Share

6. Jangan Sakiti Aku 2.

"Apa? A— aku hamil dok? Suami?" tanya Husna membuat sang dokter tertawa melihat wajah Husna.uanh syok.

"Ya Bu, di jaga janinnya. Apakah ada gejala seperti muntah, mual atau sebagainya?" tanya dokter lagi.

"Nggak dok, saya tidak mengalami hal itu. Hanya saja tubuh saya lebih cepat cape."

"Itu wajar bagi ibu hamil hal ini akan berlanjut sampai kehamilan memasuki trimester kedua atau bisa lebih lama atau pun cepat, tergantung ibu dan janinnya sebab bawaan anak beda-beda. Nak sudah Bu, ibu tidak perlu di rawat."

Husna mencerna setiap kata yang di lontarkan oleh dokter yang baru saja memeriksanya. Hamil? Terselip ketakutan setelah mengetahui dirinya mengandung keturunan Adhicandra.

"Wanita jalang tidak cukup kamu menghancurkan anakku. Sekarang kamu juga akan menghancurkan impianku, hah?! Kau seharusnya mati. Kau terlahir membawa sial!!"

Husna yang baru keluar dari rumah sakit terkejut dengan suara dan tubuhnya yang tiba-tiba di tarik oleh seseorang yang sangat ia kenali.

"Argh!!"

"T— tolong lepaskan aku Nyonya," Husna berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan Fara yang semakin menekan di lehernya.

"Akan aku lepaskan jika kamu berjanji untuk meninggalkan anakku jika tidak, maka nyawamu yang akan melayang!!" ancam Fara.

"T— tidak," ucap Husna terbata.

"Nyonya lepaskan Husna, Nenek akan datang." ucap sopir pribadi Fara.

"Hari ini kamu selamat Husna." Fara mendorong tubuh Husna hingga terjerembab ke jalan.

"Husna, kamu kenapa? Fara apa kamu yang melakukannya, hah?!" Abila murka melihat tubuh Husna mengalami luka di berapa bagian. Wajahnya begitu pucat membuat Abila menatap tajam menantunya.

"Mama bisa tanyakan pada cucu menantu kesayangan Mama. Apa aku yang melakukannya atau bukan." Fara membulatkan matanya kearah Husna.

"Nenek aku tidak apa-apa, nyo— maksudku Mama Fara sudah membantuku. Tadi aku tidak sengaja menyebrang ada motor melintas Nek," ujarnya untuk menutupi kesalahan Fara.

"Kamu yakin?"

"Sangat yakin, ayo kita pulang." Husna membantu Abila berdiri mereka melangkah beriringan menuju mobil Abila.

Fara yang tidak menyukai Husna berusaha untuk menyingkirkan menantu pilihan ibu mertuanya. Walau semua harus gagal.

Sampai di rumah Husna membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur size king, kamar pribadi milik Andaru yang seharusnya menjadi kamarnya, namun ketidak sukaan Andaru membuatnya memilih kamar tamu yang sejak lama menjadi kamar pribadinya sebagai seorang pengasuh Abila.

"Sekarang kamu istirahat. Jangan melakukan pekerjaan apa pun Nenek tidak suka itu." ujar Abila memberi peringatan pada Husna yang selalu melanggar perintahnya.

"Ya, nek,"

Hari berlalu kini malam telah datang Husna berusaha untuk bangun dari tempat tidur sebelum Andaru pulang dan melihat dirinya yang berbaring di kamar. Tetapi nasib baik belum berpihak padanya pemilik kamar datang suara yang begitu bariton milik Andaru menggema di dalam kamar.

"Apa yang kamu lakukan disini?! Siapa yang memberikan perintah masuk kedalam kamarku?" Andaru yang tidak menyukai kehadiran Husna di dalam kamarnya dengan kasar menyeret tubuhnya yang lemah.

"T— tolong jangan sakiti aku," lirihnya pandangan kabur seiring rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Andaru mengabaikan suara rintihan Husna, ia menyeret tubuh kurus Husna membawanya keluar dari dari rumah mewah melalui pintu samping. Suara Fara berhasil menggagalkan rencana Andaru yang akan menyingkirkan wanita yang menjadi penghalang cintanya.

"Andaru!!"

Andaru menjauh dari Husna yang semakin melemah hal itu membuat Fara merutuki kesalahan yang dilakukan oleh putranya.

"Apa yang kamu lakukan, hah?" tanya Fara kesal dengan cara Andaru yang begitu saja membawa Husna pergi. Cara yang ketara sehingga Abila akan mudah membaca gerak-gerik mereka dan tanpa belas kasih semua fasilitas milik mereka akan ditarik dan jatuh pada Husna.

"Mengusir dia, apa lagi Ma." sahutnya tanpa mempedulikan Husna.

"Kamu ingin dia pergi dari rumah? Bukan begini caranya, kemari kamu." Fara membisikan sesuatu di telinga Andaru, senyum mengembang di bibir pria yang kini menatap Husna yang terkulai di lantai.

