“Ya, Ami. Ada apa?” Aku menjawab panggilan itu.
“Angela, Linda memberi tahu kami kalau kamu telah berhenti bekerja. Apakah itu benar?” dia bertanya dengan rasa ingin tahu.
“Hm, aku ingin mencari pekerjaan baru,” jawabku.
Dia menghela nafas. “Aku pikir itu yang terbaik untukmu. Linda akan terus menyiksamu jika kamu masih bekerja di sini,” katanya dengan nada sedih.Dia terdiam sejenak lalu berkata, “Oh, ya, Aku tahu sebuah perusahaan besar yang sedang mencari seorang resepsionis. Kamu bisa melamar kerja di sana jika kamu mau.”
Aku tersenyum senang dan sangat antusias. Pikiranku tiba-tiba mengingatkanku pada sesuatu. “Tapi, Ami. Aku tidak kuliah. Apakah mereka akan menerimaku untuk bekerja di sana?” aku bertanya dengan khawatir.
“Jangan khawatir. Mereka hanya butuh penampilan yang bagus. Kamu sangat cantik, aku yakin mereka pasti akan menerimamu bekerja untuk mereka,” jawabnya.
Aku tersenyum lega setelah mendengar apa yang dia katakan.
“Aku akan mengirimkan alamatnya sekarang,” katanya.
“Terima kasih, Ami,” jawabku.Tidak perlu menunggu lama, dia mengirimiku pesan. Aku membacanya sambil tersenyum. Aku lalu memasukkan ponselku ke dalam tasku dan segera meninggalkan kamar apartemenku untuk pergi ke tempat itu.
******Aku berdiri diam tanpa berkedip, menatap gedung di depanku. Gedung pencakar langit ini begitu megah sehingga membuatku ragu dan takut untuk masuk ke dalamnya.Aku menarik napas dalam-dalam sambil mengumpulkan keberanianku. Aku lalu memaksa kakiku untuk melangkah dan berjalan ke dalam gedung.
Aku takjub melihat bagian dalam gedung ini; Ini sangat mewah dan indah. Aku lalu berjalan dengan gugup dan berdiri di depan meja resepsionis.Seorang gadis cantik dengan rambut pendek bewarna hitam berdiri dari kursi dan tersenyum ramah kepadaku. “Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?” dia bertanya dengan sopan.
“Selamat siang. Aku ingin bertanya apakah perusahaan ini sedang mencari seorang resepsionis,” jawabku.
“Apakah Ami yang mengirimmu ke sini?” dia bertanya.
“Bagaimana kamu tahu itu?” Aku bertanya balik, penasaran.
Dia menjawab pertanyaanku hanya dengan senyuman.“Ikuti saya. Saya akan membawa Anda ke manajer kami,” katanya sebelum dia mengambil langkah. Aku lalu mengikutinya dari belakang.
Dia membawaku ke sebuah ruangan yang berada di lantai ini dan sekarang kami sedang berdiri menghadap seorang wanita paruh baya dengan rambut pendek bewarna pirang yang sedang duduk di kursi di belakang meja kerjanya dengan matanya tertuju ke mataku. Dia terlihat ramah dan anggun.
“Bu, dia gadis yang dikirim Ami ke sini."“Oke, kamu bisa pergi sekarang."
Gadis itu membungkuk dengan sopan dan berjalan pergi meninggalkan ruangan.
Wanita itu tersenyum padaku. “Silakan duduk,” katanya sambil menunjuk ke kursi di depan mejanya.
“Terima kasih Bu,” jawabku lalu duduk di kursi.
“Ami telah memberitahuku tentangmu. Kamu ingin melamar kerja di sini sebagai resepsionis, benar?” dia bertanya menatap ke mataku.“Ya, Bu,” jawabku sopan.
“Jika kamu ingin bekerja di sini, maka kamu harus menandatangani persyaratan kami. Pada tahun pertama, kamu tidak dapat berhenti dari pekerjaan kamu dengan alasan apa pun kecuali kamu meninggal. Dan kami berhak untuk mengubah posisi kamu kapan saja,” katanya dengan wajah serius.
Aku sangat senang mendengar apa yang dia katakan. Aku bisa bekerja di sini selama setahun tanpa khawatir dipecat. “Ya, Bu, Aku akan menandatangani persyaratannya,” jawabku dengan senyum ceria.Dia tersenyum padaku dan mengambil kertas perjanjian dari laci mejanya. “Silakan, tanda tangani ini,” katanya sambil menyerahkan kertas itu kepadaku.
Aku mengambil itu dari tangannya dan membacanya.
Aku hampir tidak bisa mempercayai mataku ketika Aku melihat gaji yang akan mereka bayarkan kepadaku. $ 40.000 selama setahun. Aku segera menandatangani itu tanpa berpikir dan menyerahkan kertas itu kepadanya.
Dia mengambil itu dari tanganku. Aku segera berdiri saat dia bangkit dari kursinya. “Selamat bergabung di perusahaan kami. Saya Olivia Grace, manajer Anda,” katanya sambil mengulurkan tangannya.Aku menjabat tangannya. “Terima kasih banyak, Bu. Aku akan melakukan yang terbaik dan bekerja keras, ”kataku, tersenyum ceria.
Dia tersenyum balik kepadaku dengan senyum ramahnya.
Aku sangat senang, aku bisa mendengar jantungku berdebar kencang. Aku hampir tidak percaya apa yang telah terjadi. Aku merasa seperti sedang bermimpi indah sekarang.******Aku berjalan menuju pintu keluar gedung ini sambil tersenyum. Senyum di wajahku menghilang ketika aku melihat Amanda Lee sedang berjalan dengan dua gadis ke arahku. Dia menatap dengan penuh penasaran saat dia melihatku. Aku tidak tahu kalau dia bekerja di tempat ini.“Apa yang kamu lakukan di sini?” dia bertanya menatap ke mataku saat dia dan gadis-gadis itu berdiri dihadapanku.“Aku datang ke sini untuk melamar pekerjaan dan mereka menerimaku untuk bekerja di sini sebagai resepsionis,” jawabku.
Dia terkejut dengan matanya yang terbuka lebar. “Apa! Bagaimana mereka bisa memberikan pekerjaan itu kepadamu? Kamu tidak kuliah. Mereka seharusnya mempekerjakanmu sebagai pembersih, bukan resepsionis,”katanya, lalu mencibir padaku.Gadis-gadis itu tersenyum mengejek padaku setelah mendengar apa yang dia katakan.
“Amanda, siapa dia?” tanya gadis yang berdiri di sebelah kirinya.
“Dia yatim piatu. Ayahku mengadopsinya, ”jawabnya sambil menatapku dengan jijik. Gadis-gadis itu juga menatapku dengan tatapan yang sama.“Ayo pergi, aku lapar. Aku akan mentraktir kalian makan siang,” kata Amanda kepada gadis-gadis itu sambil tersenyum palsu.
Gadis-gadis itu tampak senang. “Terima kasih, Amanda! Kamu adalah sahabat terbaik yang pernah kumiliki,” kata gadis yang berdiri di sebelah kanannya sambil memeluk lengannya.
Mereka semua saling tersenyum satu sama lain dan berjalan menjauh dariku. Aku lalu berjalan keluar dari gedung ini sambil menahan kesedihan dan air mataku.
Amanda selalu memperlakukanku seperti ini sejak kami di sekolah. Dia memberi tahu semua orang tentang Aku. Dia bilang ibuku adalah seorang pelacur yang tidak menginginkanku sebagai anaknya. Itulah mengapa dia meninggalkanku di panti asuhan.Di mata semua orang, Amanda adalah gadis cantik dengan hati yang baik. Hanya aku yang tahu siapa dia yang sebenarnya. Dia adalah malaikat dengan hati iblis.
******Aku bangun pagi-pagi sekali; Aku tidak ingin terlambat di hari pertamaku bekerja. Apartemenku cukup jauh dari kantor, jadi butuh waktu untuk sampai ke sana.Aku sekarang sedang duduk di ruang kerjaku dengan Eva Miller duduk di sebelah kananku. Dia adalah gadis yang bertemu denganku kemarin.
Aku melihat sambil menyentuh seragam resepsionis yang Aku kenakan dengan tersenyum. Seragam ini terlihat cantik, tapi roknya terlalu pendek untukku.
Aku mengalihkan pandanganku ke Eva. Dia sedang sibuk mengoleskan perona pipi di pipinya dan lipstik merah di bibirnya. Kami saling tersenyum saat mata kami bertemu.
Dia tiba-tiba memasukkan perona pipi dan lipstik itu ke dalam tasnya dengan tergesa-gesa dan segera berdiri tegak dengan sopan. Matanya menatap lurus ke pintu masuk utama. Aku segera berdiri dan melakukan apa yang dia lakukan.Jantungku tiba-tiba berdegup kencang saat Aku melihat seorang pria berjas hitam berjalan masuk dengan beberapa pria yang berada di sebelah kanan, kiri, dan belakangnya.
Ketakutan mencengkramku dengan sangat erat saat pria itu tersenyum menatap ke mataku. Aku berusaha menenangkan detak jantungku yang cepat saat mereka semua telah masuk ke dalam lift.
“Apakah kamu melihat itu! Bos kita tersenyum padaku. Dia tidak pernah melakukan itu sebelumnya. Ya Tuhan! Jantungku rasanya hampir akan meledak!” kata Eva dengan pipinya yang merona sambil memegang lenganku.“Pria itu... apakah dia bos kita?” aku bertanya dengan cemas.“Ya! dia adalah bos kita. Namanya Vincent Gray. Dia sangat tampan dan seksi, kan?” dia menjawab dengan mata berbinar.
Aku mencoba tersenyum kepadanya dengan wajah pucatku. Aku lalu duduk di kursiku sambil berusaha menyembunyikan rasa takutku dari dia. Aku merasakan seluruh tubuhku dingin dan gemetar. Aku terus bertanya pada diriku bagaimana dia bisa menjadi bosku.Aku pikir Aku akan senang bekerja di sini, tetapi ternyata Aku salah. Aku bisa merasakan penderitaan sedang menungguku. Mimpi burukku baru saja akan dimulai.Aku menghela napas dengan punggungku bersandar ke kursi bus. Aku sekarang dalam perjalanan menuju tempatku bekerja. Aku tidak bisa tidur tadi malam. Ketakutan dan kecemasan memenuhi pikiranku. Ketika Aku melihat bosku tersenyum kepadaku, saat itu juga Aku menyadari kalau Aku telah jatuh ke dalam perangkapnya. Semua ini adalah rencananya untuk membuatku bekerja untuknya. Aku tidak pernah ingin melihatnya lagi, tapi sekarang aku tidak bisa lari darinya. Aku telah menandatangani kontrak itu yang membuatku tidak bisa berhenti dari pekerjaanku. Aku terjebak dalam cengkeramannya selama setahun.Aku sudah menelepon Ami berkali-kali tetapi ponselnya tidak aktif sejak kemarin. Dia tidak mau menjawab panggilanku dan sengaja bersembunyi dariku. Aku terbangun dari lamunanku dan segera berdiri dari kursi berjalan keluar dari bus ketika bus telah berhenti di halte bus. Aku lalu memaksa kakiku untuk berjalan menuju ke tempat kerjaku.******“A
Aku berjalan keluar dari ruang kerja bosku, bernapas dengan ketakutan. Pikiranku kosong, aku merasa seperti berada dalam mimpi terburukku dan aku tidak bisa bangun dari mimpiku. “Angela? Apa yang kamu lakukan di sini?” Aku terkejut saat mendengar suara itu. Aku melihat Amanda sedang berdiri dengan Olivia dan seorang pria paruh baya mengenakan setelan hitam. Pria itu berambut pendek bewarna hitam dan berkacamata. Dia terlihat rapi, dan ramah.Eva telah memberi tahuku bahwa Amanda bekerja di sini sebagai asisten manajer. Dia membantu Olivia dalam melakukan pekerjaannya. Aku lalu berjalan ke depan dan berdiri menghadap mereka sambil mencoba menyembunyikan apa yangku rasakan. Olivia tersenyum melihat wajah pucatku. “Angela sekarang sudah menjadi sekretaris bos kita,” dia menjawab pertanyaan Amanda. Amanda terkejut, dia hampir menjatuhkan rahangnya. “Apa! Tapi... Bagaimana mungkin? Bos kita sudah memiliki Pak Carson sebagai sekretarisnya.”Ol
Bosku membawa Aku ke rumahnya. Tempat ini sangat megah, seperti istana. Aku belum pernah berada di tempat seindah ini sebelumnya. Aku berdiri dalam diam, ketakutan, menghadap meja makan mewah di depanku. Jantungku terus berdebar, memikirkan apa yang akan dilakukan bosku padaku. Dia mengunciku di ruangan ini bersama dengan seorang pelayan wanita yang berdiri tidak jauh dariku. Mata pelayan itu terus mengawasiku.Aku terkejut ketika pintu ruangan ini terbuka dan aku melihat bosku berjalan masuk. Dia tersenyum padaku lalu duduk di kursi makan. “Kamu bisa pergi sekarang,” katanya kepada pelayan itu. “Ya, Tuan,” jawab pelayan itu dengan membungkuk sopan dan kemudian dia berjalan meninggalkan ruangan. Bosku lalu memotong steak yang ada di piring di depannya. Dia kemudian mengalihkan pandangannya ke mataku. “Berapa lama kamu ingin berdiri di sana? Duduk dan makan,” katanya. “Tidak! Aku tidak ingin duduk dan Aku tidak ingin makan. Aku ingin
Seorang wanita mengenakan gaun pendek ketat hitam sedang duduk di sofa di salah satu ruangan di rumah Vincent. Wajahnya cantik dan tubuhnya sangat seksi. Pintu ruangan itu terbuka. Wanita itu tersenyum genit pada Vincent saat dia berjalan masuk dan kemudian duduk di sofa di seberangnya. “Carolina, mengapa kamu ingin bertemu denganku?” Vincent bertanya menatap ke matanya.“Aku ingin mengubah kesepakatan kita. Aku ingin kamu membayar dua kali lipat dari harga itu,” dia menggigit bibirnya dengan genit, "Dan... aku ingin kamu meniduriku sekarang."Vincent memberinya senyum lembut. “Bagaimana jika aku tidak mau melakukan itu?"katanya dengan nada menggoda.Wanita itu berdiri dari sofa dan berjalan mendekat dan berdiri di depannya. Dia membuka ritsleting gaunnya perlahan dan membiarkannya jatuh ke lantai. Tubuh telanjangnya terlihat begitu cantik dengan kulit putih mulusnya. Mata genitnya terus menggoda mata Vincent sementara jari-jari
Angela’s POVDua orang pelayan wanita membawaku dengan paksa ke dalam kamar bosku. Mereka memandikanku dan memakaikanku baju tidur bewarna merah. Mereka lalu pergi meninggalkanku dan mengunciku di sini.Baju tidur yang Aku pakai sangat pendek, transparan, dan terbuka. Mereka bahkan tidak mengizinkanku memakai celana dalam dan bra. Aku menyeka air mataku sambil duduk di tepi tempat tidur. Jantungku berdetak cepat. Ketakutan dan ketidakberdayaan mencengkeramku dengan sangat erat. Aku merasa seperti anak domba yang sedang menunggu untuk disembelih.Aku terus bertanya pada diriku mengapa bosku melakukan semua ini kepadaku. Apakah dia marah karena saat itu aku tidak memberikan apa yang dia inginkan? Aku terbangun dari lamunanku dan segera berdiri dari ranjang ketika seseorang membuka pintu ruangan ini. Aku melihat bosku berjalan masuk. Ketika dia melihatku, dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dariku. Matanya berbinar penuh nafsu menatap tubuhku.
Angela’s POVAku baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan handuk putih menutupi tubuhku. Aku melihat bosku sedang duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya. Dia memakai baju tidur bewarna hitam. Dia tersenyum kepadaku saat mata kami bertemu.“Pak, tolong kembalikan bajuku. Aku mau pergi sekarang,” kataku.“Siapa bilang kamu boleh pergi dari sini,” jawabnya, matanya yang mendominasi mencengkeram mataku. Aku terkejut mendengar apa yang dia katakan. “Kau yang bilang itu kepadaku. Aku telah memberikan apa yang kamu inginkan,” jawabku sambil menahan amarahku. “Nona Lee, Aku tidak pernah bilang kepadamu bahwa Aku akan membiarkan kamu pergi. Aku hanya bilang Aku akan melepaskanmu jika kamu memuaskanku, dan Aku tidak puas dengan pelayananmu,” katanya sambil tersenyum menggoda.Aku mengepalkan telapak tanganku dengan erat. “Vincent Gray! Aku benci kamu! Kamu benar-benar bajingan! ” Kataku sambil berjalan ke arahnya.
Bosku membawa Aku ke sebuah rumah yang sangat indah dan megah. Teman ayah bosku sedang merayakan pesta ulang tahunnya. Aku mengenakan gaun pendek tanpa lengan berwarna hitam. Gaun ini sangat cantik, aku sangat menyukainya. Pak Carson telah memberitahuku kalau ayah bosku telah meninggal 3 tahun yang lalu dalam kecelakaan pesawat. Ketika Aku bertanya tentang ibu bosku, dia tidak mengatakan apa-apa dan hanya mencoba tersenyum kepadaku. Aku bisa melihat di matanya yang sedih kalau dia sedang menyembunyikan sesuatu dariku.Semua orang di ruangan ini menatap dengan takjub pada bosku, yang berjalan di sampingku dengan setelan hitamnya. Semua gadis tidak bisa mengalihkan pandangan darinya, terpesona oleh pesonanya. Mata mereka bersinar dengan gairah mengamati bosku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Bosku tidak memperdulikan mereka semua dan terus berjalan bersamaku.Aku menunduk untuk menutupi wajahku. Aku merasa tidak pantas bersanding dengan bosku. Aku
Sudah hampir dua minggu sejak ulang tahun Pak Martin. Selama waktu itu, bosku terus membuat Aku gila dengan perilakunya. Dia tidak pernah bosan menggodaku. Dia mencium dan menyentuhku kapanpun dia mau. Dia membuatku selalu berada di dekatnya, menempel padanya seperti lem. Aku menarik napas dalam-dalam saat aku berdiri di depan pintu ruang kerja bosku dengan secangkir kopi di tanganku. Aku kemudian membuka pintu itu dan berjalan masuk.Bosku sedang duduk di kursi di belakang meja kerjanya. Seperti biasa, dia sedang sibuk bekerja dengan laptopnya. Aku kemudian meletakkan kopi di tanganku ke atas mejanya dalam diam dan segera mengambil dua langkah mundur.Aku melakukan itu agar dia tidak bisa meraih lenganku dan membuatku duduk di pangkuannya seperti yang selalu dia lakukan kepadaku. Dia tertawa pelan, lalu mengalihkan pandangannya dari laptop ke wajahku. “Kemarilah,” katanya sambil mengulurkan tangannya ke arahku.Aku menatapnya dengan puppy fa
Selasa sore di kantor Vincent. Seperti biasa, aku duduk di sofa seperti boneka sementara bosku duduk di kursi di belakang meja kerjanya di depanku sibuk dengan pekerjaannya, tetapi kali ini aku tidak berani menatap wajahnya. Aku terus menunduk, menyembunyikan pipiku yang semerah kepiting rebus. Aku menggigit bibirku, memejamkan rapat mataku, menahan rasa maluku sambil aku bertanya pada diriku mengapa aku bisa berubah menjadi iblis nafsu dan memperkosa bosku sepanjang malam.Aku membuka mataku menatap wajah bosku saat aku mendengar tawa lembutnya. Jantungku berdetak lebih cepat dan lebih cepat saat dia bangkit dari kursinya dan berjalan mendekat dan berdiri di depanku. Dia membungkukkan tubuhnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku. “Kenapa kau terlihat sangat malu padaku? Kamu terlihat sangat berbeda malam itu,” katanya dan tersenyum menggoda menatap mataku. Aku menghindari tatapannya dengan pipiku yang terbakar. Aku merasa sangat malu dan gugup seka
Aku sekarang duduk di kursi malas mengenakan bikini merah, menatap bosku, yang sedang berenang di kolam renang di depanku. Aku tidak bisa berkedip dengan jantungku yang berpacu saat melihat tubuh berototnya yang sempurna. Aku menggigit bibirku dalam nafsu saat aku merasakan pahaku mengencang dan v*ginaku basah. Dia kemudian keluar dari kolam. Aku menelan nafsuku saat aku melihat tonjolan kemaluannya di bawah celana renang ketat hitamnya. Pria ini sangat tampan dan seksi sehingga para wanita yang melihatnya ingin bersamanya dan ingin bercinta dengannya. Aku segera mengalihkan pandanganku dan mengambil krim tabir surya di atas meja di samping kursi tempat aku duduk saat aku melihatnya tersenyum padaku. Aku berusaha menenangkan kegugupanku sambil mengoleskan krim itu ke lenganku saat dia berjalan mendekat dan duduk di sebelahku.“Biarkan aku membantumu,” katanya menatap ke mataku dan mengambil krim dari tanganku. Aku tidak bisa menolaknya karena tubuhku sangat in
Siang hari di kantor Vincent. Aku sedang duduk di sofa di ruang kerja bosku menatap bosku, yang sedang duduk di kursi di belakang meja kerjanya di hadapanku. Dia sudah sibuk bekerja sejak pagi sementara aku tidak melakukan apa-apa, hanya duduk di sini seperti boneka. Carson telah memberi tahuku bahwa Olivia akan membantu pekerjaanku, tapi justru dialah yang melakukan semua pekerjaanku. Yang aku lakukan hanyalah membuat kopi untuk bosku. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari bosku. Wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang berotot sempurna membuat hatiku meleleh. Tapi aku masih marah padanya karena sikapnya padaku. Dia seperti pangeran tampan dengan hati iblis. Sampai sekarang, aku masih tidak percaya bahwa aku bisa jatuh cinta padanya.Aku segera menghindari tatapannya saat mata kami bertemu. Dia tertawa pelan, melihat aku gugup. “Kemarilah,” katanya dengan suara lembut, membuatku melihat kembali ke matanya. Aku kemudian berdiri dari sofa sa
Aku langsung memeluk nenekku saat pria itu melepaskanku dari cengkeramannya. “Vincent Gray, aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini," kata pria itu menatap mata bosku."Mengapa kamu ada disini?” bosku bertanya, menatap mata pria itu dengan tatapan dingin. Pria itu tersenyum pada bosku, lalu dia mengalihkan pandangannya ke wajahku. “Gadis ini berutang uang pada bos kami. Kami di sini untuk menagih hutang tersebut,” katanya sambil menunjuk ke arahku. Aku menatap mata bosku dengan wajah memohon saat mata kami bertemu. Aku memohon padanya untuk membantu kami. "Apakah Anda mengenal mereka?” tanya pria itu kepada bosku.Bosku mengalihkan pandangannya dari mataku ke mata pria itu. "Gadis itu milikku." Kedua pria itu tertawa setelah mendengar apa yang dikatakan bosku. Pria dengan pisau di tangannya kemudian berkata kepada bosku, “Karena gadis ini milikmu, maka kamu pasti akan melunasi hutangnya. Benarkan Tuan Gray?” Pria
Aku sedang berada di dalam mobil sekarang dalam perjalanan menuju ke rumah nenekku. Air mata mengalir di pipiku, membaca buku harian ibuku di tanganku. Bosku, yang duduk di sebelahku di kursi belakang, menatapku dengan mata sedihnya begitu juga dengan Carson, yang duduk di sebelah pengemudi, dia juga bersedih untukku.Bosku telah memberi tahuku semua yang terjadi. Detektif yang dia sewa untuk menyelidiki pembunuh ibunya memberitahu bosku kalau pria yang membunuh ibunya bukanlah ayahku. Ibuku sedang hamil satu bulan ketika dia menikah dengan pria itu. Ibuku menyembunyikan kehamilannya dari pria itu sehingga pria itu tidak tahu kalau ibuku sedang mengandungku.Ayahku adalah teman sekolah ibuku, dan mereka telah saling mencintai sejak lama. Nama ayahku adalah Drew Scott dan nama ibuku adalah Eliza Violet.Pembunuh itu sangat mencintai ibuku sampai tergila-gila padanya. Dia membunuh ayahku, dan dia juga membunuh sahabat baik ibuku. Ibuku sangat takut dan sangat
Sekarang sudah malam. Bosku terus menemaniku duduk di kursi di sebelah tempat tidur dimana aku sedang berbaring. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutku maupun mulutnya. Kami berdua terdiam dengan air mata memenuhi mata kami. Aku terus mengatakan pada diriku untuk tabah dan menerima takdir ini. Aku telah kehilangan bayiku untuk selamanya dan tidak ada yang bisa aku lakukan. Aku harus tetap tegar meski hatiku berduka dan menangis. Bosku mengangkat kepalanya melihat ke wajahku saat aku menyeka air mata yang menetes di pipiku. “Angela…” Suara sedihnya memecah kesunyian, membuatku menatap ke matanya. “Kumohon... maafkan aku,” katanya. Aku bisa melihat kesedihan dan penyesalan yang mendalam di matanya. Aku kemudian menghindari tatapan matanya, melihat ke depanku. “Aku tidak sungguh-sungguh mengatakan itu. Saat itu aku sangat marah sehingga aku tidak bisa berpikir dengan akal sehatku. Aku tidak akan mengatakan itu jika aku tahu kamu sedang menga
Vincent mengikat kembali ikat pinggang baju tidurnya lalu dia menghela nafas sambil memejamkan matanya. Dia sangat sedih. Dia tidak pernah ingin menyakiti Bianca dan membuatnya menangis. Dia tiba-tiba membuka matanya saat kecemasan menguasai dirinya. Dia takut dan khawatir kalau Bianca akan mencoba bunuh diri lagi. Dia segera berdiri dan berjalan keluar dari kamarnya menuju ke kamar Bianca.****** Bianca menangis sambil duduk di atas tempat tidur berbicara di telepon dengan Ivy. “Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku sudah mencoba merayunya. Aku sudah melakukan segalanya, tetapi dia masih tidak menginginkanku.” Dia terdiam sejenak, mendengarkan kata-kata Ivy. “Gak mau! Aku gak mau pura-pura bunuh diri lagi. Rasanya sakit banget tau!” katanya dengan ketakutan. Kemarahan tiba-tiba memenuhi matanya, lalu dia berkata, “Gadis jalang itu! Ini semua salah dia. Aku benci banget sama dia! Aku bakal bikin dia menderita.”Mata Bianca tib
Bianca dan aku saat ini sedang duduk di sofa di bar hotel milik bosku. Kami duduk saling berhadapan.Tempat ini begitu indah dan mewah. Bar ini bergaya modern, dengan lampu bersinar keemasan menerangi seluruh ruangan. Aku bisa melihat pemandangan malam yang indah dari jendela kaca di dalam ruangan ini.Bianca terus menatapku dengan kebencian di matanya. Aku berpura-pura tidak melihatnya sambil terus melihat ke luar jendela di sebelah kiriku. Dia mengenakan gaun pendek merah sementara aku mengenakan gaun pendek hitam. Dia sangat cantik sehingga membuat semua orang yang ada di sini terpesona melihatnya.Aku menoleh melihatnya saat dia tiba-tiba berdiri dari sofa dengan senyum manis di wajahnya, melihat ke arah depannya. Aku lalu melihat ke arah yang dia lihat dan aku melihat bosku sedang berjalan ke arah kami dan berdiri di depan kami. Bosku sangat tampan dan seksi memakai setelan jas hitamnya.“Vincent, kenapa kamu terus sibuk seharian? Kamu memb
Kami semua sekarang sedang berada di dalam pesawat milik bosku dan sedang makan siang. Sejak kami berada di sini satu jam yang lalu, Bianca terus bersikap manja pada bosku. Dia meminta untuk duduk di sebelahnya. Dia terus menyentuhnya, memeluknya. Bosku tidak bisa menolaknya dan hanya bisa membiarkan dia melakukan apa pun yang dia mau kepadanya. Carson dan aku, yang duduk bersebelahan, terus menatap ke arah Bianca dengan wajah marah kami. Kami benar-benar sudah tidak tahan lagi melihat perilakunya. “Aku sangat membencinya. Aku berharap aku bisa mengubahnya menjadi kutu dan mengirimnya ke bulan sekarang,” kata Carson.Aku mengangguk dengan setuju. Carson lalu mengalihkan pandangannya, menatap ke mataku. “Saatnya untuk memberikan ular itu pelajaran,” katanya, lalu dia berbisik di telingaku. Dia mengatakan kepadaku apa yang harus aku lakukan. Kami kemudian saling menatap dengan senyum jahat di wajah kami. Aku kemudian menoleh ke arah bosku. Aku te