Selasa sore di kantor Vincent.
Seperti biasa, aku duduk di sofa seperti boneka sementara bosku duduk di kursi di belakang meja kerjanya di depanku sibuk dengan pekerjaannya, tetapi kali ini aku tidak berani menatap wajahnya. Aku terus menunduk, menyembunyikan pipiku yang semerah kepiting rebus.
Aku menggigit bibirku, memejamkan rapat mataku, menahan rasa maluku sambil aku bertanya pada diriku mengapa aku bisa berubah menjadi iblis nafsu dan memperkosa bosku sepanjang malam.
Aku membuka mataku menatap wajah bosku saat aku mendengar tawa lembutnya. Jantungku berdetak lebih cepat dan lebih cepat saat dia bangkit dari kursinya dan berjalan mendekat dan berdiri di depanku. Dia membungkukkan tubuhnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku. “Kenapa kau terlihat sangat malu padaku? Kamu terlihat sangat berbeda malam itu,” katanya dan tersenyum menggoda menatap mataku.Aku menghindari tatapannya dengan pipiku yang terbakar. Aku merasa sangat malu dan gugup seka
Hallo semua. Terima kasih banyak telah membaca bukuku. Aku sangat senang. Dan terima kasih buat gem, review dan dukungannya. Itu semua sangat berarti buatku. I Love You All. :)
New York City, 2016. Aku menatap salju dari balik jendela. Air mata menetes di pipiku. Salju membawa kenanganku kembali, dan membuat hatiku menangis. Aku tidak tahu siapa orang tuaku. Mereka meninggalkanku di depan pintu sebuah panti asuhan pada malam natal dengan namaku dan tanggal lahirku, yang mereka tulis di selembar kertas. Hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku punya satu keinginan jauh di dalam hatiku. Aku berharap suatu hari nanti Aku bisa bertemu dengan mereka dan Aku ingin bertanya mengapa mereka tega melakukan itu kepadaku. “Semuanya segera berkumpul!” Aku terbangun dari lamunanku dan menghapus air mataku. Aku dan teman-teman sekerjaku segera berjalan mendekat dan berdiri menghadap manajer kami. Namanya adalah Linda Blonde. Umurnya 28 tahun. Dia memiliki tubuh seksi dengan rambut pendek bewarna pirang. Aku tidak tahu mengapa dia sangat membenciku. Dia tidak pernah lelah memarahiku sepanjang waktu. Aku bekerja sebaga
Vincent sedang duduk di sofa di dalam kamarnya sambil menyilangkan kakinya. Tangan kanannya berada di dahinya dengan matanya tertutup. Dia terus bertanya pada dirinya apa yang telah terjadi kepadanya. Kenapa dia bisa kehilangan akal sehatnya?. Dia sangat ingin menikmati tubuh Angela dan dia hampir memperkosanya. Dia menghela nafas dan membuka matanya. Dia kemudian mengambil profil di meja samping di sebelah kirinya dan membacanya. Saat matanya melihat foto Angela, jantungnya kembali berdebar kencang, seperti saat pertama kali dia melihatnya. Dia belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Dia tidak bisa menghilangkannya dari pikirannya. Hatinya terus memohon untuk bertemu dengannya lagi. Dia telah bertemu banyak wanita cantik dan tidur dengan mereka. Tapi dia tidak punya perasaan untuk mereka. Dia hanya menggunakan mereka untuk seks. “Angela Lee. Sembilan belas tahun. Tinggi 167, berat 56. Golongan darah A,” dia berkata. Dia lalu t
Aku mengambil tasku dan berjalan menuju ke pintu keluar dari apartemenku. Aku menghentikan langkahku saat ponselku berbunyi. Aku mengeluarkannya dari tasku dan memeriksanya.Salah satu rekan kerjaku meneleponku.“Ya, Ami. Ada apa?” Aku menjawab panggilan itu.“Angela, Linda memberi tahu kami kalau kamu telah berhenti bekerja. Apakah itu benar?” dia bertanya dengan rasa ingin tahu.“Hm, aku ingin mencari pekerjaan baru,” jawabku.Dia menghela nafas. “Aku pikir itu yang terbaik untukmu. Linda akan terus menyiksamu jika kamu masih bekerja di sini,” katanya dengan nada sedih.Dia terdiam sejenak lalu berkata, “Oh, ya, Aku tahu sebuah perusahaan besar yang sedang mencari seorang resepsionis. Kamu bisa melamar kerja di sana jika kamu mau.”Aku tersenyum senang dan sangat antusias. Pikiranku tiba-tiba mengingatkanku pada sesuatu. “Tapi, Ami. Aku tidak kuliah. Apakah me
Aku menghela napas dengan punggungku bersandar ke kursi bus. Aku sekarang dalam perjalanan menuju tempatku bekerja. Aku tidak bisa tidur tadi malam. Ketakutan dan kecemasan memenuhi pikiranku. Ketika Aku melihat bosku tersenyum kepadaku, saat itu juga Aku menyadari kalau Aku telah jatuh ke dalam perangkapnya. Semua ini adalah rencananya untuk membuatku bekerja untuknya. Aku tidak pernah ingin melihatnya lagi, tapi sekarang aku tidak bisa lari darinya. Aku telah menandatangani kontrak itu yang membuatku tidak bisa berhenti dari pekerjaanku. Aku terjebak dalam cengkeramannya selama setahun.Aku sudah menelepon Ami berkali-kali tetapi ponselnya tidak aktif sejak kemarin. Dia tidak mau menjawab panggilanku dan sengaja bersembunyi dariku. Aku terbangun dari lamunanku dan segera berdiri dari kursi berjalan keluar dari bus ketika bus telah berhenti di halte bus. Aku lalu memaksa kakiku untuk berjalan menuju ke tempat kerjaku.******“A
Aku berjalan keluar dari ruang kerja bosku, bernapas dengan ketakutan. Pikiranku kosong, aku merasa seperti berada dalam mimpi terburukku dan aku tidak bisa bangun dari mimpiku. “Angela? Apa yang kamu lakukan di sini?” Aku terkejut saat mendengar suara itu. Aku melihat Amanda sedang berdiri dengan Olivia dan seorang pria paruh baya mengenakan setelan hitam. Pria itu berambut pendek bewarna hitam dan berkacamata. Dia terlihat rapi, dan ramah.Eva telah memberi tahuku bahwa Amanda bekerja di sini sebagai asisten manajer. Dia membantu Olivia dalam melakukan pekerjaannya. Aku lalu berjalan ke depan dan berdiri menghadap mereka sambil mencoba menyembunyikan apa yangku rasakan. Olivia tersenyum melihat wajah pucatku. “Angela sekarang sudah menjadi sekretaris bos kita,” dia menjawab pertanyaan Amanda. Amanda terkejut, dia hampir menjatuhkan rahangnya. “Apa! Tapi... Bagaimana mungkin? Bos kita sudah memiliki Pak Carson sebagai sekretarisnya.”Ol
Bosku membawa Aku ke rumahnya. Tempat ini sangat megah, seperti istana. Aku belum pernah berada di tempat seindah ini sebelumnya. Aku berdiri dalam diam, ketakutan, menghadap meja makan mewah di depanku. Jantungku terus berdebar, memikirkan apa yang akan dilakukan bosku padaku. Dia mengunciku di ruangan ini bersama dengan seorang pelayan wanita yang berdiri tidak jauh dariku. Mata pelayan itu terus mengawasiku.Aku terkejut ketika pintu ruangan ini terbuka dan aku melihat bosku berjalan masuk. Dia tersenyum padaku lalu duduk di kursi makan. “Kamu bisa pergi sekarang,” katanya kepada pelayan itu. “Ya, Tuan,” jawab pelayan itu dengan membungkuk sopan dan kemudian dia berjalan meninggalkan ruangan. Bosku lalu memotong steak yang ada di piring di depannya. Dia kemudian mengalihkan pandangannya ke mataku. “Berapa lama kamu ingin berdiri di sana? Duduk dan makan,” katanya. “Tidak! Aku tidak ingin duduk dan Aku tidak ingin makan. Aku ingin
