Hari ini seorang gadis terbangun dengan kepala pusing karena terlalu lama tidur. Dia melihat ponselnya ternyata sudah jam sepuluh lewat. Gadis itu menutupi wajah dengan tangannya sambil berpikir berapa lama dia tidur.
"Dua belas jam? Luar biasa!" ucapnya.Dia tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Seorang gadis tidur selama setengah putaran rotasi bumi. Sebenarnya dia terbangun dini hari tadi karena kelaparan, setelah itu dia tidur lagi selesai subuh. Gadis itu mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi. Rambut hitamnya ikal, lebat dan panjang sebatas pinggang. Tangannya meraih ikat rambut dan menguncir rambutnya tinggi ke atas, memperlihatkan dengan jelas bentuk rahang dan wajahnya. Paras yang rupawan, terlihat sangat cantik walaupun baru bangun tidur. Matanya berwarna coklat gelap dan terlihat sayu.Dia melempar pandangannya keluar jendela kamar kosnya. Hujan. Tidak terlalu deras. Indah. Bibirnya terangkat tersenyum tipis. Entah kenapa hujan selalu membuat perasaannya menjadi senang dan tenang. Gadis itu dengan segera bangun melangkah membuka jendela. Udara dingin masuk disertai bau rumput dan tanah. Dihirupnya napas dalam berulang kali sampai dia merasa pusing di kepalanya berkurang.Gadis itu bernama Meyka Irfa, biasa dipanggil Ika, seorang gadis yang baru lulus kuliah. Pengangguran. Dia ingin menikmati masa-masa hidup menyenangkan tanpa tuntutan sebelum memasuki dunia nyata. Tapi sepertinya menjadi pemalas tidak cocok untuknya.Ika bergegas mengambil peralatan mandinya dan masuk ke kamar mandi. Lima belas menit kemudian dia sudah siap dengan baju dan rok panjangnya. Gadis itu menatap cermin, menyisir rambutnya, dan memasang jilbab warna marun kesayangannya.Ika bergegas mengantongi ponselnya dan berjalan keluar kamar kos. Langkahnya terhenti ketika dia teringat sesuatu, "Aduh! Lupa bawa payung." sambil menepuk kepalanya.Dia masuk kembali ke kamar mengambil payung kemudian keluar mengunci pintu kamar kos. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju tempat dimana dia biasa menghabiskan waktu. Toko Bunga Blossom. Ika biasa membantu pekerjaan temannya disana.Di sepanjang perjalanan Ika sibuk melihat hujan. Ia menjulurkan tangan dan merasakan tetes air hujan jatuh ke jari-jarinya. Kebiasaan kekanakan yang sulit hilang. Dia memainkan genangan air dengan kakinya. Gadis itu menikmati perjalanannya di bawah hujan dengan perasaan senang.Kemudian tiba-tiba kenangan suara hadir di benaknya,'Ika, jangan hanya melihat hujan, perhatikan langkahmu!'DegIka langsung terhenti. Ingatan itu muncul tiba-tiba. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya tidak mau mengingat lebih jauh. Gadis itu mempercepat jalannya, yang kemudian menyebabkannya tersandung.BrukTangan dan lutut Ika refleks menyentuh tanah, payungnya lepas, terbang ke jalan dimana kendaraan banyak melintas."Aduh, ya ampun! Gimana ini? Payungnya terbang!" Ika langsung mengejar tanpa mempedulikan tubuhnya yang diguyur hujan.Ika menemukan payungnya rusak mengenai sepeda motor. Pemilik sepeda motor itu memberikan payungnya, "Hati-hati dek! Bisa bahaya ini, jangan melamun kalau jalan! Apalagi hujan. Untung gak terjadi kecelakaan.""Iya, maaf bang." Ika menundukkan badan karena malu. Dia sudah membuat beberapa kendaraan berhenti. Hujan semakin deras. Ika merentangkan tangannya di atas kepala agar dia bisa melihat dengan jelas.Tidak jauh dari tempat Ika berdiri, seorang pengemudi mobil membuka kaca mobilnya dan menyodorkan payung."Ini ambil payungnya! Kamu basah kuyup. Ambil saja untuk kamu!" Kata seorang bapak paruh baya dengan suara agak lantang menyaingi suara hujan.Tanpa pikir panjang, Ika yang mendengar itu langsung berjalan ke arah mobil mengambil payung tersebut dan membukanya. Dia sudah mulai menggigil kedinginan."Terima kasih Pak," ucapnya sambil tersenyum pada bapak itu.Bapak itu balas tersenyum dan melanjutkan perjalanannya, begitu juga dengan pemilik sepeda motor yang menabrak payung tadi.Lalu lintas sudah pulih kembali dan Ika melanjutkan perjalanannya menuju toko temannya. Perasaan malu masih terasa di hatinya.'Aduh, memalukan!Kenapa aku bisa tersandung?Otak sama kaki kok tidak sinkron, malunya!Untung ada bapak yang baik tadi ya, setidaknya payung pemberiannya bisa menutupi mukaku yang memalukan ini!Aarrgh, malunya!'Ika memperhatikan payung rusak yang masih dia pegang. Kemudian beralih ke payung baru yang dia dapatkan. Warnanya biru muda. Hatinya sedikit membaik melihat payung penyelamat itu.Ika tiba di toko temannya, dia langsung disambut dengan muka heran, "Ika, kau kenapa? Pakai payung tapi kok basah kuyup?" Temannya melihat payung rusak di tangan Ika."Shani, nanti saja ceritanya! Aku kedinginan.""Ya sudah cepat sana ke dalam, ganti bajumu!"Ika langsung masuk dan ganti baju di ruangan kecil dalam toko temannya. Setelah dia selesai, Ika duduk di kursi panjang di samping meja yang penuh bunga. Ada banyak bunga cantik yang segar, ada yang palsu juga, dan ada yang sudah diawetkan.Shani tiba-tiba duduk di sampingnya memasang wajah kepo sambil menaikkan alisnya. Ika tersenyum tipis."Mau tahu banget?"Shani mengangguk."Ini memalukan sekali Shani. Payungku terbang nabrak sepeda motor," cerita Ika."Kok bisa? Kau mikirin apa? Hayooo, mencurigakan! Hahaha." Shani malah meledek."Gak ada, cuma melihat hujan, kesandung deh." Ika mencoba melupakan penyebab sebenarnya kejadian memalukan ini."Makanya kalau mikirin cowok jangan di jalan! Kalau suka bilang aja langsung. Gak bakalan kesandung kalau gak melamun. Kok bisa payungnya lepas terus terbang?" Shani tambah semangat."Udah dibilang gak ada mikirin apa-apa kok.""Yang bener?""Iya, betul.""Terus, itu payung dari siapa?""Ada tadi bapak-bapak baik hati ngasih. Mungkin gak tega ngelihat aku kehujanan.""Bapak-bapak apa cowok ganteng?" Shani senyum menggoda."Ni anak ya, yang ada di otaknya cowok mulu! Makanya jangan kebanyakan nonton drama korea! Jadi halu kan? Dikit-dikit cowok ganteng.""Mana tau kan? Ketemu jodoh." Shani tertawa gemes sendiri.Ika hanya membalasnya dengan tersenyum manis sambil mencubit lengan Shani. Hujan masih awet menemani suara tawa mereka.Terdengar suara dering ponsel dari dalam ruangan. Shani langsung beranjak mengangkatnya. Ika hanya mendengar suara lirih percakapan mereka dari tempat duduknya. Sepertinya ada masalah.Benar saja, Shani keluar dengan muka cemas."Ada apa?" tanya Ika."Pesanan buket yang barusan diantar ternyata kurang. Mereka minta diantar langsung sekarang sisanya. Soalnya mereka udah bayar.""Berapa kurangnya?""Lima.""Di luar masih hujan. Gimana mau ngantar? Gak ada mobil!""Bantuin aku ya Ika, kita bawa pake motor. Aku ada jas hujan. Tempatnya dekat kok!""Gak mau, malas.""Gak ada, harus ikut!"Shani menarik tangan Ika. Memberikan jas hujan. Kemudian Shani menyiapkan segala sesuatunya. Ika dengan terpaksa memakai jas hujan dan membantu menyiapkan motor.Setelah semua persiapan selesai mereka siap berangkat."Ika, hati-hati pegang kotak bunganya, jangan sampai jatuh ya!""Oke bos, pelan-pelan bawa motornya!"Mereka melaju menembus hujan. Shani berusaha menajamkan pandangannya di tengah hujan. Sedangkan Ika memegang erat kotak buket dengan pikiran melayang-layang. Dia baru saja kehujanan dan harus menerjang hujan lagi. Dia bahkan tidak tahu kemana mereka akan pergi.Shani membawa motor menuju sebuah gedung kantor. Karena hujan, Ika tidak melihat jelas dimana mereka berada, dia juga tidak mau tahu dimana mereka berada, yang penting kerjaan ini cepat selesai. Ika hanya mengekor mengikuti temannya masuk ke dalam.Shani mendatangi seseorang dan bertanya kemana dia harus mengantar bunganya. Orang itu dengan ramah menunjukkan jalan. Ika lanjut berjalan mengikuti mereka sambil membawa kotak buket bunga. Mereka tiba di sebuah ruangan. Pegawai wanita yang menuntun mereka mengetuk pintu."Masuk!" Terdengar suara lirih dari dalam."Maaf Pak, kami mengantar beberapa buket bunga untuk anda," kata pegawai wanita.Merekapun masuk ke dalam untuk meletakkan bunganya disana. Namun baru beberapa langkah dia masuk ke dalam, Ika langsung terhenti saat matanya beradu pandang dengan seseorang yang duduk di sofa.DegIka sedikit tersentak ke belakang. Kemudian langsung menunduk menyembunyikan rasa kagetnya. Dia berdiri seperti patung saking terkejutnya. Matanya terasa perih. Dia ingin membalikkan badan melarikan diri, namun kakinya terasa berat.Kemudian Ika memandangi kotak buket bunga yang dia pegang. Kotak yang transparan memperlihatkan dengan jelas isi di dalamnya. Tertulis sebuah nama disana.Radhy Arfian.Dan Ika tersadar, secara tidak sengaja dia berada di tempat yang tidak seharusnya.'Sepertinya musim hujan kali ini akan membuat mataku memerah.'Radhy Arfian, seorang pengusaha kaya raya yang mewarisi perusahaan kakeknya, kembali ke kota kelahirannya setelah lama menggeluti pekerjaan di luar negeri dengan mitra bisnisnya. Lima tahun dia habiskan di negeri orang dan akhirnya memutuskan kembali karena hal penting yang harus dia tangani. Radhy sedang dalam perjalanan menuju kantor, dia baru saja dijemput oleh supir pribadinya di bandara. Kakeknya meminta untuk langsung ke kantor karena ada pekerjaan mendesak. Mobilnya melaju di tengah hujan.Radhy memiliki penampilan yang menawan. Tinggi dan tampan. Dia juga terkenal sangat gila kerja. Seperti halnya hari ini, dia bisa saja memilih istirahat setelah perjalanan panjang dan melelahkan. Tapi pria itu malah mengiyakan permintaan kakeknya untuk langsung menghadiri rapat. Radhy sibuk dengan ponselnya melihat jadwal rapat dan materi rapatnya.Tiba-tiba mobil berhenti, Radhy agak terdorong ke depan."Ada apa Pak?" tanyanya pada sopir.Pak sopir melihat ke depan berusaha mengetahui apa ya
Radhy tiba di ruangan kakeknya, dia mengetuk pintu dan langsung masuk. Kakeknya sedang duduk sambil menatapnya. Tanpa basa-basi Radhy bertanya,"Apa yang Kakek lakukan?""Tenang dulu..." Kakek menatapnya dengan wajah santai."Ini rencana Kakek? Mempertemukan kami disini? Di hari pertamaku?""Iya, benar. Kakek sengaja melakukannya.""Kenapa?""Karena kalian harus bertemu, membicarakan banyak hal. Menyelesaikan semua masalah dan berbaikan."Radhy tersenyum miris, "Aku tidak mau melibatkan gadis itu lagi, aku tidak ingin mengganggunya lagi! Semua sudah selesai, kenapa kakek malah membuat masalah baru lagi?""Kau yang pertama kali membuat dia terlibat Radhy! Kau tidak ingat?" Kakek mulai emosi.Radhy terdiam."Kalaupun bukan kita, orang lain akan menyeretnya kembali. Dia masih anak ayahnya. Dan ayahnya akan segera kembali."Radhy mengepalkan tangannya, "Biarkan orang lain menyeretnya, tapi aku tidak!""Nak," Kakek membujuknya."Jangan sekali-kali membuat aku berurusan dengan dia lagi, Kek
Ika berjalan menyusuri lorong, tempat dimana ia akan menjemput ayahnya. Lapas Pekanbaru. Suasana terasa suram. Sore ini, ayah Ika sudah bisa bebas setelah menjalani masa hukuman selama lima tahun. Mereka kehilangan sebagian besar kekayaan akibat kasus pidana itu. Awal-awal ayahnya di penjara, Ika tidak bisa menemaninya karena masih berada di Teluk Kuantan. Untungnya dia bisa masuk Universitas di Pekanbaru lewat jalur undangan. Ika kuliah dengan uang simpanan dan pemberian dari neneknya. Dia juga harus bekerja untuk mencukupi uang makan dan membayar uang kos. Kehidupan yang berbanding terbalik dengan dulu sebelum ayahnya menjadi tersangka.Ika sudah sangat sering ke tempat ini. Masih jelas di ingatannya pertama kali dia berkunjung kesini. Bagaimana sedihnya mereka waktu itu. Semakin lama waktu berlalu mereka mulai menerimanya dan sudah pasrah. Sekarang akhirnya ayah bisa bebas. Ika merasa sangat lega. Harapannya adalah agar Ayah bisa berubah setelah menjalani hukuman ini. Walaubagaiman
Ika tertawa getir di dalam hatinya. Bagaimana bisa ini terjadi lagi? Apakah ayahnya pikir dia akan mau jatuh ke lubang yang sama lagi? Tidak. Dulu dia masih sangat muda, dia terpaksa melakukannya karena iming-iming ayahnya. Tapi sekarang, dia sudah tahu kalau dia menerima ini, berarti dia sangat bodoh sekali. Harus ada alasan yang sangat kuat untuknya menerima ini lagi. Ika tidak habis pikir, kenapa orang ingin menjodohkan anak mereka hanya untuk urusan bisnis. Pernikahan bukan untuk main-main."Bagaimana Ika?" Ayahnya meminta jawaban."Tidak." Ika sangat tegas dalam hal ini.Ayah memahami itu, dia tidak bertanya lagi."Mereka akan datang ke rumah ini besok malam untuk membicarakan hal itu. Kita harus bersiap-siap. Ika, keputusanmu akan sangat menentukan nasib keluarga kita. Kalau kau ingin menolak, harus ada alasan yang tepat.""Dengan siapa perjodohan ini akan dilakukan?" Mamanya bertanya penasaran."Keponakan Pak Hartama, namanya Davin.""Apakah Diana memungkinkan Pa?""Apa Mama b
Beberapa pria dengan setelan jas rapi memasuki rumah. Ika dan keluarganya berdiri di ruang tengah menyambut mereka. Ayah Ika mempersilahkan mereka duduk. Ika dan adik-adiknya membawa minuman dan cemilan dari dapur, kemudian memberikaNnya pada tamu-tamu itu."Kau mempunyai putri yang cantik-cantik ternyata." Pria paruh baya -yang Ika tahu adalah Pak Hartama- tersenyum.Ayahnya hanya diam dan menatapnya dengan gugup."Aku kemari ingin menyampaikan berita gembira, kalian jangan terlalu gugup." Dia memberi kode untuk menyuruh kami semua duduk berhadapan dengan mereka di sofa. Dan anehnya kami semua mengikuti kode itu. Siapa sebenarnya tuan rumah disini?"Davin." Pak Hartama itu memandang pada pemuda di sampingnya."Kau ingin yang mana?""Terserah Paman," jawabnya datar."Paman sudah memilihkan yang terbaik untukmu."Ika menangkap bahwa si Davin ini tidak terlalu tertarik. Mungkin dia juga dipaksa kemari. Pandangan Ika bertemu dengan Pak Hartama. Ika tidak tahan dengan tingkahnya yang angku
