"Sus, pasien atas nama Nyonya Tazkia ini pasien lamanya Dokter Ilhamkan?" Tanya dokter Fadli yang hari ini mendapat tugas dari rumah sakit untuk menggantikan pekerjaan Dokter Ilham yang mendadak cuti karena ada salah satu anggota keluarga dekatnya yang meninggal.
"Iya benar, Dok, cumakan Dokter Ilham hari ini berhalangan hadir, makanya sebagian wewenang atas Pasien Dokter Ilham dialihkan pada Dokter Fadli dan Dokter Arinka. Hanya untuk tiga hari ke depan, Dok, sampai Dokter Ilham bisa kembali masuk," jelas Suster bernama Fani itu.Dokter bernama Fadli itu hanya mengangguk tanda paham, lalu kembali meneliti berkas medis milik beberapa pasien Dokter Ilham yang baru saja diberikan Suster Fani. Di mana salah satunya adalah milik Tazkia."Nyonya Tazkia jatuh dari kamar mandi?" Tanya Dokter Fadli lagi.Suster Fani mengangguk cepat.Kening sang Dokter tampak berkerut saat dia melihat lebih jauh riwayat medis milik pasien bernama Nyonya Tazkia tersebut."Oke baiklah, ikut saya ke ruangan rawat Nyonya Tazkia, saya akan memeriksanya lebih dulu,"Sang Dokter pun beranjak dari ruangannya menuju ruangan di mana Tazkia kini dirawat.Setibanya di sana, kedatangan Fadli disambut oleh tatapan kaget Regi yang sekonyong-konyong bertanya ada kepentingan apa Fadli memasuki ruang rawat istrinya, hingga setelahnya Suster Fani pun menjelaskan."Kalau memang Dokter Ilham berhalangan hadir, kenapa dia tidak memberi kabar terlebih dahulu pada saya?" Ungkap Regi yang kelihatan kesal."Maaf Pak, Dokter Ilham sedang berduka, mungkin beliau tidak ada waktu untuk memberitahukan pasiennya secara pribadi hari ini. Harap dimaklumi. Lagi pula, saya dan Dokter Ilham sama saja, kami sama-sama menangani pasien dengan penyakit umum. Berhubung pekerjaan saya masih banyak, saya akan memulainya dari Nyonya Tazkia. Bisa saya memeriksanya sebentar?" Jelas Fadli panjang lebar. Tak bedanya dengan Regi, Dokter Fadli pun terlihat sedikit kesal atas sikap Regi yang dianggapnya sedikit arogan."Saya hanya akan memperbolehkan istri saya diperiksa oleh Dokter Ilham."Dan ucapan Regi setelahnya, cukup membuat sang dokter paham, bahwa kecurigaan atas adanya hal yang tidak beres sepertinya benar adanya."Tapi Pak, Dokter Ilham baru masuk tiga hari lagi, sementara keadaan Bu Tazkia masih harus tetap dikontrol," balas Fani takut-takut."Kalau begitu, saya akan bawa istri saya pulang hari ini juga," jelas Regi lagi yang sukses memancing keterkejutan Fadli dan Fani."Tapi keadaan Bu Tazkia masih belum stabil, Pak. Dia masih membutuhkan perawatan medis secara intensif di rumah sakit," Fani kembali menjawab, hingga setelahnya, Dokter Fadli pun mengambil tindakan untuk menyudahi percekcokan ini."Baiklah, kalau memang Pak Regi mau membawa istri anda pulang, itu hak Bapak, tapi prosedur rumah sakit pun tetap harus dilakukan dengan memeriksa keadaan pasien lebih jauh sebelum keluarga membawanya pulang. Jadi, permisi Pak Regi, saya akan memeriksa keadaan Nyonya Tazkia sebentar,"Tak punya pilihan, akhirnya Regi pun terpaksa menyingkir dan mempersilahkan Fadli memeriksa keadaan istrinya.Regi yang terlihat kesal tampak keluar dari ruangan tersebut dan langsung menghubungi Dokter Ilham secara pribadi, meski panggilannya tersebut tak kunjung dijawab oleh Dokter kepercayaannya itu."Brengsek!" Maki Regi kesal. Mencengkram kuat ponselnya seraya melangkah kembali ke dalam ruangan rawat Tazkia.Kebetulan, Fadli sudah selesai memeriksa Tazkia dan hendak keluar dari ruangan ketika dirinya berpapasan dengan Regi di ambang pintu ruang rawat."Maaf Dok, sepertinya kita harus bicara sebentar," ucap Regi dengan nada sinis. Tatapan lelaki itu lurus menusuk manik mata Fadli.Fadli tersenyum lalu mengangguk.Kedua lelaki itu pun berjalan menuju ruangan Fadli sementara Fani diperintah Fadli untuk berjaga di depan ruangannya.Dengan terang-terangan Regi mengeluarkan sebuah cek yang sudah dia tulis dengan sejumlah nominal angka yang cukup besar dari dalam dompetnya, lalu memberikannya pada Dokter Fadli."Apapun hasil pemeriksaan terhadap istri saya yang sudah anda ketahui, tolong dirahasiakan! Mengerti, Dok?"*****Hari itu, selepas pemeriksaan yang dilakukan Dokter Fadli di pagi hari, siang harinya Tazkia sudah diperbolehkan untuk pulang meski kondisinya memang belum stabil.Hanya saja, jika Regi sudah berkehendak, tak ada yang bisa melawan apa yang telah diperintahkan sang suami.Uang dan kekuasaan yang dimiliki Regi sudah cukup membuktikan bahwa keadilan di negeri ini memang tak ada harganya.Semua mampu dimanipulasi dan ditutupi hanya dengan uang.Dan itulah yang Tazkia yakini telah dilakukan oleh Regi hingga akhirnya Dokter Fadli memberi izin padanya untuk membawa Tazkia pulang hari ini.Di sepanjang perjalanan pulang, Tazkia hanya diam seribu bahasa. Kesehatannya yang belum pulih, membuatnya tak memiliki cukup tenaga meski hanya sekedar untuk berbicara.Setibanya di rumah, kedatangan Tazkia disambut oleh dua orang wanita muda yang jelas asing di mata Tazkia."Loh, kalian siapa?" Tanya Tazkia saat tubuhnya baru saja dipapah ke atas kursi roda."Saya Isah dan saya Lilis, Bu. Kami ART baru di sini," jawab kedua gadis yang masih bisa dikatakan belia tersebut."Memangnya Bi Inah kemana?" Tanya Tazkia lagi dengan suaranya yang terdengar pelan.Regi yang saat itu kebetulan masih di sana pun menjawab dengan suaranya yang terdengar tegas, "Inah sudah kupecat!"Kedua bahu Tazkia mencelos. Benar-benar tak menyangka, sebab Bi Inah sudah bekerja dengan mereka bahkan sebelum Tazkia menjadi istri Regi."Tapi kenapa Mas? Apa salah Bi Inah?" Tanya Tazkia tak habis pikir.Kursi roda sudah di dorong melewati ruang tamu luas di rumah mewah itu oleh Isah, langkah kaki Regi yang sudah menaiki tangga pun terhenti dan berbalik."Beritahu apa kesalahan Inah pada Nyonyamu ini, Isah, Lilis," ucap Regi yang langsung berlalu menuju kamarnya di lantai dua.Lilis tampak menunduk takut saat tatapan Tazkia kini tertuju padanya."Setahu saya, Bi Inah sudah salah menyebutkan kalau Ibu kemarin jatuh dari tangga pada kedua orang tua Ibu. Harusnyakan, Bi Inah bilang, kalau Ibu jatuh dari Kamar mandi. Makanya, Pak Regi marah besar pada Bi Inah,"Dan penjelasan Lilis tersebut, akhirnya membuat Tazkia paham.Hingga wanita berusia 27 Tahun itu pun kembali bungkam.Pekerjaan di kantor akhir-akhir ini kacau semenjak Ranti, sekretaris Regi mengundurkan diri pasca menikah.Beberapa proses wawancara kerja sudah berjalan dengan beberapa calon pelamar baru, namun sampai detik ini belum ada yang memenuhi kriteria Regi untuk bisa menggantikan posisi Ranti yang memang sangat bagus dan kompeten dalam bekerja.Ranti itu tidak hanya cantik, tapi dia wanita sholehah, baik dan memang sangat cerdas. Bekerja sama dengan Ranti membuat pekerjaan Regi beres tepat waktu.Itulah sebabnya, Regi sangat menyayangkan saat Ranti memutuskan untuk resign dari kantor setelah dia menikah dengan alasan, suaminya yang melarangnya bekerja.Meski dalam hal itu, Regi tak menyalahkan suami Ranti, sebab dirinya sebagai suami pun memang lebih suka melihat istrinya yang cantik berdiam diri di rumah tanpa harus lelah bekerja di luar. Cukup dirinya saja yang bersusah payah mengumpulkan rupiah untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang suami terhadap Tazkia.Tok! Tok! Tok!Lamunan
Hari ini adalah jadwal Tazkia check up kesehatan ke rumah sakit setelah kurang lebih dua minggu dia beristirahat total di rumah.Dua hari yang lalu, Regi berangkat ke Singapura untuk keperluan bisnis dan dia mengatakan akan kembali hari ini untuk mengantar sang istri check up.Berhubung hari sudah sore dan Regi belum juga menunjukkan batang hidungnya di rumah, Tazkia pun berinisiatif untuk pergi check up sendiri.Sebenarnya tidak check up pun, dia merasa kondisi kesehatannya sudah lebih baik dari hari ke hari, hanya saja dia perlu memeriksakan kondisi kesehatan rahimnya pasca mengalami keguguran untuk yang kesekian kali. Meski jauh dari lubuk hatinya yang terdalam, Tazkia tak mengharapkan kehadiran seorang anak dalam rumah tangganya dengan Regi sejauh ini.Tidak selama sikap Regi belum berubah terhadapnya."Aduh, saya lupa bawa surat check upnya lagi. Sebentar ya Pak," ucap Tazkia saat dirinya baru saja memasuki mobil."Biar saya saja yang ambilkan, Bu," kata Lilis yang saat itu mengh
Suara deru mesin mobil terdengar mendekati halaman teras rumah, melintasi kamar Tazkia yang berada di lantai atas.Tazkia mengintip dari balik jendela kamarnya dan mendapati kepulangan sang suami yang baru saja turun dari sebuah taksi online.Bukannya berniat menyambut kepulangan Regi, Tazkia malah buru-buru berlari ke arah tempat tidur, menarik selimut dan berpura-pura tidur.Selang beberapa menit, Tazkia mendengar suara pintu kamarnya terbuka, dan sudah dipastikan itu adalah suaminya. Mata wanita itu pun semakin terpejam erat dengan sekujur tubuh gemetar.Terlebih saat sebuah kecupan lembut mendarat di keningnya. Jantung Tazkia terasa mau copot.Dalam hening, Tazkia masih terus mendengar aktifitas suaminya membuka lemari, lalu menaruh beberapa benda di meja dan suara pintu kamar mandi yang terbuka lalu ditutup, disusul suara kucuran air shower dari arah kamar mandi yang menandakan Regi kini sedang mandi.Beberapa kali Tazkia bergerak mencari posisi nyaman untuk tidur, namun tak mene
Suara ayam berkokok terdengar dari arah kebun milik tetangga sebelah.Seorang gadis tampak menjempur pakaian di halaman samping rumahnya. Rambutnya yang basah tergelung handuk ke atas."Rin, airnya kok mati?" Teriak sebuah suara lain dari arah dapur.Seorang lelaki tampak melongokkan kepala ke arah luar kamar mandi dengan kepala penuh busa dan matanya yang terpejam.Gadis bernama Arini itu beranjak ke dapur dan menengok ke arah token listrik di rumahnya yang ternyata habis. "Listriknya mati, Mas, semalam Rini lupa isi, ini baru mau beli, tunggu ya,"Sementara Rini berlari ke depan, si lelaki tadi hanya menggerutu sendiri di dalam kamar mandi. Mengusap kedua matanya dengan handuk agar tidak perih dan terpaksa menunggu kran showernya hidup.Tak lama berselang, kran shower itu kembali mengalirkan air. Lelaki itu pun lekas melanjutkan kegiatannya di kamar mandi."Huh! Pikun!" Keluhnya gemas sembari menoyor kepala adik perempuannya di dapur."Ya namanya orang lupa kan nggak inget, Mas! Kay
"Permisi, saya mau bertemu dengan Regi, apa dia ada di ruangannya?" Tanya seorang wanita berhijab pada Sandra yang sedang sibuk bekerja. Jemari lentik sang sekretaris menari lincah, mengetik-ngetik sesuatu dengan cepat pada keyboard."Pak Regi masih ada tamu penting, belum bisa diganggu, tunggu saja dulu ya," ucap Sandra bahkan tanpa menoleh."Tapi tadi saya sudah mengirim pesan, Regi bilang saya bisa langsung masuk ke ruangannya," kata Tazkia sedikit kesal. Melirik ke arah name tag yang terkalung di leher wanita berkemeja ketat di hadapannya itu.Dan nama Sandra yang tertera di sana cukup membuat Tazkia mengerti bahwa ternyata inilah sekretaris baru sang suami yang selalu saja dipuji-puji Regi itu.Ternyata, perkataan Regi memang benar, bahwa Sandra tidak hanya pintar, tapi juga sangat cantik. Hanya saja, menurut Tazkia, pakaian Sandra terlalu vulgar, tidak sesopan penampilan Ranti. Sekretaris Regi sebelumnya.Sandra menghentikan kegiatannya, menatap Tazkia dengan tatapan sinis."Mba
Tiga hari setelah hari di mana Regi memecat Sandra, alhasil, Regi sendiri kini yang dibuat kelimpungan karena semua pekerjaaannya jadi terbengkalai dan kacau balau.Regi sadar bahwa dia membutuhkan sekretaris, dia membutuhkan Sandra dan menyesali perbuatan yang dia lakukan terhadap Sandra kala itu.Padahal sebelumnya, Tazkia sudah memperingatkan Regi, bahkan membujuk Regi untuk tidak memecat Sandra, namun Regi tetap bersikukuh melakukannya.Kini, tanpa Sandra di kantor, seluruh pekerjaan tak bisa selesai tepat waktu sementara Mesya, karyawan yang diangkat menjadi sekretaris sementaranya, selalu saja melakukan kesalahan dalam bekerja. Membuat Regi tak hentinya memaki dalam hati hingga menumpahkan kekesalannya itu pada barang-barang yang terdapat di atas meja kerjanya.Maju mundur, Regi ingin menghubungi Sandra. Namun egonya sebagai seorang CEO dan laki-laki membuat Regi merasa kesulitan melakukannya.Meski, pada akhirnya, Regi pun melakukan hal itu juga.Teleponnya sudah tersambung pad
Hujan yang turun mengguyur kota Jakarta malam itu semakin deras, padahal Regi sudah menunggu lebih dari satu jam di kediaman Sandra setelah Sandra mengatakan bahwa payung yang dia miliki rusak dan sudah dia buang beberapa hari yang lalu, untuk saat ini Sandra belum sempat membeli payung baru. Itulah sebabnya, Regi kini terjebak di kediaman Sandra yang sejak tadi asik menonton televisi di sisinya.Saat itu, keduanya duduk di karpet lantai di ruang depan. Menikmati beberapa cemilan yang tadi Regi beli.Malam semakin larut dan sampai detik ini Regi belum juga berhasil menghubungi Tazkia, bahkan sampai dia meminjam ponsel Sandra untuk menghubungi sang istri, namun Tazkia tak juga menjawab panggilannya.Regi hanya berpikir, sepertinya Tazkia memang sudah tidur karena dia tahu kalau Tazkia selalu tidur lebih awal.Paha mulus dengan kulit putih bersih yang terpampang di hadapan Regi sejak tadi membuat lelaki itu duduk gelisah, fokusnya buyar pada acara televisi yang ditonton Sandra.Merasa t
Setelah bulak-balik memilih pakaian yang pantas dia kenakan malam ini untuk menyambut kedatangan Regi, akhirnya pilihan Sandra jatuh pada tank top hitam bermodel korean waffle backless, di mana Sandra memutuskan untuk melepas Bra yang dia kenakan, agar punggung mulusnya terlihat lebih jelas dari balik tali-tali tank topnya yang bersilangan.Untuk bawahannya sendiri, Sandra tak memiliki pilihan lain selain koleksi hotpants nya yang memang itu-itu saja.Semenjak Ibunya meninggal dan Sandra menganggur, sudah sangat lama dia tak pernah berbelanja apapun dalam hal fashion. Jangankan untuk membeli pakaian, untuk biaya hidupnya sehari-hari saja susah, terlebih dia memang sempat hutang pada rentenir sewaktu Ibunya masih dirawat di rumah sakit karena persediaan uangnya sudah habis akibat dia yang terlalu boros. Alhasil, belum apa-apa, Sandra sudah kelimpungan tutup lobang, gali lobang.Bahkan, kini dia harus terpaksa pindah ke kontrakan jelek ini karena kontrakan lamanya itu uang sewanya sanga