“Maryam! Apa kamu gak malu jadi perawan tua?! Ibu malu sama orang-orang yang terus ngomong buruk tentang kamu karena masih belum nikah juga! Bisa gak sih kamu gak bikin ibu malu lagi?!” bentak Ayu Sartika dengan keriput yang hampir memenuhi wajahnya.
Maryam Syahira, wanita berusia 33 tahun yang menjadi sasaran bentakkan ibunya sendiri, sudah mengepalkan tangan di dalam kamar.“Ayah kamu udah sekarat nunggu kamu nikah! Kenapa juga kamu masih gak mau nikah, hah?! Padahal udah beberapa kali ibu jodohkan, tapi terus aja kamu tolak! Pokoknya ibu gak mau tahu, sekarang kamu gak bisa lagi tolak orang yang akan ibu jodohkan sama kamu!”Seiring dengan keputusan sepihak sang ibu, Maryam harus menghadapi perjodohan ke sekian kalinya untuk melepas status ‘perawan tua’ yang disematkan padanya.Padahal Maryam sudah bersumpah sejak 5 tahun lalu bahwa ia tidak akan pernah berurusan dengan pria manapun apalagi menikah dengan mereka. Namun, sebagai satu-satunya anak yang belum menikah di keluarganya, Maryam berpikir mungkin ia sudah menjadi beban terutama untuk orang tuanya.Terlebih karena mereka masih tidak tahu, apa sebenarnya yang membuat Maryam tidak ingin menikah.“Ha..” desah Maryam, berusaha tidak lagi mengingat kenangan buruk yang sudah ia kubur begitu lama dalam benaknya.‘Sekarang, aku hanya perlu menggagalkan perjodohan ini lagi..’ batin Maryam, sampai ia kembali mendengar suara ibunya.“Pria itu akan datang ke rumah sebentar lagi, jadi bersiaplah!”“Eh?! Tapi ‘kan biasanya ketemu di luar? Kenapa sekarang datang ke rumah?” Maryam tersentak, karena itu akan menggagalkan rencananya untuk membatalkan perjodohan tersebut.Sebab, jika Maryam bertemu di luar hanya dengan pria yang akan dijodohkan dengannya, Maryam bisa melakukan apapun untuk membuat pria itu menolak Maryam juga. Tapi jika bertemu di rumah seperti ini..“Apapun yang mau kamu lakukan, ibu gak akan biarkan kamu menggagalkan perjodohan ini!”Deg.Ternyata Ibu Maryam sudah tahu tentang tindakan Maryam di belakangnya.***Beberapa jam kemudian, terdengar suara Ibu Maryam menyambut seseorang dari pintu rumah mereka dengan ceria.“Bang Wildan, akhirnya datang juga! Silakan masuk, Maryam udah tunggu di dalam!”Pria yang tidak Maryam ketahui identitas atau asal usulnya itu sudah datang dan langsung mengejutkan Maryam dengan penampilannya.Kenapa dia terlihat masih muda?!Apa Ibu Maryam tidak salah menjodohkan Maryam dengan pria yang bahkan lebih muda dari adik-adiknya?!Maryam berkali-kali mengedipkan matanya, tapi itu hanya membuatnya semakin yakin bahwa ibunya sudah gila.“Bu!” Maryam langsung menarik sang ibu ke kamarnya. “Apa Ibu gila?! Kenapa Ibu jodohkan Maryam sama pria muda kayak gitu?!”“Emang apa salahnya? Banyak kok yang nikah umur beda jauh! Toh, dia juga yang mau sama kamu!”“EH?!”Kenapa pria muda itu mau dengan wanita tua seperti Maryam yang bahkan tidak dikenalnya?“Sudah. Temui dia lagi sekarang dan jangan coba-coba lakukan hal yang aneh! Dia ini orang yang juga dipercaya sama Ayahmu!”Ternyata pria muda bernama Wildan Bakhtiar itu sudah banyak membantu Ridwan Sentosa atau Ayah Maryam, sejak ia dirawat di rumah sakit tempat Wildan bekerja karena kecelakaan.Meskipun begitu, tidak ada yang benar-benar mengenal Wildan yang hidup sendiri di desa sebelah. Tapi, karena Ayah Maryam merasa berterima kasih pada Wildan, ia mendorong Wildan yang ingin segera menikah untuk dijodohkan dengan Maryam.Maryam menelan ludah, karena ini pertama kalinya ia dihadapkan dengan pria yang jauh lebih muda darinya sebagai calon suami, apalagi dengan begitu sedikit informasi tentangnya. Jadi, apa Maryam akan berhasil membuat pria itu menolak perjodohan mereka?Maryam mencoba bertemu lagi dengan pria yang sudah menunggunya di ruang tamu. Maryam baru menyadari bahwa meskipun wajah pria itu tampak 10 tahun lebih muda dari Maryam, tapi tubuhnya cukup kekar hingga membuat Maryam sempat kehilangan fokus.