Pertanyaan Husna berhasil mematik amarah Andaru tanpa melihat wanita lemah di depannya dengan sekali tarikan tubuh Husna terpelanting mengenai tembok di belakang tubuhnya.
"Argh!!!""Beraninya kau bertanya padaku hah?! Panggil aku tuan. Kau paham?" Andaru melepaskan cengkraman rahang Husna kasar."M— maaf,""Baik kamu ingin tahu jawabannya? Karena kamu tidak pantas menjadi istriku. Mulai detik ini kamu bukan istriku, aku haramkan kamu.""Tidak perlu di ulang. Aku tidak tuli dan pikun, kamu sudah menalak aku saat di rumah. Lalu untuk apa malam pertama itu? Jika kamu ingin menalak aku?" Dengan keberanian yang tersisa Husna memberanikan diri bertanya walau ia tahu konsekuensinya.Andaru terdiam mendengar perkataan Husna, ia sendiri tidak tahu apa yang ia pikirkan saat penyatuan dengan Husna wanita yang sangat ia benci dalam hidupnya."Kenapa diam?""Berani bertanya? Kau pikir siapa dirimu hah? Bagiku kau adalah wanita membawa sial. Sejak kau hadir di rumah hidupku seperti neraka, neraka!! Semua ini gara-gara kamu anak kampung. Aku tahu kenapa tidak menolak perjodohan itu? Wanita hina seperti dirimu hanya membutuhkan ini bukan?!" Andaru melempar beberapa lembar uang kearah wajah Husna hingga berhamburan ke lantai."A— aku,""Diam. Sekali lagi kau bersuara di depanku. Aku pastikan saat ini adalah hari terakhir kamu di dunia ini!!""Sayang kenapa tidak kamu usir dia? Setidaknya kita bisa menikah secepatnya."Wanita yang tidak di ketahui namanya bergelayut manja pada Andaru."Kau mengerti yang aku katakan wanita kampung?Sekarang kamu bukan lagi istriku, paham?!"Husna mengangguk tanpa tahu kata-kata yang mana di maksud Andaru. Sebab yang ia ingat adalah perlakuan tidak manusiawi dan kata talak."Lalu untuk apa kamu mengajakku bulan madu? Membohongi nenek hanya demi kepentinganmu sendiri.""Kau bodoh atau apa hah? Tentu untuk menutupi bulan maduku yang sebenarnya."Husna merebahkan tubuhnya setalah melaksanakan kewajibannya, mengadukan nasibnya pada sang pemilik kehidupan. Takdir cinta dan kehidupannya yang penuh dengan ujian tiada henti, sejak kecil hidup di panti asuhan dan bertemu dengan nenek Abila yang menjadikan dirinya sebagai pengasuhnya. Entah apa yang di pikirkan oleh nenek Abila sampai menjodohkannya dengan cucu termuda dari keluarga Adhicandra."Tidak perlu berdiam diri. Tujuan kami membawamu kesini untuk melayani kami. Pergi dan masak aku sudah lapar."Suara intimidasi dari seseorang mengejutkan Husna yang tengah memikirkan nasibnya setelah kepulangannya dari Bali nanti.Tanpa menjawab Husna gegas ke dapur untuk memasak untuk makan malam mereka."Ih!! Bener- bener dia ya. Apa dia tidak punya mulut untuk menjawab perkataan aku, gitu? Daru, aku mau kita makan di luar. Perempuan yang kamu bawa itu bikin kesel.""Ya sudah kita makan di luar. Ayo sayang kita pergi sekarang."Mereka pergi tanpa memberitahu Husna yang sibuk menyiapkan makan malam. Kurang dari satu jam semua makanan tersaji di atas meja namun sayangnya Husna tidak menyadari jika dirinya hanya seorang diri di resort."Tuan makan malam sudah tersaji."Berulang kali Husna mengetuk pintu kamar Andaru namun tidak ada suara terdengar dari dalam, menyadari jika Husna berada di dalam resort seorang diri dengan langkah lelah menutup semua makanan yang tersaji.Dua jam ia menunggu kepulangan Andaru dengan wanita yang tidak lain kekasih Andaru tidak kunjung pulang. Matanya yang sulit terpejam membuatnya keluar dari kamar berniat melihat keadaan di luar yang indah dengan lampu yang menghiasi setiap resort."Mereka disini, tanpa memberitahuku yang menunggunya di resort dan makanan yang aku masak tadi?" gumam Husna melihat bagaimana Andaru yang tidak hentinya memperlakukan wanitanya begitu istimewa."Kanapa kau ada disini? Tugasmu di resort bukan mengikuti kami, paham?! Atau kamu memperhatikan kekasihku? Dengar wanita kampung, kau tidak akan bisa bersaing denganku. Tahu apa penyebabnya? Aku Vlora Wijaya adalah kekasih Andaru Adhicandra. Kamu jangan mimpi untuk mendapatkan kekasihku karena kamu tetap lah seorang pembantu ingat itu."Vlora tersenyum miring melihat wajah sendu Husna."Sayang kamu ngapain sama pembantu itu? Ayo, kita kesana. Tunggu dulu!!"Andaru menghentikan langkahnya dan berpaling ke arah Husna. Di tatapnya wanita yang menundukkan wajahnya."Jangan katakan apa pun pada nenek. Jika kamu menyayangi nenek dan kamu masih ingin tinggal di rumahku maka bersikaplah sewajarnya seperti seorang pembantu. Jangan berkhayal karena diantara kita sudah tidak ada lagi ikatan apa pun dan aku sudah menjatuhkan talak padamu. Berbeda jika kita berada di rumah kau harus bersikap selayaknya sebagai istriku." ucapnya dingin, setelah mendorong tubuh Husna hingga terjatuh. Andaru memeluk Vlora pergi begitu saja dari hadapan Husna."Tidak sepantasnya seorang pria memperlakukan wanita dengan kasar terlebih pada istrinya." ucapnya mengulurkan tangan untuk membantu Husna namun, penolakan Husna membuat pria yang tidak lain adalah Hasta Putra Adiwangsa menarik kembali tangannya."T– terima kasih," ucapnya lirih."Jangan ikut campur, bung! Ini urusan aku dan wanita kampung itu. Paham?!" Andaru tidak terima ucapan pria bertopi di depannya."Akan menjadi urusanku jika main kekerasan. Negara ini negara hukum, aku bisa melaporkan perbuatan kamu ke polisi." Hasta tersenyum miring melihat gelagat wanita di samping Andaru."Kau pikir bisa melaporkan aku? Sepertinya kau tidak tahu siapa aku! Satu lagi wanita sialan itu istriku. Jadi apapun yang aku lakukan padanya tidak ada hubungannya denganmu, berhenti ikut campur bung, bisa jadi kau yang akan aku laporkan." ancam Andaru."Aku tunggu jika kau ingin melaporkan aku, pak Andaru Adhicandra." Hasta berbalik tetapi suara Andaru berhasil mengejutkan Hasta."Anda mengenal saya? Tapi anda juga perhatian pada istri saya, apakah anda menyukainya? Maka ambillah, dia hanya sampah buat saya! Sampah tempatnya di tempat sampah dan berkumpul dengan sampah yang lainnya." Andaru menarik sudut bibirnya ke atas."Kau–" Hasta menghentikan ucapannya saat melihat Husna menggelengkan kepalanya."CK! Sepertinya kalian cocok. Bagus kalau begitu, aku tahu aka yang akan aku lakukan setelah ini." usai mengatakan Andaru berlalu dari hadapan mereka.Air matanya meluncur begitu saja dari kelopak matanya berusaha sekuat apapun hatinya tetap merasakan sakit yang tidak terkira. Ucapan Andaru adalah cambuk yang mampu mengguliti kulit tubuhnya menghancurkan hingga ke dasar hatinya."Menangislah, jangan kau simpan rasa yang akan membuatmu sesak. Bangkit dan menata masa depanmu yang masih panjang."Suara seseorang yang tiba-tiba di sampingnya, seorang pria menyodorkan sapu tangan padanya. Husna memberanikan diri menatap pria bertopi, suaranya tidak setegas saat berhadapan dengan Andaru kini suara itu terdengar lembut."Hapus air matamu. Pria seperti dia tidak pantas kamu tangisi." imbuhnya sebelum pergi.Husna mencari sosok yang baru saja memberikan sapu tangan untuknya namun nihil Husna tidak menemukannya."Mencari Ku? Masuklah sudah malam, wanita baik-baik tidak akan berdiri di tempat seperti ini." Hasta tersenyum meski Husna tidak melihatnya."Kenapa anda begitu baik terhadap saya?" Husna menundukkan wajahnya tidak ingin menatap pria yang bukan mahramnya."Berbuat baik apa hanya pada orang yang di kenalnya saja?""M– maaf,""Masuklah nanti kamu sakit,"Tanpa menjawab Husna berbalik kembali ke resort tidak ingin melihat dua sejoli yang saling berbagi saliva.'Apakah takdir tidak sayang padaku? Tidak cukupkah aku menderita sajak kecil, dan sekarang aku kembali mengalaminya lagi?' lirihnya dalam hati."Wanita kurang ajar!! Apa yang kamu lakukan dengan pria itu hah? Kau memang wanita murahan!!"Plaaaaakkkk!!"Aww," "Kenapa, sakit? Bagaimana dengan ini hah?!" Andaru manarik kerudung Husna hingga kepalanya mendongak keatas."Bunuh saja mas, abis itu tinggal kita lempar ke laut aku yakin nenek tua itu tidak akan mencarinya. Kita buat laporan ke kantor polisi kalau dia hanyut saat main di pinggir pantai." Vlora mengulas senyum kemenangan. Andaru seorang pria yang amat mencintainya sehingga akan melakukan apapun demi dirinya."Kamu benar sayang," Andaru menyeret tubuh Husna keluar dari resort dengan bantuan Vlora yang ikut menyeretnya."T– tolong lepaskan aku, tuan. Aku janji akan menuruti semua perintahmu," isak Husna, tetapi Andaru mengabaikannya.Andaru yang berhasil membawa tubuh Husna ke bibir pantai dengan cepat mendorong tubuh Husna. Tetapi tiba-tiba seseorang memberikannya bogeman mentah telat di wajahnya.Bugh Bugh Bugh!!Tiga puluhan berhasil mendarat di wajahnya sehingga tubuh Andaru tersungkur ke pasir. Ia begitu terkejut dengan pukulan yang ia dapatkan dari pria sama yang berapa
"L– lepas,"Husna berusaha untuk melepaskan diri saat Andaru mencengkram lehernya hingga rahangnya terluka. Namun, Andaru yang tidak peduli dengan hal itu semakin mempererat cengkeramannya sehingga Husna kesulitan untuk bernapas."Menyingkir dari hadapanku wanita sial! Pantas kau tinggal di panti asuhan, karena kau terlahir menjadi anak membawa sial!!!""T– tolong jangan sakiti aku," lirihnya berusaha untuk bertahan meski semakin tersiksa."Apa? Tolong jangan sakiti? Hahaha!! Kamu bodoh atau apa hah?! Kamu pikir aku peduli? Kalau perlu kamu mati sekarang!!"Dengan kasar Andaru mendorong tubuhnya hingga terjerembab sakit dan sesak yang ia rasakan namun, Husna tetap bertahan semua demi nenek Abila.Tidak peduli jika nyawanya akan hilang yang terpenting adalah kebahagiaan nenek Abila. Kekerasan dan hinaan yang ia dapatkan dari keluarga Adhicandra adalah makanan sehari-hari untuknya namun, tidak sekalipun Husna berniat untuk meninggalkan kediaman Adhicandra baginya yang memiliki hak atas
"Apa? A— aku hamil dok? Suami?" tanya Husna membuat sang dokter tertawa melihat wajah Husna.uanh syok."Ya Bu, di jaga janinnya. Apakah ada gejala seperti muntah, mual atau sebagainya?" tanya dokter lagi."Nggak dok, saya tidak mengalami hal itu. Hanya saja tubuh saya lebih cepat cape.""Itu wajar bagi ibu hamil hal ini akan berlanjut sampai kehamilan memasuki trimester kedua atau bisa lebih lama atau pun cepat, tergantung ibu dan janinnya sebab bawaan anak beda-beda. Nak sudah Bu, ibu tidak perlu di rawat." Husna mencerna setiap kata yang di lontarkan oleh dokter yang baru saja memeriksanya. Hamil? Terselip ketakutan setelah mengetahui dirinya mengandung keturunan Adhicandra."Wanita jalang tidak cukup kamu menghancurkan anakku. Sekarang kamu juga akan menghancurkan impianku, hah?! Kau seharusnya mati. Kau terlahir membawa sial!!" Husna yang baru keluar dari rumah sakit terkejut dengan suara dan tubuhnya yang tiba-tiba di tarik oleh seseorang yang sangat ia kenali."Argh!!""T— tol
Empat tahun kemudian....Sinar lampu yang begitu menyilaukan membuat pandangan Husna mengabur sulit baginya melihat untuk memastikan siapa orang yang berada di balik kemudi namun, tiba-tiba mobil melaju dengan kecepatan tinggi kearahnya.Husna yang tidak bisa menghindar lagi hanya mampu berteriak berusaha untuk menyelamatkan diri dari tempatnya berdiri hingga terdengar suara yang begitu keras dan tubuhnya melayang."Argh!!" Suaranya tercekat bayangan masa lalu begitu nyata menghantuinya setiap saat hingga ia tidak mampu untuk berdiri dan bangkit untuk menjalani kehidupan indah di depannya."Berhenti untuk mengingat hal yang menyakitkan, sudah waktu kamu bangkit. Ingatlah bukan hanya dirimu tapi ada sosok yang sangat membutuhkan kamu, Husna." "Apa yang bisa di lakukan oleh wanita lumpuh seperti aku? Jika dunia ini menginginkan aku seperti ini maka aku akan menerimanya dengan ikhlas, tidak ada lagi harapan semua sudah berlalu–" ucapnya lirih namun, kalah dengan suara seseorang yang me
Bibi Imas terkejut mendengar penuturan Husna tetapi hatinya bahagia Husna berubah pikiran."Kamu yakin Husna? Bibi senang jika kamu berubah pikiran. Bibi akan siapkan semua, siang ini kita akan pergi ke kota agar kamu segera di tangani." Bibi Imas mengusap punggung Husna hal ini yang sejak lama ia tunggu kesediaan Husna untuk melakukan terapi agar bisa berjalan lagi seperti semula."Bibi apa sudah ada tanda pendonor untuk anakku? Aku tidak tega melihatnya yang terus menanyakan kapan dia bisa melihat," lirihnya pengingat kembali ucapan putrinya semalam. Husna menatap manik teduh Bibi Imas yang terkejut dengan perkataannya."Kamu tidak perlu memikirkan itu, Bibi sudah menghubungi beberapa rumah sakit meskipun itu belum ada hasilnya, tapi percayalah tidak akan lama lagi akan ada pendonor mata untuk Zelena. Husna sebenarnya ada seseorang yang ingin mendonorkan mata untuk putrimu dan semua sangat cocok tapi–" Bibi Imas menghela napasnya dan melihat lagi wajah Husna yang begitu berharap putr
Tubuh Husna terdiam Andaru memanggilnya beruntung sang putri tertidur sehingga tidak banyak bertanya padanya. Suara yang sangat ia benci seumur hidupnya. Pria yang telah menjatuhkan talak setelah merenggut miliknya yang berharga."Ada apa tuan?" Bibi Imas berbalik berhadapan dengan Andaru dan kekasihnya."Bonekanya jatuh," Andaru mendekati Husna yang memeluk tubuh Zelena. Air mata yang membuatnya benci kembali mengalir bahkan, ia tidak tahu kenapa cairan bening keluar tanpa meminta izin padanya."Ah! Ya, benar ini boneka milik cucu saya yang tertidur. Sekali lagi terima kasih," Bibi Imas meraih boneka yang di berikan oleh Andaru padanya."Ya," Andaru menyipitkan matanya sosok wanita yang duduk di atas kursi roda memeluk putrinya yang tertidur pulas dalam pelukannya. "Kamu lihat siapa sih? Ayok, kita sudah ditunggu oleh mereka di atas kenapa sejak tadi kamu memperhatikan wanita itu?" Vlora tidak menyukai tatapan Andaru yang begitu indah pada wanita yang di duduk di kursi roda. "E– en
"Zelena!" Husna berusaha untuk menyelamatkan putrinya yang terlepas dari pelukannya sehingga ia menjatuhkan tubuhnya untuk menangkap tubuh mungil putrinya. Husna tidak memperdulikan keselamatan dirinya ia hanya ingin menyelamatkan putrinya."Zelena, sayang. Kamu tidak apa-apa nak?" Husna memeluknya dengan erat hal yang menjadi perhatian banyak pengunjung di restoran. Husna seorang wanita lumpuh dan putri yang buta sungguh sangat memprihatinkan namun, siapa sangka disaat dirinya kesulitan untuk bangun tiba-tiba sosok laki-laki mengangkat tubuh Husna dengan mudahnya tidak peduli dengan pandangan orang lain bahkan ia pun menghancurkan batasan antara dirinya dengan Husna."Apa kalian baik-baik, saja?" tanya Hasta dengan sigap menyelamatkan keduanya walau dia tidak mampu untuk menghalau tubuh keduanya tapi setidaknya baik Husna maupun Zelena tidak sampai mencium lantai."Husna, Zelena! Maafkan bibi meninggalkan kalian. Sebaiknya kita kembali," Bibi Husna membantu Hasta dan mendorong kursi
Zelena yang mendengar ibunya tengah berbincang di ruang keluarga meski Zelena tidak mampu memastikan."Sayang, kamu mau kemana?" Pelangi menyentuh pergelangan tangan putrinya yang berjalan kearahnya."Aku tidak kemana-mana mah," ujarnya lirih.Bibi Imas melanjutkan lagi perbincangan mereka bersama dengan Husna. Menyadari putrinya yang begitu merindukan sahabat yang desa sehingga Husna bersama Bibi Imas memutuskan untuk berkeliling di taman yang tidak jauh dari apartemen."Mama apakah temannya begitu indah?" Husna menganggukkan kepala menimpa apa yang ia lihat."Sebentar lagi aku akan melihat dunia ini dan tentunya wajah Mama dan juga Bibi Imas." "Mau berkeliling bersama dengan Mama atau bersama dengan Bibi?" mereka menikmati suasana sore yang begitu menyejukkan. Husna yang tidak bisa menahan kekagumannya setelah melepaskan tangannya dari genggaman tangan Bibi."Aku sama Bibi saja, Aku tidak ingin Mama kelelahan karena aku." ucap Zelena."Sayang, Mama tidak mungkin kelelahan hanya untu
"Kapan kamu kenal aku? Sejak lama aku menyembunyikan siapa aku. Tapi kamu menuduh aku sengaja melakukan ini padamu? Bahkan saat aku masih sekolah aku sudah menyembunyikan semuanya, kamu ingat saat aku meminta untuk resepsi pernikahan kita? Hari itu adalah hari spesial di mana aku ingin mengatakan padamu yang sebenarnya aku ingin memberikan kekuatan itu padamu tapi nyatanya aku yang di berikan kejutan ini darimu. Sudahlah Kay, kita tidak perlu lagi membahas yang tidak penting jalani hidup kita." "Tidak bisa Zel, aku cinta sama kamu. Aku akan mempertahankan pernikahan kita apapun itu,""Dan aku akan menceraikan kamu Kay. Seberapa kuat kamu mempertahankan, sekuat itu pula aku akan pisah dari kamu.""Tidak akan. Jika aku tidak bisa mendapatkan kamu maka tidak ada satu orang pun yang bisa memiliki kamu."Kayan menari kasar pergelangan tangan Zelena namun tiba-tiba dari arah samping seseorang mencekal tangan Kayan yang ingin menyentuh wajah Zelena.Bugh!!"Brengsek dia wanita! Lawan aku j
"Anda jangan becanda pak Hasta. Zelena hanya anak kampung bahkan saya sendiri yang menikahinya. Lelucon Anda kurang kreatif pak Hasta." Ujar Kayan tertawa bahkan ibu dan istrinya turut tertawa tetapi tidak dengan Iva dan Denta mereka saling pandang dan menarik kerudung yang di pakai oleh Zelena."Aku tidak bercanda dengan orang asing. Aku lebih suka bercanda dengan keluarga." "Tapi tidak mungkin kalau Zelena anak pak Hasta, karena waktu itu saya menikahinya–""Dengan dia?" Hasta menunjuk kearah Andaru dan Indri mereka mendekati terkejut dengan sikap orang tua dan saudara Kayan pada Zelena."Sayang kamu kenapa nak? Jadi ini yang membuat kamu tidak ingin menghubungi dan minta pada kami untuk diam? Ini yang kata kamu akan menyelesaikan semuanya seorang diri? Lihat bahkan di hadapan kami dan banyak orang mereka tidak menghargai kamu sayang," Husna dan Indri saling melepaskan tangan Denta dan Iva yang berbuat kasar pada Zelena."Ini lelucon,"Hasta meminta mereka untuk pergi begitu juga p
Setelah malam itu Zelena tidak lagi memperdulikan kebutuhan keluarga Kayan. Waktunya ia habiskan untuk bekerja dan bekerja menyelesaikan tugas rumah dan menikmati harinya tanpa mengikuti perintah dari anggota keluarga Kayan untuk memasak makanan yang mereka sukai.Hanya menghitung jam lagi maka semuanya akan terungkap dan Zelena pun tidak ingin terlalu lama menundanya lagi.Terdengar suara teriakan dari luar terdengar dengan jelas jika itu adalah suara Gaina dan menantu kesayangannya."Zelena. Kamu ngapain aja di dalam kamar hah? Kamu udah tau pagi-pagi harus menyiapkan apa dulu sebelum berangkat bekerja, apa harus aku ingatkan setiap hari setiap saat dan setiap detik? Jadi orang pemalas minta ampun." Gaina menggedor kamar Zelena dibantu oleh menantu kesayangannya. Namun pada saat mereka mendorong pintu bersamaan dengan Zelena yang membuka pintu sehingga tubuh mereka tersungkur ke depan beruntung Zelena membantu Shella sehingga tidak sampai terjatuh karena akan sangat membahayakan ka
Zelena menoleh kearah pria di sampingnya sosok yang tidak di kenalinya menatapnya dengan tatapan sulit di artikan."Hapus air mata kamu." Ucapnya tegas."Terima kasih," Zelena meraih sapu tangan yang di sodorkan pria di sampingnya."Tidak perlu terima kasih, sudah seharusnya aku lakukan itu. Hum, Zelena bisa kita bicara sebentar?" Tristan berusaha untuk bicara dengan Zelena meminta maaf atas apa yang sudah terjadi dalam hidupnya. Tidak di pungkiri kesakitan yang di alami oleh Zelena karena ulahnya yang turut adil dalam taruhan itu."Maaf sepertinya saya harus pulang sekarang." Zelena berlaku meninggalkan Tristan. Tidak bermaksud untuk menghindar tetapi getar di ponselnya yang membawanya pergi dari hadapan Tristan."Zelena tunggu!""Kamu tidak ingin mendengar aku bicara? Setidaknya izinkan aku mengatakan sekarang,""Mengatakan sekarang?""Ya, aku minta maaf. Karena aku, kamu jadi seperti ini, kenalkan aku Tristan dan aku adalah –""Kenapa tidak di lanjutkan?""Aku adalah orang yang te
Setelah perdebatan panjang Zelena berhasil pergi untuk memulai dengan mencari informasi perusahaan yang ingin ia datangi. Sesuai arahan sang adik tentunya Zelena mendatangi kantor di mana Kayan sebagai direktur."Selamat pagi mbak bisa saya bantu?" sapa resepsionis."Pagi mbak, begini saya datang sesuai informasi yang saya dapatkan dari pak Kayan jika perusahaan ini sedang membutuhkan karyawan. Saya di minta, "Pak Kayan? Kamu siapanya?" "Saya,""Saya apa cepetan!""Saya temannya dan kebetulan saya,""Tunggu dulu, saya kasih kabar pak Kayan dulu." Zelena mengangguk memilih menunggu sampai wanita di depannya selesai menghubungi seseorang yang mungkin saja adalah Kayan."Mbak langsung aja naik ke atas. Pak Kayan sudah menunggu katanya." Ujarnya acuh tanpa melihat kearah Zelena."Terima kasih Mbak, selamat bekerja. Jangan lupa tersenyum," Zelena berbalik melanjutkan langkahnya menuju lift.Sampai di lantai yang di maksud Zelena di kejutkan dengan kehadiran Kayan yang ada di depan lift.
Kayan melempar semua barang yang ada di kamar mengingat kata-kata yang diucapkan oleh Tristan mengenai Shella kekasihnya meski mereka sudah menikah secara siri namun Kayan berusaha untuk menyembunyikannya dan selalu menganggap bahwa Shella adalah kekasihnya bukan istri."Kay Ada apa sih kamu buang barang sampai hancur gini? Ada apa? Bukannya kamu siap-siap mengajak kita untuk makan di luar tapi kamu cuma marah-marah di kamar seperti ini. Apa kamu tidak jadi menerima jabatan sebagai direktur?" Gaina mendatangi kamar pribadi milik Kayan yang tidak seperti biasanya pulang kerja memilih berdiam diri di dalam kamar utama."Mama kalau aku memilih mempertahankan Zelena apakah mama bersedia menerima sebagai menantu?" Kayan bertanya dengan hati-hati.Gemuruh dalam hatinya mengingat jika Zelena yang sebenarnya telah lama menempati hatinya kini harus menjadi jalan untuk mendapatkan harta yang di inginkannya."Maksud kamu apa? Jangan bilang kamu akan memilih Zelena dan mengembalikan semua harta y
Zelena menghentikan suapannya kali ini ia menatap wajah wanita di depannya wanita yang ia ketahui adalah ibu mertuanya."Maksud Mama?" "Panggil aku ibu jangan Mama. Aku tidak suka itu, cukup anak-anakku yang memanggilku Mama tidak dengan kamu."Zelena mengangguk kembali melanjutkan makannya. "Seperti yang tadi Mama bilang sama kamu, Mama bebaskan kamu dari gudang tapi ada syaratnya. Kalau kamu bisa memenuhi syarat dari mama kamu bisa bebas di rumah ini. Tanpa harus menderita di dalam gudang tentunya kamu bisa menikmati fasilitas rumah ini yaitu tidur di dalam kamar mewah. Mama yakin ini baru pertama kalinya kamu tidur di kasur empuk.""Bebas seperti apa? Dan kenapa Mama lagi? Bukankah mama tidak ingin aku menyebut mama melainkan ibu?" Zelena tidak ingin menanggapi ucapan ibu mertuanya. Jangankan kasur yang empuk bahkan tidur di hotel berbintang dan kamar VVIP sudah di rasakan oleh Zelena. Tentu Zelena tidak menceritakan pada ibu mertuanya kalau dirinya memiliki rumah yang lebih mew
Bukan hanya Husna dan Hasta tetapi juga Andaru dan Indri mereka benar-benar mengkhawatirkan kondisi Zelena yang tidak ada kabar. Namun satu hal yang tidak diketahui oleh mereka yakni Cavin pria remaja yang berstatus sebagai adik Zelena ternyata sudah memiliki firasat yang berbeda terhadap pria yang mengaku sebagai kekasih kakaknya.Di dalam kamar Cavin tidak hentinya mencari tahu keberadaan sang kakak bahkan dia rela meminta pada seseorang untuk mencari keberadaan Kayan."Aku sendiri yang akan melenyapkan kamu jika saja menyentuh kulit kakak 'ku." Ujar Cavin mengepalkan tangannya.Cavin yang kini telah menginjak remaja begitu menjaga sang kakak walau Zelena jauh dari pandangannya tetapi Cavin tidak lepas memperhatikan dan menjaganya dan kali ini untuk pertama kalinya gagal. Meski tetap bergerak tanpa sepengetahuan orang tua dan kakaknya tetapi sama halnya dengan yang lain ia pun kehilangan jejak Zelena. Cavin tidak tinggal diam seperti sekarang tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya
"Tapi ma, apa itu harus?" Kayan mencoba untuk negoisasi dengan ibunya mana mungkin dia bisa mengurung Zelena di dalam gudang yang gelap dan pengap."Kenapa tidak. Jangan bilang kalau kamu benar-benar jatuh cinta pada wanita kampungan seperti dia." Gaina menatap tidak suka pada putranya."Siapa yang jatuh cinta padanya? Tujuan kita adalah harta jabatan dan nama pasar kita sudah mendapatkannya meskipun harus menunggu dua bulan lagi tapi aku tidak tahan satu atap bersamanya. Tapi mengingat jika dia mengetahui apa yang kita lakukan pada wanita ini tentu dia akan marah pada kita Aku hanya takut jika semua fasilitas yang diberikan dia pada kita akan diambil lagi olehnya." Ujar Kayan gelisah."Kamu tidak perlu khawatir Mama sudah menyiapkan rencana lain, pokoknya wanita ini harus kita kurung di gudang beri dia pelajaran Karena dia sudah lancang membuka kamar pribadi kamu." Gaina menyeret tubuh Zelena yang tidak berdaya."Hei, bangun kamu jangan keenakan tidur sekalipun ini cuma gudang tapi s