnis sambil minum-minum.Thasia sempat minum sedikit. Mungkin karena sudah lama tidak minum, dia merasa kepalanya sedikit pusing dan menjadi setengah mabuk.Samar-samar dia mendengar pembicaraan mereka, sepertinya namanya disebut."Di antara teman SMP kita, kehidupan Thasia paling enak, dia hidup dengan dikelilingi bos, pasti dia mendapat banyak keuntungan.""Tapi aku nggak mau hidup seper
Bahkan wanita yang sempat ingin memukul Thasia hanya bisa terdiam sambil menutupi wajahnya.Jeremy menatap mereka dengan tatapan dingin. "Kalian asal menebak? Seharusnya kalian tahu harus meminta maaf pada siapa, bukan?"Mereka segera mengerti, mereka pun berjalan ke depan Thasia, dengan suara kecil berkata, "Maaf, Thasia. Kami hanya asal menebak saja. Kami tahu kami salah, lain kali kami nggak berani lagi."Mereka tahu kehebatan Jeremy. Di sini, sehebat apa pun mereka, sama sekali tidak ada yang berani melawan PT Okson.Kalau sudah menyinggung Jeremy, ke depannya jangan pernah berpikir untuk bisa bertahan di kantor.Mereka masih punya keluarga, anak, orang tua yang harus dibiayai, mereka tidak berani mempertaruhkan pekerjaan mereka.Thasia juga tidak mempermasalahkan hal ini lagi, tapi dia masih merasa bingung, dia pun menatap Jeremy dengan tercengang dan bertanya, "Kenapa kamu bisa ada di sini?"Jeremy menoleh pada Thasia, dia terlihat tidak senang.Jeremy segera menarik tangannya, d
Mengingat kembali penderitaan yang dia alami selama ini, Thasia pun menangis lagi.Suara tangisnya menarik perhatian orang-orang."Bro, kamu membuat pacarmu nangis? Melihatnya menangis seperti ini seharusnya dia cukup menderita."Orang yang melihat Thasia menangis seperti ini pun berkomentar.Jeremy juga tidak ingin menarik perhatian orang, dia tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya, jadi dia berkata, "Dia hanya sedang kesal saja, nanti juga baikan."Jeremy segera memeluk Thasia, lalu membawanya pergi.Namun, tubuh Thasia saat ini seperti belut, saat dipeluk olehnya, gadis itu malah menangis dengan lebih kencang."Merayu pacar harus sabar," kata seseorang di jalan. "Kamu pasti melakukan sesuatu yang membuatnya kesal, jadi dia nggak mau pergi sama kamu. Nggak ada wanita yang tiba-tiba marah tanpa alasan."Mana mungkin Jeremy tahu kenapa Thasia marah.Sudah bagus Jeremy tidak ikut marah, mana peduli dia pada suasana hati Thasia.Hanya saja Thasia menangis dengan sangat kencang, jadi d
Mendengar ini Jeremy segera menoleh, dia melihat wanita itu menggaruk tangannya sendiri hingga memerah.Dia pun segera menarik tangannya agar tidak menggaruknya lagi. "Jangan digaruk."Thasia merasa tidak nyaman. "Gatal."Jeremy mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan suara rendah. "Kamu ini alergi terhadap bir tapi masih saja minum."Thasia merasa setengah sadar, dia membuka matanya, lalu sepertinya melihat Jeremy. "Aku ada di mana?""Di rumah."Jeremy membantunya membuka sepatu dan jaketnya, lalu menutupi tubuhnya dengan selimut.Thasia sudah merasa sedikit lebih baik, dia teringat dirinya sedang ikut reuni, lalu dia minum sedikit. Sepertinya sempat terjadi sesuatu.Lalu di saat yang tepat Jeremy muncul."Kamu yang mengantarku pulang?" tanya Thasia.Jeremy berjalan keluar dari kamar mandi sambil membawa sebaskom air panas, lalu menggunakan handuk basah untuk membersihkan tangan Thasia.Lengannya memerah dan bintik-bintik, juga ada bekas garukkan. "Kalau bukan aku siapa lagi? Lain
