Empat tahun kemudian....Sinar lampu yang begitu menyilaukan membuat pandangan Husna mengabur sulit baginya melihat untuk memastikan siapa orang yang berada di balik kemudi namun, tiba-tiba mobil melaju dengan kecepatan tinggi kearahnya.Husna yang tidak bisa menghindar lagi hanya mampu berteriak berusaha untuk menyelamatkan diri dari tempatnya berdiri hingga terdengar suara yang begitu keras dan tubuhnya melayang."Argh!!" Suaranya tercekat bayangan masa lalu begitu nyata menghantuinya setiap saat hingga ia tidak mampu untuk berdiri dan bangkit untuk menjalani kehidupan indah di depannya."Berhenti untuk mengingat hal yang menyakitkan, sudah waktu kamu bangkit. Ingatlah bukan hanya dirimu tapi ada sosok yang sangat membutuhkan kamu, Husna." "Apa yang bisa di lakukan oleh wanita lumpuh seperti aku? Jika dunia ini menginginkan aku seperti ini maka aku akan menerimanya dengan ikhlas, tidak ada lagi harapan semua sudah berlalu–" ucapnya lirih namun, kalah dengan suara seseorang yang me
Bibi Imas terkejut mendengar penuturan Husna tetapi hatinya bahagia Husna berubah pikiran."Kamu yakin Husna? Bibi senang jika kamu berubah pikiran. Bibi akan siapkan semua, siang ini kita akan pergi ke kota agar kamu segera di tangani." Bibi Imas mengusap punggung Husna hal ini yang sejak lama ia tunggu kesediaan Husna untuk melakukan terapi agar bisa berjalan lagi seperti semula."Bibi apa sudah ada tanda pendonor untuk anakku? Aku tidak tega melihatnya yang terus menanyakan kapan dia bisa melihat," lirihnya pengingat kembali ucapan putrinya semalam. Husna menatap manik teduh Bibi Imas yang terkejut dengan perkataannya."Kamu tidak perlu memikirkan itu, Bibi sudah menghubungi beberapa rumah sakit meskipun itu belum ada hasilnya, tapi percayalah tidak akan lama lagi akan ada pendonor mata untuk Zelena. Husna sebenarnya ada seseorang yang ingin mendonorkan mata untuk putrimu dan semua sangat cocok tapi–" Bibi Imas menghela napasnya dan melihat lagi wajah Husna yang begitu berharap putr
Tubuh Husna terdiam Andaru memanggilnya beruntung sang putri tertidur sehingga tidak banyak bertanya padanya. Suara yang sangat ia benci seumur hidupnya. Pria yang telah menjatuhkan talak setelah merenggut miliknya yang berharga."Ada apa tuan?" Bibi Imas berbalik berhadapan dengan Andaru dan kekasihnya."Bonekanya jatuh," Andaru mendekati Husna yang memeluk tubuh Zelena. Air mata yang membuatnya benci kembali mengalir bahkan, ia tidak tahu kenapa cairan bening keluar tanpa meminta izin padanya."Ah! Ya, benar ini boneka milik cucu saya yang tertidur. Sekali lagi terima kasih," Bibi Imas meraih boneka yang di berikan oleh Andaru padanya."Ya," Andaru menyipitkan matanya sosok wanita yang duduk di atas kursi roda memeluk putrinya yang tertidur pulas dalam pelukannya. "Kamu lihat siapa sih? Ayok, kita sudah ditunggu oleh mereka di atas kenapa sejak tadi kamu memperhatikan wanita itu?" Vlora tidak menyukai tatapan Andaru yang begitu indah pada wanita yang di duduk di kursi roda. "E– en
"Zelena!" Husna berusaha untuk menyelamatkan putrinya yang terlepas dari pelukannya sehingga ia menjatuhkan tubuhnya untuk menangkap tubuh mungil putrinya. Husna tidak memperdulikan keselamatan dirinya ia hanya ingin menyelamatkan putrinya."Zelena, sayang. Kamu tidak apa-apa nak?" Husna memeluknya dengan erat hal yang menjadi perhatian banyak pengunjung di restoran. Husna seorang wanita lumpuh dan putri yang buta sungguh sangat memprihatinkan namun, siapa sangka disaat dirinya kesulitan untuk bangun tiba-tiba sosok laki-laki mengangkat tubuh Husna dengan mudahnya tidak peduli dengan pandangan orang lain bahkan ia pun menghancurkan batasan antara dirinya dengan Husna."Apa kalian baik-baik, saja?" tanya Hasta dengan sigap menyelamatkan keduanya walau dia tidak mampu untuk menghalau tubuh keduanya tapi setidaknya baik Husna maupun Zelena tidak sampai mencium lantai."Husna, Zelena! Maafkan bibi meninggalkan kalian. Sebaiknya kita kembali," Bibi Husna membantu Hasta dan mendorong kursi
Zelena yang mendengar ibunya tengah berbincang di ruang keluarga meski Zelena tidak mampu memastikan."Sayang, kamu mau kemana?" Pelangi menyentuh pergelangan tangan putrinya yang berjalan kearahnya."Aku tidak kemana-mana mah," ujarnya lirih.Bibi Imas melanjutkan lagi perbincangan mereka bersama dengan Husna. Menyadari putrinya yang begitu merindukan sahabat yang desa sehingga Husna bersama Bibi Imas memutuskan untuk berkeliling di taman yang tidak jauh dari apartemen."Mama apakah temannya begitu indah?" Husna menganggukkan kepala menimpa apa yang ia lihat."Sebentar lagi aku akan melihat dunia ini dan tentunya wajah Mama dan juga Bibi Imas." "Mau berkeliling bersama dengan Mama atau bersama dengan Bibi?" mereka menikmati suasana sore yang begitu menyejukkan. Husna yang tidak bisa menahan kekagumannya setelah melepaskan tangannya dari genggaman tangan Bibi."Aku sama Bibi saja, Aku tidak ingin Mama kelelahan karena aku." ucap Zelena."Sayang, Mama tidak mungkin kelelahan hanya untu
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba saat ini Husna berada di ruang dokter untuk memeriksakan kondisi kakinya."Bagaimana dok, apakah saya bisa berjalan lagi?" tanya Husna setelah mengikuti serangkaian pemeriksaan. Wajahnya begitu berharap ada keajaiban untuknya. Setelah lama ia menolak untuk terapi sehingga ketakutan jika kakinya tidak bisa berjalan lagi kini membayanginya."Baik, sangat baik. Bisa terapi sekarang." sahut dokter menerbitkan senyum indah di wajah Husna. Empat jam sudah Husna melakukan terapi walau dokter memintanya untuk istirahat namun Husna tetap tidak berhenti untuk berlatih agar otot-otot kakinya kuat."Sudah Husna, kamu belajar sudah cukup lama berhenti dan istirahatlah aku tahu apa yang kamu pikirkan. Tapi ingatlah ini hari pertamamu untuk terapi tidakkah ini sangat membahayakan dirimu?" Bibi Imas tidak hentinya mengingatkan Husna walau beberapa kali dokter untuk mengingatkannya. Tapi sifat keras kepala Husna tidak sanggup untuk dihentikan bahkan dokter menyerah
Rusdi berusaha bersikap tenang meski sebenarnya Ia pun sudah jengah melihat sikap Andaru yang dengan jelas tidak menyukai kehadiran Husna."T– tapi,""Bu Husna silahkan dimulai, disini bukan hanya ada pak Andaru. Tapi, ada berapa petinggi perusahaan yang ingin melihat presentasi Bu Husna." Husna mengangguk perkataan pak Rusdi benar, di ruang meeting saat ini bukan hanya Andaru ada berapa petinggi perusahaan lain yang ingin melihat secara langsung presentasi seorang Husna."Bismillahirrahmanirrahim," lirih Husna sebelum memulai presentasi.Dengan pembawaannya yang tenang Husna berdiri di hadapan orang banyak, begitu mudah dan cekatan saat layar monitor menyala presentasi yang memikat banyak perusahaan ternama di Indonesia. Dengan berakhirnya presentasi Husna bersamaan dengan naiknya perusahaan lain yang ingin bekerja sama dengan perusahaan milik Hasta.Husna mengakhiri dengan puas melihat wajah-wajah tamu di ruang meeting. Salah satu pria berdiri memberikan reaksi yang luar biasa padan
Fara membanting pintu ruang kerja Andaru kemarahan yang siang tadi di pendam kini ia lampiaskan pada putra tunggalnya."Bagaimana bisa wanita sialan itu masih hidup? Bukankah dia sudah mati saat kecelakaan malam itu?" Fara menjatuhkan tubuhnya di sofa panjang."Mama, ada apa lagi sampai Mama marah-marah seperti ini? Itu kenapa pintu yang tidak salah mama banting?" Andaru menutup laptopnya menghampiri dan duduk di samping Fara."Kamu jadi anak setiap kali Mama cerita pasti jawabannya yang tidak penting. Daru jawab pertanyaan Mama, bagaimana mungkin wanita itu bisa tetap hidup? Bukankah dia sudah mati pada malam kecelakaan itu? Kenapa dia terlihat baik-baik saja, seperti tidak ada bedanya. Bahkan jauh lebih cantik dari sebelumnya?" Fara menyesap air yang di berikan Andaru padanya."Sudahlah Ma, aku gak mau pusing! Sekarang pikirkan bagaimana caranya supaya aku bisa menyingkirkan wanita itu dari perusahaan pak Hasta," "Bodoh atau bagaimana sih? Masa kamu menyingkirkan wanita itu saja tid