“Wanita kotor!” cemooh orang-orang pada seorang wanita yang baru kehilangan hidupnya. Seperempat abad lebih sudah wanita itu memimpikan kehidupan yang gemilang, sampai sebuah malam tiba-tiba menghancurkan seluruh hidupnya. “Aku akan memberimu surga!” ucap seorang pria sebelumnya, saat wanita tersebut membuka pintu kamar hotel untuk melakukan pekerjaannya. Belum sempat sang wanita memproses apa maksudnya, pintu sudah dikunci dan ia langsung dilempar ke atas tempat tidur penuh riak alkohol yang juga menguasai pria itu. “TIDAK! LEPASKAN!” Jerit kesakitan memenuhi kamar yang terang benderang, tapi tidak ada yang datang menyelamatkan. Hanya pria itu yang terus menggerayangi tubuh wanita tersebut, hingga akhirnya kesucian yang selama ini ia jaga dengan keras, terenggut dalam penderitaan oleh pria yang tidak dikenalnya. Namun bagai jatuh tertimpa tangga pula, wanita yang sudah kehilangan separuh hidupnya, harus kehilangan hidupnya yang lain saat skandal meledak keesokan harinya. “Kena
“Maryam! Apa kamu gak malu jadi perawan tua?! Ibu malu sama orang-orang yang terus ngomong buruk tentang kamu karena masih belum nikah juga! Bisa gak sih kamu gak bikin ibu malu lagi?!” bentak Ayu Sartika dengan keriput yang hampir memenuhi wajahnya.Maryam Syahira, wanita berusia 33 tahun yang menjadi sasaran bentakkan ibunya sendiri, sudah mengepalkan tangan di dalam kamar. “Ayah kamu udah sekarat nunggu kamu nikah! Kenapa juga kamu masih gak mau nikah, hah?! Padahal udah beberapa kali ibu jodohkan, tapi terus aja kamu tolak! Pokoknya ibu gak mau tahu, sekarang kamu gak bisa lagi tolak orang yang akan ibu jodohkan sama kamu!” Seiring dengan keputusan sepihak sang ibu, Maryam harus menghadapi perjodohan ke sekian kalinya untuk melepas status ‘perawan tua’ yang disematkan padanya. Padahal Maryam sudah bersumpah sejak 5 tahun lalu bahwa ia tidak akan pernah berurusan dengan pria manapun apalagi menikah dengan mereka. Namun, sebagai satu-satunya anak yang belum menikah di keluarganya
“Apa maksudnya?” Maryam berusaha memastikan dan ia bisa melihat senyum pria itu. “Saya gak masalah dengan apapun dan bisa menerimanya, karena saya hanya ingin menikah.. denganmu.” Deg. Maryam tiba-tiba merasakan desiran aneh di hatinya.Kenapa pria itu begitu bertekad untuk menikahi Maryam? “Maryam! Kita harus bicara!” Sebelum Maryam mendapat jawaban, sang ibu sudah menarik Maryam ke dalam kamar dengan raut wajah yang tidak pernah ia lihat. Bukan ini yang Maryam harapkan. “Maryam.. apa itu alasannya.. kamu gak mau nikah selama ini?” tanya Ibu Maryam dengan suara bergetar dan air mata yang terpupuk di matanya. Ini pertama kalinya Maryam melihat ibunya seperti itu, karena biasanya sang ibu selalu terlihat galak bahkan lebih dari ayahnya. Maryam belum menjawab, saat sang ibu memeluknya erat dengan air mata berlinang. “Maaf.. karena Ibu gak tahu apa-apa dan maksa kamu.. dengan semua ini..” Kali ini, ada perasaan mendidih yang menguasai hati Maryam, seolah semua kemarahan dan kes
“Jadi ini istrimu? Cih. Ternyata biasa saja. Apa bagusnya sebenarnya dia sampai kamu menolak anak Walikota? Ha.” Andien Ferdinan istri pemilik Sinaga Group, memandang Maryam dengan sinis dan dingin sambil berlalu. “Ma.. Jangan gitu lah, mereka ‘kan baru datang..” timpal Farah Paramita, istri Presiden Direktur Sinaga Group sekaligus CEO Parama Holding Company, perusahaan investasi multinasional terbesar di Indonesia. “Jangan mempermalukan nama keluarga dan hanya ikuti aturan yang ditetapkan di rumah ini selama tinggal di sini. Mengerti?” Ucapan dingin lain turut keluar dari pria tua pemilik Sinaga Group sekaligus rumah mewah ini, Erwin Wijaya Sinaga. Maryam hanya bisa tertegun mendengar ucapan dari orang-orang tidak terduga itu. Apa Maryam sedang bermimpi sekarang? Bagaimana bisa Maryam berakhir di sini? Kalau begitu, siapa sebenarnya Wildan yang membawa Maryam ke sini? “Dan Wildan, lakukan tugasmu dengan benar untuk mendapat dukungan di rapat pemegang saham nanti. Ingat kalau k
“Maryam? Apa kamu baik-baik aja?” Wildan tiba-tiba sudah hadir di antara Maryam dan Yoga, membuat Maryam sempat merasa lega sebelum ia menyadari seringai menyebalkan Yoga. “Hei Wildan! Sepertinya aku pernah bertemu istrimu ini!” APA?! Apa Yoga akan mengatakan kejadian 5 tahun lalu itu pada Wildan?! Sejenak, darah Maryam terasa mendidih, tapi bukan karena kemarahan saja melainkan karena ketakutan juga bahwa Wildan akan berpaling darinya jika mengetahui tentang itu, seperti semua orang dulu. “Ah..! Dia pernah bekerja di Hotel Aiden tempatku sering menginap, benar ‘kan Nona Maryam?” Maryam menggigit bibirnya. Kenapa Yoga tidak bisa meninggalkan Maryam sendirian setelah menyakitinya?! Apa Yoga masih tidak puas bahkan setelah menghancurkan hidup Maryam?! “Kita harus ke ruang makan sekarang Bang, semua orang sudah menunggu.” Wildan hanya menepuk pundak Yoga yang setinggi dirinya, sebelum meraih tangan Maryam yang masih sedikit gemetar. “Oke.” Yoga kembali menyeringai sambil bersiu
Sebelumnya, Maryam langsung terlelap usai makan malam yang menegangkan, hingga tiba waktunya bagi sepasang pengantin baru itu untuk melakukan perjalanan bulan madu mereka keesokan harinya. Dalam waktu singkat, Maryam dan Wildan pun sudah berada di pesawat menuju Bali sebagai tempat bulan madu mereka yang direncanakan Wildan diam-diam. Untuk pertama kalinya, Maryam menaiki pesawat pribadi yang kemewahannya tidak bisa digambarkan, apalagi ditemani beberapa bodyguard yang membuatnya semakin gugup. Semuanya masih terasa tidak nyata bagi Maryam. Tidak hanya karena ia sudah menikah, tapi juga karena suaminya adalah salah satu orang paling penting di negeri ini, ditambah ia jauh lebih muda dan penampilannya juga tidak kalah mengesankan. Jika Maryam mengatakan semua itu pada dirinya 5 tahun lalu yang masih membenci pria, ia mungkin akan dianggap gila. Seiring dengan lamunan Maryam itu, pesawat mereka mulai melaju dengan cepat hingga mereka tiba di Pulau Dewata. Mereka pun segera menuju
Setelah beberapa jam meninggalkan Maryam, Wildan masih tidak kembali.“Kemana Wildan sebenarnya?” Maryam yang khawatir, akhirnya keluar kamar untuk mencari Wildan dengan pikiran tak karuan. Namun yang Maryam temukan justru orang yang tidak ingin Maryam temui. ‘Kenapa dia ada di sini juga?!’ Yoga tiba-tiba muncul di koridor kamar hotel Maryam. Maryam bergegas pergi sebelum pria berusia 35 tahun itu melihatnya, tapi takdir berkata lain. “Siapa ini? Bukannya ini istri sepupuku?” Yoga sudah menghadang Maryam dengan suara menyebalkan, sebelum ia berhasil pergi. Maryam menelan ludah, tapi sedetik kemudian segera menenangkan diri dengan berpikir bahwa ia bisa menghadapi semuanya seperti yang dikatakan Wildan kemarin.“Oh Bang Yoga..” Maryam berusaha tampak biasa saja. “Hahaha. Apa kamu lagi berpura-pura biasa saja bertemu denganku?” APA?! Yoga tiba-tiba berjalan semakin dekat ke arah Maryam, “Jangan berharap sikapmu itu akan menghapuskan apa yang terjadi pada kita dulu, karena apapu
“Jangan lupa pesta malam ini!” teriak Yoga saat Wildan dan Maryam baru memasuki kamar mereka. “Apa kamu baik-baik aja? Kenapa diam aja dari tadi?” tanya Wildan kembali bersikap hangat, sambil membuka jas dari tubuhnya, menyisakan kemeja putih yang cukup basah oleh keringat dan noda lipstik di kerahnya. Noda lipstik?! Maryam terbelalak, menyadari bahwa noda lipstik berwarna kecokelatan itu sama dengan warna lipstik yang digunakan Nadia tadi. Tidak mungkin. Maryam masih berusaha menyangkal semua kecurigaan yang sulit dihindari.Maryam tidak mungkin langsung menuduh mereka bermain di belakangnya hanya karena hal tersebut 'kan? “Kemana saja kamu tadi?” Maryam mencoba untuk membuka pembicaraan dengan tenang agar tidak memancing pertengkaran. “Pekerjaan.” Tapi Wildan hanya menjawab singkat, membuat Maryam mengepalkan tangannya. Maryam benar-benar tidak mengerti. Terkadang Wildan hangat dan manis, tapi tiba-tiba bisa sangat misterius dan tertutup, seolah tidak ingin memberitahu Mary