"Zelena!" Husna berusaha untuk menyelamatkan putrinya yang terlepas dari pelukannya sehingga ia menjatuhkan tubuhnya untuk menangkap tubuh mungil putrinya. Husna tidak memperdulikan keselamatan dirinya ia hanya ingin menyelamatkan putrinya."Zelena, sayang. Kamu tidak apa-apa nak?" Husna memeluknya dengan erat hal yang menjadi perhatian banyak pengunjung di restoran. Husna seorang wanita lumpuh dan putri yang buta sungguh sangat memprihatinkan namun, siapa sangka disaat dirinya kesulitan untuk bangun tiba-tiba sosok laki-laki mengangkat tubuh Husna dengan mudahnya tidak peduli dengan pandangan orang lain bahkan ia pun menghancurkan batasan antara dirinya dengan Husna."Apa kalian baik-baik, saja?" tanya Hasta dengan sigap menyelamatkan keduanya walau dia tidak mampu untuk menghalau tubuh keduanya tapi setidaknya baik Husna maupun Zelena tidak sampai mencium lantai."Husna, Zelena! Maafkan bibi meninggalkan kalian. Sebaiknya kita kembali," Bibi Husna membantu Hasta dan mendorong kursi
Zelena yang mendengar ibunya tengah berbincang di ruang keluarga meski Zelena tidak mampu memastikan."Sayang, kamu mau kemana?" Pelangi menyentuh pergelangan tangan putrinya yang berjalan kearahnya."Aku tidak kemana-mana mah," ujarnya lirih.Bibi Imas melanjutkan lagi perbincangan mereka bersama dengan Husna. Menyadari putrinya yang begitu merindukan sahabat yang desa sehingga Husna bersama Bibi Imas memutuskan untuk berkeliling di taman yang tidak jauh dari apartemen."Mama apakah temannya begitu indah?" Husna menganggukkan kepala menimpa apa yang ia lihat."Sebentar lagi aku akan melihat dunia ini dan tentunya wajah Mama dan juga Bibi Imas." "Mau berkeliling bersama dengan Mama atau bersama dengan Bibi?" mereka menikmati suasana sore yang begitu menyejukkan. Husna yang tidak bisa menahan kekagumannya setelah melepaskan tangannya dari genggaman tangan Bibi."Aku sama Bibi saja, Aku tidak ingin Mama kelelahan karena aku." ucap Zelena."Sayang, Mama tidak mungkin kelelahan hanya untu
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba saat ini Husna berada di ruang dokter untuk memeriksakan kondisi kakinya."Bagaimana dok, apakah saya bisa berjalan lagi?" tanya Husna setelah mengikuti serangkaian pemeriksaan. Wajahnya begitu berharap ada keajaiban untuknya. Setelah lama ia menolak untuk terapi sehingga ketakutan jika kakinya tidak bisa berjalan lagi kini membayanginya."Baik, sangat baik. Bisa terapi sekarang." sahut dokter menerbitkan senyum indah di wajah Husna. Empat jam sudah Husna melakukan terapi walau dokter memintanya untuk istirahat namun Husna tetap tidak berhenti untuk berlatih agar otot-otot kakinya kuat."Sudah Husna, kamu belajar sudah cukup lama berhenti dan istirahatlah aku tahu apa yang kamu pikirkan. Tapi ingatlah ini hari pertamamu untuk terapi tidakkah ini sangat membahayakan dirimu?" Bibi Imas tidak hentinya mengingatkan Husna walau beberapa kali dokter untuk mengingatkannya. Tapi sifat keras kepala Husna tidak sanggup untuk dihentikan bahkan dokter menyerah
Rusdi berusaha bersikap tenang meski sebenarnya Ia pun sudah jengah melihat sikap Andaru yang dengan jelas tidak menyukai kehadiran Husna."T– tapi,""Bu Husna silahkan dimulai, disini bukan hanya ada pak Andaru. Tapi, ada berapa petinggi perusahaan yang ingin melihat presentasi Bu Husna." Husna mengangguk perkataan pak Rusdi benar, di ruang meeting saat ini bukan hanya Andaru ada berapa petinggi perusahaan lain yang ingin melihat secara langsung presentasi seorang Husna."Bismillahirrahmanirrahim," lirih Husna sebelum memulai presentasi.Dengan pembawaannya yang tenang Husna berdiri di hadapan orang banyak, begitu mudah dan cekatan saat layar monitor menyala presentasi yang memikat banyak perusahaan ternama di Indonesia. Dengan berakhirnya presentasi Husna bersamaan dengan naiknya perusahaan lain yang ingin bekerja sama dengan perusahaan milik Hasta.Husna mengakhiri dengan puas melihat wajah-wajah tamu di ruang meeting. Salah satu pria berdiri memberikan reaksi yang luar biasa padan
Fara membanting pintu ruang kerja Andaru kemarahan yang siang tadi di pendam kini ia lampiaskan pada putra tunggalnya."Bagaimana bisa wanita sialan itu masih hidup? Bukankah dia sudah mati saat kecelakaan malam itu?" Fara menjatuhkan tubuhnya di sofa panjang."Mama, ada apa lagi sampai Mama marah-marah seperti ini? Itu kenapa pintu yang tidak salah mama banting?" Andaru menutup laptopnya menghampiri dan duduk di samping Fara."Kamu jadi anak setiap kali Mama cerita pasti jawabannya yang tidak penting. Daru jawab pertanyaan Mama, bagaimana mungkin wanita itu bisa tetap hidup? Bukankah dia sudah mati pada malam kecelakaan itu? Kenapa dia terlihat baik-baik saja, seperti tidak ada bedanya. Bahkan jauh lebih cantik dari sebelumnya?" Fara menyesap air yang di berikan Andaru padanya."Sudahlah Ma, aku gak mau pusing! Sekarang pikirkan bagaimana caranya supaya aku bisa menyingkirkan wanita itu dari perusahaan pak Hasta," "Bodoh atau bagaimana sih? Masa kamu menyingkirkan wanita itu saja tid
"Yang mana rumah kamu, Husna?" tanya Hasta saat mereka berada di sekitar rumah tempat yang menjadi istirahat Husna setelah lelah beraktivitas. Hasta sebenarnya sudah tak tahu tempat tinggal Husna namun ia tidak ingin semua yang baru ia mulai akan berakhir setelah Husna mengetahui bahwa hasta adalah orang yang menanggung semua biaya kehidupan Husna sehingga tempat tinggal Husna saat ini."Lurus aja nanti rumahku ada di ujung, maksudnya adalah saya–" ujarnya merasa segan."Tidak masalah, sudah sampai turun dan istirahat. Jangan lupa untuk proyek baru kamu. Pastikan semuanya berjalan sesuai rencana," "Pasti saya mengingatnya, terima kasih karena bapak sudah mengantar saya. Tapi mohon maaf karena saya tidak menawarkan anda untuk masuk ke rumah saya karena dari rumah saya tidak siapapun hanya ada saya. Saya tidak ingin kedatangan pak Hasta menjadi fitnah." "Saya tahu, masuklah. Aku akan pergi jika kamu sudah ada di dalam." Tanpa menjawab apapun Husna masuk ke dalam dan semua yang dia la
Gelengan kepala Husna untuk berapa kali membuatnya yakin jika Husna tidak mengingat siapa dirinya."Sudahlah kamu tidak perlu mengingat apapun bekerja dengan baik dan kumpulkan uang yang banyak rancang masa depanmu yang lebih baik lagi dan tunggu kembalinya putrimu yang cantik maka semuanya akan indah seperti yang kamu harapkan tidak ada lagi yang orang-orang yang akan mengganggumu dan aku menjamin hal itu dan ini adalah janjiku padamu. Aku akan menjadi penolong dan akan selalu menjadi pelindung untuk kalian berdua."Husna memberanikan diri menoleh ke arah samping ditatapnya pria yang memiliki rahang tegas dan wajahnya begitu tampan dan hidung yang mancung bahkan kulitnya yang begitu bersih membuat Husna tidak yakin akan pikirannya saat ini."Kamu tidak perlu menatapku seperti itu. Aku sadar jika aku sangat tampan dan semua wanita akan memujaku jadi kondisikan matamu!" Husna tersentak dengan cepat memalingkan wajahnya dari tatapan Hasta."Menyebalkan!""Bukan menyebalkan, tapi menyenan
Suara Hasta berhasil melepaskan cengkraman tangan Andaru. Husna dengan cepat menghindar dari Andaru walau Ia pun terkejut dengan perkataan Hasta mengenai dirinya."Pak Hasta, Maaf sebelumnya bisa dijelaskan maksud dari perkataan Anda tadi?" Andaru mengerutkan keningnya mendengar penuturan tegas dari Hasta seorang pria lajang yang usianya tidak jauh darinya tiba-tiba mengakui bahwa Husna adalah calon istrinya bahkan ia tahu betul siapa laki-laki yang bernama Hasta.Pria yang begitu dingin tidak sedikit dari mereka para wanita memilih mundur karena sikapnya dan Andaru tahu betul soal itu. Seorang Hasta tidak pernah dekat dengan wanita manapun selain sekretarisnya yang kini memilih menjadi ibu rumah tangga setelah menikah."Ada apa pak Andaru? Sepertinya anda pun tidak percaya dengan kata-kata saya barusan? Atau anda juga menginginkan calon istri saya?""Pergilah dan tidak perlu bersikap kurang ajar terhadap Husna! Karena wanita itu adalah calon pemilik dari perusahaan ini!" lanjutnya teg