Ika meninggalkan rumah ayahnya pagi-pagi sekali. Ika berencana untuk langsung ke toko Shani, membantunya sambil main dan cerita-cerita. Dia butuh curhat sekarang. Ika sudah berada di depan toko dan melihat Shani sangat sibuk. Dia masuk ke dalam."Shani! Wah, lagi banyak pesanan ya?"Shani menoleh ke arahnya dan langsung memasang muka lega."Kebetulan, ayo kesini Ika!"Shani langsung menarik Ika ke tempat tumpukan bunga yang akan mereka jadikan buket cantik. Pekerjaan mereka selesai dua jam kemudian. Keduanya beristirahat menyender di kursi kayu."Akhirnya, selesai juga. Makasih ya Ika." Shani menghela napas."Sama-sama." Ika sangat senang bisa membantu temannya."Ngomong-ngomong ada angin apa pagi-pagi kesini?""Aku pengen cerita.""Apa ada masalah? Cerita saja, aku selalu jadi pendengar yang baik."Belum sempat Ika membuka mulut, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan toko. Ika dan Shani mengenal mobil itu. Mereka langsung tersenyum. Dua orang wanita dan satu pria keluar dari mobil
"Apa kau paham?"Pertanyaan singkat itu terasa menyudutkan sekaligus mengerikan, membuat bulu kuduk Prawiga merinding. Dia sudah salah memilih jalan dulu, tapi dia tidak bisa berbalik arah lagi walaupun dia ingin. Kalau dia nekad, pria yang duduk di hadapannya ini akan mendorongnya jatuh ke jurang. Saat ini, yang bisa dilakukannya hanyalah patuh. Lebih tepatnya pura-pura patuh."Paham Pak," jawabnya dengan suara bergetar."Bagus. Sejauh ini kau sudah menutup mulut dengan baik. Sebagai imbalannya, aku akan memberikan kabar gembira padamu."Prawiga tercekat, dia kesulitan menelan ludahnya. Tidak mungkin ada kabar gembira dari orang yang menjerumuskannya sendirian dalam kubangan, mengancam dan membuatnya terpuruk."Aku ingin menjodohkan keponakanku dengan Ika."Benar saja, Prawiga merasa pandangannya berkunang-kunang. Apa lagi sekarang? Dia ingin lepas dari semua pemikiran dan rencana gila mantan bosnya itu."Pak, kami tidak akan buka mulut sama sekali. Saya jamin, keluarga saya juga tid
Ika meninggalkan rumah ayahnya pagi-pagi sekali. Ika berencana untuk langsung ke toko Shani, membantunya sambil main dan cerita-cerita. Dia butuh curhat sekarang. Ika sudah berada di depan toko dan melihat Shani sangat sibuk. Dia masuk ke dalam."Shani! Wah, lagi banyak pesanan ya?"Shani menoleh ke arahnya dan langsung memasang muka lega."Kebetulan, ayo kesini Ika!"Shani langsung menarik Ika ke tempat tumpukan bunga yang akan mereka jadikan buket cantik. Pekerjaan mereka selesai dua jam kemudian. Keduanya beristirahat menyender di kursi kayu."Akhirnya, selesai juga. Makasih ya Ika." Shani menghela napas."Sama-sama." Ika sangat senang bisa membantu temannya."Ngomong-ngomong ada angin apa pagi-pagi kesini?""Aku pengen cerita.""Apa ada masalah? Cerita saja, aku selalu jadi pendengar yang baik."Belum sempat Ika membuka mulut, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan toko. Ika dan Shani mengenal mobil itu. Mereka langsung tersenyum. Dua orang wanita dan satu pria keluar dari mobil
