Setelah beberapa jam meninggalkan Maryam, Wildan masih tidak kembali.
“Kemana Wildan sebenarnya?”Maryam yang khawatir, akhirnya keluar kamar untuk mencari Wildan dengan pikiran tak karuan. Namun yang Maryam temukan justru orang yang tidak ingin Maryam temui.‘Kenapa dia ada di sini juga?!’Yoga tiba-tiba muncul di koridor kamar hotel Maryam.Maryam bergegas pergi sebelum pria berusia 35 tahun itu melihatnya, tapi takdir berkata lain.“Siapa ini? Bukannya ini istri sepupuku?” Yoga sudah menghadang Maryam dengan suara menyebalkan, sebelum ia berhasil pergi.Maryam menelan ludah, tapi sedetik kemudian segera menenangkan diri dengan berpikir bahwa ia bisa menghadapi semuanya seperti yang dikatakan Wildan kemarin.“Oh Bang Yoga..” Maryam berusaha tampak biasa saja.“Hahaha. Apa kamu lagi berpura-pura biasa saja bertemu denganku?”APA?!Yoga tiba-tiba berjalan semakin dekat ke arah Maryam, “Jangan berharap sikapmu itu akan menghapuskan apa yang terjadi pada kita dulu, karena apapun yang kamu lakukan, kamu tetap wanita kotor yang nggak pantas menjadi bagian dari keluargaku!”Maryam mengepalkan tangannya.Maryam tidak lagi merasa gugup, khawatir apalagi takut seperti saat pertama mereka bertemu kemarin, karena Maryam tidak mau menjadi wanita lemah yang membiarkan orang-orang menindasnya lagi. Jadi..“Oh ya? Tapi jangan lupa, kalau semua itu terungkap, bukan hanya aku yang akan terluka tapi kamu juga dan keluargamu!” Maryam akhirnya membalas dengan kuat walau tangannya bergetar, karena ini kali pertamanya ia mencoba membalas orang yang menyakitinya.“Hahaha!” Yoga kembali tertawa, kali ini lebih keras. “Kamu pikir siapa yang akan lebih dirugikan kalau itu terungkap? Apa kamu gak ingat apa yang terjadi denganmu dulu, Nona Maryam?”Deg.Yoga sudah mendorong wajahnya lebih dekat dengan Maryam, hingga Maryam bisa melihat tatapannya yang tajam dan bengis yang bisa dengan mudah melumpuhkan siapapun.“Oh ya, mungkin kamu harus berusaha lebih keras supaya suamimu nggak meninggalkanmu nanti setelah dia bosan, karena kamu pasti akan sedih kalau dia akhirnya meninggalkanmu yang bukan siapa-siapa dan sudah tua, 'kan?”Apa itu peringatan untuk Maryam, sekaligus caranya merendahkan Maryam lagi yang bisa dengan mudah ditinggalkan, karena ia bukan siapa-siapa tidak seperti mereka?Ha..“Anggap saja sebagai nasihat pernikahan yang nggak sempat aku berikan kemarin sebagai orang yang pernah tidur denganmu,” bisik Yoga untuk terakhir kalinya, sambil menepuk pundak Maryam dan berlalu dengan seringainya yang menyebalkan.Maryam tidak bisa hidup seperti ini lagi. Ia tidak bisa membiarkan siapapun merendahkan ataupun menyakitinya seperti dulu. Apalagi setelah Tuhan memberikan Maryam kesempatan untuk mengubah hidupnya melalui Wildan.Benar, sekarang Maryam sudah memiliki seseorang di sisinya, tidak seperti dulu. Jadi, ini saatnya Maryam menunjukkan taringnya untuk melawan mereka yang mencoba menyakitinya.Namun, begitu Wildan akhirnya datang bersama Nadia, keberanian yang baru Maryam pupuk seolah langsung melebur menumbuhkan ketakutan yang baru.“Hei kemana aja? Apa kalian baru bersenang-senang seperti dulu?” Yoga masih di sana, menyambut Wildan yang datang dari arah tujuannya pergi, tampak menikmati penderitaan Maryam karena melihat Wildan bersama wanita lain.“Kami hanya kebetulan bertemu.” Meskipun Wildan menyangkal, tapi itu tidak cukup untuk menenangkan Maryam.Sebenarnya, apa yang terjadi dengan mereka?Apa itu alasan Wildan pergi meninggalkan Maryam, agar ia bisa bersama Nadia?“Benarkah?” Yoga tampak masih bersenang-senang dengan drama yang ia ciptakan, karena ia langsung menghampiri Nadia yang sedang menyeringai pada Maryam.“Hei Nadia! Sekarang kamu jadi pemilik hotel ini ya. Kamu masih muda tapi benar-benar pekerja keras, padahal orang tuamu mau kamu mewarisi perusahaan mereka. Sayang sekali kamu nggak jadi adik iparku.”Maryam kembali mengepalkan tangan dengan geram. Namun, seolah belum selesai, Yoga tiba-tiba menoleh pada Wildan yang sedang berjalan menghampiri Maryam.“Apa kamu sengaja datang ke sini karena ingin bertemu dia dan mengingat saat kalian bersama?” bisik Yoga pada Wildan yang ia hadang, sambil menunjuk Nadia dengan matanya.Lucunya, Maryam masih bisa mendengar dengan jelas bisikan yang akhirnya membenarkan semua kecurigaannya itu, seolah disengaja.Ternyata Nadia memang mantan kekasih Wildan dan mungkin Wildan menikahi Maryam karena mirip dengannya. Hanya itu alasan yang paling masuk akal atas semua yang terjadi kini.Lalu, ada apa dengan semua sikap hangat dan manis yang dilakukan Wildan pada Maryam sebelumnya?Apa itu dilakukan Wildan karena ia melihat Maryam sebagai Nadia?“Eh Bang Yoga! Jangan bercanda gitu lah, ada istri Wildan ‘kan di sini..” Nadia ikut berbisik, menimpali dengan seringainya lagi.Ha. Ha. Ha.Maryam benar-benar ingin tertawa dengan keras atas semua kekonyolan yang mereka tunjukkan.Apa mereka bersenang-senang karena mempermainkan Maryam sekarang?!“Maryam, ayo kita ke kamar.” Wildan sudah menghampiri Maryam yang masih memasang wajah datar, berusaha menyembunyikan kemarahan yang meledak-ledak dalam dirinya. Sebab, jika Maryam menunjukkan itu pada mereka, ia yang akan kalah.“Oke.” Jawaban itu bukan untuk ajakan Wildan saja, tapi untuk keputusan Maryam bahwa ia akan benar-benar membalas semua orang yang menyakitinya.Tak peduli meskipun Wildan mungkin menikahi Maryam karena ia mirip dengan mantan kekasihnya, sebab sekarang Maryam lah yang menjadi istri Wildan.Jadi, Maryam akan melakukan apapun untuk mempertahankan status itu dan membuktikan bahwa ia bukan lagi orang yang bisa mereka rendahkan dan tinggalkan dengan mudah seperti dulu.Demi bahagia, Maryam harus membalas mereka.“Jangan lupa pesta malam ini!” teriak Yoga saat Wildan dan Maryam baru memasuki kamar mereka. “Apa kamu baik-baik aja? Kenapa diam aja dari tadi?” tanya Wildan kembali bersikap hangat, sambil membuka jas dari tubuhnya, menyisakan kemeja putih yang cukup basah oleh keringat dan noda lipstik di kerahnya. Noda lipstik?! Maryam terbelalak, menyadari bahwa noda lipstik berwarna kecokelatan itu sama dengan warna lipstik yang digunakan Nadia tadi. Tidak mungkin. Maryam masih berusaha menyangkal semua kecurigaan yang sulit dihindari.Maryam tidak mungkin langsung menuduh mereka bermain di belakangnya hanya karena hal tersebut 'kan? “Kemana saja kamu tadi?” Maryam mencoba untuk membuka pembicaraan dengan tenang agar tidak memancing pertengkaran. “Pekerjaan.” Tapi Wildan hanya menjawab singkat, membuat Maryam mengepalkan tangannya. Maryam benar-benar tidak mengerti. Terkadang Wildan hangat dan manis, tapi tiba-tiba bisa sangat misterius dan tertutup, seolah tidak ingin memberitahu Mary
Tanpa sadar malam sudah menyelimuti sang langit, saat Wildan akhirnya berhenti mencumbu Maryam yang lelah dan mulai menyelimuti tubuhnya yang polos, sambil memeluknya dengan hangat. “Staminamu lebih buruk dari yang aku kira ya,” goda Wildan pada Maryam yang setengah terlelap di kasur mereka. Maryam mendengus, “Apa kamu mengejekku karena sudah tua, hah?” Wildan tertawa, setelah teringat perkataan Maryam sebelumnya bahwa ia cukup pemarah, terbukti dari cara Maryam menanggapi Wildan. Meskipun begitu, Wildan seolah menganggapnya lucu, karena ia hanya mengecup dahi Maryam sambil berkata lembut, “Tidurlah, Sayang.” ‘Tidur ya? Tapi aku belum selesai,’ batin Maryam dalam rengkuhan Wildan yang mulai terlelap. Malam ini memang bulan madu yang luar biasa, karena untuk pertama kalinya Maryam bisa berbagi tubuh dan hatinya tanpa paksaan. Sayangnya, masih ada perasaan tersisa yang tidak bisa Maryam abaikan. Selang beberapa saat, Maryam pergi keluar untuk menyelesaikan urusannya. Sebuah pembal
Kenapa Wildan ada di sini? Wildan langsung membuka jas hitam yang dipakainya lalu memakaikannya pada Maryam, seolah tahu bahwa Maryam membutuhkan itu untuk menutupi noda yang diberikan Nadia pada gaunnya. Namun, seiring dengan kesadaran Maryam akan kehadiran Wildan, Maryam juga mulai menyadari pandangan semua orang di aula pesta itu pada mereka, terutama Wildan yang tampaknya mereka kenali. “Apa dia calon Presdir Sinaga Group itu?” “Sepertinya benar, tapi siapa wanita yang ia datangi? Apa dia istrinya?” “Tidak mungkin. Kenapa calon pewaris konglomerat sepertinya memiliki istri biasa dan terlihat tua juga? Memangnya siapa wanita itu?” Deg. Para tamu pesta yang mungkin orang-orang penting dari kalangan pengusaha dan pejabat itu sudah berbisik di sekitar mereka, mengingatkan Maryam saat 5 tahun lalu ia diserang puluhan orang dengan kata-kata menyakitkan karena skandalnya. Ha.. Apa Maryam masih tidak bisa keluar dari jerat yang sama? “Sayang, maaf aku membuat kamu datang sendiri.
“Maryam, kamu baik-baik aja?” tanya Wildan, setelah semua orang pergi meninggalkan mereka. Wildan mungkin khawatir bahwa kata-kata dari keluarganya ataupun orang sekitar tentang Maryam akan menyakitinya lagi seperti kemarin. Namun, Maryam hanya tersenyum sebelum balas bertanya, “Apa kamu gak marah aku datang ke sini tanpa bilang lebih dulu?” Itu pertanyaan yang masih mengganggu Maryam sejak tadi. “Gimana bisa aku marah padamu?” Wildan kembali tersenyum hangat, dengan mata yang membentuk bulan sabit yang sebelumnya tidak begitu disadari Maryam. Entah kenapa, Maryam jadi merasa tidak ada jarak antara dirinya dan Wildan setiap kali dia melakukan itu. Padahal mereka begitu jauh, baik secara umur, kepribadian apalagi status sosial. Jika saja tidak ada masalah dengan keluarga Wildan, Yoga atau Nadia, Wildan mungkin akan menjadi suami sempurna untuk Maryam.“Tapi jangan buat aku khawatir lagi ya, karena menghilang tiba-tiba.” Wildan membelai lembut kepala Maryam sambil menatapnya hangat
Walaupun Maryam masih tidak mengerti dengan sikap Wildan, Maryam terpaksa melupakan itu dan kembali ke Jakarta ditemani Bayu asisten Wildan. Sedangkan Wildan hanya berkata bahwa ia masih memiliki pekerjaan di Bali dan akan menyusulnya nanti.Namun selama perjalanan pulang, Maryam sempat berpikir alasan dari sikap Wildan, padahal sepertinya ia sudah tahu berita yang beredar tentang Maryam. Kenapa Wildan tidak menanyakan apapun pada Maryam, seolah ia tidak peduli tentang itu? Terkadang, Maryam merasa bahwa ia hanya menjadi salah satu dari bidak catur yang tidak berarti apa-apa untuk hidup Wildan. Meskipun Wildan selalu bersikap hangat padanya seolah ia menyukai Maryam, tapi sekarang sikap itu terasa hanya sebagai salah satu cara Wildan mempertahankan Maryam di papan caturnya sampai akhirnya ia berhenti bermain. Sebab, jika Maryam memang orang yang berarti untuk Wildan, ia tidak akan menanggapi dengan dingin berita buruk tentang Maryam, terutama mengenai skandalnya. Apalagi setelah i
“Apa yang kalian lakukan?” Wildan bertanya tanpa menatap Maryam yang gugup. Pandangan dinginnya justru tertuju pada Yoga, sebelum ia mencoba mengatur raut wajahnya untuk menjadi lebih santai. “Kamu udah baca berita tentang istrimu ‘kan? Apa kamu gak menyesal sekarang karena menikahinya?” Yoga kembali menyeringai tanpa malu, padahal ia adalah pelaku dari skandal yang diberitakan. Meskipun berita-berita itu memang lebih menyudutkan Maryam dengan tuduhan wanita penggoda seperti 5 tahun lalu. Ha..Maryam menelan ludah, menunggu tanggapan Wildan yang entah akan seperti apa, tapi yang terjadi adalah keheningan yang justru membuat Maryam lebih terluka. Apa itu jawaban Wildan? Keheningan yang mungkin membenarkan pertanyaan Yoga? Sebelum Maryam memastikan, mata Wildan tiba-tiba menjadi tajam melihat sesuatu di belakang Maryam diikuti suara Yoga. “Hei Gibran! Padahal masih ada istrimu di rumah, tapi sudah main-main sama wanita lain yang juga adik iparmu sendiri! Haha!” Maryam berbalik dan
“Wanita kotor!” cemooh orang-orang pada seorang wanita yang baru kehilangan hidupnya. Seperempat abad lebih sudah wanita itu memimpikan kehidupan yang gemilang, sampai sebuah malam tiba-tiba menghancurkan seluruh hidupnya. “Aku akan memberimu surga!” ucap seorang pria sebelumnya, saat wanita tersebut membuka pintu kamar hotel untuk melakukan pekerjaannya. Belum sempat sang wanita memproses apa maksudnya, pintu sudah dikunci dan ia langsung dilempar ke atas tempat tidur penuh riak alkohol yang juga menguasai pria itu. “TIDAK! LEPASKAN!” Jerit kesakitan memenuhi kamar yang terang benderang, tapi tidak ada yang datang menyelamatkan. Hanya pria itu yang terus menggerayangi tubuh wanita tersebut, hingga akhirnya kesucian yang selama ini ia jaga dengan keras, terenggut dalam penderitaan oleh pria yang tidak dikenalnya. Namun bagai jatuh tertimpa tangga pula, wanita yang sudah kehilangan separuh hidupnya, harus kehilangan hidupnya yang lain saat skandal meledak keesokan harinya. “Kena
“Maryam! Apa kamu gak malu jadi perawan tua?! Ibu malu sama orang-orang yang terus ngomong buruk tentang kamu karena masih belum nikah juga! Bisa gak sih kamu gak bikin ibu malu lagi?!” bentak Ayu Sartika dengan keriput yang hampir memenuhi wajahnya.Maryam Syahira, wanita berusia 33 tahun yang menjadi sasaran bentakkan ibunya sendiri, sudah mengepalkan tangan di dalam kamar. “Ayah kamu udah sekarat nunggu kamu nikah! Kenapa juga kamu masih gak mau nikah, hah?! Padahal udah beberapa kali ibu jodohkan, tapi terus aja kamu tolak! Pokoknya ibu gak mau tahu, sekarang kamu gak bisa lagi tolak orang yang akan ibu jodohkan sama kamu!” Seiring dengan keputusan sepihak sang ibu, Maryam harus menghadapi perjodohan ke sekian kalinya untuk melepas status ‘perawan tua’ yang disematkan padanya. Padahal Maryam sudah bersumpah sejak 5 tahun lalu bahwa ia tidak akan pernah berurusan dengan pria manapun apalagi menikah dengan mereka. Namun, sebagai satu-satunya anak yang belum menikah di keluarganya