Beranda / Romansa / Bukan Perkawinan Bisnis / Bab 3 Rasa Bersalah

Share

Bab 3 Rasa Bersalah

Penulis: Ayukum
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Radhy tiba di ruangan kakeknya, dia mengetuk pintu dan langsung masuk. Kakeknya sedang duduk sambil menatapnya. Tanpa basa-basi Radhy bertanya,

"Apa yang Kakek lakukan?"

"Tenang dulu..." Kakek menatapnya dengan wajah santai.

"Ini rencana Kakek? Mempertemukan kami disini? Di hari pertamaku?"

"Iya, benar. Kakek sengaja melakukannya."

"Kenapa?"

"Karena kalian harus bertemu, membicarakan banyak hal. Menyelesaikan semua masalah dan berbaikan."

Radhy tersenyum miris, "Aku tidak mau melibatkan gadis itu lagi, aku tidak ingin mengganggunya lagi! Semua sudah selesai, kenapa kakek malah membuat masalah baru lagi?"

"Kau yang pertama kali membuat dia terlibat Radhy! Kau tidak ingat?" Kakek mulai emosi.

Radhy terdiam.

"Kalaupun bukan kita, orang lain akan menyeretnya kembali. Dia masih anak ayahnya. Dan ayahnya akan segera kembali."

Radhy mengepalkan tangannya, "Biarkan orang lain menyeretnya, tapi aku tidak!"

"Nak," Kakek membujuknya.

"Jangan sekali-kali membuat aku berurusan dengan dia lagi, Kek! Hari ini kami bertemu di kantor, bagaimana kalau ada yang melihat? Orang bisa berpikir kalau kami masih berhubungan."

"Kakek hanya membuat peluang. Bagus sekali kalian bisa bertemu." Kakek berjalan ke arah Radhy, "Istirahatlah dulu, kau perlu berpikir. Kakek tahu dirimu kaget bertemu dengan Ika tiba-tiba. Kalau kakek suruh langsung kau tidak akan mau. Karena itu kakek mengatur ini. Suka tidak suka kalian akan bertemu lagi nanti. Lebih cepat lebih baik kan?"

Radhy menatap kakeknya dengan marah. Dia tidak menyangka kakek merencanakan ini tanpa memberitahunya. Radhy kemudian berbalik menuju ruangannya.

Radhy terdiam, terduduk lesu di meja kerjanya. Kenapa dia sangat terganggu dengan kejadian pagi ini? Radhy mencoba membuka berkas-berkas pekerjaannya, berusaha melupakan hal-hal yang mengganggu.

"Sial, aku tidak bisa fokus!"

Radhy menatap ke depan, tempat dimana Ika tadinya berdiri. Terbayang olehnya bagaimana gadis itu sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Penampilannya sudah sangat berubah, gadis itu memakai jilbab dengan pakaian warna gelap dan wajah yang sudah bertambah dewasa. Dia bukan lagi gadis ceria dan polos seperti dulu, sudah banyak hal yang dilaluinya.

Mata Radhy beralih pada buket bunga yang berantakan. Ika mungkin lupa menyusunnya karena buru-buru keluar. Dia melangkah kesana dan merapikan buket tersebut. Dia masih tidak menyangka, gadis yang seharusnya menjauhinya malah datang ke ruangannya membawa bunga. Mungkin sekarang dia menyesal sudah datang kesini.

Gadis itu, bahkan sedikitpun dia tidak melihat ke arahku. Sangat mengganggu sekali.

________________

Ika duduk termenung di depan buket bunga yang sudah disusunnya. Raut mukanya terlihat cemas. Shani menyadari kegalauan temannya. Dia duduk dihadapan Ika dan menatapnya dengan serius.

"Ika, kau mau cerita tentang kejadian tadi?"

Ika hanya diam.

"Kau terlihat sangat emosional tadi, apa sekarang sudah baik-baik saja?"

"Tidak, ini tidak baik Shani." Ika balas menatapnya.

"Apa yang kau rasakan?"

"Rasanya tidak tenang, cemas dan takut."

"Apa yang kau takutkan? Menurutku wajar saja kalau tiba-tiba kita ketemu mantan. Dunia memang sempit."

"Aku punya firasat buruk, kalau aku tahu aku tidak akan pergi kesana."

Shani terdiam. Sepertinya masalahnya lebih rumit dari yang dia pikirkan.

"Kenapa aku tadi tidak melihat dulu? Namanya tertulis di buket itu tapi aku tidak sadar. Kenapa tadi kau tidak memberitahuku kita akan pergi kemana?" sesal Ika.

"Itu karena tadi kita buru-buru, Ika."

Ika menghela napas menyadari kekhilafannya. Rasa cemasnya sekarang menjadi rasa kesal. Ika meletakkan dahinya ke atas meja.

"Sudah, tidak perlu kesal apalagi khawatir. Mungkin memang takdirnya kalian bertemu. Kita tidak bisa memutar waktu kan? Terima saja." Shani menepuk bahu Ika sambil tersenyum.

Ika mengangkat wajahnya dan mengangguk membenarkan perkataan Shani.

"Sekarang kau sudah merasa lebih baik?"

"Sudah," jawab Ika sambil tersenyum tipis.

"Oke. Kalau begitu aku ingin bertanya. Ada yang membuatku penasaran."

Ika mengangguk.

"Aku melihatmu setengah berlari keluar gedung, menembus hujan sampai ke seberang jalan. Apa dia mengatakan sesuatu padamu? Dia tidak melakukan yang aneh-aneh kan?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Aku hanya kaget dan sedikit emosional. Hari hujan dan kami hanya berdua di ruangan itu, jadi aku melarikan diri."

"Apa masa lalumu dengannya buruk?"

"Tidak semua."

"Ika, aku bertanya serius sekarang!"

"Dari tadi kan serius."

"Tidak, maksudku, apa kau menyukai laki-laki itu?"

"Dulu iya."

Shani terperanjat, "Dan sampai sekarang masih?"

"Tidak lagi."

"Lalu kenapa tadi kau seperti ingin menangis? Itu artinya ada yang tidak selesai di antara kalian kan?"

"Benar. Ada yang belum selesai."

"Apa itu?"

"Aku melakukan hal buruk padanya, dan aku sangat merasa bersalah. Mungkin itu yang membuat aku terlihat menyedihkan tadi."

"Oke baiklah, dengarkan aku ya, Ika," ucap Shani dengan tegas.

"Apapun yang terjadi di masa lalu, semuanya sudah berlalu kan? Berarti yang tinggal di masa sekarang cuma rasa bersalah saja. Jadi menurutku, kau harus menyelesaikan rasa bersalah itu. Setelah itu baru  kau bisa move on."

"Be-tul sih." Ika tersenyum karena Shani menyimpulkan masalahnya dengan sangat realistis.

"Aku memang belum pernah pacaran, tapi menurutku logikanya seperti itu. Kalau ada kesalahan harus diselesaikan baik-baik misalnya dengan cara meminta maaf. Jadi tidak perlu pusing dan emosional, nanti stres lho."

Ika tertawa dengan kepolosan temannya. Itu mengingatkannya pada dirinya yang dulu. Gadis kecil yang sangat rasional.

"Lho, kenapa? Benar kan?"

"Iya Shani, teorimu benar. Harusnya seperti itu. Tapi ...." Ika berusaha menghentikan gelaknya, "Tidak semudah itu, Fernandes."

"Ya sudah, kalau yang rumit-rumit, aku gak ikutan deh, mumet nanti."

Ika langsung pindah duduk ke samping Shani dan memeluknya. "Pokoknya, lain kali kalau kita ngantar pesanan lagi kasih tahu alamatnya ya, biar aku tidak salah tempat lagi."

"Iya, iya. Bahaya juga nanti kalau tetiba ada yang kabur ninggalin kerjaan kan?"

Tiba-tiba Ika teringat sesuatu.

"Ya ampun bos, aku lupa nyusun buketnya tadi."

"Oalah, kok bisa?"

"Maaf bos. Jangan marah ya bos."

"Ouh, tidak semudah itu Ferdinand."

Mereka tergelak. Sejenak Ika melupakan masalahnya karena ada Shani yang menghiburnya. Senang sekali punya teman yang pengertian dan mau mendengarkan. Ika sangat beruntung. Shani juga senang bisa menghilangkan kemuraman temannya.

Suara pintu dibuka menghentikan tawa mereka. Shani langsung sigap menyambut pelanggan dan melayaninya cukup lama.