“Wildan ya?” Maryam mulai pembicaraan dengan canggung, diawasi sang ibu yang duduk di sebelahnya. “Apa kamu benar-benar yakin mau menikahi saya?”Wildan tersenyum tipis di antara raut wajahnya yang sehangat matahari di luar sana, hampir menyentuh hati Maryam yang sudah dingin dan keras. “Ya, saya yakin.”Tidak ada kegugupan dalam jawaban itu yang justru membuat Maryam ingin menggigit jari.“Tapi saya sudah tua?” Maryam kembali melempar ranjau untuk membuat pria itu ragu.“Tidak masalah.” Tapi hanya keteguhan yang Maryam dengar darinya.“Saya gak terlalu cantik, saya juga pemarah dan gak pandai masak. Apa masih mau?” Maryam tidak menyerah.“Maryam! Kamu..” Kali ini, Ibu Maryam yang terlihat kesal karena menyadari bahwa Maryam berusaha menggagalkan perjodohannya lagi.“Saya tidak keberatan.” Sayangnya, pria itu tak berkutik dengan semua ucapan Maryam yang seharusnya cukup membuat ia terganggu.‘Ada apa dengan pria ini?’ batin Maryam, geram dengan tanggapan yang tidak sesuai harapannya.Kalau begitu Maryam memang tidak punya pilihan, selain melempar bom yang telah ia simpan dengan apik, selama ia bisa menghentikan perjodohan tersebut untuk saat ini atau bahkan selamanya.“Lalu, gimana kalau saya sudah gak perawan?”“EH?!”Ibu Maryam yang tidak tahu menahu tentang kenyataan itu, tiba-tiba terdiam seolah kepalanya meledak karena bom yang Maryam lemparkan. Sedangkan pria yang menjadi sasaran utama dari bom itu, sempat mematung tanpa ekspresi, membuat Maryam merasa sudah berhasil membuatnya menyerah.Sebab, siapa yang mau dengan wanita tua tidak menarik dan sudah tidak perawan sepertinya?Maryam pun sudah membayangkan kehidupannya yang kembali damai tanpa tuntutan menikah lagi, bahkan jika ia harus mengorbankan reputasi yang sudah lama dihancurkan oleh pria biadab itu 5 tahun lalu.Tapi selama Maryam tidak perlu menikah dengan pria manapun yang ia yakini hanya akan menyakitinya seperti pria tersebut, Maryam.. tidak apa-apa.“Tidak apa-apa..”EH?!Maryam tersentak. Jawaban yang tidak Maryam harapkan, justru keluar dari mulut pria asing di depannya ini.Kenapa.. kenapa itu tidak apa-apa untuknya?“Apa maksudnya?” Maryam berusaha memastikan dan ia bisa melihat senyum pria itu. “Saya gak masalah dengan apapun dan bisa menerimanya, karena saya hanya ingin menikah.. denganmu.” Deg. Maryam tiba-tiba merasakan desiran aneh di hatinya.Kenapa pria itu begitu bertekad untuk menikahi Maryam? “Maryam! Kita harus bicara!” Sebelum Maryam mendapat jawaban, sang ibu sudah menarik Maryam ke dalam kamar dengan raut wajah yang tidak pernah ia lihat. Bukan ini yang Maryam harapkan. “Maryam.. apa itu alasannya.. kamu gak mau nikah selama ini?” tanya Ibu Maryam dengan suara bergetar dan air mata yang terpupuk di matanya. Ini pertama kalinya Maryam melihat ibunya seperti itu, karena biasanya sang ibu selalu terlihat galak bahkan lebih dari ayahnya. Maryam belum menjawab, saat sang ibu memeluknya erat dengan air mata berlinang. “Maaf.. karena Ibu gak tahu apa-apa dan maksa kamu.. dengan semua ini..” Kali ini, ada perasaan mendidih yang menguasai hati Maryam, seolah semua kemarahan dan kes