Seorang wanita mengenakan gaun pendek ketat hitam sedang duduk di sofa di salah satu ruangan di rumah Vincent. Wajahnya cantik dan tubuhnya sangat seksi. Pintu ruangan itu terbuka. Wanita itu tersenyum genit pada Vincent saat dia berjalan masuk dan kemudian duduk di sofa di seberangnya. “Carolina, mengapa kamu ingin bertemu denganku?” Vincent bertanya menatap ke matanya.“Aku ingin mengubah kesepakatan kita. Aku ingin kamu membayar dua kali lipat dari harga itu,” dia menggigit bibirnya dengan genit, "Dan... aku ingin kamu meniduriku sekarang."Vincent memberinya senyum lembut. “Bagaimana jika aku tidak mau melakukan itu?"katanya dengan nada menggoda.Wanita itu berdiri dari sofa dan berjalan mendekat dan berdiri di depannya. Dia membuka ritsleting gaunnya perlahan dan membiarkannya jatuh ke lantai. Tubuh telanjangnya terlihat begitu cantik dengan kulit putih mulusnya. Mata genitnya terus menggoda mata Vincent sementara jari-jari
Angela’s POVDua orang pelayan wanita membawaku dengan paksa ke dalam kamar bosku. Mereka memandikanku dan memakaikanku baju tidur bewarna merah. Mereka lalu pergi meninggalkanku dan mengunciku di sini.Baju tidur yang Aku pakai sangat pendek, transparan, dan terbuka. Mereka bahkan tidak mengizinkanku memakai celana dalam dan bra. Aku menyeka air mataku sambil duduk di tepi tempat tidur. Jantungku berdetak cepat. Ketakutan dan ketidakberdayaan mencengkeramku dengan sangat erat. Aku merasa seperti anak domba yang sedang menunggu untuk disembelih.Aku terus bertanya pada diriku mengapa bosku melakukan semua ini kepadaku. Apakah dia marah karena saat itu aku tidak memberikan apa yang dia inginkan? Aku terbangun dari lamunanku dan segera berdiri dari ranjang ketika seseorang membuka pintu ruangan ini. Aku melihat bosku berjalan masuk. Ketika dia melihatku, dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dariku. Matanya berbinar penuh nafsu menatap tubuhku.
Selasa sore di kantor Vincent. Seperti biasa, aku duduk di sofa seperti boneka sementara bosku duduk di kursi di belakang meja kerjanya di depanku sibuk dengan pekerjaannya, tetapi kali ini aku tidak berani menatap wajahnya. Aku terus menunduk, menyembunyikan pipiku yang semerah kepiting rebus. Aku menggigit bibirku, memejamkan rapat mataku, menahan rasa maluku sambil aku bertanya pada diriku mengapa aku bisa berubah menjadi iblis nafsu dan memperkosa bosku sepanjang malam.Aku membuka mataku menatap wajah bosku saat aku mendengar tawa lembutnya. Jantungku berdetak lebih cepat dan lebih cepat saat dia bangkit dari kursinya dan berjalan mendekat dan berdiri di depanku. Dia membungkukkan tubuhnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku. “Kenapa kau terlihat sangat malu padaku? Kamu terlihat sangat berbeda malam itu,” katanya dan tersenyum menggoda menatap mataku. Aku menghindari tatapannya dengan pipiku yang terbakar. Aku merasa sangat malu dan gugup seka
Aku sekarang duduk di kursi malas mengenakan bikini merah, menatap bosku, yang sedang berenang di kolam renang di depanku. Aku tidak bisa berkedip dengan jantungku yang berpacu saat melihat tubuh berototnya yang sempurna. Aku menggigit bibirku dalam nafsu saat aku merasakan pahaku mengencang dan v*ginaku basah. Dia kemudian keluar dari kolam. Aku menelan nafsuku saat aku melihat tonjolan kemaluannya di bawah celana renang ketat hitamnya. Pria ini sangat tampan dan seksi sehingga para wanita yang melihatnya ingin bersamanya dan ingin bercinta dengannya. Aku segera mengalihkan pandanganku dan mengambil krim tabir surya di atas meja di samping kursi tempat aku duduk saat aku melihatnya tersenyum padaku. Aku berusaha menenangkan kegugupanku sambil mengoleskan krim itu ke lenganku saat dia berjalan mendekat dan duduk di sebelahku.“Biarkan aku membantumu,” katanya menatap ke mataku dan mengambil krim dari tanganku. Aku tidak bisa menolaknya karena tubuhku sangat in