Ika sendirian lagi. Kejadian tadi mau tidak mau hadir kembali.

Ika teringat bagaimana mereka berdiri berhadapan. Di ruangan itu hanya ada suara hujan, pria itu, dirinya dan pintu yang terbuka. Dia ingin segera keluar tapi sulit untuk membalikkan badan. Dia tahu, kalau dia berlama-lama disana, mungkin akan ada masalah yang menyusahkan pria di depannya. Pria itu marah karena keberadaannya, kemudian menutup pintu. Mungkin dia takut akan muncul rumor-rumor aneh jika ada yang melihat dan mengenalinya. Ika memilih untuk keluar dari sana secepat mungkin, karena dia takut pria itu melihat air matanya yang menggenang.

Shani benar. Dia harus segera menyelesaikan masalah ini. Rasanya seperti ada tumpukan dalam hati yang ingin dia keluarkan setelah tertimbun begitu lama. Tidak mungkin dia menyimpannya terus-menerus. Tapi banyak hal yang harus dia pertimbangkan, agar tidak terjadi lagi kesalahan seperti lima tahun yang lalu. Ika harus menemukan timing dan metode yang tepat.

Satu hal yang mengganggunya, kenapa mereka harus bertemu hari ini? Sore ini Ika akan menjemput ayahnya dan mengajaknya pulang. Ika takut firasat buruknya menjadi kenyataan.

Sudah lima tahun berlalu. Hari ini Radhy kembali ke Pekanbaru. Hari ini juga ayah Ika keluar dari penjara.

***

Jangan lupa like dan komen ya teman-teman

Kritik dan saran dari kalian sangat ditunggu..

Terima kasih

Bab terkait

  • Bukan Perkawinan Bisnis   Bab 4 Ayah

    Ika berjalan menyusuri lorong, tempat dimana ia akan menjemput ayahnya. Lapas Pekanbaru. Suasana terasa suram. Sore ini, ayah Ika sudah bisa bebas setelah menjalani masa hukuman selama lima tahun. Mereka kehilangan sebagian besar kekayaan akibat kasus pidana itu. Awal-awal ayahnya di penjara, Ika tidak bisa menemaninya karena masih berada di Teluk Kuantan. Untungnya dia bisa masuk Universitas di Pekanbaru lewat jalur undangan. Ika kuliah dengan uang simpanan dan pemberian dari neneknya. Dia juga harus bekerja untuk mencukupi uang makan dan membayar uang kos. Kehidupan yang berbanding terbalik dengan dulu sebelum ayahnya menjadi tersangka.Ika sudah sangat sering ke tempat ini. Masih jelas di ingatannya pertama kali dia berkunjung kesini. Bagaimana sedihnya mereka waktu itu. Semakin lama waktu berlalu mereka mulai menerimanya dan sudah pasrah. Sekarang akhirnya ayah bisa bebas. Ika merasa sangat lega. Harapannya adalah agar Ayah bisa berubah setelah menjalani hukuman ini. Walaubagaiman

  • Bukan Perkawinan Bisnis   Bab 5 Terbayang

    Ika tertawa getir di dalam hatinya. Bagaimana bisa ini terjadi lagi? Apakah ayahnya pikir dia akan mau jatuh ke lubang yang sama lagi? Tidak. Dulu dia masih sangat muda, dia terpaksa melakukannya karena iming-iming ayahnya. Tapi sekarang, dia sudah tahu kalau dia menerima ini, berarti dia sangat bodoh sekali. Harus ada alasan yang sangat kuat untuknya menerima ini lagi. Ika tidak habis pikir, kenapa orang ingin menjodohkan anak mereka hanya untuk urusan bisnis. Pernikahan bukan untuk main-main."Bagaimana Ika?" Ayahnya meminta jawaban."Tidak." Ika sangat tegas dalam hal ini.Ayah memahami itu, dia tidak bertanya lagi."Mereka akan datang ke rumah ini besok malam untuk membicarakan hal itu. Kita harus bersiap-siap. Ika, keputusanmu akan sangat menentukan nasib keluarga kita. Kalau kau ingin menolak, harus ada alasan yang tepat.""Dengan siapa perjodohan ini akan dilakukan?" Mamanya bertanya penasaran."Keponakan Pak Hartama, namanya Davin.""Apakah Diana memungkinkan Pa?""Apa Mama b

  • Bukan Perkawinan Bisnis   Bab 6 Perjodohan

    Beberapa pria dengan setelan jas rapi memasuki rumah. Ika dan keluarganya berdiri di ruang tengah menyambut mereka. Ayah Ika mempersilahkan mereka duduk. Ika dan adik-adiknya membawa minuman dan cemilan dari dapur, kemudian memberikaNnya pada tamu-tamu itu."Kau mempunyai putri yang cantik-cantik ternyata." Pria paruh baya -yang Ika tahu adalah Pak Hartama- tersenyum.Ayahnya hanya diam dan menatapnya dengan gugup."Aku kemari ingin menyampaikan berita gembira, kalian jangan terlalu gugup." Dia memberi kode untuk menyuruh kami semua duduk berhadapan dengan mereka di sofa. Dan anehnya kami semua mengikuti kode itu. Siapa sebenarnya tuan rumah disini?"Davin." Pak Hartama itu memandang pada pemuda di sampingnya."Kau ingin yang mana?""Terserah Paman," jawabnya datar."Paman sudah memilihkan yang terbaik untukmu."Ika menangkap bahwa si Davin ini tidak terlalu tertarik. Mungkin dia juga dipaksa kemari. Pandangan Ika bertemu dengan Pak Hartama. Ika tidak tahan dengan tingkahnya yang angku

  • Bukan Perkawinan Bisnis   Bab 7 Gempar

    Ika meninggalkan rumah ayahnya pagi-pagi sekali. Ika berencana untuk langsung ke toko Shani, membantunya sambil main dan cerita-cerita. Dia butuh curhat sekarang. Ika sudah berada di depan toko dan melihat Shani sangat sibuk. Dia masuk ke dalam."Shani! Wah, lagi banyak pesanan ya?"Shani menoleh ke arahnya dan langsung memasang muka lega."Kebetulan, ayo kesini Ika!"Shani langsung menarik Ika ke tempat tumpukan bunga yang akan mereka jadikan buket cantik. Pekerjaan mereka selesai dua jam kemudian. Keduanya beristirahat menyender di kursi kayu."Akhirnya, selesai juga. Makasih ya Ika." Shani menghela napas."Sama-sama." Ika sangat senang bisa membantu temannya."Ngomong-ngomong ada angin apa pagi-pagi kesini?""Aku pengen cerita.""Apa ada masalah? Cerita saja, aku selalu jadi pendengar yang baik."Belum sempat Ika membuka mulut, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan toko. Ika dan Shani mengenal mobil itu. Mereka langsung tersenyum. Dua orang wanita dan satu pria keluar dari mobil

  • Bukan Perkawinan Bisnis   Prolog

    "Apa kau paham?"Pertanyaan singkat itu terasa menyudutkan sekaligus mengerikan, membuat bulu kuduk Prawiga merinding. Dia sudah salah memilih jalan dulu, tapi dia tidak bisa berbalik arah lagi walaupun dia ingin. Kalau dia nekad, pria yang duduk di hadapannya ini akan mendorongnya jatuh ke jurang. Saat ini, yang bisa dilakukannya hanyalah patuh. Lebih tepatnya pura-pura patuh."Paham Pak," jawabnya dengan suara bergetar."Bagus. Sejauh ini kau sudah menutup mulut dengan baik. Sebagai imbalannya, aku akan memberikan kabar gembira padamu."Prawiga tercekat, dia kesulitan menelan ludahnya. Tidak mungkin ada kabar gembira dari orang yang menjerumuskannya sendirian dalam kubangan, mengancam dan membuatnya terpuruk."Aku ingin menjodohkan keponakanku dengan Ika."Benar saja, Prawiga merasa pandangannya berkunang-kunang. Apa lagi sekarang? Dia ingin lepas dari semua pemikiran dan rencana gila mantan bosnya itu."Pak, kami tidak akan buka mulut sama sekali. Saya jamin, keluarga saya juga tid

  • Bukan Perkawinan Bisnis   Bab 1 Bertemu

    Hari ini seorang gadis terbangun dengan kepala pusing karena terlalu lama tidur. Dia melihat ponselnya ternyata sudah jam sepuluh lewat. Gadis itu menutupi wajah dengan tangannya sambil berpikir berapa lama dia tidur."Dua belas jam? Luar biasa!" ucapnya.Dia tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Seorang gadis tidur selama setengah putaran rotasi bumi. Sebenarnya dia terbangun dini hari tadi karena kelaparan, setelah itu dia tidur lagi selesai subuh. Gadis itu mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi. Rambut hitamnya ikal, lebat dan panjang sebatas pinggang. Tangannya meraih ikat rambut dan menguncir rambutnya tinggi ke atas, memperlihatkan dengan jelas bentuk rahang dan wajahnya. Paras yang rupawan, terlihat sangat cantik walaupun baru bangun tidur. Matanya berwarna coklat gelap dan terlihat sayu.Dia melempar pandangannya keluar jendela kamar kosnya. Hujan. Tidak terlalu deras. Indah. Bibirnya terangkat tersenyum tipis. Entah kenapa hujan selalu membuat perasaannya menjadi senang

  • Bukan Perkawinan Bisnis   Bab 2 Masa Lalu

    Radhy Arfian, seorang pengusaha kaya raya yang mewarisi perusahaan kakeknya, kembali ke kota kelahirannya setelah lama menggeluti pekerjaan di luar negeri dengan mitra bisnisnya. Lima tahun dia habiskan di negeri orang dan akhirnya memutuskan kembali karena hal penting yang harus dia tangani. Radhy sedang dalam perjalanan menuju kantor, dia baru saja dijemput oleh supir pribadinya di bandara. Kakeknya meminta untuk langsung ke kantor karena ada pekerjaan mendesak. Mobilnya melaju di tengah hujan.Radhy memiliki penampilan yang menawan. Tinggi dan tampan. Dia juga terkenal sangat gila kerja. Seperti halnya hari ini, dia bisa saja memilih istirahat setelah perjalanan panjang dan melelahkan. Tapi pria itu malah mengiyakan permintaan kakeknya untuk langsung menghadiri rapat. Radhy sibuk dengan ponselnya melihat jadwal rapat dan materi rapatnya.Tiba-tiba mobil berhenti, Radhy agak terdorong ke depan."Ada apa Pak?" tanyanya pada sopir.Pak sopir melihat ke depan berusaha mengetahui apa ya

Bab terbaru

  • Bukan Perkawinan Bisnis   Bab 7 Gempar

    Ika meninggalkan rumah ayahnya pagi-pagi sekali. Ika berencana untuk langsung ke toko Shani, membantunya sambil main dan cerita-cerita. Dia butuh curhat sekarang. Ika sudah berada di depan toko dan melihat Shani sangat sibuk. Dia masuk ke dalam."Shani! Wah, lagi banyak pesanan ya?"Shani menoleh ke arahnya dan langsung memasang muka lega."Kebetulan, ayo kesini Ika!"Shani langsung menarik Ika ke tempat tumpukan bunga yang akan mereka jadikan buket cantik. Pekerjaan mereka selesai dua jam kemudian. Keduanya beristirahat menyender di kursi kayu."Akhirnya, selesai juga. Makasih ya Ika." Shani menghela napas."Sama-sama." Ika sangat senang bisa membantu temannya."Ngomong-ngomong ada angin apa pagi-pagi kesini?""Aku pengen cerita.""Apa ada masalah? Cerita saja, aku selalu jadi pendengar yang baik."Belum sempat Ika membuka mulut, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan toko. Ika dan Shani mengenal mobil itu. Mereka langsung tersenyum. Dua orang wanita dan satu pria keluar dari mobil

  • Bukan Perkawinan Bisnis   Bab 6 Perjodohan

    Beberapa pria dengan setelan jas rapi memasuki rumah. Ika dan keluarganya berdiri di ruang tengah menyambut mereka. Ayah Ika mempersilahkan mereka duduk. Ika dan adik-adiknya membawa minuman dan cemilan dari dapur, kemudian memberikaNnya pada tamu-tamu itu."Kau mempunyai putri yang cantik-cantik ternyata." Pria paruh baya -yang Ika tahu adalah Pak Hartama- tersenyum.Ayahnya hanya diam dan menatapnya dengan gugup."Aku kemari ingin menyampaikan berita gembira, kalian jangan terlalu gugup." Dia memberi kode untuk menyuruh kami semua duduk berhadapan dengan mereka di sofa. Dan anehnya kami semua mengikuti kode itu. Siapa sebenarnya tuan rumah disini?"Davin." Pak Hartama itu memandang pada pemuda di sampingnya."Kau ingin yang mana?""Terserah Paman," jawabnya datar."Paman sudah memilihkan yang terbaik untukmu."Ika menangkap bahwa si Davin ini tidak terlalu tertarik. Mungkin dia juga dipaksa kemari. Pandangan Ika bertemu dengan Pak Hartama. Ika tidak tahan dengan tingkahnya yang angku