Mendengar ini, wajah Jeremy terlihat mengerikan, hatinya terasa sangat sesak.Dia segera berdiri. Tanpa memedulikan tangisan Thasia, dia berjalan ke dekat jendela, lalu mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya.Asap rokok beterbangan, udara seketika menjadi dingin.Setelah rokoknya habis, dia baru keluar dari kamar dan tidak kembali lagi.Keesokan harinya.Thasia merasa kepalanya sangat sakit.Dia bangun dari kasur sambil memegang kepalanya yang terasa sangat berat.Begitu turun dari ranjang, dia mengambil segelas air agar dirinya lebih sadar.Saat ke kamar mandi, Thasia melihat matanya membengkak, mungkin karena semalam tidak cukup tidur.Saat memikirkan kejadian semalam, dia ingat Jeremy yang membawanya pulang, tapi dia melihat kasur di sisinya masih rapi, berarti Jeremy semalam tidak tidur di sampingnya.Namun, Thasia ingat pria itu yang merawatnya.Baru kali ini pria itu begitu peduli padanya.Thasia merasa sedikit bingung, kenapa Jeremy semalam bisa pas sekali ada di tempat i
"Jeremy memang banyak memakai baju mahal." Lalu Thasia berkata dengan datar, "Selama aku membelinya dan dia mau pakai, maka sudah cukup. Tapi Nona Lisa membeli baju pria untuk siapa?"Lisa berjalan mendekat, mereka saling berhadapan, tidak ada yang mau mengalah, seperti ada percikan api di antara mereka.Lisa tersenyum. "Untuk pacarku, di seluruh dunia hanya ada sepuluh setel, apakah kamu ingin melihatnya?"Lisa berkata dengan nada menyombongkan diri.Dia bisa memesan baju mewah, sedangkan Thasia hanya bisa memilih yang di toko saja.Dalam memilih baju buat pria saja sudah terlihat bahwa mereka tidak sekasta.Pegawai di toko segera mengeluarkan kotak pakaian yang dipesannya, dari luar saja sudah terlihat barang mahal.Thasia meliriknya sebentar, lalu berkata dengan menyindir, "Nona Lisa membeli gaun untuk ke acara saja butuh dibayarin, kamu yakin bisa membeli ini?"Lisa mengangkat alisnya. "Pacarku rela mengeluarkan uang untukku, kenapa kamu yang iri?""Bukannya iri." Thasia berkata de
Lisa tidak percaya Jeremy memberinya uang sebanyak itu.Dia sudah dengar, hubungan mereka tidak baik, Jeremy jarang peduli padanya.Thasia sudah menjadi sekretaris Jeremy selama tujuh tahun, tapi masih tidak pernah diperhatikan oleh pria itu.Kalau Jeremy tertarik padanya, pernikahan mereka tidak akan disembunyikan, dia akan mengumumkan hubungan mereka pada dunia.Jadi Lisa berpikir bahwa Thasia diam-diam dipelihara oleh pria.Dia lebih percaya ini daripada harus memercayai bahwa Jeremy memberi Thasia uang."Memangnya kenapa kalau keponakanku memberi istrinya uang? Untuk apa kamu ikut campur? Jangan-jangan Nona Lisa merasa iri!"Seketika ada orang lain yang menyela pembicaraan mereka.Thasia segera menoleh. Dia melihat Karen Okson sedang berdiri dengan berkacak pinggang dan terlihat sangat cantik. Dia memakai gaun formal hitam, bentuk tubuhnya terlihat indah, rambut hitamnya disanggul. Walau sudah hampir berusia lima puluh tahun, wajahnya masih terlihat muda. Dia dengan penuh percaya d