Share

BAB 4 KENYATAAN BARU

“Maryam? Apa kamu baik-baik aja?” Wildan tiba-tiba sudah hadir di antara Maryam dan Yoga, membuat Maryam sempat merasa lega sebelum ia menyadari seringai menyebalkan Yoga.

“Hei Wildan! Sepertinya aku pernah bertemu istrimu ini!”

APA?!

Apa Yoga akan mengatakan kejadian 5 tahun lalu itu pada Wildan?!

Sejenak, darah Maryam terasa mendidih, tapi bukan karena kemarahan saja melainkan karena ketakutan juga bahwa Wildan akan berpaling darinya jika mengetahui tentang itu, seperti semua orang dulu.

“Ah..! Dia pernah bekerja di Hotel Aiden tempatku sering menginap, benar ‘kan Nona Maryam?”

Maryam menggigit bibirnya.

Kenapa Yoga tidak bisa meninggalkan Maryam sendirian setelah menyakitinya?!

Apa Yoga masih tidak puas bahkan setelah menghancurkan hidup Maryam?!

“Kita harus ke ruang makan sekarang Bang, semua orang sudah menunggu.” Wildan hanya menepuk pundak Yoga yang setinggi dirinya, sebelum meraih tangan Maryam yang masih sedikit gemetar.

“Oke.” Yoga kembali menyeringai sambil bersiul dan mengikuti mereka ke ruang makan.

Sesampainya mereka di sana, keluarga Sinaga langsung memandang Maryam.

“Jangan pernah lagi meninggalkan ruang makan sebelum orang tua pergi lebih dulu!” ucap Andien pada Maryam yang baru duduk kembali di kursinya.

Maryam tidak menyangka di usianya yang sudah lebih dari kepala tiga ini, ia masih diatur mengenai apa yang harus ia lakukan.

Maryam sempat merasa buruk, tapi Wildan menggenggam tangan Maryam lagi di bawah meja, sambil tersenyum kecil seolah hendak menenangkannya. Meskipun begitu, saat makan malam akhirnya di mulai, rasa tidak nyaman kembali muncul.

Obrolan yang tidak Maryam mengerti tentang pekerjaan keluarga Sinaga di perusahaan-perusahaan besar, turut mengiringi makan malam tersebut.

Maryam jadi merasa terasingkan karena hanya ia yang tidak bekerja di perusahaan besar seperti mereka. Kalaupun ia bekerja di sana, ia hanya akan menjadi satu dari ribuan karyawan biasa, berbeda dari mereka yang merupakan pendiri atau pemilik perusahaan-perusahaan besar itu.

Apa Maryam bisa hidup di rumah ini?

Pertanyaan Maryam itu, muncul juga dari Wildan setelah akhirnya mereka kembali ke rumah mereka.

“Apa kamu bisa tinggal di sini? Kalau kamu mau, kita bisa pindah ke tempat lain.”

Wildan mungkin menyadari ketidaknyamanan Maryam dan khawatir dengan itu, karena bagaimanapun ia adalah suami Maryam sekarang, apalagi ia sudah berjanji pada orang tua Maryam untuk menjaganya.

“Tidak. Aku akan tinggal dan bertahan di sini, selama apapun..”

‘..sampai mereka menerimaku..’ tekad Maryam dalam hati.

Maryam tidak bisa menyerah begitu saja karena semua tekanan dari kenyataan baru dalam hidupnya ini, jadi ia memutuskan untuk menguatkan dirinya menghadapi semua yang akan terjadi.

“Oke. Kalau gitu kita harus bersiap-siap untuk bulan madu kita besok. ”

Deg.

Ah, Maryam merasakan itu lagi. Perasaan menggelitik yang kali ini bahkan membuatnya tersipu.

Aneh. Maryam yakin bahwa hatinya sudah dingin dan keras untuk merasa berbunga, apalagi setelah semua kejadian hari ini. Tapi kenapa kata-kata sederhana Wildan seolah berhasil meruntuhkan dinding keras yang mengunci hatinya?

Apa Maryam tanpa sadar menantikan bulan madu yang tidak pernah ia bayangkan akan ia alami, sejak dulu ia memutuskan tidak menikah?

Maryam menggeleng-gelengkan kepala, berusaha tidak terlalu tenggelam dalam perasaan baru yang membuat seluruh tubuhnya terasa aneh ini. Namun, sepasang tangan tiba-tiba memeluknya dan membuatnya kembali merasa aneh.

Sepertinya dinding keras yang mengunci hati Maryam benar-benar telah roboh, karena Maryam bisa merasakan irama yang tidak biasa di hatinya, seiring dengan pelukan erat Wildan yang untuk pertama kalinya ia berikan pada Maryam, bersama suara yang mengalir tenang di telinganya.

“Kita bisa menghadapi semuanya, Sayang.”

Mendadak, ada letupan kembang api tak terlihat di atas kepala Maryam.

Ini adalah pertama kalinya dalam 5 tahun Maryam mendengar panggilan ‘sayang’ itu lagi, ditambah dengan kata-kata menenangkan yang seolah meluruhkan semua ketakutan Maryam hari ini.

Bukankah mereka menikah karena perjodohan? Jadi, mengapa Wildan terus bersikap hangat dan membuat hati Maryam bergetar aneh?

Meskipun Maryam masih tidak tahu mengapa Wildan menikahinya dan bagaimana caranya ia bisa bertahan di rumah ini, tapi Maryam sepertinya harus benar-benar melepas semua masa lalunya dan ketakutannya untuk membuat pernikahannya dengan Wildan bahagia, apapun yang terjadi.

Sayangnya, tiba-tiba Maryam menemukan kenyataan baru yang lebih menyakitkan dan menyadarkan Maryam tentang alasan sebenarnya Wildan menikahinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status