  • Bukan Perkawinan Bisnis   Bab 5 Terbayang

    Ika tertawa getir di dalam hatinya. Bagaimana bisa ini terjadi lagi? Apakah ayahnya pikir dia akan mau jatuh ke lubang yang sama lagi? Tidak. Dulu dia masih sangat muda, dia terpaksa melakukannya karena iming-iming ayahnya. Tapi sekarang, dia sudah tahu kalau dia menerima ini, berarti dia sangat bodoh sekali. Harus ada alasan yang sangat kuat untuknya menerima ini lagi. Ika tidak habis pikir, kenapa orang ingin menjodohkan anak mereka hanya untuk urusan bisnis. Pernikahan bukan untuk main-main."Bagaimana Ika?" Ayahnya meminta jawaban."Tidak." Ika sangat tegas dalam hal ini.Ayah memahami itu, dia tidak bertanya lagi."Mereka akan datang ke rumah ini besok malam untuk membicarakan hal itu. Kita harus bersiap-siap. Ika, keputusanmu akan sangat menentukan nasib keluarga kita. Kalau kau ingin menolak, harus ada alasan yang tepat.""Dengan siapa perjodohan ini akan dilakukan?" Mamanya bertanya penasaran."Keponakan Pak Hartama, namanya Davin.""Apakah Diana memungkinkan Pa?""Apa Mama b

  • Bukan Perkawinan Bisnis   Bab 4 Ayah

    Ika berjalan menyusuri lorong, tempat dimana ia akan menjemput ayahnya. Lapas Pekanbaru. Suasana terasa suram. Sore ini, ayah Ika sudah bisa bebas setelah menjalani masa hukuman selama lima tahun. Mereka kehilangan sebagian besar kekayaan akibat kasus pidana itu. Awal-awal ayahnya di penjara, Ika tidak bisa menemaninya karena masih berada di Teluk Kuantan. Untungnya dia bisa masuk Universitas di Pekanbaru lewat jalur undangan. Ika kuliah dengan uang simpanan dan pemberian dari neneknya. Dia juga harus bekerja untuk mencukupi uang makan dan membayar uang kos. Kehidupan yang berbanding terbalik dengan dulu sebelum ayahnya menjadi tersangka.Ika sudah sangat sering ke tempat ini. Masih jelas di ingatannya pertama kali dia berkunjung kesini. Bagaimana sedihnya mereka waktu itu. Semakin lama waktu berlalu mereka mulai menerimanya dan sudah pasrah. Sekarang akhirnya ayah bisa bebas. Ika merasa sangat lega. Harapannya adalah agar Ayah bisa berubah setelah menjalani hukuman ini. Walaubagaiman

  • Bukan Perkawinan Bisnis   Bab 3 Rasa Bersalah

    Radhy tiba di ruangan kakeknya, dia mengetuk pintu dan langsung masuk. Kakeknya sedang duduk sambil menatapnya. Tanpa basa-basi Radhy bertanya,"Apa yang Kakek lakukan?""Tenang dulu..." Kakek menatapnya dengan wajah santai."Ini rencana Kakek? Mempertemukan kami disini? Di hari pertamaku?""Iya, benar. Kakek sengaja melakukannya.""Kenapa?""Karena kalian harus bertemu, membicarakan banyak hal. Menyelesaikan semua masalah dan berbaikan."Radhy tersenyum miris, "Aku tidak mau melibatkan gadis itu lagi, aku tidak ingin mengganggunya lagi! Semua sudah selesai, kenapa kakek malah membuat masalah baru lagi?""Kau yang pertama kali membuat dia terlibat Radhy! Kau tidak ingat?" Kakek mulai emosi.Radhy terdiam."Kalaupun bukan kita, orang lain akan menyeretnya kembali. Dia masih anak ayahnya. Dan ayahnya akan segera kembali."Radhy mengepalkan tangannya, "Biarkan orang lain menyeretnya, tapi aku tidak!""Nak," Kakek membujuknya."Jangan sekali-kali membuat aku berurusan dengan dia lagi, Kek