"Bangun kau wanita lemah. Atau kamu ingin aku habisi hah?!" Andaru menarik lengan Husna membawanya kembali ke kamar, Andaru mengangkat tubuh Husna agar lebih cepat sampai di kamar. Wajah yang begitu tampan namun sayang hatinya tidak setampan parasnya.

Dengan hati-hati Andaru merebahkan Husna di atas tempat tidur kamar miliknya. Kamar tamu adalah kamar milik Husna, Andaru tidak menginginkan Husna maka ia pun tidak ingin berbagi tempat tidur. Sudah cukup baginya mengabaikan hati kekasihnya dan sebagai seorang cucu Andaru sudah menuruti keinginan sang nenek menikahi wanita yang tidak ia cintai.

"Minum dan istirahat, ambil ini sebagai bentuk tanggung jawabku padamu. Aku tidak ingin nenek tahu kalau aku tidak memberikan nafkah untukmu. Aku bantu kamu minuman ya?" ujar Andaru memberikan amplop coklat untuk kebutuhan Husna walau benci dan menolak pernikahan mereka tetapi Andaru tidak lepas tanggung jawab nafkah meski talak itu telah jatuh.

"T— tidak, terima kasih." lirihnya menahan sakit di sekujur tubuhnya.

Andaru tidak ingin memaksa seperti sebelumnya beruntung sang Mama mengingatkan dirinya bahwa ada cara lain yang bisa menyingkirkan Husna tanpa ada campur tangan mereka. Walau semua adalah rencana mereka setidaknya jika rencana berhasil maka dengan mudah mereka membalikkan keadaan.

Di luar kamar Fara menunggu kedatangan Andaru yang begitu lama di dalam kamar Husna. Mereka ingin secepatnya pergi sehingga tidak ada yang melihat mereka berada di kamar Husna.

"Daru, kamu yakin Husna tidak pingsan?" Fara kembali mendekati tubuh Husna yang diam tanpa bergerak.

"Nggak, baru saja dia nolak aku bantu minum. Paling juga tidur Ma, udah biarkan saja dia seperti itu kita harus pergi dari sini. Kalau mati itu lebih baik, Nenek mewariskan hartanya pada kita. Mama ngapain masuk?" tanya Andaru kesal dengan ibunya yang masuk ke kamar Husna. Mereka tidak ingin di ketahui oleh siapa pun. Dengan langkah berlahan mereka keluar dari kamar namun suara Fara membuat Andaru terhenti.

"Mama cuma memastikan aja kamu sudah melakukannya apa belum. Kamu sudah kasih racun di minuman Husna?" pertanyaan Fara sontak mengejutkan Andaru dan Husna yang memejamkan matanya seketika menajamkan telinganya. Mereka tidak tahu jika Husna mendengar perkataan mereka niat jahat mereka kini telah di dengar olehnya.

"Mah jangan keras-keras kalau Husna denger gimana? Bisa kacau urusan kita. Mama tahu kan kalau Husna itu kesayangan nenek?" geram Andaru.

"Ah! Nggak ngaruh. Sepertinya dia benar-benar pingsan, sekali minum dia mati Daru. Mama tidak ingin punya cucu dari seorang pengasuh. Ayo kita pergi," Fara menarik Andaru keluar dari kamar.

Terdengar pintu tertutup berlahan Husna membuka matanya bukan hanya mereka yang tidak menyukai kehadirannya di rumah mewah Abila tetapi seluruh keluarga besarnya dan para pekerja di rumah ini. Hanya ada satu orang yang begitu baik padanya seorang pelayan dan Abila.

Langkah tertatih Husna meninggalkan rumah mewah milik Abila berbekal uang yang ia terima setiap bulan dari Abila dan juga Andaru selama tiga bulan menjadi istrinya, istri di mata keluarganya tapi tidak diantara mereka berduu. Husna menyelamatkan dirinya dan anak yang ada dalam kandungannya.

"Mama akan melindungi kamu nak. Apa pun yang terjadi kamu adalah nyawa Mama,"

Malam begitu larut dingin begitu menusuk tidak seperti malam sebelumnya suasana malam ini begitu menyakitkan. Husna menjauh dari rumah mewah yang dua tahun ini menjadi rumahnya tempatnya pulang ketika kuliah.

"Nenek maafkan aku,"

Dari jauh seseorang tersenyum misterius melihat Husna pergi dari rumah adalah keinginannya.

"Kamu harus mati saat ini, lihatlah bahkan kehidupan berpihak padaku. Mereka mendukung apa yang aku lakukan." ucapnya dengan senyum penuh kemenangan. Melihat sekeliling yang sepi dan tidak ada satu orang pun, hanya mobil mewah berwarna hitam melaju dengan kecepatan tinggi kearah Husna.

"Hahaha, Husna, kau mati di tanganku!!! Kau mati Husna, aku pemenangnya!! Lihat bagaimana aku berhasil membunuhmu Husna!!!"

Braaaakkkk!!!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status