Siang hari di kantor Vincent. Aku sedang duduk di sofa di ruang kerja bosku menatap bosku, yang sedang duduk di kursi di belakang meja kerjanya di hadapanku. Dia sudah sibuk bekerja sejak pagi sementara aku tidak melakukan apa-apa, hanya duduk di sini seperti boneka. Carson telah memberi tahuku bahwa Olivia akan membantu pekerjaanku, tapi justru dialah yang melakukan semua pekerjaanku. Yang aku lakukan hanyalah membuat kopi untuk bosku. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari bosku. Wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang berotot sempurna membuat hatiku meleleh. Tapi aku masih marah padanya karena sikapnya padaku. Dia seperti pangeran tampan dengan hati iblis. Sampai sekarang, aku masih tidak percaya bahwa aku bisa jatuh cinta padanya.Aku segera menghindari tatapannya saat mata kami bertemu. Dia tertawa pelan, melihat aku gugup. “Kemarilah,” katanya dengan suara lembut, membuatku melihat kembali ke matanya. Aku kemudian berdiri dari sofa sa
Aku langsung memeluk nenekku saat pria itu melepaskanku dari cengkeramannya. “Vincent Gray, aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini," kata pria itu menatap mata bosku."Mengapa kamu ada disini?” bosku bertanya, menatap mata pria itu dengan tatapan dingin. Pria itu tersenyum pada bosku, lalu dia mengalihkan pandangannya ke wajahku. “Gadis ini berutang uang pada bos kami. Kami di sini untuk menagih hutang tersebut,” katanya sambil menunjuk ke arahku. Aku menatap mata bosku dengan wajah memohon saat mata kami bertemu. Aku memohon padanya untuk membantu kami. "Apakah Anda mengenal mereka?” tanya pria itu kepada bosku.Bosku mengalihkan pandangannya dari mataku ke mata pria itu. "Gadis itu milikku." Kedua pria itu tertawa setelah mendengar apa yang dikatakan bosku. Pria dengan pisau di tangannya kemudian berkata kepada bosku, “Karena gadis ini milikmu, maka kamu pasti akan melunasi hutangnya. Benarkan Tuan Gray?” Pria
Aku sedang berada di dalam mobil sekarang dalam perjalanan menuju ke rumah nenekku. Air mata mengalir di pipiku, membaca buku harian ibuku di tanganku. Bosku, yang duduk di sebelahku di kursi belakang, menatapku dengan mata sedihnya begitu juga dengan Carson, yang duduk di sebelah pengemudi, dia juga bersedih untukku.Bosku telah memberi tahuku semua yang terjadi. Detektif yang dia sewa untuk menyelidiki pembunuh ibunya memberitahu bosku kalau pria yang membunuh ibunya bukanlah ayahku. Ibuku sedang hamil satu bulan ketika dia menikah dengan pria itu. Ibuku menyembunyikan kehamilannya dari pria itu sehingga pria itu tidak tahu kalau ibuku sedang mengandungku.Ayahku adalah teman sekolah ibuku, dan mereka telah saling mencintai sejak lama. Nama ayahku adalah Drew Scott dan nama ibuku adalah Eliza Violet.Pembunuh itu sangat mencintai ibuku sampai tergila-gila padanya. Dia membunuh ayahku, dan dia juga membunuh sahabat baik ibuku. Ibuku sangat takut dan sangat
Sekarang sudah malam. Bosku terus menemaniku duduk di kursi di sebelah tempat tidur dimana aku sedang berbaring. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutku maupun mulutnya. Kami berdua terdiam dengan air mata memenuhi mata kami. Aku terus mengatakan pada diriku untuk tabah dan menerima takdir ini. Aku telah kehilangan bayiku untuk selamanya dan tidak ada yang bisa aku lakukan. Aku harus tetap tegar meski hatiku berduka dan menangis. Bosku mengangkat kepalanya melihat ke wajahku saat aku menyeka air mata yang menetes di pipiku. “Angela…” Suara sedihnya memecah kesunyian, membuatku menatap ke matanya. “Kumohon... maafkan aku,” katanya. Aku bisa melihat kesedihan dan penyesalan yang mendalam di matanya. Aku kemudian menghindari tatapan matanya, melihat ke depanku. “Aku tidak sungguh-sungguh mengatakan itu. Saat itu aku sangat marah sehingga aku tidak bisa berpikir dengan akal sehatku. Aku tidak akan mengatakan itu jika aku tahu kamu sedang menga
Vincent mengikat kembali ikat pinggang baju tidurnya lalu dia menghela nafas sambil memejamkan matanya. Dia sangat sedih. Dia tidak pernah ingin menyakiti Bianca dan membuatnya menangis. Dia tiba-tiba membuka matanya saat kecemasan menguasai dirinya. Dia takut dan khawatir kalau Bianca akan mencoba bunuh diri lagi. Dia segera berdiri dan berjalan keluar dari kamarnya menuju ke kamar Bianca.****** Bianca menangis sambil duduk di atas tempat tidur berbicara di telepon dengan Ivy. “Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku sudah mencoba merayunya. Aku sudah melakukan segalanya, tetapi dia masih tidak menginginkanku.” Dia terdiam sejenak, mendengarkan kata-kata Ivy. “Gak mau! Aku gak mau pura-pura bunuh diri lagi. Rasanya sakit banget tau!” katanya dengan ketakutan. Kemarahan tiba-tiba memenuhi matanya, lalu dia berkata, “Gadis jalang itu! Ini semua salah dia. Aku benci banget sama dia! Aku bakal bikin dia menderita.”Mata Bianca tib
Bianca dan aku saat ini sedang duduk di sofa di bar hotel milik bosku. Kami duduk saling berhadapan.Tempat ini begitu indah dan mewah. Bar ini bergaya modern, dengan lampu bersinar keemasan menerangi seluruh ruangan. Aku bisa melihat pemandangan malam yang indah dari jendela kaca di dalam ruangan ini.Bianca terus menatapku dengan kebencian di matanya. Aku berpura-pura tidak melihatnya sambil terus melihat ke luar jendela di sebelah kiriku. Dia mengenakan gaun pendek merah sementara aku mengenakan gaun pendek hitam. Dia sangat cantik sehingga membuat semua orang yang ada di sini terpesona melihatnya.Aku menoleh melihatnya saat dia tiba-tiba berdiri dari sofa dengan senyum manis di wajahnya, melihat ke arah depannya. Aku lalu melihat ke arah yang dia lihat dan aku melihat bosku sedang berjalan ke arah kami dan berdiri di depan kami. Bosku sangat tampan dan seksi memakai setelan jas hitamnya.“Vincent, kenapa kamu terus sibuk seharian? Kamu memb
Kami semua sekarang sedang berada di dalam pesawat milik bosku dan sedang makan siang. Sejak kami berada di sini satu jam yang lalu, Bianca terus bersikap manja pada bosku. Dia meminta untuk duduk di sebelahnya. Dia terus menyentuhnya, memeluknya. Bosku tidak bisa menolaknya dan hanya bisa membiarkan dia melakukan apa pun yang dia mau kepadanya. Carson dan aku, yang duduk bersebelahan, terus menatap ke arah Bianca dengan wajah marah kami. Kami benar-benar sudah tidak tahan lagi melihat perilakunya. “Aku sangat membencinya. Aku berharap aku bisa mengubahnya menjadi kutu dan mengirimnya ke bulan sekarang,” kata Carson.Aku mengangguk dengan setuju. Carson lalu mengalihkan pandangannya, menatap ke mataku. “Saatnya untuk memberikan ular itu pelajaran,” katanya, lalu dia berbisik di telingaku. Dia mengatakan kepadaku apa yang harus aku lakukan. Kami kemudian saling menatap dengan senyum jahat di wajah kami. Aku kemudian menoleh ke arah bosku. Aku te