Angela Lee seorang gadis berumur 19 tahun yang sangat cantik dan lugu. Dia tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Orang tuanya meninggalkan dia di sebuah panti asuhan saat dia masih bayi. Dia menjalani kehidupan ini dengan air mata, tapi dia tidak pernah menyerah dan tetap berusaha untuk tabah dalam menjalani kehidupannya. Nasibnya menjadi semakin buruk ketika bos dominannya memaksa dia untuk menjadi miliknya dan mengubah hidupnya menjadi seperti neraka.
view moreNew York City, 2016.
Aku menatap salju dari balik jendela. Air mata menetes di pipiku. Salju membawa kenanganku kembali, dan membuat hatiku menangis.
Aku tidak tahu siapa orang tuaku. Mereka meninggalkanku di depan pintu sebuah panti asuhan pada malam natal dengan namaku dan tanggal lahirku, yang mereka tulis di selembar kertas.
Hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku punya satu keinginan jauh di dalam hatiku. Aku berharap suatu hari nanti Aku bisa bertemu dengan mereka dan Aku ingin bertanya mengapa mereka tega melakukan itu kepadaku.
“Semuanya segera berkumpul!”
Aku terbangun dari lamunanku dan menghapus air mataku. Aku dan teman-teman sekerjaku segera berjalan mendekat dan berdiri menghadap manajer kami.
Namanya adalah Linda Blonde. Umurnya 28 tahun. Dia memiliki tubuh seksi dengan rambut pendek bewarna pirang. Aku tidak tahu mengapa dia sangat membenciku. Dia tidak pernah lelah memarahiku sepanjang waktu.
Aku bekerja sebagai seorang pelayan restauran di sebuah hotel bintang lima di kota New York. Aku sudah bekerja di tempat ini selama 3 minggu.
“Dengarkan Aku baik-baik. Bos kita, Vincent Gray. Dia akan makan malam disini. Kita harus melayani dia dengan baik. Jika ada dari kalian yang berani membuat masalah, Aku akan segera memecatnya!” Linda berkata sambil memelototiku.
“Iya, Bu,” kami semua menjawab dan membungkuk dengan sopan.
Linda lalu berjalan meninggalkan kami dengan arogan kembali ke ruang kerjanya.“Ya, Tuhan! Vincent Gray akan kesini! Aku telah melihat fotonya. Dia sangat tampan dan seksi,” teman sekerjaku berkata.
“Dia juga sangat kaya raya. Aku telah membaca artikel tentang dia. Dia adalah pemilik hotel ini dan dia juga memiliki perusahaan properti. Umurnya 28 tahun, dan dia sangat cerdas. Ya, Tuhan! Aku berharap bisa menjadi istrinya,” teman sekerjaku yang lainnya berkata.
“Apa yang kalian lakukan disana! Segera kembali bekerja! Sekarang juga!
Kami menoleh dengan terkejut dan kami melihat Linda sedang memelototi kami dengan wajah marahnya. Kami segera berpencar untuk kembali bekerja.
“Angela! Berhenti disana!”
Aku menghentikan langkahku saat Linda berteriak kepadaku. Aku menghela nafas, lalu berbalik.
Dia berjalan mendekat dan berdiri di depanku. “Dengarkan Aku! Aku tidak ingin kamu membuat masalah dan mempermalukanku di depan bos kita. Jangan pernah menunjukkan wajahmu. Diam saja di dapur. Mengerti!” dia berkata sambil memelototiku.
Aku hampir tidak bisa mempercayai apa yang baru saja Aku dengar dan Aku merasa lega. Aku sangat takut membuat kesalahan di depan bosku dan Linda akan dengan senang hati memecatku.
“Iya, Bu!” Aku menjawab dengan senyum ceria di wajahku.
Dia bingung melihatku senang. Dia lalu mencibir kepadaku. “Kamu boleh pergi sekarang!”
Aku membungkuk sopan dan meninggalkannya untuk kembali bekerja.
******
Aku sedang duduk di dapur sambil menyandarkan punggungku ke kursi. Aku merasa sangat lelah. Linda memberikanku banyak pekerjaan sejak pagi. Aku lalu berdiri untuk mengambil minum.
Aku terkejut saat Aku melihat Jessica berjalan masuk ke dalam dapur.
“Angela! Apa kabar? Senang bertemu kamu lagi," dia berkata dan memelukku.
Dia yang menawariku untuk bekerja di tempat ini. Kami pertama kali bertemu saat Aku sedang mencari pekerjaan. Sejak itu, kami tidak pernah bertemu lagi. Aku telah meneleponnya berkali-kali, tapi ponselnya selalu tidak aktif.
Dia melepaskan pelukannya dan melihat ke mataku. “Apakah kamu senang bekerja disini?”
Aku tidak tahu harus berkata apa jadi Aku hanya berusaha tersenyum kepadanya.
Dia tersenyum balik kepadaku. “Aku tahu kamu akan senang bekerja di sini.”
Dia tiba-tiba memegang tanganku. “Ayo, ikut Aku.”
“Tunggu! Kamu mau bawa Aku kemana?” Aku bertanya saat dia menuntunku keluar dari dapur.
Kami menghentikan langkah kami, menghadap meja makan. Seorang pria memakai jas hitam sedang duduk disana dengan matanya tertuju ke padaku. Dia memiliki rambut pendek bewarna coklat dan mata biru yang sangat indah.
Jantungku tiba-tiba berdebar kencang, dan Aku tidak bisa berkedip menatap wajahnya yang sangat tampan.
“Bos, ini Angela Lee. Dia adalah gadis yang kuceritakan padamu,” kata Jessica sambil tersenyum.
Aku terkejut ketika Aku mengetahui bahwa dia adalah bosku.
Dia memberiku senyumnya yang tampan dan meletakkan jari telunjuknya di bibirnya. Jantungku berdetak semakin cepat dan semakin cepat ketika matanya yang penuh nafsu menjelajahi seluruh tubuhku. Matanya seolah memberitahuku bahwa dia sangat ingin menikmati setiap inci diriku. Tiba-tiba aku merasa takut padanya. Aku menghindari matanya dan melihat ke bawah.
“Kamu benar. Dia sama cantiknya dengan bidadari," katanya dengan suara serak.
Aku mengangkat wajahku untuk menatapnya. Aku menahan napas ketakutan saat melihat matanya yang mendominasi mencengkeram mataku.Jessica tersenyum padanya. Dia tampak lega setelah mendengar apa yang dikatakan bos kami.
Aku melihat Linda dan rekan-rekan kerjaku yang berdiri tidak jauh dariku, menatapku dengan mata marah dan cemburu seolah-olah mereka ingin memotong tubuhku menjadi potongan-potongan kecil.
Bosku lalu meminum anggurnya dan bangkit dari kursinya. "Angela, bawa tasku bersamamu," katanya tanpa menatapku. Lalu dia berjalan menuju ke pintu keluar.
Aku berdiri diam dalam kebingungan dengan mulut tertutup.“Kenapa kamu masih berdiri di sini? Ambil tasnya sekarang!” Jessica berkata, meninggikan suaranya.
“Y-ya,” jawabku gugup. Aku segera mengambil tas kerja mewah berwarna hitam yang ada di kursi makan dan berlari mengejar bosku.
Aku mengatur napas saat aku berdiri di belakangnya. Kami sedang menunggu lift. Pintu lift terbuka dan tidak ada orang di dalam. Kami kemudian berjalan masuk ke dalam lift.
Aku berdiri di belakangnya saat dia menekan tombol lift ke lantai paling atas. Dia tidak mengatakan apapun, hanya berdiri diam sambil menatap pintu lift.
Aku menggigit bibirku dan memejamkan mataku. Aku terus berkata kepada diriku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dia tidak akan melakukan hal buruk padaku. Dia hanya memintaku untuk membawakan tasnya.
Aku membuka mataku, dan aku merasa waktu telah berhenti berdetak. Ketakutan dan keheningan mencengkeramku, membuat jantungku berdetak kencang.
Aku kemudian menatapnya dengan seksama. Dia memiliki tubuh yang sempurna. Dia sangat tinggi. Tinggiku hanya mencapai bahunya. Aku mencium bau cologne-nya di hidungku. Baunya sangat harum; Aku menyukainya.
Pintu lift terbuka, dan dia berjalan keluar. Aku segera mengikutinya sebelum pintu itu tertutup.
Dia berhenti di depan pintu sebuah Penthouse. Dia mengambil kartu dari saku jaketnya dan membuka pintu itu. Dia berjalan masuk tanpa mengatakan apapun kepadaku, membiarkan pintu terbuka.
Aku berdiri diam; Aku terus bertanya pada diriku apa yang harusku lakukan. Aku takut untuk masuk ke dalam dan Aku tidak mau.
"Angela, masuklah. Taruh tas itu di atas meja," dia berkata dari dalam ruangan.
“Y-ya, Pak,” jawabku.Aku menarik napas dalam-dalam dan memaksa kakiku untuk berjalan masuk.
Aku hampir tidak percaya apa yangku lihat ketika Aku berada di dalam ruangan. Penthouse ini sangat indah, besar, dan mewah. Ada tiga kamar tidur mewah, tiga kamar mandi, dua kamar rias, perpustakaan, dapur, ruang makan, dan ruang tamu yang berfungsi ganda sebagai ballroom.
Dan ada juga kolam renang dengan taman luar ruangan yang sangat indah. Aku bisa melihat seluruh Kota New York dengan lampu-lampu indahnya dari jendela kaca besar di ruangan ini.
Di sini hangat, meskipun di luar sedang turun salju. Aku tersenyum melihat pohon Natal yang indah di samping perapian.
"Apa kamu suka tempat ini?"
Aku berbalik dengan terkejut. Aku melihat bosku sedang duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya. Jari telunjuknya berada di bibirnya sementara matanya tertuju ke mataku.Aku ketakutan melihat caranya menatapku. Aku menghindari matanya dan segera meletakkan tas di tanganku ke atas meja.
Aku berjalan dan berdiri menghadapnya. “Pak, apakah ada lagi yang bisa Aku bantu?” Aku bertanya dengan sopan.
"Katakan padaku. Berapa banyak kamu ingin di bayar? Aku menginginkanmu sekarang," katanya sambil terus menatapku.
Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Aku merasa sangat sedih dan terhina. Aku mencoba yang terbaik untuk tidak menangis.“Aku minta maaf Pak. Aku bukan wanita seperti itu. Jika Anda tidak lagi membutuhkan bantuanku, maka Aku akan kembali bekerja, ”kataku dan membungkuk dengan sopan.
Dia tiba-tiba berdiri dari sofa, meraih lenganku, dan membawaku ke tempat tidur.
“Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!” kataku dengan panik.
Jantungku hampir berhenti berdetak saat dia membaringkan tubuhku dengannya di atasku. Dia melepas dasinya dan mengikat kedua tanganku dengan itu ke kepala tempat tidur. Dia dengan paksa membuka kancing bajuku dan melepas braku.
Aku terus meronta untuk melepaskan diriku tapi Aku tidak bisa.
Aku menahan napas kesakitan saat tangannya meremas payudaraku dengan erat sementara mulutnya mengisap dan menjilat putingku dengan rakus. Nafas nafsunya di kulitku. Aku merasakan p*nisnya yang keras di pahaku.
Dia kemudian memindahkan tangan kanannya dari payudaraku ke bawah rok pendekku. Tangannya merayap naik ke pahaku dan menyelip di bawah celana dalamku dan memainkan jarinya di sekitar pintu masukku.
“Tolong hentikan. Tolong... aku takut,” kataku sambil menangis. Aku merasa sangat tidak berdaya, tubuhku terus bergetar.
Dia berhenti memperkosaku ketika dia melihat air mataku. Dia berjuang untuk mengendalikan nafsunya sambil terus menatap mataku.
“Mengapa? Mengapa kamu tidak ingin melakukan ini? Aku akan memberikanmu banyak uang dan semua yang kamu inginkan,” katanya dalam kebingungan sambil mengatur napasnya.
“Aku tidak menginginkan uangmu. Tolong... lepaskan aku. Aku mohon,” kataku dengan isak tangis.
Dia terdiam melihatku menangis; Aku melihat kesedihan di matanya. Aku terkejut saat dia dengan lembut menyeka air mata di pipiku.
Dia kemudian melepaskan ikatanku dan turun dari tempat tidur. Dia berjalan menjauh dariku, tanpa mengatakan apapun.
Aku segera bangun dari tempat tidur, mengancingkan bajuku sambil berlari keluar kamar, menahan kesedihan dan ketakutanku.
Selasa sore di kantor Vincent. Seperti biasa, aku duduk di sofa seperti boneka sementara bosku duduk di kursi di belakang meja kerjanya di depanku sibuk dengan pekerjaannya, tetapi kali ini aku tidak berani menatap wajahnya. Aku terus menunduk, menyembunyikan pipiku yang semerah kepiting rebus. Aku menggigit bibirku, memejamkan rapat mataku, menahan rasa maluku sambil aku bertanya pada diriku mengapa aku bisa berubah menjadi iblis nafsu dan memperkosa bosku sepanjang malam.Aku membuka mataku menatap wajah bosku saat aku mendengar tawa lembutnya. Jantungku berdetak lebih cepat dan lebih cepat saat dia bangkit dari kursinya dan berjalan mendekat dan berdiri di depanku. Dia membungkukkan tubuhnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku. “Kenapa kau terlihat sangat malu padaku? Kamu terlihat sangat berbeda malam itu,” katanya dan tersenyum menggoda menatap mataku. Aku menghindari tatapannya dengan pipiku yang terbakar. Aku merasa sangat malu dan gugup seka
Aku sekarang duduk di kursi malas mengenakan bikini merah, menatap bosku, yang sedang berenang di kolam renang di depanku. Aku tidak bisa berkedip dengan jantungku yang berpacu saat melihat tubuh berototnya yang sempurna. Aku menggigit bibirku dalam nafsu saat aku merasakan pahaku mengencang dan v*ginaku basah. Dia kemudian keluar dari kolam. Aku menelan nafsuku saat aku melihat tonjolan kemaluannya di bawah celana renang ketat hitamnya. Pria ini sangat tampan dan seksi sehingga para wanita yang melihatnya ingin bersamanya dan ingin bercinta dengannya. Aku segera mengalihkan pandanganku dan mengambil krim tabir surya di atas meja di samping kursi tempat aku duduk saat aku melihatnya tersenyum padaku. Aku berusaha menenangkan kegugupanku sambil mengoleskan krim itu ke lenganku saat dia berjalan mendekat dan duduk di sebelahku.“Biarkan aku membantumu,” katanya menatap ke mataku dan mengambil krim dari tanganku. Aku tidak bisa menolaknya karena tubuhku sangat in
Siang hari di kantor Vincent. Aku sedang duduk di sofa di ruang kerja bosku menatap bosku, yang sedang duduk di kursi di belakang meja kerjanya di hadapanku. Dia sudah sibuk bekerja sejak pagi sementara aku tidak melakukan apa-apa, hanya duduk di sini seperti boneka. Carson telah memberi tahuku bahwa Olivia akan membantu pekerjaanku, tapi justru dialah yang melakukan semua pekerjaanku. Yang aku lakukan hanyalah membuat kopi untuk bosku. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari bosku. Wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang berotot sempurna membuat hatiku meleleh. Tapi aku masih marah padanya karena sikapnya padaku. Dia seperti pangeran tampan dengan hati iblis. Sampai sekarang, aku masih tidak percaya bahwa aku bisa jatuh cinta padanya.Aku segera menghindari tatapannya saat mata kami bertemu. Dia tertawa pelan, melihat aku gugup. “Kemarilah,” katanya dengan suara lembut, membuatku melihat kembali ke matanya. Aku kemudian berdiri dari sofa sa
Aku langsung memeluk nenekku saat pria itu melepaskanku dari cengkeramannya. “Vincent Gray, aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini," kata pria itu menatap mata bosku."Mengapa kamu ada disini?” bosku bertanya, menatap mata pria itu dengan tatapan dingin. Pria itu tersenyum pada bosku, lalu dia mengalihkan pandangannya ke wajahku. “Gadis ini berutang uang pada bos kami. Kami di sini untuk menagih hutang tersebut,” katanya sambil menunjuk ke arahku. Aku menatap mata bosku dengan wajah memohon saat mata kami bertemu. Aku memohon padanya untuk membantu kami. "Apakah Anda mengenal mereka?” tanya pria itu kepada bosku.Bosku mengalihkan pandangannya dari mataku ke mata pria itu. "Gadis itu milikku." Kedua pria itu tertawa setelah mendengar apa yang dikatakan bosku. Pria dengan pisau di tangannya kemudian berkata kepada bosku, “Karena gadis ini milikmu, maka kamu pasti akan melunasi hutangnya. Benarkan Tuan Gray?” Pria
Aku sedang berada di dalam mobil sekarang dalam perjalanan menuju ke rumah nenekku. Air mata mengalir di pipiku, membaca buku harian ibuku di tanganku. Bosku, yang duduk di sebelahku di kursi belakang, menatapku dengan mata sedihnya begitu juga dengan Carson, yang duduk di sebelah pengemudi, dia juga bersedih untukku.Bosku telah memberi tahuku semua yang terjadi. Detektif yang dia sewa untuk menyelidiki pembunuh ibunya memberitahu bosku kalau pria yang membunuh ibunya bukanlah ayahku. Ibuku sedang hamil satu bulan ketika dia menikah dengan pria itu. Ibuku menyembunyikan kehamilannya dari pria itu sehingga pria itu tidak tahu kalau ibuku sedang mengandungku.Ayahku adalah teman sekolah ibuku, dan mereka telah saling mencintai sejak lama. Nama ayahku adalah Drew Scott dan nama ibuku adalah Eliza Violet.Pembunuh itu sangat mencintai ibuku sampai tergila-gila padanya. Dia membunuh ayahku, dan dia juga membunuh sahabat baik ibuku. Ibuku sangat takut dan sangat
Sekarang sudah malam. Bosku terus menemaniku duduk di kursi di sebelah tempat tidur dimana aku sedang berbaring. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutku maupun mulutnya. Kami berdua terdiam dengan air mata memenuhi mata kami. Aku terus mengatakan pada diriku untuk tabah dan menerima takdir ini. Aku telah kehilangan bayiku untuk selamanya dan tidak ada yang bisa aku lakukan. Aku harus tetap tegar meski hatiku berduka dan menangis. Bosku mengangkat kepalanya melihat ke wajahku saat aku menyeka air mata yang menetes di pipiku. “Angela…” Suara sedihnya memecah kesunyian, membuatku menatap ke matanya. “Kumohon... maafkan aku,” katanya. Aku bisa melihat kesedihan dan penyesalan yang mendalam di matanya. Aku kemudian menghindari tatapan matanya, melihat ke depanku. “Aku tidak sungguh-sungguh mengatakan itu. Saat itu aku sangat marah sehingga aku tidak bisa berpikir dengan akal sehatku. Aku tidak akan mengatakan itu jika aku tahu kamu sedang menga
Vincent mengikat kembali ikat pinggang baju tidurnya lalu dia menghela nafas sambil memejamkan matanya. Dia sangat sedih. Dia tidak pernah ingin menyakiti Bianca dan membuatnya menangis. Dia tiba-tiba membuka matanya saat kecemasan menguasai dirinya. Dia takut dan khawatir kalau Bianca akan mencoba bunuh diri lagi. Dia segera berdiri dan berjalan keluar dari kamarnya menuju ke kamar Bianca.****** Bianca menangis sambil duduk di atas tempat tidur berbicara di telepon dengan Ivy. “Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku sudah mencoba merayunya. Aku sudah melakukan segalanya, tetapi dia masih tidak menginginkanku.” Dia terdiam sejenak, mendengarkan kata-kata Ivy. “Gak mau! Aku gak mau pura-pura bunuh diri lagi. Rasanya sakit banget tau!” katanya dengan ketakutan. Kemarahan tiba-tiba memenuhi matanya, lalu dia berkata, “Gadis jalang itu! Ini semua salah dia. Aku benci banget sama dia! Aku bakal bikin dia menderita.”Mata Bianca tib
Bianca dan aku saat ini sedang duduk di sofa di bar hotel milik bosku. Kami duduk saling berhadapan.Tempat ini begitu indah dan mewah. Bar ini bergaya modern, dengan lampu bersinar keemasan menerangi seluruh ruangan. Aku bisa melihat pemandangan malam yang indah dari jendela kaca di dalam ruangan ini.Bianca terus menatapku dengan kebencian di matanya. Aku berpura-pura tidak melihatnya sambil terus melihat ke luar jendela di sebelah kiriku. Dia mengenakan gaun pendek merah sementara aku mengenakan gaun pendek hitam. Dia sangat cantik sehingga membuat semua orang yang ada di sini terpesona melihatnya.Aku menoleh melihatnya saat dia tiba-tiba berdiri dari sofa dengan senyum manis di wajahnya, melihat ke arah depannya. Aku lalu melihat ke arah yang dia lihat dan aku melihat bosku sedang berjalan ke arah kami dan berdiri di depan kami. Bosku sangat tampan dan seksi memakai setelan jas hitamnya.“Vincent, kenapa kamu terus sibuk seharian? Kamu memb
Kami semua sekarang sedang berada di dalam pesawat milik bosku dan sedang makan siang. Sejak kami berada di sini satu jam yang lalu, Bianca terus bersikap manja pada bosku. Dia meminta untuk duduk di sebelahnya. Dia terus menyentuhnya, memeluknya. Bosku tidak bisa menolaknya dan hanya bisa membiarkan dia melakukan apa pun yang dia mau kepadanya. Carson dan aku, yang duduk bersebelahan, terus menatap ke arah Bianca dengan wajah marah kami. Kami benar-benar sudah tidak tahan lagi melihat perilakunya. “Aku sangat membencinya. Aku berharap aku bisa mengubahnya menjadi kutu dan mengirimnya ke bulan sekarang,” kata Carson.Aku mengangguk dengan setuju. Carson lalu mengalihkan pandangannya, menatap ke mataku. “Saatnya untuk memberikan ular itu pelajaran,” katanya, lalu dia berbisik di telingaku. Dia mengatakan kepadaku apa yang harus aku lakukan. Kami kemudian saling menatap dengan senyum jahat di wajah kami. Aku kemudian menoleh ke arah bosku. Aku te
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments