Setelah perdebatan panjang Zelena berhasil pergi untuk memulai dengan mencari informasi perusahaan yang ingin ia datangi. Sesuai arahan sang adik tentunya Zelena mendatangi kantor di mana Kayan sebagai direktur."Selamat pagi mbak bisa saya bantu?" sapa resepsionis."Pagi mbak, begini saya datang sesuai informasi yang saya dapatkan dari pak Kayan jika perusahaan ini sedang membutuhkan karyawan. Saya di minta, "Pak Kayan? Kamu siapanya?" "Saya,""Saya apa cepetan!""Saya temannya dan kebetulan saya,""Tunggu dulu, saya kasih kabar pak Kayan dulu." Zelena mengangguk memilih menunggu sampai wanita di depannya selesai menghubungi seseorang yang mungkin saja adalah Kayan."Mbak langsung aja naik ke atas. Pak Kayan sudah menunggu katanya." Ujarnya acuh tanpa melihat kearah Zelena."Terima kasih Mbak, selamat bekerja. Jangan lupa tersenyum," Zelena berbalik melanjutkan langkahnya menuju lift.Sampai di lantai yang di maksud Zelena di kejutkan dengan kehadiran Kayan yang ada di depan lift.
Zelena menoleh kearah pria di sampingnya sosok yang tidak di kenalinya menatapnya dengan tatapan sulit di artikan."Hapus air mata kamu." Ucapnya tegas."Terima kasih," Zelena meraih sapu tangan yang di sodorkan pria di sampingnya."Tidak perlu terima kasih, sudah seharusnya aku lakukan itu. Hum, Zelena bisa kita bicara sebentar?" Tristan berusaha untuk bicara dengan Zelena meminta maaf atas apa yang sudah terjadi dalam hidupnya. Tidak di pungkiri kesakitan yang di alami oleh Zelena karena ulahnya yang turut adil dalam taruhan itu."Maaf sepertinya saya harus pulang sekarang." Zelena berlaku meninggalkan Tristan. Tidak bermaksud untuk menghindar tetapi getar di ponselnya yang membawanya pergi dari hadapan Tristan."Zelena tunggu!""Kamu tidak ingin mendengar aku bicara? Setidaknya izinkan aku mengatakan sekarang,""Mengatakan sekarang?""Ya, aku minta maaf. Karena aku, kamu jadi seperti ini, kenalkan aku Tristan dan aku adalah –""Kenapa tidak di lanjutkan?""Aku adalah orang yang te
Setelah malam itu Zelena tidak lagi memperdulikan kebutuhan keluarga Kayan. Waktunya ia habiskan untuk bekerja dan bekerja menyelesaikan tugas rumah dan menikmati harinya tanpa mengikuti perintah dari anggota keluarga Kayan untuk memasak makanan yang mereka sukai.Hanya menghitung jam lagi maka semuanya akan terungkap dan Zelena pun tidak ingin terlalu lama menundanya lagi.Terdengar suara teriakan dari luar terdengar dengan jelas jika itu adalah suara Gaina dan menantu kesayangannya."Zelena. Kamu ngapain aja di dalam kamar hah? Kamu udah tau pagi-pagi harus menyiapkan apa dulu sebelum berangkat bekerja, apa harus aku ingatkan setiap hari setiap saat dan setiap detik? Jadi orang pemalas minta ampun." Gaina menggedor kamar Zelena dibantu oleh menantu kesayangannya. Namun pada saat mereka mendorong pintu bersamaan dengan Zelena yang membuka pintu sehingga tubuh mereka tersungkur ke depan beruntung Zelena membantu Shella sehingga tidak sampai terjatuh karena akan sangat membahayakan ka
"Anda jangan becanda pak Hasta. Zelena hanya anak kampung bahkan saya sendiri yang menikahinya. Lelucon Anda kurang kreatif pak Hasta." Ujar Kayan tertawa bahkan ibu dan istrinya turut tertawa tetapi tidak dengan Iva dan Denta mereka saling pandang dan menarik kerudung yang di pakai oleh Zelena."Aku tidak bercanda dengan orang asing. Aku lebih suka bercanda dengan keluarga." "Tapi tidak mungkin kalau Zelena anak pak Hasta, karena waktu itu saya menikahinya–""Dengan dia?" Hasta menunjuk kearah Andaru dan Indri mereka mendekati terkejut dengan sikap orang tua dan saudara Kayan pada Zelena."Sayang kamu kenapa nak? Jadi ini yang membuat kamu tidak ingin menghubungi dan minta pada kami untuk diam? Ini yang kata kamu akan menyelesaikan semuanya seorang diri? Lihat bahkan di hadapan kami dan banyak orang mereka tidak menghargai kamu sayang," Husna dan Indri saling melepaskan tangan Denta dan Iva yang berbuat kasar pada Zelena."Ini lelucon,"Hasta meminta mereka untuk pergi begitu juga p
"Kapan kamu kenal aku? Sejak lama aku menyembunyikan siapa aku. Tapi kamu menuduh aku sengaja melakukan ini padamu? Bahkan saat aku masih sekolah aku sudah menyembunyikan semuanya, kamu ingat saat aku meminta untuk resepsi pernikahan kita? Hari itu adalah hari spesial di mana aku ingin mengatakan padamu yang sebenarnya aku ingin memberikan kekuatan itu padamu tapi nyatanya aku yang di berikan kejutan ini darimu. Sudahlah Kay, kita tidak perlu lagi membahas yang tidak penting jalani hidup kita." "Tidak bisa Zel, aku cinta sama kamu. Aku akan mempertahankan pernikahan kita apapun itu,""Dan aku akan menceraikan kamu Kay. Seberapa kuat kamu mempertahankan, sekuat itu pula aku akan pisah dari kamu.""Tidak akan. Jika aku tidak bisa mendapatkan kamu maka tidak ada satu orang pun yang bisa memiliki kamu."Kayan menari kasar pergelangan tangan Zelena namun tiba-tiba dari arah samping seseorang mencekal tangan Kayan yang ingin menyentuh wajah Zelena.Bugh!!"Brengsek dia wanita! Lawan aku j
"Saya terima nikah dan kawinnya Husna Lavina binti wali hakim dengan mas kawin emas seberat 10 gram di bayar tunai." "Bagaimana para saksi, sah?""Sah!!""Alhamdulillah,"Tanpa terasa air mata Husna mengalir dari pelupuk mata teduhnya. Pria yang amat ia hormati kini telah resmi menjadi suaminya. Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar dari hari pemihakannya meski dengan perjodohan. Jangan tanyakan cinta pada Husna, sejak lama ia menaruh hati pada pria yang kini menjadi imamnya. Namun cintanya hanya bertepuk sebelah tangan."Sayang sekarang kamu sudah menjadi cucu menantu nenek. Temui Andaru, suamimu."Husna memeluk wanita yang tidak lagi muda di depannya dengan perasaan haru. Hidupnya telah berubah setelah bertemu dengannya meski ujian tidak ada akhir datang menghampiri."Ya, Nek. Terima kasih untuk semuanya," lirih Husna di sela isak tangisnya."Hei, berhenti menangis. Lihat cantiknya hilang nanti, tunjukkan senyum indahnya pada nenek," Husna tersenyum melepaskan pelukannya, berlaha
Husna menundukkan wajahnya saat Andaru memberikan kode untuk tidak mengatakan apapun pada sang nenek."Benarkah kalian akan bulan madu?" tanya Abila wajahnya berbinar mendengar cucunya akan pergi bulan madu."Bukankah nenek ingin secepatnya memiliki cicit? Akan aku kabulkan impian nenek.""Benarkah? Nenek tidak salah jodohkan kalian berdua. Kapan kalian akan berangkat?""Hari ini setelah sarapan. Husna, bersiaplah kita akan bulan madu,""T— tapi tuan,""Hei! Aku suamimu kenapa harus memanggilku, tuan? Panggil aku Daru atau mas,""I— iya,""Kabar ini sangat membahagiakan nenek, karena itu nenek ada sesuatu untuk kalian berdua."Nenek Abila masuk kedalam kamar pribadinya, Husna ingin pergi namun suara seseorang menghentikan niatnya untuk beranjak."Jangan katakan apapun pada nenek mengenai kejadian di kamar. Jika tidak kau tahu sendiri apa yang akan terjadi pada nenek, kau yang akan di penjara karena membuat nenekku meninggal karena serangan jantung." Bibirnya bergetar wajahnya begitu
Pertanyaan Husna berhasil mematik amarah Andaru tanpa melihat wanita lemah di depannya dengan sekali tarikan tubuh Husna terpelanting mengenai tembok di belakang tubuhnya."Argh!!!""Beraninya kau bertanya padaku hah?! Panggil aku tuan. Kau paham?" Andaru melepaskan cengkraman rahang Husna kasar."M— maaf,""Baik kamu ingin tahu jawabannya? Karena kamu tidak pantas menjadi istriku. Mulai detik ini kamu bukan istriku, aku haramkan kamu.""Tidak perlu di ulang. Aku tidak tuli dan pikun, kamu sudah menalak aku saat di rumah. Lalu untuk apa malam pertama itu? Jika kamu ingin menalak aku?" Dengan keberanian yang tersisa Husna memberanikan diri bertanya walau ia tahu konsekuensinya.Andaru terdiam mendengar perkataan Husna, ia sendiri tidak tahu apa yang ia pikirkan saat penyatuan dengan Husna wanita yang sangat ia benci dalam hidupnya."Kenapa diam?""Berani bertanya? Kau pikir siapa dirimu hah? Bagiku kau adalah wanita membawa sial. Sejak kau hadir di rumah hidupku seperti neraka, neraka!