  • Bukan Perkawinan Bisnis   Bab 2 Masa Lalu

    Radhy Arfian, seorang pengusaha kaya raya yang mewarisi perusahaan kakeknya, kembali ke kota kelahirannya setelah lama menggeluti pekerjaan di luar negeri dengan mitra bisnisnya. Lima tahun dia habiskan di negeri orang dan akhirnya memutuskan kembali karena hal penting yang harus dia tangani. Radhy sedang dalam perjalanan menuju kantor, dia baru saja dijemput oleh supir pribadinya di bandara. Kakeknya meminta untuk langsung ke kantor karena ada pekerjaan mendesak. Mobilnya melaju di tengah hujan.Radhy memiliki penampilan yang menawan. Tinggi dan tampan. Dia juga terkenal sangat gila kerja. Seperti halnya hari ini, dia bisa saja memilih istirahat setelah perjalanan panjang dan melelahkan. Tapi pria itu malah mengiyakan permintaan kakeknya untuk langsung menghadiri rapat. Radhy sibuk dengan ponselnya melihat jadwal rapat dan materi rapatnya.Tiba-tiba mobil berhenti, Radhy agak terdorong ke depan."Ada apa Pak?" tanyanya pada sopir.Pak sopir melihat ke depan berusaha mengetahui apa ya

  • Bukan Perkawinan Bisnis   Bab 1 Bertemu

    Hari ini seorang gadis terbangun dengan kepala pusing karena terlalu lama tidur. Dia melihat ponselnya ternyata sudah jam sepuluh lewat. Gadis itu menutupi wajah dengan tangannya sambil berpikir berapa lama dia tidur."Dua belas jam? Luar biasa!" ucapnya.Dia tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Seorang gadis tidur selama setengah putaran rotasi bumi. Sebenarnya dia terbangun dini hari tadi karena kelaparan, setelah itu dia tidur lagi selesai subuh. Gadis itu mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi. Rambut hitamnya ikal, lebat dan panjang sebatas pinggang. Tangannya meraih ikat rambut dan menguncir rambutnya tinggi ke atas, memperlihatkan dengan jelas bentuk rahang dan wajahnya. Paras yang rupawan, terlihat sangat cantik walaupun baru bangun tidur. Matanya berwarna coklat gelap dan terlihat sayu.Dia melempar pandangannya keluar jendela kamar kosnya. Hujan. Tidak terlalu deras. Indah. Bibirnya terangkat tersenyum tipis. Entah kenapa hujan selalu membuat perasaannya menjadi senang

  • Bukan Perkawinan Bisnis   Prolog

    "Apa kau paham?"Pertanyaan singkat itu terasa menyudutkan sekaligus mengerikan, membuat bulu kuduk Prawiga merinding. Dia sudah salah memilih jalan dulu, tapi dia tidak bisa berbalik arah lagi walaupun dia ingin. Kalau dia nekad, pria yang duduk di hadapannya ini akan mendorongnya jatuh ke jurang. Saat ini, yang bisa dilakukannya hanyalah patuh. Lebih tepatnya pura-pura patuh."Paham Pak," jawabnya dengan suara bergetar."Bagus. Sejauh ini kau sudah menutup mulut dengan baik. Sebagai imbalannya, aku akan memberikan kabar gembira padamu."Prawiga tercekat, dia kesulitan menelan ludahnya. Tidak mungkin ada kabar gembira dari orang yang menjerumuskannya sendirian dalam kubangan, mengancam dan membuatnya terpuruk."Aku ingin menjodohkan keponakanku dengan Ika."Benar saja, Prawiga merasa pandangannya berkunang-kunang. Apa lagi sekarang? Dia ingin lepas dari semua pemikiran dan rencana gila mantan bosnya itu."Pak, kami tidak akan buka mulut sama sekali. Saya jamin, keluarga saya juga tid

DMCA.com Protection Status