Semula aku berharap dengan menikah lagi, aku akan bisa bahagia dan tenang. Hidupku jadi lebih sempurna. Aku bisa beralih rasa dan wanita sehingga hidupku tak lagi monoton. Tetapi ternyata aku salah. Pernikahan kedua justru membuat hidupku hancur berantakan dan aku kehilangan segalanya karena ulah istri keduaku yang ternyata hanya seorang wanita murahan.
View MorePart 25POV Hendri."Insya Allah bisa, Mas. Nanti aku kasih tahu anak anak supaya siap siap ikut ya, Mas," jawab Anita sebelum akhirnya Pak Himawan tersenyum ceria dan gegas memintaku memasukkan nasi ayam geprek di tangannya padaku.Dengan gerakan tak bersemangat dan hati diliputi api amarah, aku mengambil kantong plastik besar berisikan nasi di tangan Pak Himawan lalu segera memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Tentu saja dengan tetap menundukkan kepala dalam dalam saat harus mendekat ke arah Anita yang masih saja tersenyum senyum ceria dan membuatku sebal tak alang kepalang.Kalau tak ingat aku harus tetap pura pura tak kenal dan menyembunyikan identitas diriku darinya, ingin rasanya kucengkeram kerah baju mantan istriku itu dan meneriakkan di telinganya betapa aku tak akan sedikit pun rela melepaskan dirinya untuk laki laki lain.Tapi karena aku sadar, aku harus tetep diam supaya semua rencana ini tak gagal, akhirnya aku pun hanya bisa menekan api amarah dan rasa cemburu sekuat ten
Part 24POV Hendri."Pak Hendri, kita ke jalan Delima ya. Saya mau ambil pesanan nasi ayam di rumah temen saya, untuk makan siang seluruh karyawan hari ini," ujar Pak Himawan saat aku tiba dan memulai hari pertamaku bekerja padanya.Mendengar nama jalan itu disebut, sejenak aku menatap kaget. Jalan Delima? Hmm ... Di situ kan kediaman orang tua Anita di mana saat ini mantan istri yang amat aku rindukan itu juga tinggal di sana?Ah, kebetulan sekali kalau begitu. Siapa tahu tanpa sengaja aku bisa bertemu dengannya. Jadi aku bisa pamer dan menunjukkan padanya kalau sekarang aku sudah punya pekerjaan baru yang cukup menjanjikan setelah diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS sebab sekarang aku bekerja pada seorang pengusaha sukses seperti Pak Himawan. Mana tahu lama lama dari seorang sopir pribadi, aku bisa diangkat menjadi karyawan tetap perusahaan dengan posisi lumayan tinggi mengingat Pak Hima konon bukan orang yang pelit dan perhitungan.Dengan begitu Anita pasti tak akan meren
Part 23POV Hendri"Din, carikan aku kerjaan dong. Kamu kan tahu aku sekarang pengangguran. Aku nggak punya teman lain yang bisa aku mintain tolong selain kamu, Din. Tolong dong carikan aku pekerjaan. Tapi kalau bisa jangan jadi tukang parkir lagi ya karena aku butuh kerjaan yang lebih baik, lebih enak, nggak bikin capek, dan nggak harus kerja keras banting tulang kayak jadi tukang parkir, Din. Tapi duitnya juga banyak.""Kamu pasti bisa bantu mencarikan kan, Din? Please ... kamu biasanya banyak informasi. Tolongin, Din, kasih tahu aku kalau ada lowongan pekerjaan yang bisa aku masukin. Aku butuh banget ini," ujarku memohon pada Dino yang tengah duduk di kantin sarapan pagi.Barusan aku memang menghubunginya, menanyakan keberadaannya dan Dino mengatakan kalau dirinya tengah berada di kantin yang berada tak jauh dari kantornya ini sehingga aku pun langsung meluncur menuju ke sini.Mendengar perkataanku, Dino menghentikan suapan soto ayam dari mulutnya lalu menatapku."Apa? Kamu ingin c
