“Jadi ini istrimu? Cih. Ternyata biasa saja. Apa bagusnya sebenarnya dia sampai kamu menolak anak Walikota? Ha.” Andien Ferdinan istri pemilik Sinaga Group, memandang Maryam dengan sinis dan dingin sambil berlalu.
“Ma.. Jangan gitu lah, mereka ‘kan baru datang..” timpal Farah Paramita, istri Presiden Direktur Sinaga Group sekaligus CEO Parama Holding Company, perusahaan investasi multinasional terbesar di Indonesia.“Jangan mempermalukan nama keluarga dan hanya ikuti aturan yang ditetapkan di rumah ini selama tinggal di sini. Mengerti?” Ucapan dingin lain turut keluar dari pria tua pemilik Sinaga Group sekaligus rumah mewah ini, Erwin Wijaya Sinaga.Maryam hanya bisa tertegun mendengar ucapan dari orang-orang tidak terduga itu.Apa Maryam sedang bermimpi sekarang?Bagaimana bisa Maryam berakhir di sini?Kalau begitu, siapa sebenarnya Wildan yang membawa Maryam ke sini?“Dan Wildan, lakukan tugasmu dengan benar untuk mendapat dukungan di rapat pemegang saham nanti. Ingat kalau kamu harus jadi Presiden Direktur selanjutnya.” Erwin lalu pergi, sementara Wildan hanya tersenyum tipis dengan mata tajam yang tidak pernah Maryam lihat.Presiden Direktur? Apa itu berarti Wildan adalah pewaris Sinaga Group?Maryam baru teringat berita yang cukup menghebohkan, mengenai kemunculan anak kedua Erwin yang selama ini disembunyikan dan akan menjadi pengganti dari Presiden Direktur Sinaga Group sebelumnya, padahal usianya masih sangat muda.Kalau begitu, apa berita tersebut tentang Wildan?!Tidak hanya dikejutkan dengan kehadiran keluarga luar biasa yang ia pikir tidak dimiliki Wildan, serta sikap mereka yang ternyata tidak begitu menerima Maryam, Maryam juga dikejutkan dengan identitas asli Wildan yang tidak pernah Maryam sangka.“Maryam ya? Aku Farah. Biar aku antar kamu ke rumah kalian sekarang,” ujar Farah dengan hangat, menyadarkan Maryam dari keterkejutannya.Setidaknya ada satu orang yang menyambut Maryam dengan baik di sini, pikir Maryam.Ternyata tempat ini adalah Mansion Keluarga Sinaga yang bernilai ratusan miliar dan terkenal seantero Indonesia itu.Mansion seluas 4.000 meter persegi yang terletak di Pondok Indah Jakarta Selatan ini, memiliki 6 bangunan terpisah dengan fungsi berbeda yang terdiri dari 1 rumah utama, 4 rumah pribadi dan 1 rumah tamu, dengan total 20 kamar.Tempat Maryam dan Wildan berpijak kini adalah rumah utama yang digunakan sebagai tempat keluarga besar Sinaga berkumpul. Sedangkan rumah yang ditempati masing-masing keluarga adalah rumah pribadi yang luasnya tidak jauh berbeda dari rumah utama.“Untuk saat ini kalian akan tinggal di rumah tamu dulu karena rumah pribadi kalian masih disiapkan, tidak apa-apa ‘kan?” ucap Farah setelah penjelasan singkatnya.Lebih aneh jika Maryam keberatan untuk tinggal di rumah tamu yang luasnya 5 kali lipat dari rumah Maryam dulu.Ha.. Maryam sepertinya memang sedang bermimpi.“Kalau gitu, selamat memulai hidup baru di rumah ini. Kalau ada apa-apa, bisa tanya aku ya,” ucap Farah sambil berjalan pergi bersama para pembantu yang membawa barang-barang Wildan dan Maryam ke rumah tersebut. “Oh ya, salam kenal Maryam..”Maryam hanya bisa tersenyum. Ia bahkan tidak bisa mengatakan sepatah katapun sejak memasuki mansion mewah ini, justru kakinya yang mendadak lemah setelah terus menahan keterkejutan yang harus ia hadapi.