"Saya terima nikah dan kawinnya Husna Lavina binti wali hakim dengan mas kawin emas seberat 10 gram di bayar tunai."
"Bagaimana para saksi, sah?""Sah!!""Alhamdulillah,"Tanpa terasa air mata Husna mengalir dari pelupuk mata teduhnya. Pria yang amat ia hormati kini telah resmi menjadi suaminya. Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar dari hari pemihakannya meski dengan perjodohan. Jangan tanyakan cinta pada Husna, sejak lama ia menaruh hati pada pria yang kini menjadi imamnya. Namun cintanya hanya bertepuk sebelah tangan."Sayang sekarang kamu sudah menjadi cucu menantu nenek. Temui Andaru, suamimu."Husna memeluk wanita yang tidak lagi muda di depannya dengan perasaan haru. Hidupnya telah berubah setelah bertemu dengannya meski ujian tidak ada akhir datang menghampiri."Ya, Nek. Terima kasih untuk semuanya," lirih Husna di sela isak tangisnya."Hei, berhenti menangis. Lihat cantiknya hilang nanti, tunjukkan senyum indahnya pada nenek,"Husna tersenyum melepaskan pelukannya, berlahan berbalik arah di mana wajah dingin suaminya yang ada di depannya dengan santun Husna menyambut tangan Andaru dan menciumnya seketika tubuhnya bergetar ketika wajah Andaru mendekatinya. Mengecupnya dengan lembut, tidak ada yang tahu apa yang di lakukan pria yang kini mendekatkan wajahnya kearah kening Husna."Jangan mimpi kau bisa menjadi ratu di rumah ini. Ingat, kau tetaplah pengasuh nenekku. Pengasuh tetaplah menjadi pengasuh tidak mungkin menjadi Nyonya." ucap Andaru dingin tatapannya tajam menghunus jantung Husna.Husna tersentak mendengar kata-kata yang di lontarkan pria di depannya. Kata yang hanya bisa ia dengar sendiri, Husna berusaha untuk menyembunyikan air matanya sedetik kemudian bibirnya mengukir senyum indah."Kau gila."Dua kata yang lontarkan oleh Andaru berhasil menghilangkan senyumnya. Terdiam sesaat sebelum ia menjawab perkataan Andaru."Terima kasih,"Pernikahan berlangsung dengan sederhana hanya di hadiri oleh keluarga besar Andaru dan kerabatnya. Husna adalah seorang yatim-piatu sehingga tidak ada satupun kerabat yang datang."Kalian istirahatlah. Husna, mulai hari ini kamar kamu bersama dengan Andaru. Andaru bawa pergi istrimu, perlakuan dia dengan baik. Ingat jika saja kamu menyakiti Husna itu artinya kamu menyakiti nenek." Kata Abila yang tidak lain nenek Andaru penuh penekanan."Nenek jangan khawatir, aku akan memperlakukannya dengan baik." lirih Andaru."Kau akan tetap disini?"Suara bariton mengejutkan Husna dengan langkah tertatih Husna mengikuti Andaru yang berada di depannya. Tanpa memperdulikan dirinya yang kesulitan menaiki tangga Andaru terus melangkah semakin jauh darinya."Andaru!! Bantu istrimu menaiki tangga. Cepatlah buatkan nenek cicit ya!! Supaya ada penerus keluarga kita.""Nenek jangan khawatir soal itu, oke!!""Menyusahkan." bisiknya di telinga Husna."M— maaf, tuan."Husna mengikuti langkah Andaru ke lantai dua dimana kamarnya berada. Tubuhnya yang lelah dan lengket membuat Husna ingin segera ke kamar mandi namun ia urungkan melihat wajah tidak bersahabat dari pria yang kini berkacak pinggang.Husna tahu jika kemarahan