Dia seperti hujan. Banyak hal buruk terjadi saat hujan, tapi aku tetap menyukainya. Meyka Irfa, seorang gadis yang memiliki masa lalu buruk dengan dunia bisnis yang digeluti ayahnya. Dia terlibat dalam pertarungan bisnis yang meninggalkan luka, rasa bersalah dan merubah dunianya. Takdir membawanya kembali bertemu dengan orang-orang kaya yang memanfaatkannya untuk mencapai tujuan dan keuntungan mereka. Ayahnya meminta untuk melakukan perkawinan bisnis secara tiba-tiba Akankah Meyka mematuhi ayahnya kembali ke dunia yang penuh intrik dan bahaya? Ataukah dia mengambil keputusan lain yang sesuai dengan keinginan hatinya? Keputusan Meyka akan mengungkap kejadian di masa lalu yang menguras emosi bersama dengan mantan tunangannya, Radhy Arfian.
Lihat lebih banyakIka meninggalkan rumah ayahnya pagi-pagi sekali. Ika berencana untuk langsung ke toko Shani, membantunya sambil main dan cerita-cerita. Dia butuh curhat sekarang. Ika sudah berada di depan toko dan melihat Shani sangat sibuk. Dia masuk ke dalam."Shani! Wah, lagi banyak pesanan ya?"Shani menoleh ke arahnya dan langsung memasang muka lega."Kebetulan, ayo kesini Ika!"Shani langsung menarik Ika ke tempat tumpukan bunga yang akan mereka jadikan buket cantik. Pekerjaan mereka selesai dua jam kemudian. Keduanya beristirahat menyender di kursi kayu."Akhirnya, selesai juga. Makasih ya Ika." Shani menghela napas."Sama-sama." Ika sangat senang bisa membantu temannya."Ngomong-ngomong ada angin apa pagi-pagi kesini?""Aku pengen cerita.""Apa ada masalah? Cerita saja, aku selalu jadi pendengar yang baik."Belum sempat Ika membuka mulut, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan toko. Ika dan Shani mengenal mobil itu. Mereka langsung tersenyum. Dua orang wanita dan satu pria keluar dari mobil
Beberapa pria dengan setelan jas rapi memasuki rumah. Ika dan keluarganya berdiri di ruang tengah menyambut mereka. Ayah Ika mempersilahkan mereka duduk. Ika dan adik-adiknya membawa minuman dan cemilan dari dapur, kemudian memberikaNnya pada tamu-tamu itu."Kau mempunyai putri yang cantik-cantik ternyata." Pria paruh baya -yang Ika tahu adalah Pak Hartama- tersenyum.Ayahnya hanya diam dan menatapnya dengan gugup."Aku kemari ingin menyampaikan berita gembira, kalian jangan terlalu gugup." Dia memberi kode untuk menyuruh kami semua duduk berhadapan dengan mereka di sofa. Dan anehnya kami semua mengikuti kode itu. Siapa sebenarnya tuan rumah disini?"Davin." Pak Hartama itu memandang pada pemuda di sampingnya."Kau ingin yang mana?""Terserah Paman," jawabnya datar."Paman sudah memilihkan yang terbaik untukmu."Ika menangkap bahwa si Davin ini tidak terlalu tertarik. Mungkin dia juga dipaksa kemari. Pandangan Ika bertemu dengan Pak Hartama. Ika tidak tahan dengan tingkahnya yang angku
Ika tertawa getir di dalam hatinya. Bagaimana bisa ini terjadi lagi? Apakah ayahnya pikir dia akan mau jatuh ke lubang yang sama lagi? Tidak. Dulu dia masih sangat muda, dia terpaksa melakukannya karena iming-iming ayahnya. Tapi sekarang, dia sudah tahu kalau dia menerima ini, berarti dia sangat bodoh sekali. Harus ada alasan yang sangat kuat untuknya menerima ini lagi. Ika tidak habis pikir, kenapa orang ingin menjodohkan anak mereka hanya untuk urusan bisnis. Pernikahan bukan untuk main-main."Bagaimana Ika?" Ayahnya meminta jawaban."Tidak." Ika sangat tegas dalam hal ini.Ayah memahami itu, dia tidak bertanya lagi."Mereka akan datang ke rumah ini besok malam untuk membicarakan hal itu. Kita harus bersiap-siap. Ika, keputusanmu akan sangat menentukan nasib keluarga kita. Kalau kau ingin menolak, harus ada alasan yang tepat.""Dengan siapa perjodohan ini akan dilakukan?" Mamanya bertanya penasaran."Keponakan Pak Hartama, namanya Davin.""Apakah Diana memungkinkan Pa?""Apa Mama b
Ika berjalan menyusuri lorong, tempat dimana ia akan menjemput ayahnya. Lapas Pekanbaru. Suasana terasa suram. Sore ini, ayah Ika sudah bisa bebas setelah menjalani masa hukuman selama lima tahun. Mereka kehilangan sebagian besar kekayaan akibat kasus pidana itu. Awal-awal ayahnya di penjara, Ika tidak bisa menemaninya karena masih berada di Teluk Kuantan. Untungnya dia bisa masuk Universitas di Pekanbaru lewat jalur undangan. Ika kuliah dengan uang simpanan dan pemberian dari neneknya. Dia juga harus bekerja untuk mencukupi uang makan dan membayar uang kos. Kehidupan yang berbanding terbalik dengan dulu sebelum ayahnya menjadi tersangka.Ika sudah sangat sering ke tempat ini. Masih jelas di ingatannya pertama kali dia berkunjung kesini. Bagaimana sedihnya mereka waktu itu. Semakin lama waktu berlalu mereka mulai menerimanya dan sudah pasrah. Sekarang akhirnya ayah bisa bebas. Ika merasa sangat lega. Harapannya adalah agar Ayah bisa berubah setelah menjalani hukuman ini. Walaubagaiman
Radhy tiba di ruangan kakeknya, dia mengetuk pintu dan langsung masuk. Kakeknya sedang duduk sambil menatapnya. Tanpa basa-basi Radhy bertanya,"Apa yang Kakek lakukan?""Tenang dulu..." Kakek menatapnya dengan wajah santai."Ini rencana Kakek? Mempertemukan kami disini? Di hari pertamaku?""Iya, benar. Kakek sengaja melakukannya.""Kenapa?""Karena kalian harus bertemu, membicarakan banyak hal. Menyelesaikan semua masalah dan berbaikan."Radhy tersenyum miris, "Aku tidak mau melibatkan gadis itu lagi, aku tidak ingin mengganggunya lagi! Semua sudah selesai, kenapa kakek malah membuat masalah baru lagi?""Kau yang pertama kali membuat dia terlibat Radhy! Kau tidak ingat?" Kakek mulai emosi.Radhy terdiam."Kalaupun bukan kita, orang lain akan menyeretnya kembali. Dia masih anak ayahnya. Dan ayahnya akan segera kembali."Radhy mengepalkan tangannya, "Biarkan orang lain menyeretnya, tapi aku tidak!""Nak," Kakek membujuknya."Jangan sekali-kali membuat aku berurusan dengan dia lagi, Kek
Radhy Arfian, seorang pengusaha kaya raya yang mewarisi perusahaan kakeknya, kembali ke kota kelahirannya setelah lama menggeluti pekerjaan di luar negeri dengan mitra bisnisnya. Lima tahun dia habiskan di negeri orang dan akhirnya memutuskan kembali karena hal penting yang harus dia tangani. Radhy sedang dalam perjalanan menuju kantor, dia baru saja dijemput oleh supir pribadinya di bandara. Kakeknya meminta untuk langsung ke kantor karena ada pekerjaan mendesak. Mobilnya melaju di tengah hujan.Radhy memiliki penampilan yang menawan. Tinggi dan tampan. Dia juga terkenal sangat gila kerja. Seperti halnya hari ini, dia bisa saja memilih istirahat setelah perjalanan panjang dan melelahkan. Tapi pria itu malah mengiyakan permintaan kakeknya untuk langsung menghadiri rapat. Radhy sibuk dengan ponselnya melihat jadwal rapat dan materi rapatnya.Tiba-tiba mobil berhenti, Radhy agak terdorong ke depan."Ada apa Pak?" tanyanya pada sopir.Pak sopir melihat ke depan berusaha mengetahui apa ya
Hari ini seorang gadis terbangun dengan kepala pusing karena terlalu lama tidur. Dia melihat ponselnya ternyata sudah jam sepuluh lewat. Gadis itu menutupi wajah dengan tangannya sambil berpikir berapa lama dia tidur."Dua belas jam? Luar biasa!" ucapnya.Dia tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Seorang gadis tidur selama setengah putaran rotasi bumi. Sebenarnya dia terbangun dini hari tadi karena kelaparan, setelah itu dia tidur lagi selesai subuh. Gadis itu mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi. Rambut hitamnya ikal, lebat dan panjang sebatas pinggang. Tangannya meraih ikat rambut dan menguncir rambutnya tinggi ke atas, memperlihatkan dengan jelas bentuk rahang dan wajahnya. Paras yang rupawan, terlihat sangat cantik walaupun baru bangun tidur. Matanya berwarna coklat gelap dan terlihat sayu.Dia melempar pandangannya keluar jendela kamar kosnya. Hujan. Tidak terlalu deras. Indah. Bibirnya terangkat tersenyum tipis. Entah kenapa hujan selalu membuat perasaannya menjadi senang
"Apa kau paham?"Pertanyaan singkat itu terasa menyudutkan sekaligus mengerikan, membuat bulu kuduk Prawiga merinding. Dia sudah salah memilih jalan dulu, tapi dia tidak bisa berbalik arah lagi walaupun dia ingin. Kalau dia nekad, pria yang duduk di hadapannya ini akan mendorongnya jatuh ke jurang. Saat ini, yang bisa dilakukannya hanyalah patuh. Lebih tepatnya pura-pura patuh."Paham Pak," jawabnya dengan suara bergetar."Bagus. Sejauh ini kau sudah menutup mulut dengan baik. Sebagai imbalannya, aku akan memberikan kabar gembira padamu."Prawiga tercekat, dia kesulitan menelan ludahnya. Tidak mungkin ada kabar gembira dari orang yang menjerumuskannya sendirian dalam kubangan, mengancam dan membuatnya terpuruk."Aku ingin menjodohkan keponakanku dengan Ika."Benar saja, Prawiga merasa pandangannya berkunang-kunang. Apa lagi sekarang? Dia ingin lepas dari semua pemikiran dan rencana gila mantan bosnya itu."Pak, kami tidak akan buka mulut sama sekali. Saya jamin, keluarga saya juga tid
"Apa kau paham?"Pertanyaan singkat itu terasa menyudutkan sekaligus mengerikan, membuat bulu kuduk Prawiga merinding. Dia sudah salah memilih jalan dulu, tapi dia tidak bisa berbalik arah lagi walaupun dia ingin. Kalau dia nekad, pria yang duduk di hadapannya ini akan mendorongnya jatuh ke jurang. Saat ini, yang bisa dilakukannya hanyalah patuh. Lebih tepatnya pura-pura patuh."Paham Pak," jawabnya dengan suara bergetar."Bagus. Sejauh ini kau sudah menutup mulut dengan baik. Sebagai imbalannya, aku akan memberikan kabar gembira padamu."Prawiga tercekat, dia kesulitan menelan ludahnya. Tidak mungkin ada kabar gembira dari orang yang menjerumuskannya sendirian dalam kubangan, mengancam dan membuatnya terpuruk."Aku ingin menjodohkan keponakanku dengan Ika."Benar saja, Prawiga merasa pandangannya berkunang-kunang. Apa lagi sekarang? Dia ingin lepas dari semua pemikiran dan rencana gila mantan bosnya itu."Pak, kami tidak akan buka mulut sama sekali. Saya jamin, keluarga saya juga tid
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen