Bab 4
Pov Akang UdinAku seorang perantau di ibukota. Pekerjaan hanya penjaga toko matrial, wajah pas-pasan tidak ganteng ataupun jelek. Setidaknya tidak malu-maluin hanya saja aku hanya orang miskin. Aku tipe lelaki yang tidak banyak gaya. Apa adanya karena memang penghasilanku pas-pasan. Karakterku sulit ditebak. Eni, gadis yang bekerja di kasir restoran seberang tokoku. Awalnya aku minder dan malu jika berdekatan dengannya. Eni gadis cantik dan bertubuh ramping, banyak pemuda yang mengejar cintanya, tapi entah mengapa ia sangat menyukaiku. Jujur aku tak punya rasa padanya. Sikapku pada gadis itu cuek dan dingin. Lima bulan kenal, kami janjian di taman kota, ia mengenggam tanganku. Baru pertama kali aku bersentuhan dengan wanita lain selain umi. "Kang, aku ingin mengatakan sesuatu," ucapnya. Wajah cantiknya terlihat gusar. "Ada apa?" "A-aku tahu. Aku hanya wanita biasa. Tapi, setidaknya izinkan aku mengungkapkannya. A-aku ...." Matanya menatapku dengan penuh harap. "Aku apa?" tanyaku heran. "Aku cinta sama Akang. Maafkan, kalau sudah lancang. Perasaan ini amat menyiksa. Sejak pertama melihatmu. Rasa itu sudah bergetar. Izinkan aku berada di sampingmu," ungkapnya. Aku hanya menganggukkan kepala dan tersenyum. Ia memeluk tubuhku erat. Seakan tak ingin melepaskannya."Terima kasih, Kang. Sudah menerimaku." Kubelai rambutnya yang panjang dan harum. Aku juga belum pernah memiliki kekasih. Setiap hari kami selalu bertemu. Ia yang menghampiriku ke toko karena jam kerjaku bebas tak seperti dirinya. Ketika aku hendak pulang kampung, Eni ingin ikut dengan alasan bersilatuhrahmi, akhirnya menuruti permintaannya. Ia membawa oleh-oleh sangat banyak. Ini yang aku suka, ia sangat royal kepadaku dan keluarga."Udin, ini siapa?" tanya umi. Ketika Eni mencium tangannya takzim. "Ini, teman Udin dari Jakarta."Tak berapa lama lagi. Dina keluar dengan wajah polosnya." Kang Udin bawa awewe uey," godanya.Umi dan Dina menyukai Eni. Mereka terlihat kompak dan sangat akrab. Eni terlihat bahagian bisa bertemu dengan keluargaku. "Udin, cepat lamar Eni sebelum ada yang duluin. Pokoknya Umi maunya Eni jadi mantu Umi," bujuknya. Mereka terus membujukku untuk menikahinya. Akhirnya, aku menikahi Eni demi umi.Dua belas tahun menikah aku tak tahu, adakah cinta di hati ini. Kami dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik seperti ibunya. Setidaknya, aku masih punya keturunan, pikiranku selama ini. Mungkin hanya rasa sayang kepadanya. Bersyukur dia wanita mandiri tak pernah mengeluh dengan apa yang kuberi. Hari-hari kulalui bersama mereka. Apa aku bahagia. Tentu aku sangat bahagia. Memiliki mereka adalah anugerah.Tapi, entah mengapa diriku masih belum merasakan rasa itu. Aku juga menikmati setiap permainan ranjang kami. Terkadang, aku meminta jatah double dan Eni melayaniku hingga tubuhnya terkapar lemas.Godaan itu akhirnya datang juga mengetuk hati ini. Merubah semuanya. Tanpa aku sadari ini adalah kebodohan diri.Aku jatuh cinta pada seorang gadis muda yang kukenal lewat online. Kami sering berchat ria, ternyata ia tinggal dekat dengan kampungku. Perasaanku padanya rasanya berbeda. Melihat fotonya saja jantung ini berdegup.Wajah imut, kulit bersih dan terlihat polos. Kami juga sudah saling mendengar suara satu sama lain. Suaranya sangat manja dan mengemaskan. Seperti anak muda yang sedang kasmaran.Aku meminta izin pulang kampung kepada istriku dengan alasan menjenguk umi. Padahal ingin bertemu pujaan hatiku.Kami pun bertemu secara langsung. Gadis imut berumur tujuh belas tahun dengan pinggul yang kecil. Wajahnya manis dan bibir yang menggoda. Aku terpana melihat penampilannya jantungku berdetak dengan cepat bagaikan kupu-kupu yang bertebaran. Inikah cinta pada pandangan pertama. Foto dan aslinya sama persis.Begitu juga Rini, ia membalas perasaanku. Aku sering ke rumah Rini dan bermalam di rumahnya. Sebagai seorang lelaki normal aku tak tahan untuk menyantapnya tanpa penolakan dari Rini, lampu hijau dinyalakan.Kami menikmati segala pergumulan ranjang tanpa dosa dan beban yang kami pikirkan. Aku terus ketagihan dan tak berhenti menikmati setiap malam. Orang tua Rini terlihat cuek. Ia menyuruh kami tidur satu kamar. Dua kali aku menginap, mereka menyuruh kami untuk menikah siri. Aku menuruti kemauan orang tua Rini."Udin, sebaiknya kalian menikah siri saja tidak enak dengan tetangga. Lagian saya sudah tua, sudah lelah mengurus Rini. Sikap dan sifatnya yang keras kepala dan manja," ucap bapaknya sambil duduk dan minum kopi. "Tapi Pak, saya sudah menikah. Apa Rini mau menjadi istri kedua saya?" tanya aku."Udin, anaknya saya pasti mau, dia juga sudah tidur denganmu berkali-kali. Saya pun pernah muda," ungkapnya sambil terkekeh.Aku hanya menggaruk kepalaku yang tak gatal. Wajahku memerah ternyata mereka mengetahuinya. Rini terlihat menutup wajahnya dengan tangannya. Mungkin suara desahan kami yang tak bisa dikendalikan.Akhirnya aku menikahi Rini tanpa izin dari Eni. Ada rasa bersalah dalam diri ini ketika melihat Rini memakai kebaya putih. Wajah Eni selalu terlihat di mataku. Aku membawa Rini ke rumah umi. Umi terlihat terkejut, tapi aku yakin umi akan memberi restu kepadaku. "Umi, ini istri Udin," ucapku dengan lantang tanpa memikirkan perasaan wanita yang semakin tua. Keesok harinya, istri dan anakku datang menyusul. Rini terlihat gugup ia menggenggam jemariku. Tangannya dingin, aku menatap dan tersenyum padanya bahwa semua akan baik-baik saja.Aku yakin Eni mau di madu, karena ia begitu mencintaiku dan tak ingin melepaskanku. Aku yakin, semua akan baik- baik saja. Bersama dengan Rini aku merasakan di butuhkan. Rini selalu mengandalkanku dalam segala hal. Eni istri pertamaku yang mandiri ia jarang meminta apapun dariku karena ia mempunyai segalanya yang ia mau. Aku tidak bisa meninggalkan Eni ataupun Rini aku akan membuat mereka selalu berada di sampingku. Sikapku, berubah semanis mungkin, agar Eni tak pergi dariku. Egoiskah aku? tentu tidak, karena kami saling membutuhkan. Aku membutuhkan Rini dan Eni membutuhkanku. **"Akang, jangan pergi Rini ikut," ucapnya manja. Merengek seperti anak kecil."Akang harus balik ke kota nanti balik lagi ke sini," bujuk aku. Bagaimanapun juga aku harus bertanggung jawab kepada keluargaku di Jakarta."Akang, nanti Rini kangen boleh gak nyusul," tanyanya dengan mengandeng lenganku."Boleh dong, Sayang," jawabku mencuil hidungnya. Ia tersipu malu.Aku mencium punggung tangan Umi takzim. Rini memelukku erat dan terisak. Ada rasa tak tega meninggalkannya. Ongkos tak cukup untuk berdua.Aku memberi alasan kepada Rini hanya sebentar saja.Apakah aku egois. Tak ingin kehilangan Eni dan tak mau melepas Rini. Jauh dari istri pertama rasa rindu begitu membuncah.
Rini kembali terisak ketika kulambaikan tangan. Aku iba melihat wanita pujaanku menangis. Aku terpaksa pulang agar Eni tak pergi dariku.Pov Udin End***Pov Author Setelah kang Udin pergiIsakan tangis Rini tak kunjung reda. Ia sedih karena ditinggal suaminya. Hidupnya terasa hampa padahal baru beberapa jam Udin pergi."Hiks ... hiks ... Akang, Rini kangen." Ia menghapus air matanya kasar. Matanya sembab rambutnya acak-acakkan."Sudah jangan lebay, deh," sindir umi padanya. Rini menghapus air matanya dan mengusap perutnya. Ia melangkahkan kakinya ke dalam rumah dan mengangkat tudung nasi. "Yah, sambel lagi sambel lagi," ucapnya dengan kecewa.Di dalam kamar, sang mertua terkekeh melihat mantunya di balik hordeng. Ia mengambil bungkus nasi yang berisi nasi padang. "Alhamdulillah, dapat transferan dari mantu kesayangan," ucapnya sambil menikmati makanannya. "Makan sambal sono biar moncrot." Melahap makanannya.Bersambung...****Wanita Dibalik Pintu MertuaBab 5Pov AuthorDesa jenggot,"Dasar pelakor gantel berani sekali kamu sama saya," teriak ibu Toto penjaga warung. Hatinya terasa panas melihat perempuan itu berdekatan dengan suaminya."Ampun Bi, saya tidak berbuat apa-apa." Menahan tangan bu Toto yang hendak menampar wajahnya."Alah ... kamu bisa saja bicara begitu, saya liat perbuatan kamu merayu suami saya. Kamu jangan coba-coba menjadi pelakor rumah tangga saya atau kamu saya arak keliling kampung biar kapok dan jadi cibiran warga sini. Ayo Pak, masuk!" Menarik tangan suaminya masuk ke dalam.Bu Toto memarahi suaminya, lelaki itu diam tak menjawab omelan istrinya.Rini menundukkan kepalanya dan melangkahkan kakinya pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan tak ada satu orang warga yang menegurnya."Udah punya laki masih aja godain laki orang," cibir warga yang sedang duduk di teras.Rini membuka pintu per
Bab 6KehadirannyaRini terlihat berjalan bolak-balik di dalam kamarnya. Hatinya gelisah dan takut. Dia terus berpikir bagaimana caranya agar masalahnya terselesaikan. Ia menelepon seseorang untuk menjemput dan mengantarnya ke terminal. Jarak antara desa Jenggot dengan rumah suaminya membutuhkan waktu enam jam perjalanan.Umi sedang pergi membantu tetangga yang hajatan. Biasanya umi membantu memasak hingga besok. Rini memasukkan pakaiannya ke dalam tas ransel. Dengan terburu-buru ia naik motor yang menjemputnya di depan rumah mertuanya.Rini turun di terminal dan menaiki bus besar antar kota lalu akan di sambung lagi menaiki angkot lain. Alamat rumah suaminya sudah ia tulis di kertas. Rute perjalanan sudah ia pahami. Jalan Mampang Raya no 70 Jakarta Selatan. Rini sudah mencatat alamat detailnya.***Pov EniTok ... tok suara pintu di ketuk keras. Kami sedang menikmati makan malam bersama. Aku
Wanita Di Balik PintuBab 7Aku mengunci kamarku agar kang Udin tak masuk ke dalam. Tubuhku merosot di depan pintu kamar. Kang Udin mengetuk pintu memanggil namaku. Aku menangis menutup mulutku agar tangisanku tak terdengar olehnya. Aku menahan nyeri di dadaku dan menekannya kuat. Tak ada suara suamiku memanggil namaku. Samar-samar terdengar suara Rini yang merajuk. Aku bangkit dan melayangkan tubuh ini ke ranjang tempat kami bergejolak asmara selama tiga bulan ini. Kebahagianku hanya sesaat.~~~Aku membuka pintu kamarku menuju kamar mandi. Kami hanya mempunyai satu ruang kamar mandi. Jam lima pagi aku sudah bangun. Terlihat kang Udin dan maduku tidur di atas sofa tempat memadu kasih mereka semalam. Ingin aku buang dan kubakar sofa itu. Mereka tidur saling berpelukkan. Tubuh Rini yang kecil di peluk oleh suamiku.Aku membersihkan diri dan mengambil wudhu untuk melaksanakan kewajibanku sebagai umat muslim. Se
Tergoda Gadis Muda Bab 8Wanita bin*lHari minggu adalah hari libur. Biasanya pagi-pagi kami akan joging bersama. Rasa mager melanda. Aku tak masak atau beberes rumah. Kuserahkan kepada suami dan wanita itu, biarlah, tak ingin melihat wajah mereka.Suara ketukan membuyarkan lamunan. Kubuka pintu kamar dengan langkah yang malas."Mba, ada yang nyariin tuh?" ucap istri muda kang Udin."Siapa?" Mata malas menatapnya."Enggak tahu lihat saja sendiri." Ucapannya ketus seakan-akan dirinya nyonya rumah ini.Aku mengikuti langkah adik maduku. Rambutnya selalu basah dan melangkah dengan bangga. Seperti itulah dia. Pamer kemesraan di hadapanku.Melihat seorang wanita berdaster bunga-bunga dengan perut yang mengunung. Tangan kanannya menenteng kantung plastik hitam besar dengan jumlah tiga kantung."Susi, kamu kenapa enggak telepon aku dulu." Melirik ke arah Rini dan kang Udin. Bagaimanapun aku merasa malu melihat merek
Tergoda Gadis MudaBab 9AffairKejadian semalam membuatku semakin membenci Rini. Gadis muda yang manis dan imut tak menjaga mahkotanya. Sebagai seorang istri wajib menjaga kehormatannya demi suaminya.Aku memasak sarapan untuk mereka yang masih setia dengan mimpinya. Nasi goreng ayam dengan telur dadar selesai juga.Sepasang tangan melingkar di perutku. Tak ada rasa nyaman atau bahagia ketika berdekatan. Tak kuhentikan kegiatan memasak, menegur saja enggan."Masak apa sih istri Akang yang tambah cantik ini?" Membalikkan tubuhku ke hadapannya. Wajah menoleh, tak mau menatapnya. Perasaan yang dulu memujanya, kini hilang entah kemana?Tak ada cinta di hati ini. Semuanya telah musnah."Kamu kenapa sih, De?" Suara khas bangun tidur terdengar serak. Tubuhnya yang hanya dibalut kaos dalam berwarna putih masih menempel. Raut wajah yang merah padam terlihat jelas.Menjawab pertanyaannya dengan men
Bab 10Eni murkaDina berbaring dengan kondisi yang lemah. Kejadian apa yang dialaminya? penyakit jantungnya mendadak kumat. Dari keci Dina mengalami penyakit jantung sejak lahir.Tubuhnya tak sanggup menahan beban. Aku menyayanginya, seperti adik kandung sendiri. Adikku tak pernah memberi kabar, entah dimana ia berada. Sejak ibu meninggal dan ayah pergi. Bima adik kandungku menghilang bagai ditelan bumi.Melangkahkan kaki keluar kamar dan mengambil Uki dari tangan Rini."Kalian berdua akan tahu akibatnya kalau sampai terjadi sesuatu dengan Dina!" Tunjuk jariku ke arah wajah sepasang pezina. Aku geram melihatnya. Ingin rasanya mengarak mereka keliling kampung atas perbuatan mereka."Maksud Mba apa? kami tidak berbuat apa-apa?" bela Rini. Wajahnya polosnya terlihat santai."Cih, jangan kira aku bodoh. Aku tahu kalian penyebab kejadian ini," umpat aku."Please Mba, jangan fitnah!" t
Tergoda Gadis MudaBab 11"Dia berbohong, ibuku tak berzina. Pak Amiradalah guruku. Ibuku wanita baik-baik tak pernah menghianati Bapak," ungkap Lala.Semua warga memanggutkan kepala dan saling tatap. Beberapa warga keluar dari rumah kami. Tinggallah pak RT dan pak Usman beliau adalah tokoh ulama di Rt ini."Istigfar Pak Udin, jangan termakan cemburu, menimbulkan fitnah dan dosa besar," nasehat pak Usman kepada kang Udin."Astaghfirullahaladzim," lirihnya."Maaf Pak, saya khilaf," sesalnya."Jangan meminta maaf kepada saya, tetapi kepada mereka. Pak Udin, saya mengenal bapak sebagai figur suami dan bapak yang baik. Permasalahan apapun diselesaikan tanpa emosi," anjur pak Usman."Kami permisi dulu, assalamualaikum," pamit mereka."Lala, kamu baik-baik saja?""Lala enggak apa-apa Bu,"jawabnya lemah."Lala, Bapak
Bab 12Seminggu setelah kepergian Dina, Umi tak mau makan dan minum. Ia hanya melamun di dalam kamar. Rohim tak pernah datang menjenguk Uki. Kang Udin setiap hari datang ke rumah.Maduku tinggal di kontrakan kecil tak jauh dari rumah. Perkerjaan saja suamiku tak punya. Setiap hari makan di rumah. Akupun tak mau tahu keadaannya. Umi akan tinggal di rumahku sampai 40 hari kepergian Dina. Uki akan kurawat seperti anak sendiri. Lala begitu menyayanginya.
Tergoda Gadis MudaHari pernikahan telah tiba. Lala mengenakan kebaya putih untuk melakukan akad nikah. Makeup menambah kecantikan Lala.Aura terlihat cerah, sebelum menikah Lala melakukan puasa selama tiga hari. Membaluri tubuh dengan lulur kunyit yang dipercaya mencerahkan kulit tubuh.Sedangkan, Arka memakai jas hitam. Tampan dan berwibawa. Arka memandang dirinya dari pantulan kaca."Sebentar lagi, tittle dudamu akan berganti menjadi suami orang," ucapnya pada diri sendiri..Arka tak ingin menunda lagi. Memiliki Lala seutuhnya. Mumpung masih berada di Di Indonesia. Ini adalah kesempatan emas bagi lelaki beranak satu."Papa!" sapa Rafatar ketika melihat Arka."Hei, jagoan papa. Ganteng banget," puji Arka mencium pipi gembul anaknya."Anak siapa dulu, dong!" ucapnya bangga."Kamu sudah siap?" tanya Susi mengendong anaknya."Pasti Mbak."
Tergoda Gadis MudaLala menatap Arka penuh selidik. Dari mana lelaki itu mendapatkan foto dan video tersebut. Lala hendak berdiri. Namun, Baron mencegah tubuh Lala agar duduk kembali, menenangkan diri. Menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya."Sabar, Bos. Kita lihat dulu."Wajah Lala memerah, semua orang yang berada di sana tertawa. Foto Lala sejak kecil hingga masuk sekolah.Foto Lala tanpa busana sewaktu kecil. Bermain tanah dan lumpur. Wajah Lala marah saat di ambil gambarnya.Lala yang jutek dan galak sejak kecil terlihat jelas di wajah, kulitnya tropis karena ia senang bermain bola dan layangan.Lala ketika berlomba 17 Agustus merayakan ulang tahun kemerdekaan. Pakaian dan wajahnya terkena lumpur mengikuti panjat pinang.Tawa mereka masih mengema. Video Lala ketika masuk sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan SMA 80, tempat Arka mengajar dan bertemu Lala.Vide
Tergoda Gadis MudaLala mendapatkan kabar kalau ibunya telah melahirkan. Berita baik ini membuat Lala semakin bahagia. Davin yang memberi informasi tersebut."Mas, ibu sudah lahiran." Lala menghampiri apartemen kekasihnya yang baru saja sampai."Alhamdulillah.""Adikku kembar. Laki-laki dan perempuan.""Apa kamu berniat untuk ke sana?" Menepuk sofa agar kekasihnya duduk."Maunya. Tapi ....""Sebentar lagi liburan musim semi. Sebulan lumayan itu. Bagaimana kalau kita pulang ke Indonesia. Aku kangen Rafatar.""Benarkah! Asik! Kita bisa ke Indonesia."Lala mempersiapkan semua kebutuhannya yang akan di bawa ke sana. Nancy mendekatinya."Kamu jadi ke Indonesia?""Tentu. Sekolah telah libur sebulan. Aku ingin bertemu adikku.""Ehm, enak sekali. Aku sendirian dong.""Kan ada Abdul. Dia bisa nemenin kam
Tergoda Gadis MudaLala hendak melayangkan tangan lentik yang selalu dirawatnya hingga putih dan bersih ke arah pipi Arka. Lelaki berkaos hitam dengan jaket coklat menahan jemari Lala dengan tangan kekarnya. Lala hendak memberontak namun, kekuatan Arka tak sebanding dengannya. "Kamu masa lupa kalau kita melakukannya." Memeringkan sedikit kepala. Menyadari semakin cantik wajah Lala."Kapan?!" Membulatkan mata tak percaya."Ehm, waktu di gudang sekolah. Iya, gudang sekolah." Arka tak berani mengatakan yang sesungguhnya. Lelaki itu telah mencuri ciuman pertama Lala."Bohong!" hardiknya."Ehm, suer." Senyum terpaksa di bibir mantan guru Lala."Kita gak melakukannya dan itu gak kena bibir. Aku masih ingat." "Eh. Kamu masih ingat kejadian itu." Menaikkan salah satu alis. Mengoda Lala gemas. "Ehm, gak juga." Menarik lengannya dari
Tergoda Gadis Muda"La, tadi aku ke temu cowok ganteng banget! Meleleh liatnya." Nancy masuk tanpa mengucapkan salam.Melatakkan buku dan tas di atas meja belajar. Kamar mereka cukup luas. Lala tidur di kamar sebelah kanan dan Nancy sebelah kiri. "Ck, nih orang. Ucapain salam dulu baru ngomong." "Abis itu om-om ganteng banget." Memeluk boneka Lala gemas. "Oh, om-om aku kira anak muda. Kenapa gak kenalan?" Lala kembali fokus di buku pelajarannya. "Gak. Cuma bisa lihat dari jauh. Kayaknya dia nyasar La. Kasihan. Wajahnya bingung banget. Pasti pertama kali ke Inggris. Pengen nolongin tapi takut." "Mau nolong apa nyolong sampe takut segala." Terkekeh geli. "Ih, kamu itu. Emangnya aku cewek apaan nyamperin cowok." "Lah, kan mau kasih pertolongan bukan keperawanan, Nancy." "Tapi, kayaknya dia dari Indonesia. Mungkin orang jawa. Seandainya aja aku kenal sama dia. Past
Tergoda Gadis MudaLala berusaha beradaptasi dengan teman-temannya. Untung saja Lala memiliki teman satu negara. Ia bernama Nancy. Gadis dengan rambut sebahu memiliki lesung pipit menambah kecantikan alami.Banyak lelaki di kampus mengincar Nancy berwajah asia. Gadis itu menolak tawaran para pemuda dengan halus dan lembut agar mereka tak sakit hati cintanya di tolak."Nancy, aku pinjam catatanmu, dong," pinta Lala. Mendekati meja belajar milik Nancy.Mereka satu jurusan dan satu kelas. Nancy lebih pintar darinya. Sudah hampir sebulan Lala berada di Inggris.Setiap hari Eni selalu melakukan video call dengan putrinya."Ibu kalau pagi-pagi gak lihat kamu. Pasti mual dan muntah." Ucapannya terdengar manja. Wajah Eni khas bangun tidur langsung mengubungi sang anak."Kayaknya, debaynya mirip Lala." Terkekeh menatap sang ibu yang terlihat sedikit merajuk."Lala, ibu
Tergoda Gadis Muda"Bos, kalau nanti lulus mau ke mana?" tanya Rehan. Mereka sedang berada di ruang keluarga."Di atas bumi di bawah langit." Mata Lala fokus ke layar LCD."Ih, sih Bos. Kalau gak di atas bumi ya akhirat dong.""Mati dong. Emang kamu mau ke mana?""Aku mau jadi TNI membasami kejahatan," ucapnya bangga."Batman kali bukan TNI." Lala terkekeh geli. "Menjaga keamanan negara yang betul.""Iya, Ya. Malu sama Bos jadinya.""Kalian sedang apa?" tanya Davin yang baru keluar dari kamar."Biasanya Pa. Ngobrol setelah lulus." Lala menimpali."Emangnya Lala mau kuliah di mana?" tanya Davin, papa tiri Lala."Ehm, ada Pa. Tapi ...." Lala menundukkan kepala takut untuk mengungkapkan. Antara tega tak tega mengatakan tujuan pendidikannya."Ke mana?" Davin menegaskan kembali pertanyaannya."Ke I-Inggris."
Tergoda Gadis MudaFlashback Arka Arka bergegas pulang ke kontrakan. Lelaki itu takut kehilangan sang istri apalagi dalam keadaan hamil. "Laila, kamu kenapa?" tanyanya setiba di kontrakan.Suasana rumah kacau balau. Banyak barang-barang pecah dan berhemburan. Laila masih terdiam setelah menghubungi ponsel mamimya. Nyatanya, wanita itu tak bisa membawa Laila ke Belanda. Dengan alasan yang berbelit-belit. Hanya papi harapan satu-satunya. Ia begitu gengsi menghubungi lelaki itu. "Laila, kamu kenapa, Sayang?" "Aku lelah hidup miskin. Aku lelah makan tahu tempe all day. Aku lelah dan capek!" "Laila, tenang. Kamu lagi hamil. Kontrol emosimu." "Aku tak mau hidup miskin." "Roda akan terus berputar. Kita yang di bawah bisa saja berada di atas sewaktu- waktu. Kamu tak boleh begitu." Arka memeluk tubuh Laila. Membelai rambut sang istri dengan penuh kasih sayan
Tergoda Gadis MudaBu Sinta memilih menjual ke orang lain daripada ke bank. Sisa uangnya akan dipakai untuk umroh. Ia tinggal dengan Susi menjaga cucunya yang sering ditinggal kerja.Sedangkan Arka, memilih mengontrak. Kontrakan Arka tak begitu besar hanya sepetak saja. Jalur jalannya tidak terlalu ramai."Untuk sementara, kita tinggal di sini dulu.""Apa tidak bisa lebih besar lagi?""Nanti kalau aku sudah punya pekerjaan lebih baik. Kita baru mengontrak yang lebih besar.""Benarkah?"Arka menganggukkan kepala agar Laila merasa senang."Bagaimana dengan kuliahku? Mami dan papi tak pernah mengirim aku uang lagi.""Ehm, maaf aku juga gak bisa membayarnya. Uang kuliahmu sangat mahal."Laila kuliah di kampus swasta sedangkan, Arka universitas negeri. Harga semesternya lebih mahal Laila tiga kali lipat."Semester ini aku keluar," lirihnya.