Masa sebelum PROLOG...
Aku sempat tak sadar saat tubuhku dibawa ke rumah sakit oleh Mas Regi.Satu hal yang aku ingat adalah, Mas Regi yang panik terus mencoba membangunkan aku dengan menepuk-nepuk pipiku. Lalu kudengar dia berteriak memanggil asisten rumah tangga dan satpam yang bekerja di rumah kami, hingga setelahnya aku hanya bisa merasakan tubuhku yang sudah remuk redam, nyeri dari ujung kaki hingga ubun-ubun kepala itu dibawa ke rumah sakit.Di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, darah terus mengalir dari area selangkanganku yang kurasa semakin deras. Membasahi kain yang menutupi tubuhku.Bi Inah yang memangku kepalaku di belakang terlihat menangis dan meminta Mas Regi untuk lebih cepat melajukan kendaraannya.Kesadaranku memang tak sepenuhnya hilang namun rasa sakit yang terasa di sekujur tubuhku jelas membuatku tersiksa.Ya Allah, apakah ini akan menjadi akhir dari hidupku?Jika memang benar, setidaknya, izinkan aku bertemu dengan keluargaku dulu...Gumamku membatin, dengan lelehan air mata yang semakin deras.Begitu sampai di rumah sakit, tim medis langsung cepat menanganiku di ruang IGD, saat itu aku masih mendengar suara Mas Regi yang berkata pada suster."Ini kenapa ibunya, Pak?""Dia terjatuh di kamar mandi, Sus, dia sedang hamil. Tolong istri saya, Sus..."Dari nada bicaranya, aku tau dia sangat khawatir.Sama khawatirnya denganku.Hingga setelah suster memeriksaku dan menyuntikkan aku obat bius, barulah kesadaranku menghilang sempurna secara perlahan.Dan dalam keadaan itu, satu kejadian yang aku alami malam itu, kembali terlintas dalam benakku.Sebuah alasan yang membuatku pada akhirnya harus berbaring di rumah sakit ini dalam keadaan yang sangat mengenaskan.*****Sorot cahaya silau menerpa mataku, membuatku mengernyitkan dahi.Saat pertama kali aku membuka mata, kupikir aku sudah benar-benar tiada, tapi ternyata tidak.Aku masih hidup.Dan untuk ke sekian kalinya aku selamat dari tragedi yang entah sudah keberapa kali terjadi sejak lima tahun belakangan aku menikah dengan Mas Regi."Kia? Syukurlah kamu sudah sadar, aku benar-benar mengkhawatirkanmu. Semalaman aku tidak bisa tidur," ucap Mas Regi menyambut siumanku.Tangannya yang lembut mengelus perlahan kepalaku yang diperban sebagian."Mau minum?" Tanya Mas Regi lagi.Aku menggeleng pelan."Maafin aku, Kia. Maaf kalau aku keterlaluan," Mas Regi meraih kursi di sisi brankar yang aku tempati. Aku yang kini sudah berada di ruang rawat. Lelaki itu duduk di sisiku seraya menggenggam erat jemariku.Aku masih diam dan hanya bisa menangis. Mengingat pertengkaran yang sempat terjadi di antara aku dan Mas Regi tadi malam, hingga setelahnya hal naas ini terjadi menimpaku."Aku janji nggak akan pulang terlalu malam lagi. Aku janji akan lebih memprioritaskan waktuku untuk kamu di rumah. Maaf..."Lagi-lagi aku hanya diam.Ya hanya diam lah senjata terakhirku jika Mas Regi mulai mengucap kata maaf, bahkan setelah dia membuatku hancur berkali-kali.Kedatangan keluargaku membuat percakapan intens ku dengan Mas Regi berakhir.Mas Regi dengan senyuman ramah nan mempesonanya langsung menyambut kedatangan mereka, menyalaminya dengan takzim."Ini Tazkia kenapa lagi, Regi?" Tanya Ibuku pada Mas Regi."Jatuh dari kamar mandi, Bu. Jadi, Kia keguguran lagi," Mas Regi terlihat ragu mengucapkan kalimat terakhir yang sudah sejak tadi aku terka-terka sendiri.Ya, entah sudah berapa belas kali aku mengalami hal ini?Hamil, lalu keguguran.Hamil lagi, keguguran lagi.Dan semua itu disebabkan oleh hal yang sama..."Loh, tadi kata Mba