Beberapa pria dengan setelan jas rapi memasuki rumah. Ika dan keluarganya berdiri di ruang tengah menyambut mereka. Ayah Ika mempersilahkan mereka duduk. Ika dan adik-adiknya membawa minuman dan cemilan dari dapur, kemudian memberikaNnya pada tamu-tamu itu.
"Kau mempunyai putri yang cantik-cantik ternyata." Pria paruh baya -yang Ika tahu adalah Pak Hartama- tersenyum.Ayahnya hanya diam dan menatapnya dengan gugup."Aku kemari ingin menyampaikan berita gembira, kalian jangan terlalu gugup." Dia memberi kode untuk menyuruh kami semua duduk berhadapan dengan mereka di sofa. Dan anehnya kami semua mengikuti kode itu. Siapa sebenarnya tuan rumah disini?"Davin." Pak Hartama itu memandang pada pemuda di sampingnya."Kau ingin yang mana?""Terserah Paman," jawabnya datar."Paman sudah memilihkan yang terbaik untukmu."Ika menangkap bahwa si Davin ini tidak terlalu tertarik. Mungkin dia juga dipaksa kemari. Pandangan Ika bertemu dengan Pak Hartama. Ika tidak tahan dengan tingkahnya yang angkuh."Kalian pasti sudah tahu kenapa kami kemari. Kalau begitu tidak perlu berbasa-basi lagi. Aku ingin menjodohkan putra putri kita, Davin dan Ika, agar hubungan kerja sama menjadi lebih kuat. Bagaimana menurutmu Prawiga?"Ayah Ika berpikir sejenak."Kami sangat terkejut dengan berita ini. Kami hanya keluarga biasa, bagaimana mungkin akan berbesan dengan keluarga terhormat seperti anda? Kami merasa tidak pantas menerimanya.""Bukankah ini tawaran yang menakjubkan? Kalian harus memikirkannya baik-baik, kami akan sangat senang kalau kalian menerimanya."Ayah memandang Ika, begitu juga Pak Hartama."Bagaimana Ika? Jangan mengambil keputusan yang akan membuatmu menyesal. Ini kesempatan kedua yang bagus.""Menurutku," Ika tidak tahan lagi ingin mengakhiri omong kosong ini."Ini tidak masuk akal," sambungnya."Apa?" Pak Hartama mengerutkan dahinya."Sebelum menjawab pertanyaan anda, aku ingin bertanya." Ika menghadap Davin."Davin."Laki-laki yang namanya disebut langsung memandangnya."Apa kau menginginkan perjodohan ini?"Davin tidak langsung menjawab. Dia memandang pamannya sebelum berbicara."Sebenarnya aku tidak tertarik dengan perjodohan. Tapi kalau memang perlu, aku tidak akan berpikir dua kali untuk menyetujuinya.""Jadi kau akan menerima dijodohkan dengan perempuan yang tidak kau kenal?""Aku bisa mengenalmu lebih dulu.""Tapi aku tidak bisa.""Kenapa?" Davin mulai penasaran."Seperti yang kalian tahu. Aku punya pengalaman buruk dengan perjodohan. Kalian tidak mungkin lupa bagaimana akhir dari kerjasama tidak masuk akal di masa lalu. Lalu kenapa kalian mengira aku akan jatuh ke perangkap yang sama dua kali?" Ika berusaha menahan agar tidak emosi."Ini demi keluargamu. Untuk melindungi keluargamu, aku yakin tidak akan masalah bagimu jatuh lagi dan lagi. Seperti itulah kelemahan manusia. Mereka bahkan akan memohon untuk dijatuhkan jika kelemahan mereka terancam." Pak Hartama mulai menampakkan perangai aslinya. Ika berhasil memancingnya."Jadi anda mengakui bahwa perjodohan ini hanya jebakan untuk kami?"Pak Hartama tertawa, menggelegar dan membuat bulu kuduk merinding."Aku akui, kau cukup berani," ucapnya sambil menyeringai. Tatapannya sangat mengintimidasi."Lalu apa anda akan melupakan perjodohan ini?""Sayang sekali, aku tidak bisa melepaskanmu. Aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Kalian boleh saling mengenal lebih dekat satu sama lain."Ika menahan rasa kesal. Ayah mendekat padanya."Ika, naiklah ke atas. Sudah cukup. Ayah akan menyelesaikan ini."Ika dengan terpaksa berjalan ke lantai atas menuju balkon. Dia menarik napas kesal. Malam ini langit cerah. Bintang-bintang bertaburan. Ini tidak sesuai dengan suasana hatinya. Dia tidak peduli lagi dengan apa yang orang-orang bicarakan di bawah.Tidak beberapa lama kemudian, Davin menyusulnya ke atas. Dia menyapa Ika dengan ramah."Hai." Davin tersenyum."Apa yang kau lakukan disini? Aku ingin sendiri.""Sedikit mengobrol. Kita harus saling mengenal kan? Langitnya sangat cantik sekali. Suasananya sangat cocok untuk, kau tahu, lebih intim."Ika menjauh beberapa langkah dari Davin. "Jangan harap.""Kenapa kita tidak berkompromi saja? Perjodohan ini harus tetap dijalankan. Tapi aku tidak akan mengikatmu terlalu jauh. Aku juga tidak ingin terlibat pernikahan atau semacamnya."Ika menatap Davin menyuruhnya diam."Apa kau menyukai seseorang?"Ika tidak mempedulikan Davin sama sekali."Biasanya perempuan tidak ingin dijodohkan karena sudah jatuh hati pada orang lain. Sepertinya kau tipe yang seperti itu."Ika diam."Tapi kau tenang saja, kalaupun kau bertunangan denganku nanti, aku memperbolehkanmu berhubungan dengan siapapun. Kau tahu, ini hanya formalitas saja.""Kau sudah gila."Davin tertawa. "Aku lupa kau perempuan berhijab. Kau tidak akan melanggar norma-norma etika. Tapi seperti itulah kenyataan dunia sekarang Ika. Uang dan kebebasan. Aku tidak akan tahan hanya dengan satu wanita saja.""Lalu kenapa tidak batalkan saja perjodohan ini?""Aku tidak bisa. Mungkin kita sudah ditakdirkan berakhir seperti ini. Jadi, terima saja. Kalau tidak denganmu, aku akan berakhir dengan perempuan lain. Aku akan menghubungimu nanti.""Untuk apa?""Berkencan. Jadi jangan mengacuhkan aku. Aku akan mengenalkanmu dengan seluk beluk duniaku yang luar biasa.""Aku tidak mau.""Kau akan meyetujuinya nanti Ika, lihat saja. Kita memiliki musuh yang sama."Ika menatap Davin."Radhy Arfian, dia adalah target utama kita."DegDarah Ika berdesir.Apa yang akan mereka lakukan pada Radhy? Kenapa mereka mengincar Radhy? Apa mereka akan melakukan hal yang buruk?"Apa maksudmu? Kenapa kau menyebut nama dia?" Ika berusaha bertanya dengan hati-hati agar tidak salah ucap.Davin tersenyum sinis dan sedikit tergelak. Ika menatapnya menantikan jawaban."Aku tahu kau punya hubungan buruk dengannya. Begitu juga aku. Dia sangat sombong, egois dan suka merendahkan orang lain. Aku sangat benci dia.""Kau mengenalnya?""Aku tidak pernah bertemu dengannya. Tapi aku tahu apa yang sudah dia lakukan. Dia membuat keluargaku mengalami kesulitan. Aku ingin membuat dia merasakan lebih dari yang kami rasakan. Aku ingin dia menderita."Ika mulai ketakutan sekarang. Kenapa dia harus terjebak masuk ke dalam dunia ini lagi. Dia tidak tahan dengan kata-kata ancaman dan kekerasan."Kita berada di sisi yang sama, Ika. Keluargamu juga hancur karena dia. Kalau kau ingin mengembalikan kejayaan ayahmu lagi, kita bisa bekerja sama. Kau hanya perlu menyetujui perjodohan ini.""Kau tahu, aku pernah ada di dunia ini dulu. Aku tidak paham dengan bisnis, saham, perusahaan, keuntungan, merger, akuisisi, dan lain sebagainya. Yang aku tahu, di dunia kalian itu tidak ada kepastian. Bagaimana kalau setelah aku menerima perjodohan ini, keluargaku akan bertambah menderita? Siapa yang bisa menjamin kami akan lebih baik setelah ini?"Davin terdiam sejenak. Gadis di depannya tidak mudah dibujuk."Itu tergantung dari sikapmu, kalau kau melakukan hal bodoh dan membuat kesalahan, tentu kau harus bersiap dengan kerugiannya. Tapi kalau kau mau mengikuti skenario dengan baik, kau akan mendapatkan hasil yang sepadan.""Omong kosong, kata-kata tidak menjamin apapun."Davin tertawa. "Aku suka keberanianmu. Kita lihat nanti apa yang akan terjadi Ika."Ika berbalik ingin pergi dari tempat itu. Davin menghadang Ika dengan tangannya."Berpikirlah lagi. Aku akan menunggu. Kau tidak perlu memikirkan yang lain, kau hanya perlu melindungi keluargamu.""Itu yang sedang aku lakukan. Melindungi."Ika turun ke bawah. Davin menyusulnya. Ika melihat ayahnya bersalaman dengan Pak Hartama. Sepertinya perundingan sudah selesai. Ika berdiri di samping ayahnya."Kami akan pulang sekarang. Senang bisa bekerja sama dengan kalian. Aku tahu kalian bisa diandalkan." Pak Hartama tersenyum sumringah.Mereka semua meninggalkan rumah itu. Sebelum pergi, Davin melayangkan senyum menggodanya pada Ika. Ika membalasnya dengan sinis."Apa yang terjadi?" Ika tidak tahan untuk bertanya. Ayahnya diam, mama duduk terhempas ke sofa. Mereka terlihat syok."Kami menerima perjodohan ini, kita tidak bisa menghindar Ika," ujar ayahnya.Ika meninggalkan rumah ayahnya pagi-pagi sekali. Ika berencana untuk langsung ke toko Shani, membantunya sambil main dan cerita-cerita. Dia butuh curhat sekarang. Ika sudah berada di depan toko dan melihat Shani sangat sibuk. Dia masuk ke dalam."Shani! Wah, lagi banyak pesanan ya?"Shani menoleh ke arahnya dan langsung memasang muka lega."Kebetulan, ayo kesini Ika!"Shani langsung menarik Ika ke tempat tumpukan bunga yang akan mereka jadikan buket cantik. Pekerjaan mereka selesai dua jam kemudian. Keduanya beristirahat menyender di kursi kayu."Akhirnya, selesai juga. Makasih ya Ika." Shani menghela napas."Sama-sama." Ika sangat senang bisa membantu temannya."Ngomong-ngomong ada angin apa pagi-pagi kesini?""Aku pengen cerita.""Apa ada masalah? Cerita saja, aku selalu jadi pendengar yang baik."Belum sempat Ika membuka mulut, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan toko. Ika dan Shani mengenal mobil itu. Mereka langsung tersenyum. Dua orang wanita dan satu pria keluar dari mobil
"Apa kau paham?"Pertanyaan singkat itu terasa menyudutkan sekaligus mengerikan, membuat bulu kuduk Prawiga merinding. Dia sudah salah memilih jalan dulu, tapi dia tidak bisa berbalik arah lagi walaupun dia ingin. Kalau dia nekad, pria yang duduk di hadapannya ini akan mendorongnya jatuh ke jurang. Saat ini, yang bisa dilakukannya hanyalah patuh. Lebih tepatnya pura-pura patuh."Paham Pak," jawabnya dengan suara bergetar."Bagus. Sejauh ini kau sudah menutup mulut dengan baik. Sebagai imbalannya, aku akan memberikan kabar gembira padamu."Prawiga tercekat, dia kesulitan menelan ludahnya. Tidak mungkin ada kabar gembira dari orang yang menjerumuskannya sendirian dalam kubangan, mengancam dan membuatnya terpuruk."Aku ingin menjodohkan keponakanku dengan Ika."Benar saja, Prawiga merasa pandangannya berkunang-kunang. Apa lagi sekarang? Dia ingin lepas dari semua pemikiran dan rencana gila mantan bosnya itu."Pak, kami tidak akan buka mulut sama sekali. Saya jamin, keluarga saya juga tid
Hari ini seorang gadis terbangun dengan kepala pusing karena terlalu lama tidur. Dia melihat ponselnya ternyata sudah jam sepuluh lewat. Gadis itu menutupi wajah dengan tangannya sambil berpikir berapa lama dia tidur."Dua belas jam? Luar biasa!" ucapnya.Dia tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Seorang gadis tidur selama setengah putaran rotasi bumi. Sebenarnya dia terbangun dini hari tadi karena kelaparan, setelah itu dia tidur lagi selesai subuh. Gadis itu mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi. Rambut hitamnya ikal, lebat dan panjang sebatas pinggang. Tangannya meraih ikat rambut dan menguncir rambutnya tinggi ke atas, memperlihatkan dengan jelas bentuk rahang dan wajahnya. Paras yang rupawan, terlihat sangat cantik walaupun baru bangun tidur. Matanya berwarna coklat gelap dan terlihat sayu.Dia melempar pandangannya keluar jendela kamar kosnya. Hujan. Tidak terlalu deras. Indah. Bibirnya terangkat tersenyum tipis. Entah kenapa hujan selalu membuat perasaannya menjadi senang
Radhy Arfian, seorang pengusaha kaya raya yang mewarisi perusahaan kakeknya, kembali ke kota kelahirannya setelah lama menggeluti pekerjaan di luar negeri dengan mitra bisnisnya. Lima tahun dia habiskan di negeri orang dan akhirnya memutuskan kembali karena hal penting yang harus dia tangani. Radhy sedang dalam perjalanan menuju kantor, dia baru saja dijemput oleh supir pribadinya di bandara. Kakeknya meminta untuk langsung ke kantor karena ada pekerjaan mendesak. Mobilnya melaju di tengah hujan.Radhy memiliki penampilan yang menawan. Tinggi dan tampan. Dia juga terkenal sangat gila kerja. Seperti halnya hari ini, dia bisa saja memilih istirahat setelah perjalanan panjang dan melelahkan. Tapi pria itu malah mengiyakan permintaan kakeknya untuk langsung menghadiri rapat. Radhy sibuk dengan ponselnya melihat jadwal rapat dan materi rapatnya.Tiba-tiba mobil berhenti, Radhy agak terdorong ke depan."Ada apa Pak?" tanyanya pada sopir.Pak sopir melihat ke depan berusaha mengetahui apa ya
Radhy tiba di ruangan kakeknya, dia mengetuk pintu dan langsung masuk. Kakeknya sedang duduk sambil menatapnya. Tanpa basa-basi Radhy bertanya,"Apa yang Kakek lakukan?""Tenang dulu..." Kakek menatapnya dengan wajah santai."Ini rencana Kakek? Mempertemukan kami disini? Di hari pertamaku?""Iya, benar. Kakek sengaja melakukannya.""Kenapa?""Karena kalian harus bertemu, membicarakan banyak hal. Menyelesaikan semua masalah dan berbaikan."Radhy tersenyum miris, "Aku tidak mau melibatkan gadis itu lagi, aku tidak ingin mengganggunya lagi! Semua sudah selesai, kenapa kakek malah membuat masalah baru lagi?""Kau yang pertama kali membuat dia terlibat Radhy! Kau tidak ingat?" Kakek mulai emosi.Radhy terdiam."Kalaupun bukan kita, orang lain akan menyeretnya kembali. Dia masih anak ayahnya. Dan ayahnya akan segera kembali."Radhy mengepalkan tangannya, "Biarkan orang lain menyeretnya, tapi aku tidak!""Nak," Kakek membujuknya."Jangan sekali-kali membuat aku berurusan dengan dia lagi, Kek