Andaru karena mendengar permintaan neneknya yang memintanya untuk membantu mengangkat ekor kebaya panjangnya yang menjuntai ke lantai, maka ia bersiap menerima kemarahan Andaru.Brakkkk!!"Layani aku sekarang!!"Husna terkejut mendengar suara dingin Andaru, tubuhnya seketika mematung. Tidak di pungkiri hal itu adalah tugas dan wajib hukumnya Husna melayani suaminya, tetapi cara dan sikap Andaru membuatnya berfikir ribuan kali untuk menerima terlebih ucapan Andaru masih terngiang di telinganya.Andaru yang melihat Husna hanya diam mematung telah membangkitkan amarahnya tanpa memikirkan perasaan Husna, Andaru menarik tubuh Husna kembali mengeluarkan kata yang mengoyak hatinya."Kenapa diam? Bukankah sudah menjadi kewajiban seorang istri melayani suami? Sekarang aku meminta hakku. Cepat kemari atau kau lebih suka aku paksa?!"Entah apa yang ada dalam hati Andaru ia mendorong tubuh Husna dengan kasar melepaskan pakaian yang melekat di tubuhnya penyatuan itu terjadi. Tanpa Andaru sadari linangan air mata mengalir begitu deras dari kelopak mata sendu Husna."Apa kau akan menjadi patung, disana? Ingat ini kamarku jangan sekali-kali kau tidur disana. Tempat tidurmu disini, cepat bangun aku tidak membutuhkan kamu lagi di sini."Andaru menarik pergelangan tangan Husna menjatuhkan ke lantai tanpa belas kasih Andaru melemparkan selimut tebal pada Husna.Husna terdiam melihat punggung Andaru laki-laki yang kini resmi menyandang status imamnya namun sayangnya sikap Andaru tetap sama dingin dan penuh kebencian padanya bahkan baru saja mereka melakukan penyatuan.Andaru merutuki kebodohannya yang tidak bisa menahan dirinya saat melihat Husna yang kini telah halal untuknya. Kemarahannya pada sang nenek telah ia lampiaskan pada Husna, dengan merenggut kesuciannya adalah balasan yang tempat untuk wanita kampung. Lelaki mana yang tidak akan marah jika cintanya harus kandas dan menikah dengan wanita lain yang menjadi pilihan neneknya.Husna memindai sekeliling lantai yang dingin tanpa adanya tikar untuk alas. Tempat tidurnya adalah lantai yang ia pijak, rasa nyeri dan tubuhnya yang remuk tidak membuatnya menyerah dengan tertatih Husna memungut pakaian yang berserakan akibat ulah Andaru.Peletak"Aww!!""Apa kau tuli hah?! Cepat bereskan kamarku dari kekacauan ini. Dan kau jangan sekalipun menyentuh barang pribadiku. Ingat, setiap detail kamar ini dan letak barangnya jika bergeser kau akan menerima konsekuensinya!!""Argh!!"Tubuh Husna terhuyung ke depan jika tidak sigap wajahnya akan mencium lantai yang dingin meski harus mengalami luka bagian keningnya darah keluar membuat tatapan Husna menghambur."Berhenti berupa-pura. Cepat pergi ke kamar mandi jangan membuat kesabaranku habis."Andaru mendorong tubuh kecil Husna hingga masuk kedalam kamar mandi, tubuhnya ambruk saat pintu tertutup dengan keras."Apa yang harus aku lakukan? Semuanya tidak seperti yang nenek pikirkan." lirih Husna.Satu jam sudah Husna berada di dalam kamar mandi, suara dentuman musik memekikkan telinga, berlahan Husna keluar dengan daster panjang dan kerudung bergo menutupi rambutnya yang panjang. Husna