“Jadi ini istrimu? Cih. Ternyata biasa saja. Apa bagusnya sebenarnya dia sampai kamu menolak anak Walikota? Ha.” Andien Ferdinan istri pemilik Sinaga Group, memandang Maryam dengan sinis dan dingin sambil berlalu. “Ma.. Jangan gitu lah, mereka ‘kan baru datang..” timpal Farah Paramita, istri Presiden Direktur Sinaga Group sekaligus CEO Parama Holding Company, perusahaan investasi multinasional terbesar di Indonesia. “Jangan mempermalukan nama keluarga dan hanya ikuti aturan yang ditetapkan di rumah ini selama tinggal di sini. Mengerti?” Ucapan dingin lain turut keluar dari pria tua pemilik Sinaga Group sekaligus rumah mewah ini, Erwin Wijaya Sinaga. Maryam hanya bisa tertegun mendengar ucapan dari orang-orang tidak terduga itu. Apa Maryam sedang bermimpi sekarang? Bagaimana bisa Maryam berakhir di sini? Kalau begitu, siapa sebenarnya Wildan yang membawa Maryam ke sini? “Dan Wildan, lakukan tugasmu dengan benar untuk mendapat dukungan di rapat pemegang saham nanti. Ingat kalau k
“Maryam? Apa kamu baik-baik aja?” Wildan tiba-tiba sudah hadir di antara Maryam dan Yoga, membuat Maryam sempat merasa lega sebelum ia menyadari seringai menyebalkan Yoga. “Hei Wildan! Sepertinya aku pernah bertemu istrimu ini!” APA?! Apa Yoga akan mengatakan kejadian 5 tahun lalu itu pada Wildan?! Sejenak, darah Maryam terasa mendidih, tapi bukan karena kemarahan saja melainkan karena ketakutan juga bahwa Wildan akan berpaling darinya jika mengetahui tentang itu, seperti semua orang dulu. “Ah..! Dia pernah bekerja di Hotel Aiden tempatku sering menginap, benar ‘kan Nona Maryam?” Maryam menggigit bibirnya. Kenapa Yoga tidak bisa meninggalkan Maryam sendirian setelah menyakitinya?! Apa Yoga masih tidak puas bahkan setelah menghancurkan hidup Maryam?! “Kita harus ke ruang makan sekarang Bang, semua orang sudah menunggu.” Wildan hanya menepuk pundak Yoga yang setinggi dirinya, sebelum meraih tangan Maryam yang masih sedikit gemetar. “Oke.” Yoga kembali menyeringai sambil bersiu
Sebelumnya, Maryam langsung terlelap usai makan malam yang menegangkan, hingga tiba waktunya bagi sepasang pengantin baru itu untuk melakukan perjalanan bulan madu mereka keesokan harinya. Dalam waktu singkat, Maryam dan Wildan pun sudah berada di pesawat menuju Bali sebagai tempat bulan madu mereka yang direncanakan Wildan diam-diam. Untuk pertama kalinya, Maryam menaiki pesawat pribadi yang kemewahannya tidak bisa digambarkan, apalagi ditemani beberapa bodyguard yang membuatnya semakin gugup. Semuanya masih terasa tidak nyata bagi Maryam. Tidak hanya karena ia sudah menikah, tapi juga karena suaminya adalah salah satu orang paling penting di negeri ini, ditambah ia jauh lebih muda dan penampilannya juga tidak kalah mengesankan. Jika Maryam mengatakan semua itu pada dirinya 5 tahun lalu yang masih membenci pria, ia mungkin akan dianggap gila. Seiring dengan lamunan Maryam itu, pesawat mereka mulai melaju dengan cepat hingga mereka tiba di Pulau Dewata. Mereka pun segera menuju
Setelah beberapa jam meninggalkan Maryam, Wildan masih tidak kembali.“Kemana Wildan sebenarnya?” Maryam yang khawatir, akhirnya keluar kamar untuk mencari Wildan dengan pikiran tak karuan. Namun yang Maryam temukan justru orang yang tidak ingin Maryam temui. ‘Kenapa dia ada di sini juga?!’ Yoga tiba-tiba muncul di koridor kamar hotel Maryam. Maryam bergegas pergi sebelum pria berusia 35 tahun itu melihatnya, tapi takdir berkata lain. “Siapa ini? Bukannya ini istri sepupuku?” Yoga sudah menghadang Maryam dengan suara menyebalkan, sebelum ia berhasil pergi. Maryam menelan ludah, tapi sedetik kemudian segera menenangkan diri dengan berpikir bahwa ia bisa menghadapi semuanya seperti yang dikatakan Wildan kemarin.“Oh Bang Yoga..” Maryam berusaha tampak biasa saja. “Hahaha. Apa kamu lagi berpura-pura biasa saja bertemu denganku?” APA?! Yoga tiba-tiba berjalan semakin dekat ke arah Maryam, “Jangan berharap sikapmu itu akan menghapuskan apa yang terjadi pada kita dulu, karena apapu
“Jangan lupa pesta malam ini!” teriak Yoga saat Wildan dan Maryam baru memasuki kamar mereka. “Apa kamu baik-baik aja? Kenapa diam aja dari tadi?” tanya Wildan kembali bersikap hangat, sambil membuka jas dari tubuhnya, menyisakan kemeja putih yang cukup basah oleh keringat dan noda lipstik di kerahnya. Noda lipstik?! Maryam terbelalak, menyadari bahwa noda lipstik berwarna kecokelatan itu sama dengan warna lipstik yang digunakan Nadia tadi. Tidak mungkin. Maryam masih berusaha menyangkal semua kecurigaan yang sulit dihindari.Maryam tidak mungkin langsung menuduh mereka bermain di belakangnya hanya karena hal tersebut 'kan? “Kemana saja kamu tadi?” Maryam mencoba untuk membuka pembicaraan dengan tenang agar tidak memancing pertengkaran. “Pekerjaan.” Tapi Wildan hanya menjawab singkat, membuat Maryam mengepalkan tangannya. Maryam benar-benar tidak mengerti. Terkadang Wildan hangat dan manis, tapi tiba-tiba bisa sangat misterius dan tertutup, seolah tidak ingin memberitahu Mary
Tanpa sadar malam sudah menyelimuti sang langit, saat Wildan akhirnya berhenti mencumbu Maryam yang lelah dan mulai menyelimuti tubuhnya yang polos, sambil memeluknya dengan hangat. “Staminamu lebih buruk dari yang aku kira ya,” goda Wildan pada Maryam yang setengah terlelap di kasur mereka. Maryam mendengus, “Apa kamu mengejekku karena sudah tua, hah?” Wildan tertawa, setelah teringat perkataan Maryam sebelumnya bahwa ia cukup pemarah, terbukti dari cara Maryam menanggapi Wildan. Meskipun begitu, Wildan seolah menganggapnya lucu, karena ia hanya mengecup dahi Maryam sambil berkata lembut, “Tidurlah, Sayang.” ‘Tidur ya? Tapi aku belum selesai,’ batin Maryam dalam rengkuhan Wildan yang mulai terlelap. Malam ini memang bulan madu yang luar biasa, karena untuk pertama kalinya Maryam bisa berbagi tubuh dan hatinya tanpa paksaan. Sayangnya, masih ada perasaan tersisa yang tidak bisa Maryam abaikan. Selang beberapa saat, Maryam pergi keluar untuk menyelesaikan urusannya. Sebuah pembal
Kenapa Wildan ada di sini? Wildan langsung membuka jas hitam yang dipakainya lalu memakaikannya pada Maryam, seolah tahu bahwa Maryam membutuhkan itu untuk menutupi noda yang diberikan Nadia pada gaunnya. Namun, seiring dengan kesadaran Maryam akan kehadiran Wildan, Maryam juga mulai menyadari pandangan semua orang di aula pesta itu pada mereka, terutama Wildan yang tampaknya mereka kenali. “Apa dia calon Presdir Sinaga Group itu?” “Sepertinya benar, tapi siapa wanita yang ia datangi? Apa dia istrinya?” “Tidak mungkin. Kenapa calon pewaris konglomerat sepertinya memiliki istri biasa dan terlihat tua juga? Memangnya siapa wanita itu?” Deg. Para tamu pesta yang mungkin orang-orang penting dari kalangan pengusaha dan pejabat itu sudah berbisik di sekitar mereka, mengingatkan Maryam saat 5 tahun lalu ia diserang puluhan orang dengan kata-kata menyakitkan karena skandalnya. Ha.. Apa Maryam masih tidak bisa keluar dari jerat yang sama? “Sayang, maaf aku membuat kamu datang sendiri.