Beberapa pria dengan setelan jas rapi memasuki rumah. Ika dan keluarganya berdiri di ruang tengah menyambut mereka. Ayah Ika mempersilahkan mereka duduk. Ika dan adik-adiknya membawa minuman dan cemilan dari dapur, kemudian memberikaNnya pada tamu-tamu itu."Kau mempunyai putri yang cantik-cantik ternyata." Pria paruh baya -yang Ika tahu adalah Pak Hartama- tersenyum.Ayahnya hanya diam dan menatapnya dengan gugup."Aku kemari ingin menyampaikan berita gembira, kalian jangan terlalu gugup." Dia memberi kode untuk menyuruh kami semua duduk berhadapan dengan mereka di sofa. Dan anehnya kami semua mengikuti kode itu. Siapa sebenarnya tuan rumah disini?"Davin." Pak Hartama itu memandang pada pemuda di sampingnya."Kau ingin yang mana?""Terserah Paman," jawabnya datar."Paman sudah memilihkan yang terbaik untukmu."Ika menangkap bahwa si Davin ini tidak terlalu tertarik. Mungkin dia juga dipaksa kemari. Pandangan Ika bertemu dengan Pak Hartama. Ika tidak tahan dengan tingkahnya yang angku
Ika tertawa getir di dalam hatinya. Bagaimana bisa ini terjadi lagi? Apakah ayahnya pikir dia akan mau jatuh ke lubang yang sama lagi? Tidak. Dulu dia masih sangat muda, dia terpaksa melakukannya karena iming-iming ayahnya. Tapi sekarang, dia sudah tahu kalau dia menerima ini, berarti dia sangat bodoh sekali. Harus ada alasan yang sangat kuat untuknya menerima ini lagi. Ika tidak habis pikir, kenapa orang ingin menjodohkan anak mereka hanya untuk urusan bisnis. Pernikahan bukan untuk main-main."Bagaimana Ika?" Ayahnya meminta jawaban."Tidak." Ika sangat tegas dalam hal ini.Ayah memahami itu, dia tidak bertanya lagi."Mereka akan datang ke rumah ini besok malam untuk membicarakan hal itu. Kita harus bersiap-siap. Ika, keputusanmu akan sangat menentukan nasib keluarga kita. Kalau kau ingin menolak, harus ada alasan yang tepat.""Dengan siapa perjodohan ini akan dilakukan?" Mamanya bertanya penasaran."Keponakan Pak Hartama, namanya Davin.""Apakah Diana memungkinkan Pa?""Apa Mama b
Ika berjalan menyusuri lorong, tempat dimana ia akan menjemput ayahnya. Lapas Pekanbaru. Suasana terasa suram. Sore ini, ayah Ika sudah bisa bebas setelah menjalani masa hukuman selama lima tahun. Mereka kehilangan sebagian besar kekayaan akibat kasus pidana itu. Awal-awal ayahnya di penjara, Ika tidak bisa menemaninya karena masih berada di Teluk Kuantan. Untungnya dia bisa masuk Universitas di Pekanbaru lewat jalur undangan. Ika kuliah dengan uang simpanan dan pemberian dari neneknya. Dia juga harus bekerja untuk mencukupi uang makan dan membayar uang kos. Kehidupan yang berbanding terbalik dengan dulu sebelum ayahnya menjadi tersangka.Ika sudah sangat sering ke tempat ini. Masih jelas di ingatannya pertama kali dia berkunjung kesini. Bagaimana sedihnya mereka waktu itu. Semakin lama waktu berlalu mereka mulai menerimanya dan sudah pasrah. Sekarang akhirnya ayah bisa bebas. Ika merasa sangat lega. Harapannya adalah agar Ayah bisa berubah setelah menjalani hukuman ini. Walaubagaiman
Radhy tiba di ruangan kakeknya, dia mengetuk pintu dan langsung masuk. Kakeknya sedang duduk sambil menatapnya. Tanpa basa-basi Radhy bertanya,"Apa yang Kakek lakukan?""Tenang dulu..." Kakek menatapnya dengan wajah santai."Ini rencana Kakek? Mempertemukan kami disini? Di hari pertamaku?""Iya, benar. Kakek sengaja melakukannya.""Kenapa?""Karena kalian harus bertemu, membicarakan banyak hal. Menyelesaikan semua masalah dan berbaikan."Radhy tersenyum miris, "Aku tidak mau melibatkan gadis itu lagi, aku tidak ingin mengganggunya lagi! Semua sudah selesai, kenapa kakek malah membuat masalah baru lagi?""Kau yang pertama kali membuat dia terlibat Radhy! Kau tidak ingat?" Kakek mulai emosi.Radhy terdiam."Kalaupun bukan kita, orang lain akan menyeretnya kembali. Dia masih anak ayahnya. Dan ayahnya akan segera kembali."Radhy mengepalkan tangannya, "Biarkan orang lain menyeretnya, tapi aku tidak!""Nak," Kakek membujuknya."Jangan sekali-kali membuat aku berurusan dengan dia lagi, Kek
