Zelena menghentikan suapannya kali ini ia menatap wajah wanita di depannya wanita yang ia ketahui adalah ibu mertuanya."Maksud Mama?" "Panggil aku ibu jangan Mama. Aku tidak suka itu, cukup anak-anakku yang memanggilku Mama tidak dengan kamu."Zelena mengangguk kembali melanjutkan makannya. "Seperti yang tadi Mama bilang sama kamu, Mama bebaskan kamu dari gudang tapi ada syaratnya. Kalau kamu bisa memenuhi syarat dari mama kamu bisa bebas di rumah ini. Tanpa harus menderita di dalam gudang tentunya kamu bisa menikmati fasilitas rumah ini yaitu tidur di dalam kamar mewah. Mama yakin ini baru pertama kalinya kamu tidur di kasur empuk.""Bebas seperti apa? Dan kenapa Mama lagi? Bukankah mama tidak ingin aku menyebut mama melainkan ibu?" Zelena tidak ingin menanggapi ucapan ibu mertuanya. Jangankan kasur yang empuk bahkan tidur di hotel berbintang dan kamar VVIP sudah di rasakan oleh Zelena. Tentu Zelena tidak menceritakan pada ibu mertuanya kalau dirinya memiliki rumah yang lebih mew
Kayan melempar semua barang yang ada di kamar mengingat kata-kata yang diucapkan oleh Tristan mengenai Shella kekasihnya meski mereka sudah menikah secara siri namun Kayan berusaha untuk menyembunyikannya dan selalu menganggap bahwa Shella adalah kekasihnya bukan istri."Kay Ada apa sih kamu buang barang sampai hancur gini? Ada apa? Bukannya kamu siap-siap mengajak kita untuk makan di luar tapi kamu cuma marah-marah di kamar seperti ini. Apa kamu tidak jadi menerima jabatan sebagai direktur?" Gaina mendatangi kamar pribadi milik Kayan yang tidak seperti biasanya pulang kerja memilih berdiam diri di dalam kamar utama."Mama kalau aku memilih mempertahankan Zelena apakah mama bersedia menerima sebagai menantu?" Kayan bertanya dengan hati-hati.Gemuruh dalam hatinya mengingat jika Zelena yang sebenarnya telah lama menempati hatinya kini harus menjadi jalan untuk mendapatkan harta yang di inginkannya."Maksud kamu apa? Jangan bilang kamu akan memilih Zelena dan mengembalikan semua harta y
Setelah perdebatan panjang Zelena berhasil pergi untuk memulai dengan mencari informasi perusahaan yang ingin ia datangi. Sesuai arahan sang adik tentunya Zelena mendatangi kantor di mana Kayan sebagai direktur."Selamat pagi mbak bisa saya bantu?" sapa resepsionis."Pagi mbak, begini saya datang sesuai informasi yang saya dapatkan dari pak Kayan jika perusahaan ini sedang membutuhkan karyawan. Saya di minta, "Pak Kayan? Kamu siapanya?" "Saya,""Saya apa cepetan!""Saya temannya dan kebetulan saya,""Tunggu dulu, saya kasih kabar pak Kayan dulu." Zelena mengangguk memilih menunggu sampai wanita di depannya selesai menghubungi seseorang yang mungkin saja adalah Kayan."Mbak langsung aja naik ke atas. Pak Kayan sudah menunggu katanya." Ujarnya acuh tanpa melihat kearah Zelena."Terima kasih Mbak, selamat bekerja. Jangan lupa tersenyum," Zelena berbalik melanjutkan langkahnya menuju lift.Sampai di lantai yang di maksud Zelena di kejutkan dengan kehadiran Kayan yang ada di depan lift.