Ika berjalan menyusuri lorong, tempat dimana ia akan menjemput ayahnya. Lapas Pekanbaru. Suasana terasa suram. Sore ini, ayah Ika sudah bisa bebas setelah menjalani masa hukuman selama lima tahun. Mereka kehilangan sebagian besar kekayaan akibat kasus pidana itu. Awal-awal ayahnya di penjara, Ika tidak bisa menemaninya karena masih berada di Teluk Kuantan. Untungnya dia bisa masuk Universitas di Pekanbaru lewat jalur undangan. Ika kuliah dengan uang simpanan dan pemberian dari neneknya. Dia juga harus bekerja untuk mencukupi uang makan dan membayar uang kos. Kehidupan yang berbanding terbalik dengan dulu sebelum ayahnya menjadi tersangka.Ika sudah sangat sering ke tempat ini. Masih jelas di ingatannya pertama kali dia berkunjung kesini. Bagaimana sedihnya mereka waktu itu. Semakin lama waktu berlalu mereka mulai menerimanya dan sudah pasrah. Sekarang akhirnya ayah bisa bebas. Ika merasa sangat lega. Harapannya adalah agar Ayah bisa berubah setelah menjalani hukuman ini. Walaubagaiman
Ika tertawa getir di dalam hatinya. Bagaimana bisa ini terjadi lagi? Apakah ayahnya pikir dia akan mau jatuh ke lubang yang sama lagi? Tidak. Dulu dia masih sangat muda, dia terpaksa melakukannya karena iming-iming ayahnya. Tapi sekarang, dia sudah tahu kalau dia menerima ini, berarti dia sangat bodoh sekali. Harus ada alasan yang sangat kuat untuknya menerima ini lagi. Ika tidak habis pikir, kenapa orang ingin menjodohkan anak mereka hanya untuk urusan bisnis. Pernikahan bukan untuk main-main."Bagaimana Ika?" Ayahnya meminta jawaban."Tidak." Ika sangat tegas dalam hal ini.Ayah memahami itu, dia tidak bertanya lagi."Mereka akan datang ke rumah ini besok malam untuk membicarakan hal itu. Kita harus bersiap-siap. Ika, keputusanmu akan sangat menentukan nasib keluarga kita. Kalau kau ingin menolak, harus ada alasan yang tepat.""Dengan siapa perjodohan ini akan dilakukan?" Mamanya bertanya penasaran."Keponakan Pak Hartama, namanya Davin.""Apakah Diana memungkinkan Pa?""Apa Mama b
Ika meninggalkan rumah ayahnya pagi-pagi sekali. Ika berencana untuk langsung ke toko Shani, membantunya sambil main dan cerita-cerita. Dia butuh curhat sekarang. Ika sudah berada di depan toko dan melihat Shani sangat sibuk. Dia masuk ke dalam."Shani! Wah, lagi banyak pesanan ya?"Shani menoleh ke arahnya dan langsung memasang muka lega."Kebetulan, ayo kesini Ika!"Shani langsung menarik Ika ke tempat tumpukan bunga yang akan mereka jadikan buket cantik. Pekerjaan mereka selesai dua jam kemudian. Keduanya beristirahat menyender di kursi kayu."Akhirnya, selesai juga. Makasih ya Ika." Shani menghela napas."Sama-sama." Ika sangat senang bisa membantu temannya."Ngomong-ngomong ada angin apa pagi-pagi kesini?""Aku pengen cerita.""Apa ada masalah? Cerita saja, aku selalu jadi pendengar yang baik."Belum sempat Ika membuka mulut, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan toko. Ika dan Shani mengenal mobil itu. Mereka langsung tersenyum. Dua orang wanita dan satu pria keluar dari mobil
Beberapa pria dengan setelan jas rapi memasuki rumah. Ika dan keluarganya berdiri di ruang tengah menyambut mereka. Ayah Ika mempersilahkan mereka duduk. Ika dan adik-adiknya membawa minuman dan cemilan dari dapur, kemudian memberikaNnya pada tamu-tamu itu."Kau mempunyai putri yang cantik-cantik ternyata." Pria paruh baya -yang Ika tahu adalah Pak Hartama- tersenyum.Ayahnya hanya diam dan menatapnya dengan gugup."Aku kemari ingin menyampaikan berita gembira, kalian jangan terlalu gugup." Dia memberi kode untuk menyuruh kami semua duduk berhadapan dengan mereka di sofa. Dan anehnya kami semua mengikuti kode itu. Siapa sebenarnya tuan rumah disini?"Davin." Pak Hartama itu memandang pada pemuda di sampingnya."Kau ingin yang mana?""Terserah Paman," jawabnya datar."Paman sudah memilihkan yang terbaik untukmu."Ika menangkap bahwa si Davin ini tidak terlalu tertarik. Mungkin dia juga dipaksa kemari. Pandangan Ika bertemu dengan Pak Hartama. Ika tidak tahan dengan tingkahnya yang angku
Ika tertawa getir di dalam hatinya. Bagaimana bisa ini terjadi lagi? Apakah ayahnya pikir dia akan mau jatuh ke lubang yang sama lagi? Tidak. Dulu dia masih sangat muda, dia terpaksa melakukannya karena iming-iming ayahnya. Tapi sekarang, dia sudah tahu kalau dia menerima ini, berarti dia sangat bodoh sekali. Harus ada alasan yang sangat kuat untuknya menerima ini lagi. Ika tidak habis pikir, kenapa orang ingin menjodohkan anak mereka hanya untuk urusan bisnis. Pernikahan bukan untuk main-main."Bagaimana Ika?" Ayahnya meminta jawaban."Tidak." Ika sangat tegas dalam hal ini.Ayah memahami itu, dia tidak bertanya lagi."Mereka akan datang ke rumah ini besok malam untuk membicarakan hal itu. Kita harus bersiap-siap. Ika, keputusanmu akan sangat menentukan nasib keluarga kita. Kalau kau ingin menolak, harus ada alasan yang tepat.""Dengan siapa perjodohan ini akan dilakukan?" Mamanya bertanya penasaran."Keponakan Pak Hartama, namanya Davin.""Apakah Diana memungkinkan Pa?""Apa Mama b
Ika berjalan menyusuri lorong, tempat dimana ia akan menjemput ayahnya. Lapas Pekanbaru. Suasana terasa suram. Sore ini, ayah Ika sudah bisa bebas setelah menjalani masa hukuman selama lima tahun. Mereka kehilangan sebagian besar kekayaan akibat kasus pidana itu. Awal-awal ayahnya di penjara, Ika tidak bisa menemaninya karena masih berada di Teluk Kuantan. Untungnya dia bisa masuk Universitas di Pekanbaru lewat jalur undangan. Ika kuliah dengan uang simpanan dan pemberian dari neneknya. Dia juga harus bekerja untuk mencukupi uang makan dan membayar uang kos. Kehidupan yang berbanding terbalik dengan dulu sebelum ayahnya menjadi tersangka.Ika sudah sangat sering ke tempat ini. Masih jelas di ingatannya pertama kali dia berkunjung kesini. Bagaimana sedihnya mereka waktu itu. Semakin lama waktu berlalu mereka mulai menerimanya dan sudah pasrah. Sekarang akhirnya ayah bisa bebas. Ika merasa sangat lega. Harapannya adalah agar Ayah bisa berubah setelah menjalani hukuman ini. Walaubagaiman
Radhy tiba di ruangan kakeknya, dia mengetuk pintu dan langsung masuk. Kakeknya sedang duduk sambil menatapnya. Tanpa basa-basi Radhy bertanya,"Apa yang Kakek lakukan?""Tenang dulu..." Kakek menatapnya dengan wajah santai."Ini rencana Kakek? Mempertemukan kami disini? Di hari pertamaku?""Iya, benar. Kakek sengaja melakukannya.""Kenapa?""Karena kalian harus bertemu, membicarakan banyak hal. Menyelesaikan semua masalah dan berbaikan."Radhy tersenyum miris, "Aku tidak mau melibatkan gadis itu lagi, aku tidak ingin mengganggunya lagi! Semua sudah selesai, kenapa kakek malah membuat masalah baru lagi?""Kau yang pertama kali membuat dia terlibat Radhy! Kau tidak ingat?" Kakek mulai emosi.Radhy terdiam."Kalaupun bukan kita, orang lain akan menyeretnya kembali. Dia masih anak ayahnya. Dan ayahnya akan segera kembali."Radhy mengepalkan tangannya, "Biarkan orang lain menyeretnya, tapi aku tidak!""Nak," Kakek membujuknya."Jangan sekali-kali membuat aku berurusan dengan dia lagi, Kek
Radhy Arfian, seorang pengusaha kaya raya yang mewarisi perusahaan kakeknya, kembali ke kota kelahirannya setelah lama menggeluti pekerjaan di luar negeri dengan mitra bisnisnya. Lima tahun dia habiskan di negeri orang dan akhirnya memutuskan kembali karena hal penting yang harus dia tangani. Radhy sedang dalam perjalanan menuju kantor, dia baru saja dijemput oleh supir pribadinya di bandara. Kakeknya meminta untuk langsung ke kantor karena ada pekerjaan mendesak. Mobilnya melaju di tengah hujan.Radhy memiliki penampilan yang menawan. Tinggi dan tampan. Dia juga terkenal sangat gila kerja. Seperti halnya hari ini, dia bisa saja memilih istirahat setelah perjalanan panjang dan melelahkan. Tapi pria itu malah mengiyakan permintaan kakeknya untuk langsung menghadiri rapat. Radhy sibuk dengan ponselnya melihat jadwal rapat dan materi rapatnya.Tiba-tiba mobil berhenti, Radhy agak terdorong ke depan."Ada apa Pak?" tanyanya pada sopir.Pak sopir melihat ke depan berusaha mengetahui apa ya
Hari ini seorang gadis terbangun dengan kepala pusing karena terlalu lama tidur. Dia melihat ponselnya ternyata sudah jam sepuluh lewat. Gadis itu menutupi wajah dengan tangannya sambil berpikir berapa lama dia tidur."Dua belas jam? Luar biasa!" ucapnya.Dia tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Seorang gadis tidur selama setengah putaran rotasi bumi. Sebenarnya dia terbangun dini hari tadi karena kelaparan, setelah itu dia tidur lagi selesai subuh. Gadis itu mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi. Rambut hitamnya ikal, lebat dan panjang sebatas pinggang. Tangannya meraih ikat rambut dan menguncir rambutnya tinggi ke atas, memperlihatkan dengan jelas bentuk rahang dan wajahnya. Paras yang rupawan, terlihat sangat cantik walaupun baru bangun tidur. Matanya berwarna coklat gelap dan terlihat sayu.Dia melempar pandangannya keluar jendela kamar kosnya. Hujan. Tidak terlalu deras. Indah. Bibirnya terangkat tersenyum tipis. Entah kenapa hujan selalu membuat perasaannya menjadi senang
"Apa kau paham?"Pertanyaan singkat itu terasa menyudutkan sekaligus mengerikan, membuat bulu kuduk Prawiga merinding. Dia sudah salah memilih jalan dulu, tapi dia tidak bisa berbalik arah lagi walaupun dia ingin. Kalau dia nekad, pria yang duduk di hadapannya ini akan mendorongnya jatuh ke jurang. Saat ini, yang bisa dilakukannya hanyalah patuh. Lebih tepatnya pura-pura patuh."Paham Pak," jawabnya dengan suara bergetar."Bagus. Sejauh ini kau sudah menutup mulut dengan baik. Sebagai imbalannya, aku akan memberikan kabar gembira padamu."Prawiga tercekat, dia kesulitan menelan ludahnya. Tidak mungkin ada kabar gembira dari orang yang menjerumuskannya sendirian dalam kubangan, mengancam dan membuatnya terpuruk."Aku ingin menjodohkan keponakanku dengan Ika."Benar saja, Prawiga merasa pandangannya berkunang-kunang. Apa lagi sekarang? Dia ingin lepas dari semua pemikiran dan rencana gila mantan bosnya itu."Pak, kami tidak akan buka mulut sama sekali. Saya jamin, keluarga saya juga tid