Radhy Arfian, seorang pengusaha kaya raya yang mewarisi perusahaan kakeknya, kembali ke kota kelahirannya setelah lama menggeluti pekerjaan di luar negeri dengan mitra bisnisnya. Lima tahun dia habiskan di negeri orang dan akhirnya memutuskan kembali karena hal penting yang harus dia tangani. Radhy sedang dalam perjalanan menuju kantor, dia baru saja dijemput oleh supir pribadinya di bandara. Kakeknya meminta untuk langsung ke kantor karena ada pekerjaan mendesak. Mobilnya melaju di tengah hujan.Radhy memiliki penampilan yang menawan. Tinggi dan tampan. Dia juga terkenal sangat gila kerja. Seperti halnya hari ini, dia bisa saja memilih istirahat setelah perjalanan panjang dan melelahkan. Tapi pria itu malah mengiyakan permintaan kakeknya untuk langsung menghadiri rapat. Radhy sibuk dengan ponselnya melihat jadwal rapat dan materi rapatnya.Tiba-tiba mobil berhenti, Radhy agak terdorong ke depan."Ada apa Pak?" tanyanya pada sopir.Pak sopir melihat ke depan berusaha mengetahui apa ya
Hari ini seorang gadis terbangun dengan kepala pusing karena terlalu lama tidur. Dia melihat ponselnya ternyata sudah jam sepuluh lewat. Gadis itu menutupi wajah dengan tangannya sambil berpikir berapa lama dia tidur."Dua belas jam? Luar biasa!" ucapnya.Dia tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Seorang gadis tidur selama setengah putaran rotasi bumi. Sebenarnya dia terbangun dini hari tadi karena kelaparan, setelah itu dia tidur lagi selesai subuh. Gadis itu mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi. Rambut hitamnya ikal, lebat dan panjang sebatas pinggang. Tangannya meraih ikat rambut dan menguncir rambutnya tinggi ke atas, memperlihatkan dengan jelas bentuk rahang dan wajahnya. Paras yang rupawan, terlihat sangat cantik walaupun baru bangun tidur. Matanya berwarna coklat gelap dan terlihat sayu.Dia melempar pandangannya keluar jendela kamar kosnya. Hujan. Tidak terlalu deras. Indah. Bibirnya terangkat tersenyum tipis. Entah kenapa hujan selalu membuat perasaannya menjadi senang
"Apa kau paham?"Pertanyaan singkat itu terasa menyudutkan sekaligus mengerikan, membuat bulu kuduk Prawiga merinding. Dia sudah salah memilih jalan dulu, tapi dia tidak bisa berbalik arah lagi walaupun dia ingin. Kalau dia nekad, pria yang duduk di hadapannya ini akan mendorongnya jatuh ke jurang. Saat ini, yang bisa dilakukannya hanyalah patuh. Lebih tepatnya pura-pura patuh."Paham Pak," jawabnya dengan suara bergetar."Bagus. Sejauh ini kau sudah menutup mulut dengan baik. Sebagai imbalannya, aku akan memberikan kabar gembira padamu."Prawiga tercekat, dia kesulitan menelan ludahnya. Tidak mungkin ada kabar gembira dari orang yang menjerumuskannya sendirian dalam kubangan, mengancam dan membuatnya terpuruk."Aku ingin menjodohkan keponakanku dengan Ika."Benar saja, Prawiga merasa pandangannya berkunang-kunang. Apa lagi sekarang? Dia ingin lepas dari semua pemikiran dan rencana gila mantan bosnya itu."Pak, kami tidak akan buka mulut sama sekali. Saya jamin, keluarga saya juga tid