“Kamu baik-baik aja?” Wildan segera menangkap Maryam sebelum ia terjatuh.Bagaimana bisa Maryam baik-baik saja dengan semua ini?***“Apa kamu kaget?” tanya Wildan begitu ia dan Maryam duduk di kamar mereka yang seluas rumah Maryam dulu.“Bukannya lebih aneh kalau aku gak kaget?”Wildan tertawa, sambil memegang tangan Maryam seolah berusaha menenangkannya. “Maaf karena aku baru mengungkapkannya. Aku cuma ingin memastikan sesuatu sebelumnya.”“Apa maksudnya?” Maryam mengernyit, tapi Wildan hanya tersenyum tanpa memberikan jawaban.‘Kenapa sebenarnya Wildan menyembunyikan tentang semua ini dariku? Kenapa juga dia memilih menikahiku, padahal status kami begitu berbeda?’ pikir Maryam ingin menanyakan semua itu, tapi melihat tanggapan Wildan, mungkin sekarang belum saatnya.Sekarang yang harus Maryam lakukan adalah menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya di mansion ini sebagai bagian dari keluarga Sinaga. Meskipun begitu, Maryam entah kenapa terus merasa tidak nyaman.Namun, begitu ia dan Wildan diminta pergi ke rumah utama untuk makan malam keluarga besar, Maryam jadi tahu apa yang membuatnya tidak nyaman lebih dari sebelumnya.“Bang Yoga!” seru Wildan pada seorang pria yang membuat jantung Maryam berdebar ketakutan.Yoga Prasetya Sinaga, Direktur Eksekutif Sinaga Group sekaligus pria yang 5 tahun lalu menghancurkan hidup Maryam, ada di hadapan Maryam sekarang.Kenapa dia ada di sini?!“Ini istrimu? Halo!” sapa Yoga dengan santai.Halo?Apa dia tidak mengingat Maryam yang sudah ia hancurkan hidupnya?Ah. Maryam sempat lupa bahwa Yoga juga bagian dari keluarga Sinaga.Apa itu berarti Yoga juga tinggal di rumah ini?!“Dia sepupuku, Bang Yoga.” Wildan yang tidak tahu apapun, mengenalkan Yoga dan membuat Maryam semakin terluka.“Kenapa juga harus berkenalan, tidak penting!” potong Andien yang baru datang dengan wajah menggerutu, membuat Maryam justru bisa mengabaikan dan melupakan sejenak ingatan buruknya tentang Yoga, karena semua orang segera duduk begitu Erwin dan Andien hadir.Tidak hanya orang tua Wildan dan Farah kakak iparnya, keluarga dari adik Ayah Wildan juga ada di sana yaitu orang tua Yoga beserta Yoga dan istrinya.Mereka pun bukan orang-orang sembarangan karena Ayah Yoga yaitu Erik Raditya Sinaga adalah pemilik bersama Sinaga Group dan Ibu Yoga yaitu Dianti Kusuma adalah salah satu pemegang saham di sana. Sedangkan istri Yoga yaitu Sandra Permana adalah CEO Permana Corporation yang terkenal di bidang keuangan, perbankan dan teknologi.Menyadari bahwa Maryam dikelilingi orang-orang hebat yang sangat berbeda jauh dengannya, tiba-tiba ia merasa tertampar kenyataan tentang dirinya sendiri. Apalagi saat ia melihat Yoga yang telah menghancurkan hidupnya juga menjadi bagian dari mereka, Maryam merasa semakin tidak pantas berada di sana.“Maaf.. Saya harus.. ke toilet sebentar..” Maryam tidak bisa lagi menahan diri untuk pergi, demi menenangkan rasa tidak nyamannya.“Tidak sopan.”“Beraninya meninggalkan tempat ini padahal orang baru.”Hanya suara-suara tidak mengenakan yang mengiringi kepergian Maryam, sebelum Wildan hendak menyusul Maryam, tapi harus terhenti karena perkataan Erwin.“Wildan, kita harus bicara.”“Ha..” Sementara di dalam toilet, Maryam baru bisa bernapas lagi untuk melepas ketidaknyamanannya. Namun, setelah beberapa saat Maryam akhirnya bisa keluar dari sana, orang yang menantinya justru adalah orang yang paling tidak ingin Maryam temui.Yoga.“Apa kamu takut melihatku, Nona Maryam?”Deg.Apa Yoga mengenali Maryam?Yoga mendekatkan wajahnya pada Maryam sambil tersenyum sinis. “Ha.. Gimana bisa wanita kotor sepertimu menjadi istri dari sepupuku?”Apa Yoga baru saja menyebut Maryam kotor, padahal dia yang sudah menodai Maryam dulu?!“Jangan banyak bertingkah selama tinggal di sini, kalau kamu gak mau Wildan mengetahui betapa kotor dirimu, lalu meninggalkanmu seperti orang-orang dulu!” ancam Yoga tanpa rasa bersalah, meskipun dia lah orang yang membuat Maryam dicap wanita kotor hingga ditinggalkan orang-orang 5 tahun lalu.Ha..Ternyata Maryam masih tidak bisa keluar dari penjara penderitaan. Sebab, meskipun ia sudah mencoba keluar dari penjara masa lalu yang ia buat sendiri sejak 5 tahun lalu, sekarang ia justru harus masuk ke penjara tidak terlihat yang bernama rumah, tempat orang-orang yang tidak menerimanya ini.Apa rumah ini benar-benar rumah yang pantas untuk Maryam?Kenapa pula Wildan harus menikahi Maryam dan membawanya ke sini?“Maryam? Apa kamu baik-baik aja?” Wildan tiba-tiba sudah hadir di antara Maryam dan Yoga, membuat Maryam sempat merasa lega sebelum ia menyadari seringai menyebalkan Yoga. “Hei Wildan! Sepertinya aku pernah bertemu istrimu ini!” APA?! Apa Yoga akan mengatakan kejadian 5 tahun lalu itu pada Wildan?! Sejenak, darah Maryam terasa mendidih, tapi bukan karena kemarahan saja melainkan karena ketakutan juga bahwa Wildan akan berpaling darinya jika mengetahui tentang itu, seperti semua orang dulu. “Ah..! Dia pernah bekerja di Hotel Aiden tempatku sering menginap, benar ‘kan Nona Maryam?” Maryam menggigit bibirnya. Kenapa Yoga tidak bisa meninggalkan Maryam sendirian setelah menyakitinya?! Apa Yoga masih tidak puas bahkan setelah menghancurkan hidup Maryam?! “Kita harus ke ruang makan sekarang Bang, semua orang sudah menunggu.” Wildan hanya menepuk pundak Yoga yang setinggi dirinya, sebelum meraih tangan Maryam yang masih sedikit gemetar. “Oke.” Yoga kembali menyeringai sambil bersiu
Sebelumnya, Maryam langsung terlelap usai makan malam yang menegangkan, hingga tiba waktunya bagi sepasang pengantin baru itu untuk melakukan perjalanan bulan madu mereka keesokan harinya. Dalam waktu singkat, Maryam dan Wildan pun sudah berada di pesawat menuju Bali sebagai tempat bulan madu mereka yang direncanakan Wildan diam-diam. Untuk pertama kalinya, Maryam menaiki pesawat pribadi yang kemewahannya tidak bisa digambarkan, apalagi ditemani beberapa bodyguard yang membuatnya semakin gugup. Semuanya masih terasa tidak nyata bagi Maryam. Tidak hanya karena ia sudah menikah, tapi juga karena suaminya adalah salah satu orang paling penting di negeri ini, ditambah ia jauh lebih muda dan penampilannya juga tidak kalah mengesankan. Jika Maryam mengatakan semua itu pada dirinya 5 tahun lalu yang masih membenci pria, ia mungkin akan dianggap gila. Seiring dengan lamunan Maryam itu, pesawat mereka mulai melaju dengan cepat hingga mereka tiba di Pulau Dewata. Mereka pun segera menuju
Setelah beberapa jam meninggalkan Maryam, Wildan masih tidak kembali.“Kemana Wildan sebenarnya?” Maryam yang khawatir, akhirnya keluar kamar untuk mencari Wildan dengan pikiran tak karuan. Namun yang Maryam temukan justru orang yang tidak ingin Maryam temui. ‘Kenapa dia ada di sini juga?!’ Yoga tiba-tiba muncul di koridor kamar hotel Maryam. Maryam bergegas pergi sebelum pria berusia 35 tahun itu melihatnya, tapi takdir berkata lain. “Siapa ini? Bukannya ini istri sepupuku?” Yoga sudah menghadang Maryam dengan suara menyebalkan, sebelum ia berhasil pergi. Maryam menelan ludah, tapi sedetik kemudian segera menenangkan diri dengan berpikir bahwa ia bisa menghadapi semuanya seperti yang dikatakan Wildan kemarin.“Oh Bang Yoga..” Maryam berusaha tampak biasa saja. “Hahaha. Apa kamu lagi berpura-pura biasa saja bertemu denganku?” APA?! Yoga tiba-tiba berjalan semakin dekat ke arah Maryam, “Jangan berharap sikapmu itu akan menghapuskan apa yang terjadi pada kita dulu, karena apapu
“Jangan lupa pesta malam ini!” teriak Yoga saat Wildan dan Maryam baru memasuki kamar mereka. “Apa kamu baik-baik aja? Kenapa diam aja dari tadi?” tanya Wildan kembali bersikap hangat, sambil membuka jas dari tubuhnya, menyisakan kemeja putih yang cukup basah oleh keringat dan noda lipstik di kerahnya. Noda lipstik?! Maryam terbelalak, menyadari bahwa noda lipstik berwarna kecokelatan itu sama dengan warna lipstik yang digunakan Nadia tadi. Tidak mungkin. Maryam masih berusaha menyangkal semua kecurigaan yang sulit dihindari.Maryam tidak mungkin langsung menuduh mereka bermain di belakangnya hanya karena hal tersebut 'kan? “Kemana saja kamu tadi?” Maryam mencoba untuk membuka pembicaraan dengan tenang agar tidak memancing pertengkaran. “Pekerjaan.” Tapi Wildan hanya menjawab singkat, membuat Maryam mengepalkan tangannya. Maryam benar-benar tidak mengerti. Terkadang Wildan hangat dan manis, tapi tiba-tiba bisa sangat misterius dan tertutup, seolah tidak ingin memberitahu Mary
Tanpa sadar malam sudah menyelimuti sang langit, saat Wildan akhirnya berhenti mencumbu Maryam yang lelah dan mulai menyelimuti tubuhnya yang polos, sambil memeluknya dengan hangat. “Staminamu lebih buruk dari yang aku kira ya,” goda Wildan pada Maryam yang setengah terlelap di kasur mereka. Maryam mendengus, “Apa kamu mengejekku karena sudah tua, hah?” Wildan tertawa, setelah teringat perkataan Maryam sebelumnya bahwa ia cukup pemarah, terbukti dari cara Maryam menanggapi Wildan. Meskipun begitu, Wildan seolah menganggapnya lucu, karena ia hanya mengecup dahi Maryam sambil berkata lembut, “Tidurlah, Sayang.” ‘Tidur ya? Tapi aku belum selesai,’ batin Maryam dalam rengkuhan Wildan yang mulai terlelap. Malam ini memang bulan madu yang luar biasa, karena untuk pertama kalinya Maryam bisa berbagi tubuh dan hatinya tanpa paksaan. Sayangnya, masih ada perasaan tersisa yang tidak bisa Maryam abaikan. Selang beberapa saat, Maryam pergi keluar untuk menyelesaikan urusannya. Sebuah pembal
Kenapa Wildan ada di sini? Wildan langsung membuka jas hitam yang dipakainya lalu memakaikannya pada Maryam, seolah tahu bahwa Maryam membutuhkan itu untuk menutupi noda yang diberikan Nadia pada gaunnya. Namun, seiring dengan kesadaran Maryam akan kehadiran Wildan, Maryam juga mulai menyadari pandangan semua orang di aula pesta itu pada mereka, terutama Wildan yang tampaknya mereka kenali. “Apa dia calon Presdir Sinaga Group itu?” “Sepertinya benar, tapi siapa wanita yang ia datangi? Apa dia istrinya?” “Tidak mungkin. Kenapa calon pewaris konglomerat sepertinya memiliki istri biasa dan terlihat tua juga? Memangnya siapa wanita itu?” Deg. Para tamu pesta yang mungkin orang-orang penting dari kalangan pengusaha dan pejabat itu sudah berbisik di sekitar mereka, mengingatkan Maryam saat 5 tahun lalu ia diserang puluhan orang dengan kata-kata menyakitkan karena skandalnya. Ha.. Apa Maryam masih tidak bisa keluar dari jerat yang sama? “Sayang, maaf aku membuat kamu datang sendiri.
“Maryam, kamu baik-baik aja?” tanya Wildan, setelah semua orang pergi meninggalkan mereka. Wildan mungkin khawatir bahwa kata-kata dari keluarganya ataupun orang sekitar tentang Maryam akan menyakitinya lagi seperti kemarin. Namun, Maryam hanya tersenyum sebelum balas bertanya, “Apa kamu gak marah aku datang ke sini tanpa bilang lebih dulu?” Itu pertanyaan yang masih mengganggu Maryam sejak tadi. “Gimana bisa aku marah padamu?” Wildan kembali tersenyum hangat, dengan mata yang membentuk bulan sabit yang sebelumnya tidak begitu disadari Maryam. Entah kenapa, Maryam jadi merasa tidak ada jarak antara dirinya dan Wildan setiap kali dia melakukan itu. Padahal mereka begitu jauh, baik secara umur, kepribadian apalagi status sosial. Jika saja tidak ada masalah dengan keluarga Wildan, Yoga atau Nadia, Wildan mungkin akan menjadi suami sempurna untuk Maryam.“Tapi jangan buat aku khawatir lagi ya, karena menghilang tiba-tiba.” Wildan membelai lembut kepala Maryam sambil menatapnya hangat
Walaupun Maryam masih tidak mengerti dengan sikap Wildan, Maryam terpaksa melupakan itu dan kembali ke Jakarta ditemani Bayu asisten Wildan. Sedangkan Wildan hanya berkata bahwa ia masih memiliki pekerjaan di Bali dan akan menyusulnya nanti.Namun selama perjalanan pulang, Maryam sempat berpikir alasan dari sikap Wildan, padahal sepertinya ia sudah tahu berita yang beredar tentang Maryam. Kenapa Wildan tidak menanyakan apapun pada Maryam, seolah ia tidak peduli tentang itu? Terkadang, Maryam merasa bahwa ia hanya menjadi salah satu dari bidak catur yang tidak berarti apa-apa untuk hidup Wildan. Meskipun Wildan selalu bersikap hangat padanya seolah ia menyukai Maryam, tapi sekarang sikap itu terasa hanya sebagai salah satu cara Wildan mempertahankan Maryam di papan caturnya sampai akhirnya ia berhenti bermain. Sebab, jika Maryam memang orang yang berarti untuk Wildan, ia tidak akan menanggapi dengan dingin berita buruk tentang Maryam, terutama mengenai skandalnya. Apalagi setelah i