Zelena menoleh kearah pria di sampingnya sosok yang tidak di kenalinya menatapnya dengan tatapan sulit di artikan."Hapus air mata kamu." Ucapnya tegas."Terima kasih," Zelena meraih sapu tangan yang di sodorkan pria di sampingnya."Tidak perlu terima kasih, sudah seharusnya aku lakukan itu. Hum, Zelena bisa kita bicara sebentar?" Tristan berusaha untuk bicara dengan Zelena meminta maaf atas apa yang sudah terjadi dalam hidupnya. Tidak di pungkiri kesakitan yang di alami oleh Zelena karena ulahnya yang turut adil dalam taruhan itu."Maaf sepertinya saya harus pulang sekarang." Zelena berlaku meninggalkan Tristan. Tidak bermaksud untuk menghindar tetapi getar di ponselnya yang membawanya pergi dari hadapan Tristan."Zelena tunggu!""Kamu tidak ingin mendengar aku bicara? Setidaknya izinkan aku mengatakan sekarang,""Mengatakan sekarang?""Ya, aku minta maaf. Karena aku, kamu jadi seperti ini, kenalkan aku Tristan dan aku adalah –""Kenapa tidak di lanjutkan?""Aku adalah orang yang te
Setelah malam itu Zelena tidak lagi memperdulikan kebutuhan keluarga Kayan. Waktunya ia habiskan untuk bekerja dan bekerja menyelesaikan tugas rumah dan menikmati harinya tanpa mengikuti perintah dari anggota keluarga Kayan untuk memasak makanan yang mereka sukai.Hanya menghitung jam lagi maka semuanya akan terungkap dan Zelena pun tidak ingin terlalu lama menundanya lagi.Terdengar suara teriakan dari luar terdengar dengan jelas jika itu adalah suara Gaina dan menantu kesayangannya."Zelena. Kamu ngapain aja di dalam kamar hah? Kamu udah tau pagi-pagi harus menyiapkan apa dulu sebelum berangkat bekerja, apa harus aku ingatkan setiap hari setiap saat dan setiap detik? Jadi orang pemalas minta ampun." Gaina menggedor kamar Zelena dibantu oleh menantu kesayangannya. Namun pada saat mereka mendorong pintu bersamaan dengan Zelena yang membuka pintu sehingga tubuh mereka tersungkur ke depan beruntung Zelena membantu Shella sehingga tidak sampai terjatuh karena akan sangat membahayakan ka
"Anda jangan becanda pak Hasta. Zelena hanya anak kampung bahkan saya sendiri yang menikahinya. Lelucon Anda kurang kreatif pak Hasta." Ujar Kayan tertawa bahkan ibu dan istrinya turut tertawa tetapi tidak dengan Iva dan Denta mereka saling pandang dan menarik kerudung yang di pakai oleh Zelena."Aku tidak bercanda dengan orang asing. Aku lebih suka bercanda dengan keluarga." "Tapi tidak mungkin kalau Zelena anak pak Hasta, karena waktu itu saya menikahinya–""Dengan dia?" Hasta menunjuk kearah Andaru dan Indri mereka mendekati terkejut dengan sikap orang tua dan saudara Kayan pada Zelena."Sayang kamu kenapa nak? Jadi ini yang membuat kamu tidak ingin menghubungi dan minta pada kami untuk diam? Ini yang kata kamu akan menyelesaikan semuanya seorang diri? Lihat bahkan di hadapan kami dan banyak orang mereka tidak menghargai kamu sayang," Husna dan Indri saling melepaskan tangan Denta dan Iva yang berbuat kasar pada Zelena."Ini lelucon,"Hasta meminta mereka untuk pergi begitu juga p
"Kapan kamu kenal aku? Sejak lama aku menyembunyikan siapa aku. Tapi kamu menuduh aku sengaja melakukan ini padamu? Bahkan saat aku masih sekolah aku sudah menyembunyikan semuanya, kamu ingat saat aku meminta untuk resepsi pernikahan kita? Hari itu adalah hari spesial di mana aku ingin mengatakan padamu yang sebenarnya aku ingin memberikan kekuatan itu padamu tapi nyatanya aku yang di berikan kejutan ini darimu. Sudahlah Kay, kita tidak perlu lagi membahas yang tidak penting jalani hidup kita." "Tidak bisa Zel, aku cinta sama kamu. Aku akan mempertahankan pernikahan kita apapun itu,""Dan aku akan menceraikan kamu Kay. Seberapa kuat kamu mempertahankan, sekuat itu pula aku akan pisah dari kamu.""Tidak akan. Jika aku tidak bisa mendapatkan kamu maka tidak ada satu orang pun yang bisa memiliki kamu."Kayan menari kasar pergelangan tangan Zelena namun tiba-tiba dari arah samping seseorang mencekal tangan Kayan yang ingin menyentuh wajah Zelena.Bugh!!"Brengsek dia wanita! Lawan aku j
"Saya terima nikah dan kawinnya Husna Lavina binti wali hakim dengan mas kawin emas seberat 10 gram di bayar tunai." "Bagaimana para saksi, sah?""Sah!!""Alhamdulillah,"Tanpa terasa air mata Husna mengalir dari pelupuk mata teduhnya. Pria yang amat ia hormati kini telah resmi menjadi suaminya. Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar dari hari pemihakannya meski dengan perjodohan. Jangan tanyakan cinta pada Husna, sejak lama ia menaruh hati pada pria yang kini menjadi imamnya. Namun cintanya hanya bertepuk sebelah tangan."Sayang sekarang kamu sudah menjadi cucu menantu nenek. Temui Andaru, suamimu."Husna memeluk wanita yang tidak lagi muda di depannya dengan perasaan haru. Hidupnya telah berubah setelah bertemu dengannya meski ujian tidak ada akhir datang menghampiri."Ya, Nek. Terima kasih untuk semuanya," lirih Husna di sela isak tangisnya."Hei, berhenti menangis. Lihat cantiknya hilang nanti, tunjukkan senyum indahnya pada nenek," Husna tersenyum melepaskan pelukannya, berlaha