Part 22"Nah, Anita ... ini anak Ibu. Namanya Himawan. Hima ... ini Anita. Yang punya usaha ayam geprek super enak yang sering Ibu beli. Katanya kamu penasaran waktu Ibu bilang namanya Anita. Nih, kamu kenalan sendiri ya," ujar Bu Sovia memperkenalkan kami.Seketika aku pun terkejut sangat. Begitu pun laki laki itu. Laki laki yang masih aku ingat betul saat menjawab pertanyaan dewan juri ketika kami diutus mewakili sekolah untuk mengikuti lomba. Suara yang penuh wibawa dan kecerdasan. Mas Himawan Wicaksono."Anita? Ternyata benar kamu Anita yang dulu sering bareng Mas diutus sekolah untuk ikut lomba ya. Tadinya Mas mikir, jangan jangan Anita itu kamu. Ternyata bener. Dugaan Mas nggak salah. Anita itu adik kelas Mas yang dulu jago masak, makanya dulu kamu juga sering juara pas lomba masak kan, Nita? Pantes sekarang juga jago bikin usaha ayam geprek yang rasanya mantul luar biasa. Selamat ya ...," ucap Mas Hima dengan nada ramah sehingga ketegangan dan kekakuan yang sesaat tadi melanda
Part 21"Om Farhan? Hore ... Om jemput kita ya, Om? Emang Mama lagi ke mana, Om? Katanya Mama yang mau jemput kita?" tanya anak anak dengan gembiranya saat melihat kemunculan laki laki itu."Mama kalian sedang ada pesanan ayam, jadi minta tolong Om buat jemput kalian. Ayok kita pulang sekarang. Habis ini Om mau dinas lagi soalnya. Kalau mau jalan bareng sama Om lagi besok, ya. Hari ini Om lagi cukup sibuk soalnya," kata laki laki berseragam aparat tersebut dengan akrab pada anak anak.Aku memicingkan mata dengan heran melihat kedekatan Dea dan Deo dengan pria itu. Siapa ya? Apa masih keluarga Anita atau bagaimana? Aku tak kenal soalnya. Sebab selama ini jujur aku memang kurang dekat dengan keluarga besar mantan istriku itu. Yang aku tahu, Anita berasal dari keluarga sederhana. Itu sebabnya aku enggan dekat dekat dengan keluarga mereka karena takut dipinjami uang atau pun dimintai tolong sesuatu.Jadi meski aku lumayan sering mengantar Anita pulang ke rumah orang tuanya, tapi aku jaran
Part 20"Gimana Hen? Anita bersedia nggak bantuin kamu?" tanya Ibu saat aku pulang ke rumah.Aku menghembuskan nafas lalu menggelengkan kepala dengan kasar."Nggak mau katanya, Bu! Dasar sombong dia sekarang! Nyesel aku datang ke rumah dia kalau tahu begini, Bu! Dimintai tolong dikit aja sok takut dosa segala!" Aku mendengkus kesal mengingat penolakan Anita barusan.Ya. Baru jualan ayam geprek sedikit aja udah sombong minta ampun mantan istriku itu. Gimana kalau jualan yang lain dan sukses? Mungkin nggak mau kenal aku lagi. Gitu itu kalau biasa nganggur terus tiba tiba sekarang bisa cari uang sendiri, belagu minta ampun! Awas saja nanti kalau gantian dia yang butuh bantuan dariku, aku juga pasti akan jual mahal seperti yang dia lakukan padaku barusan! Batinku penuh dendam di dalam hati."Hmm ... apa perlu Ibu yang ngomong? Siapa tahu kalau Ibu yang ngomong, Anita akan luluh hatinya, Hen? Bagaimana pun juga kalau kamu tetap bekerja, Dea dan Deo pasti bisa terurus hidupnya. Tapi kamu j
Part 19Aku menghentikan langkah di depan rumah yang sangat aku kenal.Kemarin kemarin, aku masih sering datang ke sini setiap kali lebaran tiba atau pun saat mengantar Anita menjenguk ke dua orang tuanya.Tapi sejak aku menikah lagi dengan Mia, dan setelah itu harus berurusan dengan penjara dan akhirnya digugat cerai oleh istri pertamaku itu, aku tak lagi sempat menginjakkan kaki di rumah ini.Begitu aku tiba di halaman depan rumah mantan mertuaku ini, aku bisa melihat sebuah warung kecil yang sepertinya baru saja di bangun di depan halaman rumah. Warung itu menjual ayam geprek dengan brand di depannya 'Ayam Geprek si Kembar '.Hmm ... apa mungkin, ini adalah usaha baru mantan istriku itu yang sekarang harus menghidupi kedua buah hati kami seorang diri ya?Melihat itu, ada rasa iba mencuat di sudut hatiku. Anita harus kerja keras sampai harus jualan ayam geprek begini hanya demi menyambung hidup supaya mereka tak kelaparan? Kasihan sekali.Hmm ... andai kuberi dia uang untuk membiay
Part 18"Apa, Hen? Kamu dipanggil atasan? Apa kamu bakalan dipecat, Hen? Ya, Tuhan ... begini sekali nasib kamu hiks ... hiks ...." Ibu meraup muka yang dibanjiri air mata.Tampak raut kecewa dan sedih yang mendalam dalam raut wajah wanita paruh baya di depanku itu.Aku menghembuskan nafas berat. Ya, aku tak bisa menyalahkan beliau yang tentu saja merasa kecewa dan sedih putra satu satunya ini jadi kacau begini jalan hidupnya.Setelah bercerai dari Anita dan terpaksa jauh dari anak anak, aku harus masuk penjara. Dan sekarang hukuman disiplin PNS pun sudah menunggu di depan mata.Berat. Berat sekali yang harus aku hadapi. Tapi semua harus aku jalani. Ini sudah resiko atas perbuatan yang telah aku lakukan. "Gimana lagi, Bu. Doakan saja Hendri bisa sabar menghadapi semua ini dan bisa mempertahankan status ASN yang Hendri sandang ya, Bu," jawabku meski dengan perasaan tak yakin.Rasanya tak akan mungkin bisa aku pertahankan lagi status pekerjaanku ini sebab nama burukku sudah tersohor di
Part 17"Dengan ini hakim menjatuhkan hukuman enam bulan penjara dipotong masa tahanan. Tok! Tok! Tok!" Hakim mengetuk palu yang menandakan dijatuhkannya hukuman penjara atasku.Aku sedikit bernafas lega karena setelah pembelaan diri yang aku lakukan, hakim akhirnya menjatuhkan hukuman selama enam bulan penjara untukku. Memang perbuatanku yang sudah menikah lagi tanpa izin dari atasan membuat sebagian anggota majelis hakim tidak simpatik dan ingin aku dipenjara lebih lama, tetapi berkat permintaan maaf dan perasaan bersalah yang aku kemukakan dan pembelaan diri yang aku ajukan dengan mengatakan kalau rasanya wajar aku menampar Mia karena geram dan sakit hati dia berhubungan dengan laki laki lain padahal dia adalah istri siri ku, syukurlah masa hukumanku menjadi tidak terlalu lama.Ada pun setelah mempertimbangkan baik dan buruknya, enggan membuat ibu menderita lebih banyak lagi, maka aku pun tak jadi menggunakan uang Ibu untuk meminta tolong oknum dan menyerahkan semuanya pada pros
Part 1"Dek, bangun! Sudah siang! Tolong siapin baju kerja dan perlengkapan kantor Mas dong. Mas udah telat nih!" Kusibak selimut tebal yang membungkus tubuhku dan tubuh Mia, istri mudaku yang tampak masih pulas dalam tidurnya dengan buru-buru.Jarum jam sudah menginjak pukul sembilan pagi, berarti sudah satu setengah jam aku terlambat masuk kantor. Buru-buru aku meraih handuk dan masuk kamar mandi sembari kembali berteriak membangunkan Mia agar segera bangun dan mempersiapkan seragam kerja serta sarapan pagi. Namun, ternyata setelah keluar dari dalam kamar mandi, kutemui Mia masih bergelung malas dalam selimut. Jangankan menyiapkan seragam dan sarapan pagi, berkali-kali dibangunkan saja, Mia hanya bergeming saja.***"Mas, tadi pagi kamu pake seragam yang mana? Kok seragam yang di jemuran masih ada?" tanya Mia melalui sambungan telepon saat aku sedang istirahat makan siang di kantin kantor.Meski rasa jengkel akibat sikapnya yang tak peduli saat suaminya ini hendak berangkat menca
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments