Ada perasaan aneh yang menyelinap di benak Eni ketika Udin berpamitan menjenguk ibunya di kampung. Setelah berhari Sang suami tidak memberi kabar, Eni memutuskan untuk cuti kerja dan bersama anak semata wayangnya menyusul Udin ke kampung. Hatinya porak poranda ketika tahu Udin ke kampung bukan untuk menjenguk ibunya melainkan untuk menikahi Rini, gadis muda yang tinggal di kampung sebelah. Eni meminta Udin untuk menceraikan Rini tetapi pria itu memberikan beribu alasan. Ditambah Rini yang membela diri dengan menyatakan mereka saling cinta. Sadar kalau Udin memang tidak ingin menceraikan Rini, Eni merancang strategi. Eni tahu Rini tidak sepolos yang terlihat. Eni berjanji akan membongkar sosok asli gadis muda yang menggoda Udin dan menyelamatkan pernikahannya. Berhasilkah Eni?
View MoreTergoda Gadis Muda
Eni sering memergoki suaminya yang menatap ponsel dan tersenyum bahagia.
"Kang, lagi chat sama siapa, sih. Serius banget?" ucap sang istri.
Kang Udin langsung menyembunyikan ponselnya.
"Akang, lagi lihat video lucu. Kamu belum tidur?" tanya lelaki itu mengalihkan istrinya.
"Cari Akang. Aku pikir kamu pergi ternyata lagi di sini."
"Akang gak ke mana-mana. Ayo tidur sudah malam. Besok kamu kerja, De."
Eni memang seorang wanita karir sedangkan suaminya lebih banyak di rumah. Kadang kerja kadang tidak.
Eni tak pernah menuntut macam-macam yang terpenting lelaki itu selalu berada di sisinya.
Pada saat itu Udin menghampiri istrinya yang berada di dalam kamar. Eni baru saja pulang dari kantor.
"De, besok Akang mau pulang kampung, sudah lama gak jengguk umi," ucap kang Udin. Lelaki itu duduk di samping istrinya, wajahnya gelisah.
"Umi kenapa, Kang?" tanya Eni, wanita yang telah dinikahi sepuluh tahun lebih dengan nada khawatir."Alhamdulillah, umi sehat De," jawabnya dengan nada bergetar." Akang rindu kampung halaman," ucapnya penuh harap."Ya sudah, pergilah, Kang!" jawab Eni ragu. Ia merasakan hal yang jangal. Firasat yang tak bisa diartikan. Kang Udin langsung tersenyum bahagia, seperti memenangkan lotre. Mencium seluruh wajah istrinya.Ia mengambil gawainya dan menelepon seseorang di luar rumah. Eni menatap dari kejauhan. Terlihat raut muka kang Udin dikelilingi kebahagian saat berbicara di gawai miliknya. Matanya berbinar-binar.Sang istri membuang jauh-jauh pikiran negatifnya. Menghembuskan napas agar semuanya terkendali.Keesok harinya, kang Udin sudah merapikan pakaiannya."Sudah siap Kang bajunya," tanya Eni.Kang Udin mengancungkan jempol dan tersenyum bahagia. "Banyak sekali Kang bawa pakaian seperti ingin pergi lama," tanya Eni. Memincingkan mata."Takut musim hujan. Kamu tahu sendiri rumah Umi tak ada mesin cuci.""Oh, ya sudah bawa tas yang agak besar." Eni menyerahkan tas yang berada di atas lemari. Eni menyerahkan uang lima ratus ribu kepada kang Udin untuk ongkos pulang kampung, mencium tangannya dengan takzim.Lala, anak pertama mereka menghampiri bapaknya yang siap-siap pergi ke kampung halaman tanpa ditemani keluarga kecilnya.
"Bapak cepet pulang," ungkap anak gadis berkuncir kuda berumur sepuluh tahun. Wajah polosnya dan bola matanya mirip neneknya."Iya, kamu jaga ibu dengan baik. Jangan nakal! Bapak pergi dulu," pamitnya. Mengucapkan salam dan melambaikan tangan. Entah mengapa feeling Eni tak ikhlas melihat suami pergi. Mereka menikah sudah dua belas tahun. Ia jarang melihat suami tercinta tersenyum bahagia seperti itu.Akang Udin memiliki sifat yang dingin dan kaku dalam hubungan rumah tangga. Tapi, ia seorang bapak yang baik dan penyayang kepada anaknya. **Seminggu telah berlalu, tak ada kabar darinya. Di kampung sangat sulit mendapatkan sinyal. Hati istri Udin gelisah, rasa rindu kepada suami menyiksa batin. Feelingnya telah terjadi sesuatu.Eni mencoba menghubungi adik kang Udin, rumah Dina cukup jauh dari tempat Umi. "Tak apalah asal bisa tahu kabar suamiku," pikirnya. Semalam, hatinya sangat gelisah. Tak pernah kang Udin pergi terlalu lama. Ia ambil gawai dan menghubungi adik ipar.Panggilan terhubung tidak lupa memberi salam kepadanya dan ia pun membalas salam Eni."Dina apa kabar, Ndok?" tanya Eni."Baik Teh. Teteh sendiri bagaimana?"Alhamdulillah baik. Din, Kang Udin masih di tempat Umi?""Kang Udin masih ada Teh, tapi ia tinggal di kampung sebelah."Eni terkejut dengan ucapan Dina. Mengapa suaminya berada di kampung sebelah.
"Di tempat siapa, Din?" tanyanya mencium bau yang mencurigakan.
"Aduh Teh, Dina bingung ngomongnya," suara Dina berubah gugup."Maksudnya apa, Din? Bingung bagaimana?" tanya dengan hati yang bergemuruh."Eh, itu Teh ... sudah dulu,Teh. Anakku nangis." Dina menutup panggilannya tanpa mempedulikan panggilan Eni."Aku harus menyusulnya," gumam dalam hati. Mengajukan cuti dan menunggu gajian adalah solusi yang tepat. Seminggu lagi gajian akan keluar. ***Hari itupun tiba. Eni dan Lala bersiap-siap menyusul Udin yang tak kunjung pulang.
Eni melangkahkan kakinya dan menggandeng tangan mungil Lala, menuju pintu mertua. Jantungnya berdegup, entah mengapa perasaan ragu muncul tiba-tiba."Assalamualaikum."Sambil mengetuk pintu. "Waalaikumsalam," jawab seorang perempuan, dan membukakan pintu. Gadis muda dengan rambut yang basah. Tubuhnya kecil dan wajahnya manis.Dia terlihat kaget melihat wanita mengandeng tangan anak perempuan. Ia mengerutkan kening menatap Eni.
"Kamu siapa?" tanya Eni dengan nada bergetar."Kamu juga siapa?" tanyanya tanpa menjawab pertanyaan Eni.Suara kaki mendekati mereka. Sosok lelaki yang mereka rindukan."Bapak!" teriak Lala bahagia, ia langsung memeluk bapaknya dengan penuh kerinduan.Kang Udin menatap istrinya dingin tak sehangat ketika di rumah."De, ayo masuk!" ajak kang Udin canggung.Eni tak bergeming dari posisinya. Gadis itu memegang jemari suaminya tanpa malu. Eni tersenyum melihat adegan itu. Apakah ia Cemburu? Ya, ia cemburu dan ingin menarik rambut basah gadis kecil yang menyentuh miliknya.Kang Udin menengok dan tersenyum manis dengan gadis berambut panjang disamping tubuhnya. Rasanya Eni muak dan marah melihat adegan tatap menatap mereka."Umi mana, Kang?" tanyanya mengalihkan rasa sedih dan kecewa dalam dada. Suaranya terasa bergetar menahan rasa sakit di dada. Sesak tak ada cela."Umi di kamar," jawabnya menunjukkan kamar umi.Eni mengayunkan kaki ke kamar Umi. Tubuhnya lemas tak bertulang. Ia berusaha tegar.Umi duduk di pinggir kasur dan menangis. Eni langsung memeluk tubuh mungilnya. Air mata mereka mengalir dengan derasnya. Mereka terisak sambil berpelukan. Tanpa dijelaskan Eni tahu mengapa wanita itu menangis.Umi menyesal dan meminta maaf kepada mantu kesayangannya yang telah dianggap anak sendiri.Kang Udin telah memiliki wanita lain tanpa menunggu persetujuan dari istri dan ibunya. Air mata membasahi kedua pipi mereka. Mereka saling menghapus jejak di pipi mereka."Maafin, Umi," ungkapnya dengan suara lemah. Eni hanya tersenyum dan menganggukkan kepala. Tak ingin melihat mertuanya menjadi sedih. Khawatir dengan kesehatan wanita tua itu.***Gadis itu menyiapkan makan sore untuk mereka. Eni melirik tanpa kata kepadanya.Lala sedang asik bermain dengan kang Udin. Kebahagiaan terlihat di mata mereka. Mungkin suaminya hanya rindu kepada Lala dan tidak dengan istrinya pikirnya.Nasi, sambal terasi dan ikan asin terlihat di meja makan. Eni tersenyum sinis, ternyata ia tak pandai memasak, wanita yang telah terluka hatinya bangkit dari duduk dan membuka kulkas Umi.Ia tahu Umi selalu menyetok sayuran di lemari pendingin. Memulai memasak dengan cepat. Satu piring sayur tumis tersaji di meja makan. Meletakkan di meja makan."Enak banget sayur ini," puji umi kepada mantu pertamanya tanpa menyentuh masakan menantu lain. "Ibu aku memang paling jago masak," ungkap Lala dengan bangga.Wanita yang telah dinikahi kang Udin bernama Rini melirik kakak madunya tidak suka. Setelah makan Eni membersihkan piring-piring di meja. Rini dan Kang Udin bercanda dan bergurau di kamar. Tak pernah Eni melihat suaminya tertawa seperti itu. Air matanya berguguran kembali. Jari jemarinya langsung menghapus air mata membasahi pipi.Kang Udin menghampiri wanita yang telah dinikahi bertahun-tahun di dapur. "De, Akang mau bicara. Kita duduk di bale belakang!" ajaknya. Langkahnya mendahului tanpa menunggu.Ketika mereka duduk di bale, ia meraih tangan dan menggenggam lembut istri pertamanya. Pandangan mata menghadap ke wajahnya.Menarik napas panjang dan membuka mulutnya." Sebenarnya, Rini istri Akang juga. Dua hari yang lalu kami menikah siri," ungkapnya tanpa dosa.Wanita yang dihadapan kang Udin menatap tajam, matanya mulai mengembun. "Kenapa kamu gak minta izin kepadaku, Kang?" ucapnya sewot. Dadanya kembang kempis. Ingin mengungkapkan semuanya."Enggak ada sinyal di sini," alasannya yang tak masuk akal."Alasan kamu Kang, kamu bisa mencari sinyal di bukit kalau kamu niat memberitahuku." sindir Eni.Kang Udin diam kehabisan kata-kata. "Aku gak mau dimadu Kang. Aku gak bisa!" Menutup wajah dengan kedua tangan menangis dengan pilu. Di balik tembok berdiri seorang wanita dengan daster di atas lutut. Tubuhnya putih dan bersih."Mba, aku dan Kang Udin saling mencintai sejak pandangan pertama. Mba gak bisa egois. Kang Udin sangat mencintaiku," ungkap Rini yang tiba-tiba menghampiri. Ia ikut berbicara tanpa diminta.Mendengar ucapannya yang tak tahu malu.Eni berdiri dan bangkit dari duduk. Tanpa menunggu lama menarik rambut panjang Rini dan mencakar wajah wanita perebut suami orang.Rini membalas perbuatan Eni. Mereka saling dorong-mendorong dan terjatuh. Eni bangkit dan menyerang Rini dengan buas menampar Rini dan menjambak rambut. Kang Udin berlari ke dalam meminta pertolongan kepada umi. "Umi! Umi!" panggil kang Udin."Dasar pelakor kamu menghancurkan rumah tanggaku," teriak Eni. Memukulnya dengan emosi.Semua warga berlarian dari segala arah. Kang Udin menarik tubuh wanita yang ia nikahi. Entah kekuatan dari mana Eni mendorong suaminya. Rini berteriak meminta tolong kepada kang Udin. Kang Udin menarik tubuh Istri pertamanya dan memeluk erat. Eni memberontak tak mau disentuh."Istigfar De, kamu jangan seperti ini!" Sambil membelai rambut hitam Eni.Selama menikah Eni jarang merasakan pelukan hangatnya. Ia menangis lalu menghapus air mata, merapikan rambut yang acak-acakkan dan mendorong tubuh suaminya. Melayangkan tangan ke wajah pas-pasan kang Udin. Lelaki itu menyentuh pipinya, tatapan benci dan muak terlihat jelas dari sorot mata Eni. Di depan warga Eni pura-pura tersakiti. "Kamu pelakor, apa kamu tak laku sampai tak ada lelaki yang lain,"sindirnya."Pantesan kamu merebut suami orang wajah kamu tak menarik bagi para bujangan." Eni melangkahkan kaki masuk ke dalam. Lala menangis melihat ibunya dan segera memeluk gadis kecil itu.Bisik-bisik tetangga terdengar."Katanya saudara jauh, ternyata simpanannya," ucap ibu yang memakai daster merah bermotif bunga-bunga."Cewe gak bener," sindir ibu yang lain.*** Eni menyiapkan sarapan untuk Umi dan anaknya. Ia tak sudi memasak untuk suami dan madunya. "Nasi goreng telur ceplok. Harum sekali baunya," pujinya dengan masakannya sendiri.Ia lihat Rini dan kang Udin keluar dari kamar mereka. Eni memanggil Umi dan anaknya. Tiga piring tersaji di meja makan. Rini mencium harum masakkan kakak madunya. Dia menarik tangan kang Udin untuk duduk dan menggambil piring tersebut. "Eh ... kamu mau apa?" tanya Eni sinis."Mau makan Mba, laper!" jawabnya polos.Dengan luka-luka di wajah dan tangan yang telah diobati kang Udin. Luka Eni belum diobati sedikitpun.Ia menarik piring yang diambil Rini lalu berkata," Masak sendiri sana!"Rini mendengus kesal dan bangkit dari duduknya. Kang Udin masih marah dengan istri pertamanya atas insiden semalam. Umi dan Lala duduk dengan santai menikmati nasi goreng buatan Eni.Rini memberikan piring yang berisi nasi, telur dan kecap kepada suaminya dan juga suami orang lain. "Rin, kok cuma ini?" tanya kang Udin kepada istri keduanya. "Kalau gak suka jangan dimakan,"ucapnya merajuk.Kang Udin terpaksa memakannya demi istri keduanya.****
Next time ya.Doakan aku semoga sehat selalu dan dilancarkan rezekinya. AAMIIN NANNYS0903Tergoda Gadis MudaHari pernikahan telah tiba. Lala mengenakan kebaya putih untuk melakukan akad nikah. Makeup menambah kecantikan Lala.Aura terlihat cerah, sebelum menikah Lala melakukan puasa selama tiga hari. Membaluri tubuh dengan lulur kunyit yang dipercaya mencerahkan kulit tubuh.Sedangkan, Arka memakai jas hitam. Tampan dan berwibawa. Arka memandang dirinya dari pantulan kaca."Sebentar lagi, tittle dudamu akan berganti menjadi suami orang," ucapnya pada diri sendiri..Arka tak ingin menunda lagi. Memiliki Lala seutuhnya. Mumpung masih berada di Di Indonesia. Ini adalah kesempatan emas bagi lelaki beranak satu."Papa!" sapa Rafatar ketika melihat Arka."Hei, jagoan papa. Ganteng banget," puji Arka mencium pipi gembul anaknya."Anak siapa dulu, dong!" ucapnya bangga."Kamu sudah siap?" tanya Susi mengendong anaknya."Pasti Mbak."
Tergoda Gadis MudaLala menatap Arka penuh selidik. Dari mana lelaki itu mendapatkan foto dan video tersebut. Lala hendak berdiri. Namun, Baron mencegah tubuh Lala agar duduk kembali, menenangkan diri. Menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya."Sabar, Bos. Kita lihat dulu."Wajah Lala memerah, semua orang yang berada di sana tertawa. Foto Lala sejak kecil hingga masuk sekolah.Foto Lala tanpa busana sewaktu kecil. Bermain tanah dan lumpur. Wajah Lala marah saat di ambil gambarnya.Lala yang jutek dan galak sejak kecil terlihat jelas di wajah, kulitnya tropis karena ia senang bermain bola dan layangan.Lala ketika berlomba 17 Agustus merayakan ulang tahun kemerdekaan. Pakaian dan wajahnya terkena lumpur mengikuti panjat pinang.Tawa mereka masih mengema. Video Lala ketika masuk sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan SMA 80, tempat Arka mengajar dan bertemu Lala.Vide
Tergoda Gadis MudaLala mendapatkan kabar kalau ibunya telah melahirkan. Berita baik ini membuat Lala semakin bahagia. Davin yang memberi informasi tersebut."Mas, ibu sudah lahiran." Lala menghampiri apartemen kekasihnya yang baru saja sampai."Alhamdulillah.""Adikku kembar. Laki-laki dan perempuan.""Apa kamu berniat untuk ke sana?" Menepuk sofa agar kekasihnya duduk."Maunya. Tapi ....""Sebentar lagi liburan musim semi. Sebulan lumayan itu. Bagaimana kalau kita pulang ke Indonesia. Aku kangen Rafatar.""Benarkah! Asik! Kita bisa ke Indonesia."Lala mempersiapkan semua kebutuhannya yang akan di bawa ke sana. Nancy mendekatinya."Kamu jadi ke Indonesia?""Tentu. Sekolah telah libur sebulan. Aku ingin bertemu adikku.""Ehm, enak sekali. Aku sendirian dong.""Kan ada Abdul. Dia bisa nemenin kam
Tergoda Gadis MudaLala hendak melayangkan tangan lentik yang selalu dirawatnya hingga putih dan bersih ke arah pipi Arka. Lelaki berkaos hitam dengan jaket coklat menahan jemari Lala dengan tangan kekarnya. Lala hendak memberontak namun, kekuatan Arka tak sebanding dengannya. "Kamu masa lupa kalau kita melakukannya." Memeringkan sedikit kepala. Menyadari semakin cantik wajah Lala."Kapan?!" Membulatkan mata tak percaya."Ehm, waktu di gudang sekolah. Iya, gudang sekolah." Arka tak berani mengatakan yang sesungguhnya. Lelaki itu telah mencuri ciuman pertama Lala."Bohong!" hardiknya."Ehm, suer." Senyum terpaksa di bibir mantan guru Lala."Kita gak melakukannya dan itu gak kena bibir. Aku masih ingat." "Eh. Kamu masih ingat kejadian itu." Menaikkan salah satu alis. Mengoda Lala gemas. "Ehm, gak juga." Menarik lengannya dari
Tergoda Gadis Muda"La, tadi aku ke temu cowok ganteng banget! Meleleh liatnya." Nancy masuk tanpa mengucapkan salam.Melatakkan buku dan tas di atas meja belajar. Kamar mereka cukup luas. Lala tidur di kamar sebelah kanan dan Nancy sebelah kiri. "Ck, nih orang. Ucapain salam dulu baru ngomong." "Abis itu om-om ganteng banget." Memeluk boneka Lala gemas. "Oh, om-om aku kira anak muda. Kenapa gak kenalan?" Lala kembali fokus di buku pelajarannya. "Gak. Cuma bisa lihat dari jauh. Kayaknya dia nyasar La. Kasihan. Wajahnya bingung banget. Pasti pertama kali ke Inggris. Pengen nolongin tapi takut." "Mau nolong apa nyolong sampe takut segala." Terkekeh geli. "Ih, kamu itu. Emangnya aku cewek apaan nyamperin cowok." "Lah, kan mau kasih pertolongan bukan keperawanan, Nancy." "Tapi, kayaknya dia dari Indonesia. Mungkin orang jawa. Seandainya aja aku kenal sama dia. Past
Tergoda Gadis MudaLala berusaha beradaptasi dengan teman-temannya. Untung saja Lala memiliki teman satu negara. Ia bernama Nancy. Gadis dengan rambut sebahu memiliki lesung pipit menambah kecantikan alami.Banyak lelaki di kampus mengincar Nancy berwajah asia. Gadis itu menolak tawaran para pemuda dengan halus dan lembut agar mereka tak sakit hati cintanya di tolak."Nancy, aku pinjam catatanmu, dong," pinta Lala. Mendekati meja belajar milik Nancy.Mereka satu jurusan dan satu kelas. Nancy lebih pintar darinya. Sudah hampir sebulan Lala berada di Inggris.Setiap hari Eni selalu melakukan video call dengan putrinya."Ibu kalau pagi-pagi gak lihat kamu. Pasti mual dan muntah." Ucapannya terdengar manja. Wajah Eni khas bangun tidur langsung mengubungi sang anak."Kayaknya, debaynya mirip Lala." Terkekeh menatap sang ibu yang terlihat sedikit merajuk."Lala, ibu
Tergoda Gadis Muda"Bos, kalau nanti lulus mau ke mana?" tanya Rehan. Mereka sedang berada di ruang keluarga."Di atas bumi di bawah langit." Mata Lala fokus ke layar LCD."Ih, sih Bos. Kalau gak di atas bumi ya akhirat dong.""Mati dong. Emang kamu mau ke mana?""Aku mau jadi TNI membasami kejahatan," ucapnya bangga."Batman kali bukan TNI." Lala terkekeh geli. "Menjaga keamanan negara yang betul.""Iya, Ya. Malu sama Bos jadinya.""Kalian sedang apa?" tanya Davin yang baru keluar dari kamar."Biasanya Pa. Ngobrol setelah lulus." Lala menimpali."Emangnya Lala mau kuliah di mana?" tanya Davin, papa tiri Lala."Ehm, ada Pa. Tapi ...." Lala menundukkan kepala takut untuk mengungkapkan. Antara tega tak tega mengatakan tujuan pendidikannya."Ke mana?" Davin menegaskan kembali pertanyaannya."Ke I-Inggris."
Tergoda Gadis MudaFlashback Arka Arka bergegas pulang ke kontrakan. Lelaki itu takut kehilangan sang istri apalagi dalam keadaan hamil. "Laila, kamu kenapa?" tanyanya setiba di kontrakan.Suasana rumah kacau balau. Banyak barang-barang pecah dan berhemburan. Laila masih terdiam setelah menghubungi ponsel mamimya. Nyatanya, wanita itu tak bisa membawa Laila ke Belanda. Dengan alasan yang berbelit-belit. Hanya papi harapan satu-satunya. Ia begitu gengsi menghubungi lelaki itu. "Laila, kamu kenapa, Sayang?" "Aku lelah hidup miskin. Aku lelah makan tahu tempe all day. Aku lelah dan capek!" "Laila, tenang. Kamu lagi hamil. Kontrol emosimu." "Aku tak mau hidup miskin." "Roda akan terus berputar. Kita yang di bawah bisa saja berada di atas sewaktu- waktu. Kamu tak boleh begitu." Arka memeluk tubuh Laila. Membelai rambut sang istri dengan penuh kasih sayan
Tergoda Gadis MudaBu Sinta memilih menjual ke orang lain daripada ke bank. Sisa uangnya akan dipakai untuk umroh. Ia tinggal dengan Susi menjaga cucunya yang sering ditinggal kerja.Sedangkan Arka, memilih mengontrak. Kontrakan Arka tak begitu besar hanya sepetak saja. Jalur jalannya tidak terlalu ramai."Untuk sementara, kita tinggal di sini dulu.""Apa tidak bisa lebih besar lagi?""Nanti kalau aku sudah punya pekerjaan lebih baik. Kita baru mengontrak yang lebih besar.""Benarkah?"Arka menganggukkan kepala agar Laila merasa senang."Bagaimana dengan kuliahku? Mami dan papi tak pernah mengirim aku uang lagi.""Ehm, maaf aku juga gak bisa membayarnya. Uang kuliahmu sangat mahal."Laila kuliah di kampus swasta sedangkan, Arka universitas negeri. Harga semesternya lebih mahal Laila tiga kali lipat."Semester ini aku keluar," lirihnya. 
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments