BETVIEL

BETVIEL

last updateLast Updated : 2021-11-17
By:  Tans N  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
13Chapters
1.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Terikat janji suci dengan orang yang tidak kau kenal? Itu sudah biasa. Tapi, bagaimana jadinya jika kau harus melangsungkan pernikahan secara terpaksa, bersama seseorang di masa lalu yang begitu kau benci dan ingin sekali meremukkannya hingga ke tulang-tulang? Baik Ana maupun Rezvan, keduanya menjalani kehidupan rumah tangga yang dipenuhi oleh aura gelap. Tak ada cerita istri menaati perintah suami, ataupun suami yang memperlakukan istrinya dengan hormat. Namun, yang belum Ana ketahui adalah menjadi istri Rezvan berarti harus siap untuk ikut menganggung risiko yang awalnya dihadapi oleh Rezvan secara sendirian. Diperlukan kerja sama untuk mendapatkan kebebasan yang mereka inginkan. Apakah Ana dan Rezvan memutuskan untuk mengikuti jalur benang merah di masing-masing jari kelingking mereka, atau justru memaksa menyambungkan kedua benang merah tersebut demi mencapai tujuan?

View More

Latest chapter

Free Preview

01. Bukan Asalnya

"Hei, kau, berhenti!" Perempuan itu berlarian menerobos angin. Meski terlahir sebagai seorang perempuan, badannya yang kecil memudahkan dia untuk mengejar seorang pencuri yang baru saja mencopet tas kecil miliknya. Dia mengumpat di tengah pelariannya untuk mendapatkan kembali tasnya beserta membuat pencuri itu terkapar tidak berdaya di atas tanah. Ia yang sedang sibuk sendiri, hampir tidak memedulikan tag nama bertuliskan Anatari. H. G yang akan terjatuh dari jas kantor yang tengah dia pakai. Tangannya yang gesit langsung meraih dan melepaskan benda itu agar ia tidak menyulitkannya saat melakukan pengejaran. "Kubilang berhenti!" Dia kembali memekik. Akan tetapi, sosok itu tak kunjung memelankan laju. Justru kecepatan larinya kian bertambah. Ana melepaskan sepatu ber-haknya sebelum berbelok ke sebuah gang yang sempit, yang mana cuma dia yang dapat masuk ke sana. Di belakang, nampak seorang laki-l

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
13 Chapters

01. Bukan Asalnya

"Hei, kau, berhenti!" Perempuan itu berlarian menerobos angin. Meski terlahir sebagai seorang perempuan, badannya yang kecil memudahkan dia untuk mengejar seorang pencuri yang baru saja mencopet tas kecil miliknya. Dia mengumpat di tengah pelariannya untuk mendapatkan kembali tasnya beserta membuat pencuri itu terkapar tidak berdaya di atas tanah. Ia yang sedang sibuk sendiri, hampir tidak memedulikan tag nama bertuliskan Anatari. H. G yang akan terjatuh dari jas kantor yang tengah dia pakai. Tangannya yang gesit langsung meraih dan melepaskan benda itu agar ia tidak menyulitkannya saat melakukan pengejaran. "Kubilang berhenti!" Dia kembali memekik. Akan tetapi, sosok itu tak kunjung memelankan laju. Justru kecepatan larinya kian bertambah. Ana melepaskan sepatu ber-haknya sebelum berbelok ke sebuah gang yang sempit, yang mana cuma dia yang dapat masuk ke sana. Di belakang, nampak seorang laki-l
Read more

02. Perempuan Penyelamat

Ana tidak tahu mengenai apa yang terjadi di dalam kerumunan murid tersebut, begitu pula dengan Kinanti. Mereka cuma bisa mengandalkan pendengaran yang tajam untuk mencari informasi terkait kerumunan itu. Juga sayang sekali, keduanya tidak dianugerahi dengan tubuh yang tinggi, sehingga mereka terlihat seperti anak SMP kelas 1 di antara murid-murid satu sekolah mereka. Dia masih merasa penasaran dengan orang-orang itu. Belum lagi Ana dapat mendengar suara seseorang di antara obrolan para murid di kantin. Karakter suaranya sangat berbeda dengan murid-murid di sekitar. Ada rasa marah, cemburu, bahkan tingkat kebenciannya sangat tinggi. Karakter suara yang paling dibenci Ana. "Ana, lihat ke sana!" Kinanti menunjuk ke sebuah tangga di gedung terdekat kantin. Ana melihat ke lantai dua. Menonton dari sana akan membuat dirinya lebih mudah menyaksikan tontonan murid-murid itu. Segera gadis berbando itu menarik lengan Kinanti dan membawanya pergi ke tempat tujuan mereka
Read more

03. Pertemuan Kedua

Ana melangkah menuju meja makan yang terdapat berbagai macam jenis masakan buatan sang ibu. Harum dari masakan tersebut mampu menggugah selera Ana. Dia menghampiri ibunya yang masih menyiapkan piring untuk makan keduanya. Akan tetapi, Ana perlu berangkat pagi-pagi ke sekolah. Hanya saja dia tidak enak mengatakannya. "Mengapa diam saja, Na? Ayo makan! Nanti kamu akan terlambat ke sekolah." Ana menghela napas. Dia tak kunjung duduk meski ibunya sudah menyiapkan alat makan untuk dirinya dan anaknya, Anatari. "Ibu, sepertinya aku akan membawa bekal saja. Aku sudah memiliki janji dengan teman sebangkuku kalau kami akan berkeliling sekolah lagi sebelum bel berbunyi," jelasnya. Sang ibu terkejut. Alih-alih merasa kecewa karena Ana yang tidak makan bersama dengannya, justru dia terlihat menyunggingkan senyum manis atas ucapan anaknya itu. "Kamu sudah punya teman, Na? Ibu senang karena anak Ibu memiliki teman baru. Ya sudah, Ibu akan siapkan bekalnya.
Read more

04. Dunia Ini Bukan Untukmu

Setiap menitnya dalam menjalani kehidupan, sejak kemunculan seorang gadis tak dikenal yang berani memandang menantang kepadanya, lelaki itu jadi menyimpan rasa kesal serta dendam. Seperti tak ada rasa takut, ia mampu melawan Rezvan di saat murid lain hanya bisa terdiam kaku. Ini begitu memalukan. Harga diri Rezvan jatuh setelah seorang perempuan berhasil mengalahkannya. Dalam waktu 4 hari, Rezvan berhasil menyimpan beberapa informasi mengenai orang itu, yang didapat dari orang kepercayaannya. Maksudnya orang yang sudah dia ancam jika tidak memberitahunya mengenai sosok itu. Anatari adalah nama panjangnya. Sedangkan dia sering dipanggil Ana. Dari raut wajahnya menjelaskan bahwa Ana merupakan seorang gadis bertingkah laku tenang, namun bisa menjadi menyeramkan jika situasi sudah membuatnya marah. Ada beberapa saksi yang mengatakan hal yang hampir sama. Rezvan bisa melihat setenang apa Ana jika dirinya tidak ada. Ketika mereka berpapasan, Ana akan mengge
Read more

05. Pertarungan

Ana tak ingat kapan tepatnya dia melawan penindasan yang dilakukan orang-orang. Tetapi sejak SD, Ana kecil sudah berani melaporkan perilaku teman-teman sekelasnya hingga membuat seseorang menangis. Saat itu, Ana sudah berpikir bahwa candaan yang bisa menimbulkan rasa sedih di hati orang lain itu sangatlah salah, dan Ana akan membenci para pelaku ini. Mungkin orang dewasa berpikir itu cuma permainan anak kecil. Bagi Ana, ini sama sekali tidak lucu. Dia tak mau orang itu menjadi tak ingin masuk sekolah. Setidaknya jika orang itu bersekolah, ia akan diberi uang jajan. Mohon dimaklumi. Bukankah anak kecil memang senang jajan? Masuk SMP, Ana mulai mengerti soal pengelompokan manusia yang entah siapa yang membuatnya. Sekali lagi, Ana membencinya. Seperti menunjukkan bahwa orang lain tidak pantas berada dalam kelompok itu. Ana lebih suka menyendiri, atau menemani seseorang yang sedang dikucilkan oleh orang lain. Kesendirian yang Ana dapatkan merupakan pilihannya, te
Read more

06. Sebuah Ambisi

Sesuai tantangan yang Ana berikan, Rezvan benar-benar mendatangi gadis itu ke tempat yang telah diarahkan. Ia tersenyum miring. Meskipun pertengkaran tadi memperlihatkan bahwa dirinya yang menjadi seorang pelaku, tetapi itu sudah cukup membuktikan kepadanya bahwa Ana juga akan merasa tidak nyaman ketika ada yang membicarakan soal keluarganya.Ya, pada akhirnya Rezvan tahu akan apa yang terjadi mengenai keluarga Ana. Tidak sia-sia dirinya mencari informasi dari sana sini, meskipun harus ada ancaman dulu terhadap seseorang yang pernah satu sekolah dengan Ana ketika masih SMP.Inilah akibatnya melawan seorang Rezvan Adhitama, apalagi membawa nama keluarga. Dia takkan segan-segan menyakiti orang yang telah mencemari nama baik keluarganya.Dia bisa melihat seorang gadis berjaket sedang menyilangkan tangan sembari memperhatikan dirinya, berada di tengah-tengah taman. Ternyata Ana sudah lebih dulu sampai ke tempat itu dan bersiap-siap mengenai apa yang akan terjadi di
Read more

07. Bawahan Dan Atasan

Seumur hidup, ada 2 hal yang sangat Ana sesali. Pertama, dia tidak menggigit lengan sang ayah sebelum menghilang dan memberikan tanggung jawab pelunasan hutangnya kepada anak dan istri. Kedua, memiliki atasan yang kini menjadi salah satu teman dekatnya.Damar Mahendra, laki-laki menyebalkan yang dulu merupakan seorang remaja pengecut yang takut dengan keberadaan orang bertubuh lebih pendek darinya. Mendapat kabar Ana sedang kesulitan mencari pekerjaan di wilayah ibukota, Damar menawari Ana posisi sekretaris dengan iming-iming gaji yang sangat tinggi bahkan mampu membelikannya sebuah rumah yang besar. Sombong sekali.Ah, Ana tidak mau munafik. Dia suka kesombongan itu. Maksudnya mengenai uang.Damar tampan? Lumayan.Damar baik hati? Lupakan saja.Di lingkungan pekerjaan, pria itu bukan orang yang mudah membiarkan kesalahan orang lain. Entah bagaimana Damar tumbuh menjadi laki-laki yang disegani para karyawannya. Tak ada Damar yang memiliki pandangan
Read more

08. Perubahan Dunianya

"Dengan ini, rapat telah selesai. Terima kasih atas kehadiran anda sekalian." Pria tersebut sedikit membungkuk guna memberikan sopan santun kepada orang-orang dari berbagai jabatan yang hadir dalam pertemuan tersebut. Akan tetapi, tak satupun dari orang-orang itu meninggalkan ruang rapat. Mereka hanya melihat ke sebuah laptop hitam yang selalu setia hadir di setiap perkumpulan tersebut. Lelaki itu paham mengenai penatapan mata yang mereka perlihatkan. Sebenarnya tidak sekali ataupun dua kali hal ini terjadi. Tetapi, tak ada yang mau membicarakannya. Mereka membiarkan ini terus terjadi dan mungkin sekarang adalah waktu yang tepat untuk dibahas. "Saya minta maaf jika sudah berkata tidak sopan. Tapi, bukankah seharusnya direktur diharuskan datang ke rapat? Mengapa anda memilih berkomunikasi dengan kami lewat layar kecil ini, Pak Rezvan?" Di tempat lain yang menghubungkan ia dengan laptop di ruang rapat, seorang lelaki hanya memandang serta tersenyum miri
Read more

09. Kerja Sama

"K-Kau!" "B-bagaimana bisa?!" Dua insan saling melihat. Namun, bukan sebuah pandangan biasa yang mereka berikan terhadap satu sama lain, melainkan rasa terkejut hingga kembali timbul amarah dan dendam di antara mereka yang sudah lama terkubur. Mereka tak pernah dapat membayangkan bahwa Tuhan mempertemukan kedua orang tersebut kembali tanpa tahu alasan-Nya melakukan itu. Terlebih ... Bagaimana ceritanya Ana menjadi sekretaris direktur dan Rezvan menjadi direktur dari perusahaan masing-masing? Dan yang akan mereka lakukan adalah kerja sama demi keuntungan dua perusahaan? Tidak. Jelas Ana ingin sekali mengabarkan kehadiran Rezvan di perusahaan kepada Damar, sebelum orang itu datang dan membuat situasi lebih parah. Di sisi lain, Rezvan pun menyesal karena dia malah mengiyakan ajakan Kenan untuk melakukan pertemuan tatap muka dengan pemilik perusahaan High-tech. Mengapa ayahnya–direktur ut
Read more

10. Pertemuan

"B-b-bagaimana bisa?!" Rezvan langsung bangkit dari tempat duduknya. Sangat terkejut mendapati si gadis berada di hadapannya. "Apa yang kau lakukan di sini?!" "Ini perusahaan tempatku bekerja!" kata Ana menyeru. "Kau sendiri, bagaimana bisa ada di sini?!" Kenan yang merasa penasaran, memotong perbincangan keduanya. "Kalian saling mengenal?" Rezvan tersenyum meremehkan Ana. "Oh, benar. Kenan, perkenalkan. Dia perempuan j**ang yang sering melawanku ketika kami bermain semasa masih sekolah. Berpura-pura kuat padahal sebenarnya suka menangis." "J**ang? Apa aku tidak salah dengar? Apakah seseorang yang dulunya selalu dikalahkan oleh perempuan, pengecut yang bersembunyi di bawah ketiak orang tuanya, menyebutku begitu?" Rezvan memperhatikan baju yang dikenakan Ana. Bahkan dia juga melihat ke arah berkas-berkas yang dibawa Ana. "Wah, lihat! Sekretaris? Rendah sekali posisimu," cibirnya. Ana tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Rezva
Read more
DMCA.com Protection Status