Sebuah misi balas dendam seorang penjudi bayaran ibu kota yang ingin menghancurkan orang-orang kelas tinggi. Sayangnya di sela-sela balas dendamnya, dia jatuh cinta kepada Putri Tidur yang merupakan anak terbuang seorang presiden.
Lihat lebih banyakDi dunia ini, di era modern yang semakin menjadi, ketika sebuah ibu kota besar menjadi jantung negara dan menjadi kota pesohor di mata dunia, di mana orang-orang yang menghuni di sana adalah orang-orang penting seperti maskot yang dimiliki oleh negara. Namun, siapa sangkah, jika orang-orang seperti mereka adalah orang-orang yang memorakporandakan keuangan negara.
Di sisi lain, ada kehidupan berbeda yang tercipta akibat orang-orang seperti mereka—kehidupan orang-orang yang terbuang dari masa lalu. Seperti anak yang sengaja dibuang, ditelantarkan di jalan dan sengaja tak diakui keberadaannya. Orang-orang yang dibuang seperti itu sudah menjadi hal biasa di ibu kota. Seperti manaruh bungkus rokok tak berguna dalam tong sampah pinggir jalan.
Iya, begitulah kehidupan ibu kota yang ingar-bingar kekuasaan.
Ini adalah kisah pertama tentang orang-orang yang terbuang itu. Dia adalah Rumi, Laki-laki berusia dua puluh empat tahun bertubuh tinggi 180 cm dengan lengan berotot yang tengah memegangi cangkir kopi di tangan kanannya. Senyumnya menggantung memandangi purnama bulan Mei di atas lampu-lampu ibu kota. Matanya yang berbentuk hooded eyes dengan iris hitam legam membumbuhi wajah rupawannya. Di balik jendela berkaca bangunan tua, kerlip-kerlip lampu kota dan gedung-gedung menjulang tinggi adalah pemandangannya setiap hari.
Rumi menghuni di sebuah bangunan tua yang terkenal sebagai tempat penjagal. Bangunan berlantai sembilan tersebut adalah bekas pabrik plastik yang mengalami kebakaran delapan tahun lalu. Lalu dia ambil alih sebagai tempat bermukimnya preman-preman ibu kota yang bekerja sebagai penjagal daging. Sementara di lantai sembilan adalah tempat tinggal rahasianya.
Kehidupan yang selalu dikelilingi preman-preman ibu kota membuat Rumi menjadi orang yang sangat berpengaruh di ibu kota. Bahkan menjadi orang dengan bayaran mahal, jika ada yang ingin menggunakan jasanya. Sebab dia adalah senjata rahasia ibu kota dalam menaklukkan perjudian besar.
Bagi Rumi, menjadi orang baik di kehidupan sekarang ini tidak akan memberi keuntungan. Orang-orang baik pada dasarnya hanyalah orang-orang yang hidup tanpa mempunyai keberanian untuk melawan. Jika sudah seperti itu, maka yang mereka dapatkan adalah penindasan. Sementara ibu kota besar telah memperbudak orang-orang berkuasa tanpa hati nurani.
“Mau gue bawakan bir nggak?” tawar Dego—teman seperjuangan yang muncul di ambang pintu membawa smartphone layar besar berukuran tipis di tangan kirinya.
Rumi yang masih berdiri menikmati secangkir kopi di jendela itu menarik bibirnya membentuk senyum tipis. “Ada perayaan apa lo ngajakin gue minum bir?” tanyanya seraya menengok wajah teman seperjuangannya yang masih berdiri di ambang pintu.
“Buat merayakan ini.” Dego melangkah dan meletakkan smartphone layar besar itu di atas meja.
Ya, pekerjaan baru rupanya telah datang.
“Berapa banyak kali ini?” tanya Rumi seperti seperti biasa.
“Dasar mata duitan lo, Rum,” ledek Dego pada laki-laki yang masih memegangi cangkir kopi itu.
Rumi kemudian meletakkan cangkir kopinya di meja dan beralih pada layar smartphone yang disodorkan oleh teman yang turut menghuni lantai sembilan bersamanya. “Kalau hasilnya oke, uangnya juga harus oke.”
“Sejak kapan penjudi seperti kita dibayar murah?” Dego meyeringai. “Kita ini penjudi yang berpengaruh di ibu kota. Mereka nggak akan berani membayar cuma-cuma,” lanjutnya dengan tertawa.
Rumi menyeringai. Karena memang harus dia akui dan patut berbangga dengan bayaran tinggi yang dia dapatkan kali ini.
Dua laki-laki itu kini hanyut dalam pembicaraan yang serius di sebuah meja di sudut kanan ruangan yang dihuni oleh empat buah komputer menyala. Jika sudah terlihat seperti itu, maka mereka tengah memulai pekerjaannya.
Pekerjaan apa yang mereka lakukan?
Mereka melakukan sebuah pekerjaan yang tidak biasa—penjudi bayaran ibu kota.
Ada banyak pejabat besar yang gemar dalam ajang perjudian, bahkan kerap menyewa jasa pejudi bayaran mereka.
Dego merupakan patner andalan dengan kemampuan hacker yang hebat. Yang mampu menjadi perantara sekaligus informan mengenai perjudian dan orang-orang terkemuka di ibu kota. Sementara Rumi adalah laki-laki dengan kemampuan otak jenius dalam memainkan kartu judi. Mereka berdua bergabung dalam situs MG—sebuah situs rahasia yang menerima jasa pejudi bayaran, sekaligus gudang yang menyimpan banyak kebusukan ibu kota.
Tidak tanggung-tanggung bayaran yang mereka terima dari hasil perjudian. Sekali permainan, mereka bisa mendapatkan mobil sport Eropa keluaran terbaru, menginap di hotel mewah di Dubai, tiket nonton Barcelona VIP langsung, liburan tiga hari tiga malam di San Roque Spanyol, bahkan membeli rumah mewah sekaligus.
Hebat bukan?
“Ada ajang perjudian besar besok lusa di Hongkong. Orang ini ....” Dego menunjuk layar smartphone, “jika lo bisa membawa pulang 10 juta dolar dari meja judi, dia akan ngasih lo 500 ribu dolar plus liburan naik kapal pesiar mewah mengelilingi Eropa.”
Rumi mengeryit mendengarnya.
Dego kemudian beralih menunjukan sebuah gambar kapal pesiar di layar smartphone. Sebuah kapal yang kerap menjadi langganan selebriti dunia seperti Taylor swift, Brian McKnight, Eminem, Lenka dan masih banyak lagi yang lain. Kapal tersebut kabarnya merupakan kapal terbaik sepanjang masa yang dibuat oleh seniman hebat asal Maroko.
Sesampainya di rumah, Rumi langsung disambut ceria Gerta dan Ira yang sudah menantikan makanan yang dibawanya.“Akhirnya datang juga.” Ira langsung mengambil bingkisan itu di tangan Rumi. “Mis udah buatkan kamu kopi. Masuk, masuk,” ucapnya hangat menyambut kepulangan Rumi.Gerta langsung memeluk Rumi. “Lama banget sih kamu pulangnya?”Rumi tersenyum. “Antri beli waffle pesanan kamu.”“Makasih ya.” Gerta tersenyum manja.“Sama-sama.”“Yok, kita makan bareng-bareng sambil nonton TV. Ada acara bagus banget.” Gerta langsung merangkul lengan Rumi dan menggiringnya ke sofa.
Rumi tampak gelisah di sepanjang jalan pulang usai membeli dua wadah gelato pesanan Gerta dan Ira. Dia masih tak berhenti memikirkan, siapa dari orang-orang ibu kota yang berani mengusiknya lagi. Terlebih sampai memasang wajahnya ke khalayak umum dengan embel-embel seorang buronan.Berkali-kali Rumi mengembuskan napas sesal memandangi portal berita di ponselnya yang memang terang-terangan menampilkan wajah aslinya. Jika dulu dia bisa bersembunyi di balik sosok Mas Ganteng, kini sudah tidak bisa lagi.Jika benar orang-orang berengsek di ibu kota itu masih tersisa, bearti kejahatan itu juga masih belum selesai. Mau tidak mau pasti akan menyerat Rumi dan rekan-rekannya pada masalah baru.Sebuah panggilan dari Gerta masuk ke layar ponsel, membuat Rumi langsung mengangkatnya. “Iya,&rdquo
Setelah dipastikan Gerta hamil, dengan senang hati Rumi menawarkan diri mengurus urusan dapur dengan dibantu Ira. Menyiapkan makanan untuk istri yang sedang hamil memberikan rasa senang dan kepuasan dalam diri Rumi. Terlebih dia bisa memastikan makanan-makanan yang dikonsumsi istri dan anaknya adalah makanan yang sehat.“Itu tumis dulu bawang putihnya. Jangan dimasukkan dulu potongan sayurnya.” Ira hanya bersedekap di sebelah Rumi, tampak seperti seorang pemandu.Rumi mengikuti arahan Ira dengan gerakan pelan menumis bawang putih. “Udah belum ini?”“Belum. Belum juga semenit numisnya. Tunggu sampai bawang putihnya layu kecoklatan.”Gerta yang turun tangga dengan langkah pelan agar tak menimbulkan suara kemud
