Share

Bab 8

Thasia tahu Jeremy sangat serius dalam bekerja, pria itu tidak suka kalau ada kesalahan.

Namun, hal ini bukan salahnya, pria itu yang seharian di rumah sakit menemani Lisa kemarin.

"Kamu bilang sedang sibuk, lalu menutup telepon."

Jeremy terdiam sejenak, lalu berkata, "Lalu bagaimana solusinya?"

Saat itu Thasia sudah di rumah sakit, jadi dia berkata, "Masih belum sempat diurus, aku ...."

"Bu Thasia." Jeremy berkata dengan dingin, "Seingatku kamu nggak pernah lalai dalam bekerja."

Mendengar pria itu memanggilnya "Bu Thasia", hal itu mengingatkannya bahwa dirinya hanyalah seorang sekretaris, bukanlah istrinya.

Thasia menggigit bibirnya, lalu berkata dengan sulit, "Aku rasa urusannya nggak terlalu parah, jadi masih bisa diundur."

"Ada masalah bukannya segera diurus malah cari alasan untuk membela diri, apakah begini caraku mengajarimu?" Seketika Jeremy berteriak, "Segera datang ke kantor!"

Setelah itu dia langsung menutup panggilannya.

Thasia merasa sedih, tapi dia tidak ada waktu untuk memikirkannya. Kemarin dia langsung ke rumah sakit jadi tidak sempat mengurusi kerjaan, dia juga tidak tahu keadaannya parah atau tidak.

Dia segera beres-beres dan pergi ke kantor.

Sabrina baru bangun, melihat Thasia terburu-buru, dia pun menguap sambil berkata, "Pagi begini mau ke mana?"

"Ada urusan jadi harus kembali ke kantor."

"Sudah begini kamu masih mau memikirkan pria itu," keluh Sabrina, tapi setelah berpikir sejenak dia berkata, "Sudahlah, aku juga sudah mengirim surat cerainya ke kantor Jeremy."

Thasia berkata sambil memakai sepatunya, "Kamu sudah kirim?"

"Ya, sudah pasti aku harus bertindak cepat, tadi pagi aku sudah kirim. Jeremy seharusnya sudah melihatnya."

Sabrina bertindak dengan lebih cepat.

Mendengar Thasia ingin bercerai, wanita itu malah segera mengirimkan surat cerai.

Namun, setelah berpikir cepat atau lambat dia akan juga akan menyerahkannya, Thasia pun berkata, "Baguslah. Lagi pula, pada akhirnya juga akan bercerai."

Sabrina pun saat ini menggandeng tangan Thasia dengan misterius, "Kalau begitu nasibku sebagai wanita kaya berada di tanganmu! Thasia, kamu harus berjuang, jangan mau kalah, kamu harus mendapatkan apa yang menjadi hakmu!"

Thasia melihatnya begitu bersemangat, bahkan lebih bersemangat darinya.

Thasia pun tidak terlalu memikirkannya dan menjawab, "Baiklah."

Di kantor presdir.

Jeremy sedang sibuk.

Saat ini, Tony berjalan masuk sambil membawa sebuah dokumen yang dibungkus dengan rapi. "Pak Jeremy, ada kiriman dokumen untuk Anda."

"Hmm."

Setelah meletakkannya di meja, Tony pun berjalan keluar.

Jeremy meliriknya sekilas, lalu membukanya. Sebuah tulisan "Surat Cerai" tercetak jelas di atasnya.

Seketika ekspresinya berubah, dia pun membaca surat cerai itu sebentar.

Setelah membacanya, wajah pria itu menjadi mengerikan, lalu dia berkata dengan nada dingin, "Berani sekali dia."

Ingin meminta kekayaannya, pernikahan ini harus diselesaikan dengan baik, kalau tidak wanita itu akan menjelek-jelekkan dirinya.

Ekspresi kesal Jeremy tidak menghilang.

Semua pegawai di kantor pun seketika merasa waspada.

Mereka juga tidak tahu apa yang terjadi pada bos mereka, seakan-akan ada bom di dalam tubuhnya yang siap pecah kapan saja.

Jeremy membolak-balikkan dokumen sambil berkata dengan dingin, "Kenapa nggak segera memberitahuku saat kejadian terjadi? Siapa yang terluka? Apakah orang itu sudah segera ditangani?"

Rina menundukkan kepala, dengan takut berkata, "Pak Jeremy, saat itu kami sedang panik, jadi kami tidak menelepon Anda. Aku dan Kak Thasia ...."

Jeremy segera memotongnya, "Ini semua salahnya."

Rina seketika merasa bersalah, dia berkata dengan berusaha menahan tangisnya, "Bukan salah Kak Thasia, kejadian ini memang terjadi secara tiba-tiba, aku yang nggak menjaga Kak Thasia dengan baik. Kacanya jatuh tepat mengenai kepala Kak Thasia, sehingga dia masuk rumah sakit, aku juga menyuruhnya untuk istirahat hari itu, jadi kerjaan sedikit tertunda. Pak Jeremy, semua ini salahku."

Mendengar ini Jeremy tercengang. "Apa? Orang yang terluka itu Thasia?"

Rina segera mendongak, lalu bertanya dengan tidak tenang, "Pak Jeremy nggak tahu? Kak Thasia sampai pingsan, saat siuman bahkan dia langsung menanyakan tentang kerjaan, dia saja nggak peduli pada kondisi sendiri. Kemarin telepon Pak Jeremy nggak bisa dihubungi, aku kira Kak Thasia sudah mengatakannya pada Anda."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status