terkejut dengan penampilan kamar suaminya yang minim cahaya sehingga Husna berusaha untuk melangkah menuju tempat tidurnya."Sudah aku katakan jangan menyentuh apapun yang ada dalam kamar ini jika kau akan tidur maka tidur di lantai karena tempat ini adalah milikku."Husna menganggukkan kepalanya tanpa berniat untuk membantunya. Andaru yang ada di depannya menatap dengan tatapan mematikan, suara yang begitu dingin sarat dengan penekanan mampu menghadirkan ketakutan tersendiri."T— tapi mas,"Husna berharap apa yang mereka lakukan tidak menyebabkan kehamilan yang membuat hati Andaru semakin membencinya, walau kenyataannya ia berharap Andaru berubah."Diam!!! Sejak kapan kau berani memanggilku dengan sebutan mas? Katakan?! Panggil seperti biasanya tuan. Kau paham?""B— baik tuan,""Bagus, mulai saat ini kau akan tidur di bawah. Oke, sebagai manusia aku memiliki rasa simpati padamu. Ambil selimut ini untuk alas, jika nenek datang ke kamar ini. Kau tahu apa yang harus kamu lakukan?""B— baik tuan, saya paham.""Tunggu!!""Ada apa tuan?" Husna berusaha menekan rasa sakit yang semakin menjadi, tidak ingin terlihat lemah walau air matanya adalah bukti betapa dirinya yang rapuh dan tidak berdaya."Husna Lavina binti wali hakim. Mulai hari ini, detik ini aku talak kamu."Tubuh Husna terhuyung kebelakang air matanya mengalir begitu deras, lidahnya kelu, tenggorokan tercekat sehingga suara teriakan tertahan di tenggorokan. Ingin menanyakan apa yang terjadi padanya sehingga harus di talak setelah berapa jam menjadi suaminya bahkan mereka melakukan berapa saat yang lalu dan kini suaminya telah menjatuhkan talak padanya."Menyingkir dari hadapanku. Malam ini kau tidur disana. Besok pagi sebelum aku terbangun kau harus pergi dari kamar ini."Husna diam sejenak tempat yang di berikan oleh Andaru adalah lantai yang berada di sudut kamarnya. Usai menerima selimut tebal Husna membaringkan tubuhnya membungkusnya dengan rapat sehingga Andaru tidak bisa melihat tubuhnya yang bergetar karena tangisnya.Sesuai keinginan Andaru keesokan paginya setelah menjalankan Salat subuh Husna mengerjakan semua pekerjaan meski menahan sakit yang tidak kunjung hilang. Nenek yang telah memperingatkan dirinya untuk tidak melakukan sebab kini statusnya adalah menantu bukan lagi seorang pelayan."Apa kamu yang mengerjakan semua ini, Husna? Kamu adalah nyonya di rumah ini untuk apa kamu mengerjakan tugas asisten rumah tangga? Apakah kamu tidak ingin melayani suamimu?""N— nenek, aku—""Nek, aku dan Husna akan berbulan madu. Apakah nenek menyukainya?"Husna menundukkan wajahnya saat Andaru memberikan kode untuk tidak mengatakan apapun pada sang nenek."Benarkah kalian akan bulan madu?" tanya Abila wajahnya berbinar mendengar cucunya akan pergi bulan madu."Bukankah nenek ingin secepatnya memiliki cicit? Akan aku kabulkan impian nenek.""Benarkah? Nenek tidak salah jodohkan kalian berdua. Kapan kalian akan berangkat?""Hari ini setelah sarapan. Husna, bersiaplah kita akan bulan madu,""T— tapi tuan,""Hei! Aku suamimu kenapa harus memanggilku, tuan? Panggil aku Daru atau mas,""I— iya,""Kabar ini sangat membahagiakan nenek, karena itu nenek ada sesuatu untuk kalian berdua."Nenek Abila masuk kedalam kamar pribadinya, Husna ingin pergi namun suara seseorang menghentikan niatnya untuk beranjak."Jangan katakan apapun pada nenek mengenai kejadian di kamar. Jika tidak kau tahu sendiri apa yang akan terjadi pada nenek, kau yang akan di penjara karena membuat nenekku meninggal karena serangan jantung." Bibirnya bergetar wajahnya begitu
Pertanyaan Husna berhasil mematik amarah Andaru tanpa melihat wanita lemah di depannya dengan sekali tarikan tubuh Husna terpelanting mengenai tembok di belakang tubuhnya."Argh!!!""Beraninya kau bertanya padaku hah?! Panggil aku tuan. Kau paham?" Andaru melepaskan cengkraman rahang Husna kasar."M— maaf,""Baik kamu ingin tahu jawabannya? Karena kamu tidak pantas menjadi istriku. Mulai detik ini kamu bukan istriku, aku haramkan kamu.""Tidak perlu di ulang. Aku tidak tuli dan pikun, kamu sudah menalak aku saat di rumah. Lalu untuk apa malam pertama itu? Jika kamu ingin menalak aku?" Dengan keberanian yang tersisa Husna memberanikan diri bertanya walau ia tahu konsekuensinya.Andaru terdiam mendengar perkataan Husna, ia sendiri tidak tahu apa yang ia pikirkan saat penyatuan dengan Husna wanita yang sangat ia benci dalam hidupnya."Kenapa diam?""Berani bertanya? Kau pikir siapa dirimu hah? Bagiku kau adalah wanita membawa sial. Sejak kau hadir di rumah hidupku seperti neraka, neraka!
"Aww," "Kenapa, sakit? Bagaimana dengan ini hah?!" Andaru manarik kerudung Husna hingga kepalanya mendongak keatas."Bunuh saja mas, abis itu tinggal kita lempar ke laut aku yakin nenek tua itu tidak akan mencarinya. Kita buat laporan ke kantor polisi kalau dia hanyut saat main di pinggir pantai." Vlora mengulas senyum kemenangan. Andaru seorang pria yang amat mencintainya sehingga akan melakukan apapun demi dirinya."Kamu benar sayang," Andaru menyeret tubuh Husna keluar dari resort dengan bantuan Vlora yang ikut menyeretnya."T– tolong lepaskan aku, tuan. Aku janji akan menuruti semua perintahmu," isak Husna, tetapi Andaru mengabaikannya.Andaru yang berhasil membawa tubuh Husna ke bibir pantai dengan cepat mendorong tubuh Husna. Tetapi tiba-tiba seseorang memberikannya bogeman mentah telat di wajahnya.Bugh Bugh Bugh!!Tiga puluhan berhasil mendarat di wajahnya sehingga tubuh Andaru tersungkur ke pasir. Ia begitu terkejut dengan pukulan yang ia dapatkan dari pria sama yang berapa
"L– lepas,"Husna berusaha untuk melepaskan diri saat Andaru mencengkram lehernya hingga rahangnya terluka. Namun, Andaru yang tidak peduli dengan hal itu semakin mempererat cengkeramannya sehingga Husna kesulitan untuk bernapas."Menyingkir dari hadapanku wanita sial! Pantas kau tinggal di panti asuhan, karena kau terlahir menjadi anak membawa sial!!!""T– tolong jangan sakiti aku," lirihnya berusaha untuk bertahan meski semakin tersiksa."Apa? Tolong jangan sakiti? Hahaha!! Kamu bodoh atau apa hah?! Kamu pikir aku peduli? Kalau perlu kamu mati sekarang!!"Dengan kasar Andaru mendorong tubuhnya hingga terjerembab sakit dan sesak yang ia rasakan namun, Husna tetap bertahan semua demi nenek Abila.Tidak peduli jika nyawanya akan hilang yang terpenting adalah kebahagiaan nenek Abila. Kekerasan dan hinaan yang ia dapatkan dari keluarga Adhicandra adalah makanan sehari-hari untuknya namun, tidak sekalipun Husna berniat untuk meninggalkan kediaman Adhicandra baginya yang memiliki hak atas
"Apa? A— aku hamil dok? Suami?" tanya Husna membuat sang dokter tertawa melihat wajah Husna.uanh syok."Ya Bu, di jaga janinnya. Apakah ada gejala seperti muntah, mual atau sebagainya?" tanya dokter lagi."Nggak dok, saya tidak mengalami hal itu. Hanya saja tubuh saya lebih cepat cape.""Itu wajar bagi ibu hamil hal ini akan berlanjut sampai kehamilan memasuki trimester kedua atau bisa lebih lama atau pun cepat, tergantung ibu dan janinnya sebab bawaan anak beda-beda. Nak sudah Bu, ibu tidak perlu di rawat." Husna mencerna setiap kata yang di lontarkan oleh dokter yang baru saja memeriksanya. Hamil? Terselip ketakutan setelah mengetahui dirinya mengandung keturunan Adhicandra."Wanita jalang tidak cukup kamu menghancurkan anakku. Sekarang kamu juga akan menghancurkan impianku, hah?! Kau seharusnya mati. Kau terlahir membawa sial!!" Husna yang baru keluar dari rumah sakit terkejut dengan suara dan tubuhnya yang tiba-tiba di tarik oleh seseorang yang sangat ia kenali."Argh!!""T— tol
Empat tahun kemudian....Sinar lampu yang begitu menyilaukan membuat pandangan Husna mengabur sulit baginya melihat untuk memastikan siapa orang yang berada di balik kemudi namun, tiba-tiba mobil melaju dengan kecepatan tinggi kearahnya.Husna yang tidak bisa menghindar lagi hanya mampu berteriak berusaha untuk menyelamatkan diri dari tempatnya berdiri hingga terdengar suara yang begitu keras dan tubuhnya melayang."Argh!!" Suaranya tercekat bayangan masa lalu begitu nyata menghantuinya setiap saat hingga ia tidak mampu untuk berdiri dan bangkit untuk menjalani kehidupan indah di depannya."Berhenti untuk mengingat hal yang menyakitkan, sudah waktu kamu bangkit. Ingatlah bukan hanya dirimu tapi ada sosok yang sangat membutuhkan kamu, Husna." "Apa yang bisa di lakukan oleh wanita lumpuh seperti aku? Jika dunia ini menginginkan aku seperti ini maka aku akan menerimanya dengan ikhlas, tidak ada lagi harapan semua sudah berlalu–" ucapnya lirih namun, kalah dengan suara seseorang yang me
Bibi Imas terkejut mendengar penuturan Husna tetapi hatinya bahagia Husna berubah pikiran."Kamu yakin Husna? Bibi senang jika kamu berubah pikiran. Bibi akan siapkan semua, siang ini kita akan pergi ke kota agar kamu segera di tangani." Bibi Imas mengusap punggung Husna hal ini yang sejak lama ia tunggu kesediaan Husna untuk melakukan terapi agar bisa berjalan lagi seperti semula."Bibi apa sudah ada tanda pendonor untuk anakku? Aku tidak tega melihatnya yang terus menanyakan kapan dia bisa melihat," lirihnya pengingat kembali ucapan putrinya semalam. Husna menatap manik teduh Bibi Imas yang terkejut dengan perkataannya."Kamu tidak perlu memikirkan itu, Bibi sudah menghubungi beberapa rumah sakit meskipun itu belum ada hasilnya, tapi percayalah tidak akan lama lagi akan ada pendonor mata untuk Zelena. Husna sebenarnya ada seseorang yang ingin mendonorkan mata untuk putrimu dan semua sangat cocok tapi–" Bibi Imas menghela napasnya dan melihat lagi wajah Husna yang begitu berharap putr
Tubuh Husna terdiam Andaru memanggilnya beruntung sang putri tertidur sehingga tidak banyak bertanya padanya. Suara yang sangat ia benci seumur hidupnya. Pria yang telah menjatuhkan talak setelah merenggut miliknya yang berharga."Ada apa tuan?" Bibi Imas berbalik berhadapan dengan Andaru dan kekasihnya."Bonekanya jatuh," Andaru mendekati Husna yang memeluk tubuh Zelena. Air mata yang membuatnya benci kembali mengalir bahkan, ia tidak tahu kenapa cairan bening keluar tanpa meminta izin padanya."Ah! Ya, benar ini boneka milik cucu saya yang tertidur. Sekali lagi terima kasih," Bibi Imas meraih boneka yang di berikan oleh Andaru padanya."Ya," Andaru menyipitkan matanya sosok wanita yang duduk di atas kursi roda memeluk putrinya yang tertidur pulas dalam pelukannya. "Kamu lihat siapa sih? Ayok, kita sudah ditunggu oleh mereka di atas kenapa sejak tadi kamu memperhatikan wanita itu?" Vlora tidak menyukai tatapan Andaru yang begitu indah pada wanita yang di duduk di kursi roda. "E– en
"Kapan kamu kenal aku? Sejak lama aku menyembunyikan siapa aku. Tapi kamu menuduh aku sengaja melakukan ini padamu? Bahkan saat aku masih sekolah aku sudah menyembunyikan semuanya, kamu ingat saat aku meminta untuk resepsi pernikahan kita? Hari itu adalah hari spesial di mana aku ingin mengatakan padamu yang sebenarnya aku ingin memberikan kekuatan itu padamu tapi nyatanya aku yang di berikan kejutan ini darimu. Sudahlah Kay, kita tidak perlu lagi membahas yang tidak penting jalani hidup kita." "Tidak bisa Zel, aku cinta sama kamu. Aku akan mempertahankan pernikahan kita apapun itu,""Dan aku akan menceraikan kamu Kay. Seberapa kuat kamu mempertahankan, sekuat itu pula aku akan pisah dari kamu.""Tidak akan. Jika aku tidak bisa mendapatkan kamu maka tidak ada satu orang pun yang bisa memiliki kamu."Kayan menari kasar pergelangan tangan Zelena namun tiba-tiba dari arah samping seseorang mencekal tangan Kayan yang ingin menyentuh wajah Zelena.Bugh!!"Brengsek dia wanita! Lawan aku j
"Anda jangan becanda pak Hasta. Zelena hanya anak kampung bahkan saya sendiri yang menikahinya. Lelucon Anda kurang kreatif pak Hasta." Ujar Kayan tertawa bahkan ibu dan istrinya turut tertawa tetapi tidak dengan Iva dan Denta mereka saling pandang dan menarik kerudung yang di pakai oleh Zelena."Aku tidak bercanda dengan orang asing. Aku lebih suka bercanda dengan keluarga." "Tapi tidak mungkin kalau Zelena anak pak Hasta, karena waktu itu saya menikahinya–""Dengan dia?" Hasta menunjuk kearah Andaru dan Indri mereka mendekati terkejut dengan sikap orang tua dan saudara Kayan pada Zelena."Sayang kamu kenapa nak? Jadi ini yang membuat kamu tidak ingin menghubungi dan minta pada kami untuk diam? Ini yang kata kamu akan menyelesaikan semuanya seorang diri? Lihat bahkan di hadapan kami dan banyak orang mereka tidak menghargai kamu sayang," Husna dan Indri saling melepaskan tangan Denta dan Iva yang berbuat kasar pada Zelena."Ini lelucon,"Hasta meminta mereka untuk pergi begitu juga p
Setelah malam itu Zelena tidak lagi memperdulikan kebutuhan keluarga Kayan. Waktunya ia habiskan untuk bekerja dan bekerja menyelesaikan tugas rumah dan menikmati harinya tanpa mengikuti perintah dari anggota keluarga Kayan untuk memasak makanan yang mereka sukai.Hanya menghitung jam lagi maka semuanya akan terungkap dan Zelena pun tidak ingin terlalu lama menundanya lagi.Terdengar suara teriakan dari luar terdengar dengan jelas jika itu adalah suara Gaina dan menantu kesayangannya."Zelena. Kamu ngapain aja di dalam kamar hah? Kamu udah tau pagi-pagi harus menyiapkan apa dulu sebelum berangkat bekerja, apa harus aku ingatkan setiap hari setiap saat dan setiap detik? Jadi orang pemalas minta ampun." Gaina menggedor kamar Zelena dibantu oleh menantu kesayangannya. Namun pada saat mereka mendorong pintu bersamaan dengan Zelena yang membuka pintu sehingga tubuh mereka tersungkur ke depan beruntung Zelena membantu Shella sehingga tidak sampai terjatuh karena akan sangat membahayakan ka
Zelena menoleh kearah pria di sampingnya sosok yang tidak di kenalinya menatapnya dengan tatapan sulit di artikan."Hapus air mata kamu." Ucapnya tegas."Terima kasih," Zelena meraih sapu tangan yang di sodorkan pria di sampingnya."Tidak perlu terima kasih, sudah seharusnya aku lakukan itu. Hum, Zelena bisa kita bicara sebentar?" Tristan berusaha untuk bicara dengan Zelena meminta maaf atas apa yang sudah terjadi dalam hidupnya. Tidak di pungkiri kesakitan yang di alami oleh Zelena karena ulahnya yang turut adil dalam taruhan itu."Maaf sepertinya saya harus pulang sekarang." Zelena berlaku meninggalkan Tristan. Tidak bermaksud untuk menghindar tetapi getar di ponselnya yang membawanya pergi dari hadapan Tristan."Zelena tunggu!""Kamu tidak ingin mendengar aku bicara? Setidaknya izinkan aku mengatakan sekarang,""Mengatakan sekarang?""Ya, aku minta maaf. Karena aku, kamu jadi seperti ini, kenalkan aku Tristan dan aku adalah –""Kenapa tidak di lanjutkan?""Aku adalah orang yang te
Setelah perdebatan panjang Zelena berhasil pergi untuk memulai dengan mencari informasi perusahaan yang ingin ia datangi. Sesuai arahan sang adik tentunya Zelena mendatangi kantor di mana Kayan sebagai direktur."Selamat pagi mbak bisa saya bantu?" sapa resepsionis."Pagi mbak, begini saya datang sesuai informasi yang saya dapatkan dari pak Kayan jika perusahaan ini sedang membutuhkan karyawan. Saya di minta, "Pak Kayan? Kamu siapanya?" "Saya,""Saya apa cepetan!""Saya temannya dan kebetulan saya,""Tunggu dulu, saya kasih kabar pak Kayan dulu." Zelena mengangguk memilih menunggu sampai wanita di depannya selesai menghubungi seseorang yang mungkin saja adalah Kayan."Mbak langsung aja naik ke atas. Pak Kayan sudah menunggu katanya." Ujarnya acuh tanpa melihat kearah Zelena."Terima kasih Mbak, selamat bekerja. Jangan lupa tersenyum," Zelena berbalik melanjutkan langkahnya menuju lift.Sampai di lantai yang di maksud Zelena di kejutkan dengan kehadiran Kayan yang ada di depan lift.
Kayan melempar semua barang yang ada di kamar mengingat kata-kata yang diucapkan oleh Tristan mengenai Shella kekasihnya meski mereka sudah menikah secara siri namun Kayan berusaha untuk menyembunyikannya dan selalu menganggap bahwa Shella adalah kekasihnya bukan istri."Kay Ada apa sih kamu buang barang sampai hancur gini? Ada apa? Bukannya kamu siap-siap mengajak kita untuk makan di luar tapi kamu cuma marah-marah di kamar seperti ini. Apa kamu tidak jadi menerima jabatan sebagai direktur?" Gaina mendatangi kamar pribadi milik Kayan yang tidak seperti biasanya pulang kerja memilih berdiam diri di dalam kamar utama."Mama kalau aku memilih mempertahankan Zelena apakah mama bersedia menerima sebagai menantu?" Kayan bertanya dengan hati-hati.Gemuruh dalam hatinya mengingat jika Zelena yang sebenarnya telah lama menempati hatinya kini harus menjadi jalan untuk mendapatkan harta yang di inginkannya."Maksud kamu apa? Jangan bilang kamu akan memilih Zelena dan mengembalikan semua harta y
Zelena menghentikan suapannya kali ini ia menatap wajah wanita di depannya wanita yang ia ketahui adalah ibu mertuanya."Maksud Mama?" "Panggil aku ibu jangan Mama. Aku tidak suka itu, cukup anak-anakku yang memanggilku Mama tidak dengan kamu."Zelena mengangguk kembali melanjutkan makannya. "Seperti yang tadi Mama bilang sama kamu, Mama bebaskan kamu dari gudang tapi ada syaratnya. Kalau kamu bisa memenuhi syarat dari mama kamu bisa bebas di rumah ini. Tanpa harus menderita di dalam gudang tentunya kamu bisa menikmati fasilitas rumah ini yaitu tidur di dalam kamar mewah. Mama yakin ini baru pertama kalinya kamu tidur di kasur empuk.""Bebas seperti apa? Dan kenapa Mama lagi? Bukankah mama tidak ingin aku menyebut mama melainkan ibu?" Zelena tidak ingin menanggapi ucapan ibu mertuanya. Jangankan kasur yang empuk bahkan tidur di hotel berbintang dan kamar VVIP sudah di rasakan oleh Zelena. Tentu Zelena tidak menceritakan pada ibu mertuanya kalau dirinya memiliki rumah yang lebih mew
Bukan hanya Husna dan Hasta tetapi juga Andaru dan Indri mereka benar-benar mengkhawatirkan kondisi Zelena yang tidak ada kabar. Namun satu hal yang tidak diketahui oleh mereka yakni Cavin pria remaja yang berstatus sebagai adik Zelena ternyata sudah memiliki firasat yang berbeda terhadap pria yang mengaku sebagai kekasih kakaknya.Di dalam kamar Cavin tidak hentinya mencari tahu keberadaan sang kakak bahkan dia rela meminta pada seseorang untuk mencari keberadaan Kayan."Aku sendiri yang akan melenyapkan kamu jika saja menyentuh kulit kakak 'ku." Ujar Cavin mengepalkan tangannya.Cavin yang kini telah menginjak remaja begitu menjaga sang kakak walau Zelena jauh dari pandangannya tetapi Cavin tidak lepas memperhatikan dan menjaganya dan kali ini untuk pertama kalinya gagal. Meski tetap bergerak tanpa sepengetahuan orang tua dan kakaknya tetapi sama halnya dengan yang lain ia pun kehilangan jejak Zelena. Cavin tidak tinggal diam seperti sekarang tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya
"Tapi ma, apa itu harus?" Kayan mencoba untuk negoisasi dengan ibunya mana mungkin dia bisa mengurung Zelena di dalam gudang yang gelap dan pengap."Kenapa tidak. Jangan bilang kalau kamu benar-benar jatuh cinta pada wanita kampungan seperti dia." Gaina menatap tidak suka pada putranya."Siapa yang jatuh cinta padanya? Tujuan kita adalah harta jabatan dan nama pasar kita sudah mendapatkannya meskipun harus menunggu dua bulan lagi tapi aku tidak tahan satu atap bersamanya. Tapi mengingat jika dia mengetahui apa yang kita lakukan pada wanita ini tentu dia akan marah pada kita Aku hanya takut jika semua fasilitas yang diberikan dia pada kita akan diambil lagi olehnya." Ujar Kayan gelisah."Kamu tidak perlu khawatir Mama sudah menyiapkan rencana lain, pokoknya wanita ini harus kita kurung di gudang beri dia pelajaran Karena dia sudah lancang membuka kamar pribadi kamu." Gaina menyeret tubuh Zelena yang tidak berdaya."Hei, bangun kamu jangan keenakan tidur sekalipun ini cuma gudang tapi s