Inah di depan, Tazkia jatuh dari tangga, ini mana yang bener?" Potong Bapak dengan wajah khawatir."Aduh, Inah jangan di dengar, Pak. Semalam, kami bertengkar, lalu, Tazkia pergi ke kamar mandi dan terpeleset,""Bertengkar?""Iya, Bu. Maaf, ini semua memang salah Regi yang selalu pulang telat ke rumah akhir-akhir ini. Pekerjaan di kantor sedang menumpuk,"Saat aku mendengar Mas Regi mengatakan hal itu, jujur aku ingin sekali muntah saking mualnya.Dasar bajingan!Bisa-bisanya dia menjadikan pekerjaan sebagai alasan untuk menutupi kebusukannya selama ini."Taz, kamu nggak boleh begitu sama Regi. Diakan kepala rumah tangga, sudah sewajarnya pulang telat kalau memang pekerjaan sedang banyak. Regi itu bekerja kan untuk kamu. Untuk membantu perekonomian keluarga kita. Membayar biaya pengobatan Radith, adikmu. Kuliah, Mira, Kakakmu. Semuanya Regi yang menanggung. Apa kamu lupa? Jangan egois,"Saat Ibu berbicara, aku sempat menangkap senyum penuh kemenangan dari wajah Mas Regi meski hanya sesaat.Sementara aku, tetap pada kebiasaanku semula, untuk memilih diam, diam dan diam.Sebab, jika pun aku berbicara, percuma.Ibu dan Bapak tidak mungkin mempercayainya karena di mata mereka, Mas Regi adalah sosok suami yang sangat sempurna.Sebenarnya, kedua orang tuaku tidak seperti ini awalnya. Hanya saja, kelicikan Mas Regilah yang akhirnya berhasil menarik simpatik mereka hingga kini mereka tunduk pada Mas Regi atas dasar uang dan segala kemewahan yang Mas Regi berikan pada mereka.Itulah sebabnya, alasan yang membuatku akhirnya memutuskan untuk diam dan tidak mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi menimpaku dalam rumah tanggaku yang tidak sehat dengan Mas Regi.Pernah sekali aku mengatakannya, pada Ibuku, saking aku tak kuat menahan beban derita yang kurasakan akibat perbuatan Mas Regi, tapi gilanya, Ibuku hanya menjawab, "Kamu itu nggak usah terlalu lebay, Taz, mungkin Regi memang lagi jenuh aja. Kamu nggak usah cari masalah sama Regi, turutin aja semua kemauannya, toh dia sebagai suami kan sudah memenuhi kewajibannya menafkahimu dengan baik. Udah ya, Ibu mau istirahat,"Dan sejak saat itulah, aku tak pernah sekali pun bercerita tentang masalah yang kini kuhadapi dengan Mas Regi pada Ibu, atau siapapun.Aku memilih untuk memendamnya sendirian dan menyerahkan semuanya pada sang Maha Pencipta.Hidup dan matiku ada di tangan-Nya.Aku sudah ridho.Ikhlas menerima semua suratan takdir yang sudah digariskan Tuhan untukku.Berharap, suatu hari nanti, kelak akan ada keajaiban yang bisa merubah sikap Mas Regi.Hingga dia benar-benar bisa mencintaiku dengan tulus."Sus, pasien atas nama Nyonya Tazkia ini pasien lamanya Dokter Ilhamkan?" Tanya dokter Fadli yang hari ini mendapat tugas dari rumah sakit untuk menggantikan pekerjaan Dokter Ilham yang mendadak cuti karena ada salah satu anggota keluarga dekatnya yang meninggal."Iya benar, Dok, cumakan Dokter Ilham hari ini berhalangan hadir, makanya sebagian wewenang atas Pasien Dokter Ilham dialihkan pada Dokter Fadli dan Dokter Arinka. Hanya untuk tiga hari ke depan, Dok, sampai Dokter Ilham bisa kembali masuk," jelas Suster bernama Fani itu.Dokter bernama Fadli itu hanya mengangguk tanda paham, lalu kembali meneliti berkas medis milik beberapa pasien Dokter Ilham yang baru saja diberikan Suster Fani. Di mana salah satunya adalah milik Tazkia."Nyonya Tazkia jatuh dari kamar mandi?" Tanya Dokter Fadli lagi.Suster Fani mengangguk cepat.Kening sang Dokter tampak berkerut saat dia melihat lebih jauh riwayat medis milik pasien bernama Nyonya Tazkia tersebut."Oke baiklah, ikut saya ke ruangan rawa
Pekerjaan di kantor akhir-akhir ini kacau semenjak Ranti, sekretaris Regi mengundurkan diri pasca menikah.Beberapa proses wawancara kerja sudah berjalan dengan beberapa calon pelamar baru, namun sampai detik ini belum ada yang memenuhi kriteria Regi untuk bisa menggantikan posisi Ranti yang memang sangat bagus dan kompeten dalam bekerja.Ranti itu tidak hanya cantik, tapi dia wanita sholehah, baik dan memang sangat cerdas. Bekerja sama dengan Ranti membuat pekerjaan Regi beres tepat waktu.Itulah sebabnya, Regi sangat menyayangkan saat Ranti memutuskan untuk resign dari kantor setelah dia menikah dengan alasan, suaminya yang melarangnya bekerja.Meski dalam hal itu, Regi tak menyalahkan suami Ranti, sebab dirinya sebagai suami pun memang lebih suka melihat istrinya yang cantik berdiam diri di rumah tanpa harus lelah bekerja di luar. Cukup dirinya saja yang bersusah payah mengumpulkan rupiah untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang suami terhadap Tazkia.Tok! Tok! Tok!Lamunan
Hari ini adalah jadwal Tazkia check up kesehatan ke rumah sakit setelah kurang lebih dua minggu dia beristirahat total di rumah.Dua hari yang lalu, Regi berangkat ke Singapura untuk keperluan bisnis dan dia mengatakan akan kembali hari ini untuk mengantar sang istri check up.Berhubung hari sudah sore dan Regi belum juga menunjukkan batang hidungnya di rumah, Tazkia pun berinisiatif untuk pergi check up sendiri.Sebenarnya tidak check up pun, dia merasa kondisi kesehatannya sudah lebih baik dari hari ke hari, hanya saja dia perlu memeriksakan kondisi kesehatan rahimnya pasca mengalami keguguran untuk yang kesekian kali. Meski jauh dari lubuk hatinya yang terdalam, Tazkia tak mengharapkan kehadiran seorang anak dalam rumah tangganya dengan Regi sejauh ini.Tidak selama sikap Regi belum berubah terhadapnya."Aduh, saya lupa bawa surat check upnya lagi. Sebentar ya Pak," ucap Tazkia saat dirinya baru saja memasuki mobil."Biar saya saja yang ambilkan, Bu," kata Lilis yang saat itu mengh
Suara deru mesin mobil terdengar mendekati halaman teras rumah, melintasi kamar Tazkia yang berada di lantai atas.Tazkia mengintip dari balik jendela kamarnya dan mendapati kepulangan sang suami yang baru saja turun dari sebuah taksi online.Bukannya berniat menyambut kepulangan Regi, Tazkia malah buru-buru berlari ke arah tempat tidur, menarik selimut dan berpura-pura tidur.Selang beberapa menit, Tazkia mendengar suara pintu kamarnya terbuka, dan sudah dipastikan itu adalah suaminya. Mata wanita itu pun semakin terpejam erat dengan sekujur tubuh gemetar.Terlebih saat sebuah kecupan lembut mendarat di keningnya. Jantung Tazkia terasa mau copot.Dalam hening, Tazkia masih terus mendengar aktifitas suaminya membuka lemari, lalu menaruh beberapa benda di meja dan suara pintu kamar mandi yang terbuka lalu ditutup, disusul suara kucuran air shower dari arah kamar mandi yang menandakan Regi kini sedang mandi.Beberapa kali Tazkia bergerak mencari posisi nyaman untuk tidur, namun tak mene
Suara ayam berkokok terdengar dari arah kebun milik tetangga sebelah.Seorang gadis tampak menjempur pakaian di halaman samping rumahnya. Rambutnya yang basah tergelung handuk ke atas."Rin, airnya kok mati?" Teriak sebuah suara lain dari arah dapur.Seorang lelaki tampak melongokkan kepala ke arah luar kamar mandi dengan kepala penuh busa dan matanya yang terpejam.Gadis bernama Arini itu beranjak ke dapur dan menengok ke arah token listrik di rumahnya yang ternyata habis. "Listriknya mati, Mas, semalam Rini lupa isi, ini baru mau beli, tunggu ya,"Sementara Rini berlari ke depan, si lelaki tadi hanya menggerutu sendiri di dalam kamar mandi. Mengusap kedua matanya dengan handuk agar tidak perih dan terpaksa menunggu kran showernya hidup.Tak lama berselang, kran shower itu kembali mengalirkan air. Lelaki itu pun lekas melanjutkan kegiatannya di kamar mandi."Huh! Pikun!" Keluhnya gemas sembari menoyor kepala adik perempuannya di dapur."Ya namanya orang lupa kan nggak inget, Mas! Kay
"Permisi, saya mau bertemu dengan Regi, apa dia ada di ruangannya?" Tanya seorang wanita berhijab pada Sandra yang sedang sibuk bekerja. Jemari lentik sang sekretaris menari lincah, mengetik-ngetik sesuatu dengan cepat pada keyboard."Pak Regi masih ada tamu penting, belum bisa diganggu, tunggu saja dulu ya," ucap Sandra bahkan tanpa menoleh."Tapi tadi saya sudah mengirim pesan, Regi bilang saya bisa langsung masuk ke ruangannya," kata Tazkia sedikit kesal. Melirik ke arah name tag yang terkalung di leher wanita berkemeja ketat di hadapannya itu.Dan nama Sandra yang tertera di sana cukup membuat Tazkia mengerti bahwa ternyata inilah sekretaris baru sang suami yang selalu saja dipuji-puji Regi itu.Ternyata, perkataan Regi memang benar, bahwa Sandra tidak hanya pintar, tapi juga sangat cantik. Hanya saja, menurut Tazkia, pakaian Sandra terlalu vulgar, tidak sesopan penampilan Ranti. Sekretaris Regi sebelumnya.Sandra menghentikan kegiatannya, menatap Tazkia dengan tatapan sinis."Mba
Tiga hari setelah hari di mana Regi memecat Sandra, alhasil, Regi sendiri kini yang dibuat kelimpungan karena semua pekerjaaannya jadi terbengkalai dan kacau balau.Regi sadar bahwa dia membutuhkan sekretaris, dia membutuhkan Sandra dan menyesali perbuatan yang dia lakukan terhadap Sandra kala itu.Padahal sebelumnya, Tazkia sudah memperingatkan Regi, bahkan membujuk Regi untuk tidak memecat Sandra, namun Regi tetap bersikukuh melakukannya.Kini, tanpa Sandra di kantor, seluruh pekerjaan tak bisa selesai tepat waktu sementara Mesya, karyawan yang diangkat menjadi sekretaris sementaranya, selalu saja melakukan kesalahan dalam bekerja. Membuat Regi tak hentinya memaki dalam hati hingga menumpahkan kekesalannya itu pada barang-barang yang terdapat di atas meja kerjanya.Maju mundur, Regi ingin menghubungi Sandra. Namun egonya sebagai seorang CEO dan laki-laki membuat Regi merasa kesulitan melakukannya.Meski, pada akhirnya, Regi pun melakukan hal itu juga.Teleponnya sudah tersambung pad
Hujan yang turun mengguyur kota Jakarta malam itu semakin deras, padahal Regi sudah menunggu lebih dari satu jam di kediaman Sandra setelah Sandra mengatakan bahwa payung yang dia miliki rusak dan sudah dia buang beberapa hari yang lalu, untuk saat ini Sandra belum sempat membeli payung baru. Itulah sebabnya, Regi kini terjebak di kediaman Sandra yang sejak tadi asik menonton televisi di sisinya.Saat itu, keduanya duduk di karpet lantai di ruang depan. Menikmati beberapa cemilan yang tadi Regi beli.Malam semakin larut dan sampai detik ini Regi belum juga berhasil menghubungi Tazkia, bahkan sampai dia meminjam ponsel Sandra untuk menghubungi sang istri, namun Tazkia tak juga menjawab panggilannya.Regi hanya berpikir, sepertinya Tazkia memang sudah tidur karena dia tahu kalau Tazkia selalu tidur lebih awal.Paha mulus dengan kulit putih bersih yang terpampang di hadapan Regi sejak tadi membuat lelaki itu duduk gelisah, fokusnya buyar pada acara televisi yang ditonton Sandra.Merasa t