Sepekan menikmati musim dingin di Kanada, kini Gerta telah kembali ke Wina yang masih berlangsung musim panas. Perempuan yang sejak pagi sudah sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan itu tampak pucat, tak seperti biasanya. Sejak bangun tadi dia merasakan pening dan sempat muntah.“Gerta, kamu kenapa?” Ira datang menatap wajah pucat Gerta.Gerta menggeleng. “Nggak papa, Mis. Mungkin kecapekan aja setalah dari Kanada. Karena di sana lagi musim dingin.”“Rumi! Rumi!” panggil Ira.“Mis, aku nggak papa. Jangan bangunin dia, dia juga pasti kecapekan,” larang Gerta memelas.Ira mengembuskan napas berat. “Ya udah, kalau begitu biarkan Mis yang masak. Ka
Sebuah kedai kopi tampak indah oleh bunga-bunga rustic di sepanjang pintu masuk yang membantang karpet merah. Di dalam ruangan dipenuhi orang-orang berpakaian formal yang sudah siap menyambut acara. Tampak beberapa barista di balik meja panjang menunjukkan kemampuannya berseni di dalam cangkir kopi. Membuat banyak pasang mata menatap penuh kagum.Ya, pembukaan kedai kopi milik Dego digelar bersamaan dengan pesta pernikahannya. Beberapa rekan seprofesi yang datang ada yang sekalian menjaring kerja sama. Tidak ketinggalan juga Boni dan Kris yang lagi-lagi tampak gagah dengan setelan jas mahal.“Ini adalah kali kedua gue bisa memakai jas mahal ini di acara pernikahan.” Kris membenarkan letak dasinya.
Satu bulan kemudian Rumi menepati janjinya untuk berkunjung ke Kanada mengunjungi keponakannya. Kedatangannya bersama Gerta disambut begitu hangat oleh Vania, terlebih Kian yang sudah lama menantikan kedatangan omnya.“Om Rumi!” seru Kian yang langsung berlari memeluk Rumi.“Halo, Kian. Apa kabar kamu?” Rumi balas memeluk keponakannya itu.“Baik, dong. Om Rumi janji akan nginap di sini ‘kan?” tanya Kian yang langsung menagih lagi janjinya.Rumi mengangguk. “Iya.”“Berapa lama?” Kedua mata Kian berbinar senang.Rumi tampak berpikir. “Mmm … seminggu?”
Semburat cahaya orange yang menyeruak masuk di balik gorden putih yang tersibak separuh membuat Rumi membuka mata. Kedua tangannya masih merengkuh tubuh polos di balik selimut putih yang masih terjaga begitu nyaman. Wangi rambut panjang tergerai dan tubuh polos beraroma mawar itu begitu memabukkannya. Membuatnya tak pernah berhenti mencumbu.Rumi bergerak mengecupi pundak polos itu seraya menyibak rambut panjang tergerai itu. Setelahnya mengecupi sepanjang leher dan daun telinga mungil itu hingga membuat pemilik tubuh polos itu menggeliat.Gerta membalikkan tubuh dan mendapati Rumi mengecupi wajahnya menggoda. “Kamu udah bangun?”“Udah dari tadi. Mangkannya aku bangunin kamu.” Rumi menenggelamkan kepalanya di ceruk leher untuk mencumbu.
Esok paginya kegiatan-kegiatan romantis menjadi pemanis kegiatan pengantin baru mereka. Gerta tampak manis mengenakan mini dress putih berpadu slippers. Sementara Rumi tampak kece dengan kaus hitam berpadu cargo pants cokelat dan sneakers. Mereka tampak satu meja menikmati hidangan Viennese breakfast yang berisi roti gulung, croissant, mentega, selai homemade
Gerta mengangguk pelan.“Aku akan melakukannya pelan-palan, karena aku tahu ini adalah pertama kalinya buat kita berdua,” lirih Rumi.Gerta kembali mengangguk.“Kalau sakit, kamu bilang.”Gerta menelan ludah. “Kamu bisa lakukan semau kamu.”Rumi tersenyum. “I love you.”“I love you too.”Rumi kemudian memosisikan kepemilikannya pada lembah kenikmatan itu. Kedua tangannya memenjara kedua tangan Gerta di atas kepala. Setelahnya bergerak pelan menerobos masuk.“Ehm.” Gerta mengerang terpejam.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen