Hari ini adalah jadwal Tazkia check up kesehatan ke rumah sakit setelah kurang lebih dua minggu dia beristirahat total di rumah.
Dua hari yang lalu, Regi berangkat ke Singapura untuk keperluan bisnis dan dia mengatakan akan kembali hari ini untuk mengantar sang istri check up.Berhubung hari sudah sore dan Regi belum juga menunjukkan batang hidungnya di rumah, Tazkia pun berinisiatif untuk pergi check up sendiri.Sebenarnya tidak check up pun, dia merasa kondisi kesehatannya sudah lebih baik dari hari ke hari, hanya saja dia perlu memeriksakan kondisi kesehatan rahimnya pasca mengalami keguguran untuk yang kesekian kali. Meski jauh dari lubuk hatinya yang terdalam, Tazkia tak mengharapkan kehadiran seorang anak dalam rumah tangganya dengan Regi sejauh ini.Tidak selama sikap Regi belum berubah terhadapnya."Aduh, saya lupa bawa surat check upnya lagi. Sebentar ya Pak," ucap Tazkia saat dirinya baru saja memasuki mobil."Biar saya saja yang ambilkan, Bu," kata Lilis yang saat itu menghantar kepergian sang majikan di teras."Kamu tau tempatnya?""Di kamar ibukan?""Iya, di laci kamar sebelah kiri tempat tidur. Paling atas ya, Lis," beritahu Tazkia pada salah satu asisten rumah tangga barunya itu.Dengan sigap Lilis pun berbalik dan berjalan tergesa menuju kamar Tazkia di lantai atas. Sementara Tazkia menunggu di mobil bersama supir pribadinya, Pak Aan.Tak lama, Lilis kembali dengan wajah pucat, dia memberikan surat check up yang dimaksud sang majikan, masih dengan napasnya yang terengah-engah. Seperti orang habis melihat hantu."Kamu kenapa, Lis?" Tanya Tazkia bingung.Lilis menggeleng. "Nggak Bu, nggak kenapa-napa," jawab remaja itu."Yaudah, saya berangkat dulu. Nanti kalau suami saya pulang beritahu saja saya udah ke rumah sakit sama Pak Aan, gitu ya?""Ibu nggak takut Pak Regi marah kalau berangkat duluan?" Tanya Isah yang juga ada di teras.Tazkia terdiam sesaat, sebelum akhirnya dia meyakinkan kedua pembantunya itu untuk tidak mengkhawatirkan hal itu, karena Tazkia sudah lebih dulu menghubungi Regi bahwa dia akan berangkat ke rumah sakit sendiri jika sampai sore Regi belum juga pulang.Isah dan Lilis menatap kepergian majikannya itu dengan tatapan prihatin. Hingga setelah mobil yang dikendarai Pak Aan menghilang dari pandangan mereka, Lilis tiba-tiba berkata, "Sah, tadi aku lihat, ruangan rahasia yang waktu itu pernah diceritakan Bi Inah ke kita, sebelum dia pergi dari rumah ini,""Hah? Yang bener kamu, Lis? Bukannya ruangan itu selalu dikunci sama Bu Tazkia,""Tadi pas aku masuk ke kamarnya, aku iseng, penasaran, apa benar ada ruangan seperti yang dibilang Bi Inah itu di dalam kamarnya Bu Tazkia sama Pak Regi, dan ternyata benar ada,""Astaghfirullah, jadi semua yang diceritakan Bi Inah tentang Pak Regi itu benar?"Lilis terdiam.Tubuh remaja berusia sembilas belas tahun itu tiba-tiba bergidik.*****Sesampainya di rumah sakit, karena Tazkia adalah salah satu pasien VIP di sana, jadi dia tak perlu lagi mengikuti prosedur pendaftaran di rumah sakit seperti orang pada umumnya.Dia langsung menuju ruang kerja Dokter Ilham dan memberikan lembaran check upnya pada suster yang berjaga di ruang kerja sang dokter.Setelah menunggu kurang lebih lima belas menit, Tazkia mendapat telepon dari Regi yang menyuruhnya untuk segera pulang karena Regi baru saja mendapat telepon dari Dokter Ilham yang berhalangan hadir ke rumah sakit sore itu.Jadilah, check up terpaksa diundur."Loh, Dokter Ilham gimana sih? Kalau memang dia nggak bisa hadir hari ini, harusnya jangan kasih tanggal hari ini dong untuk check up," keluh Tazkia di telepon saat itu."Dokter Ilham udah nungguin kamu dari tadi pagi, tapi kamu nggak dateng juga makanya dia pulang. Yaudah besok aja check up nya sama aku. Ini aku baru sampai di Bandara. Jemput ya sayang, aku kangen..." Bisik Regi manja.Tazkia menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Dua hari belakangan, Tazkia merasa hidupnya tenang tanpa keberadaan Regi di rumah dan hari ini, suaminya itu pulang, sayangnya Tazkia justru kembali di dera perasaan was-was.Meski tak dipungkiri, ada sejumput rindu yang tak terbantahkan dalam sudut hati kecilnya yang terdalam.Sejumput rindu untuk suaminya.Rindu akan sikap Regi yang dahulu."Yaudah kalau gitu, aku jemput kamu ke Bandara sama Pak Aan sekarang. Kamu sama siapa aja emang?""Sama Sandra dan Pak Djamal, tapi Pak Djamal dijemput sama anaknya, jadi paling Sandra aja nanti yang nebeng mobil kita,""Sandra? Siapa Sandra?" Tanya Tazkia merasa asing dengan nama itu. Sebab yang dia tahu, nama sekretaris Regi itu Ranti, bukan Sandra."Sandra sekretaris baruku, kan waktu itu aku udah pernah cerita ke kamu, kalau Ranti resign setelah menikah. Kamu sih kebiasaan, kalau suami lagi cerita nggak pernah fokus di dengar,""Ya maaf, mungkin aku lupa,""Makanya, jangan terlalu banyak pikiran sayang. Gimana kita bisa punya anak kalau kamu stress melulu? Apa-apa dijadiin beban, jadi pikiran, makanya kamu jadi sering sakit-sakittan sekarang,"Tazkia mencengkram kuat ponsel di tangannya, menahan ledakan emosi yang tertahan di dada. Ucapan Regi benar-benar membuat Tazkia ingin berkata kasar."Aku juga sakit kan gara-gara kamu, Mas!" Tekan Tazkia yang akhirnya tak bisa menahan nyeri di ulu hatinya atas ucapan Regi yang seenak udelnya. Menjatuhkan semua kesalahan pada Tazkia yang seolah-olah tak bisa menjaga kesehatannya.Hening.Tazkia tak mendengar suara Regi membalas kata-katanya.Sampai akhirnya, sambungan telepon itu pun terputus.Lalu tak lama, Regi mengirim sebuah pesan pada Tazkia yang meminta Tazkia untuk langsung pulang saja karena dia akan pulang menaiki taksi online yang sudah terlanjur di pesan Sandra.Tazkia menyeka sudut matanya yang berair.Menatap sekilas pergelangan tangannya yang terdapat bekas luka, lalu menutupinya kembali dengan pakaiannya.Saat itu, Tazkia sudah berada di lobby, meminta sang supir untuk membawa mobil ke Lobby rumah sakit ketika seseorang memanggil Tazkia dari arah lift.Tazkia menoleh, dan mendapati sesosok tubuh tinggi seorang lelaki berjalan ke arahnya."Nyonya Tazkia ya? Pasiennya Dokter Ilham?" Tanya lelaki itu pada Tazkia.Tazkia mengangguk, mencoba mengingat-ingat, siapa sebenarnya lelaki ini."Saya Fadli, rekan dokter Ilham di rumah sakit ini, yang pernah memeriksa anda waktu itu," Fadli mengulurkan tangannya mengajak bersalaman."Oh ya, saya ingat," kata Tazkia seraya menjabat tangan Fadli."Mau check up?" Terka Fadli saat itu.Tazkia kembali mengangguk.Fadli menatap Tazkia dengan sorot mata yang sulit diartikan, hingga setelahnya, dia mengeluarkan sesuatu dari dalam tas yang tersampir di bahunya."Ini cek milik suami anda, tolong kembalikan. Saya tidak membutuhkannya. Waktu itu saya sudah beberapa kali mencoba mengembalikannya tapi lagi-lagi cek ini kembali ke saya. Bilang pada suami anda, bahwa saya tidak akan membuka mulut sedikit pun tentang apa yang sebenarnya terjadi pada anda, asalkan, hal itu tidak kembali terulang lagi terhadap diri anda. Dokter Ilham sudah menceritakan semuanya pada saya tentang siapa suami anda dan juga tentang siapa anda, jadi, saya cukup memahami kesulitan anda dalam rumah tangga yang anda jalani sekarang. Hanya saja, saran saya, jangan terlalu memaksakan diri untuk bertahan jika sesuatu yang kita pertahankan justru akan merugikan diri kita sendiri, permisi."Saat itu, tatapan Tazkia terus tertuju ke arah punggung Fadli tanpa berkedip dengan selembar cek yang berada di tangannya.Satu titik air mata wanita itu terjatuh meski dengan cepat dia menyekanya.Nurani Tazkia tersentuh atas ucapan Dokter bernama Fadli itu, sebab sejauh ini, tak ada satu pun orang yang perduli padanya, bahkan keluarganya sendiri pun seolah menutup mata.Terkadang, adakalanya orang asing terasa seperti keluarga sendiri.Suara deru mesin mobil terdengar mendekati halaman teras rumah, melintasi kamar Tazkia yang berada di lantai atas.Tazkia mengintip dari balik jendela kamarnya dan mendapati kepulangan sang suami yang baru saja turun dari sebuah taksi online.Bukannya berniat menyambut kepulangan Regi, Tazkia malah buru-buru berlari ke arah tempat tidur, menarik selimut dan berpura-pura tidur.Selang beberapa menit, Tazkia mendengar suara pintu kamarnya terbuka, dan sudah dipastikan itu adalah suaminya. Mata wanita itu pun semakin terpejam erat dengan sekujur tubuh gemetar.Terlebih saat sebuah kecupan lembut mendarat di keningnya. Jantung Tazkia terasa mau copot.Dalam hening, Tazkia masih terus mendengar aktifitas suaminya membuka lemari, lalu menaruh beberapa benda di meja dan suara pintu kamar mandi yang terbuka lalu ditutup, disusul suara kucuran air shower dari arah kamar mandi yang menandakan Regi kini sedang mandi.Beberapa kali Tazkia bergerak mencari posisi nyaman untuk tidur, namun tak mene
Suara ayam berkokok terdengar dari arah kebun milik tetangga sebelah.Seorang gadis tampak menjempur pakaian di halaman samping rumahnya. Rambutnya yang basah tergelung handuk ke atas."Rin, airnya kok mati?" Teriak sebuah suara lain dari arah dapur.Seorang lelaki tampak melongokkan kepala ke arah luar kamar mandi dengan kepala penuh busa dan matanya yang terpejam.Gadis bernama Arini itu beranjak ke dapur dan menengok ke arah token listrik di rumahnya yang ternyata habis. "Listriknya mati, Mas, semalam Rini lupa isi, ini baru mau beli, tunggu ya,"Sementara Rini berlari ke depan, si lelaki tadi hanya menggerutu sendiri di dalam kamar mandi. Mengusap kedua matanya dengan handuk agar tidak perih dan terpaksa menunggu kran showernya hidup.Tak lama berselang, kran shower itu kembali mengalirkan air. Lelaki itu pun lekas melanjutkan kegiatannya di kamar mandi."Huh! Pikun!" Keluhnya gemas sembari menoyor kepala adik perempuannya di dapur."Ya namanya orang lupa kan nggak inget, Mas! Kay
"Permisi, saya mau bertemu dengan Regi, apa dia ada di ruangannya?" Tanya seorang wanita berhijab pada Sandra yang sedang sibuk bekerja. Jemari lentik sang sekretaris menari lincah, mengetik-ngetik sesuatu dengan cepat pada keyboard."Pak Regi masih ada tamu penting, belum bisa diganggu, tunggu saja dulu ya," ucap Sandra bahkan tanpa menoleh."Tapi tadi saya sudah mengirim pesan, Regi bilang saya bisa langsung masuk ke ruangannya," kata Tazkia sedikit kesal. Melirik ke arah name tag yang terkalung di leher wanita berkemeja ketat di hadapannya itu.Dan nama Sandra yang tertera di sana cukup membuat Tazkia mengerti bahwa ternyata inilah sekretaris baru sang suami yang selalu saja dipuji-puji Regi itu.Ternyata, perkataan Regi memang benar, bahwa Sandra tidak hanya pintar, tapi juga sangat cantik. Hanya saja, menurut Tazkia, pakaian Sandra terlalu vulgar, tidak sesopan penampilan Ranti. Sekretaris Regi sebelumnya.Sandra menghentikan kegiatannya, menatap Tazkia dengan tatapan sinis."Mba
Tiga hari setelah hari di mana Regi memecat Sandra, alhasil, Regi sendiri kini yang dibuat kelimpungan karena semua pekerjaaannya jadi terbengkalai dan kacau balau.Regi sadar bahwa dia membutuhkan sekretaris, dia membutuhkan Sandra dan menyesali perbuatan yang dia lakukan terhadap Sandra kala itu.Padahal sebelumnya, Tazkia sudah memperingatkan Regi, bahkan membujuk Regi untuk tidak memecat Sandra, namun Regi tetap bersikukuh melakukannya.Kini, tanpa Sandra di kantor, seluruh pekerjaan tak bisa selesai tepat waktu sementara Mesya, karyawan yang diangkat menjadi sekretaris sementaranya, selalu saja melakukan kesalahan dalam bekerja. Membuat Regi tak hentinya memaki dalam hati hingga menumpahkan kekesalannya itu pada barang-barang yang terdapat di atas meja kerjanya.Maju mundur, Regi ingin menghubungi Sandra. Namun egonya sebagai seorang CEO dan laki-laki membuat Regi merasa kesulitan melakukannya.Meski, pada akhirnya, Regi pun melakukan hal itu juga.Teleponnya sudah tersambung pad
Hujan yang turun mengguyur kota Jakarta malam itu semakin deras, padahal Regi sudah menunggu lebih dari satu jam di kediaman Sandra setelah Sandra mengatakan bahwa payung yang dia miliki rusak dan sudah dia buang beberapa hari yang lalu, untuk saat ini Sandra belum sempat membeli payung baru. Itulah sebabnya, Regi kini terjebak di kediaman Sandra yang sejak tadi asik menonton televisi di sisinya.Saat itu, keduanya duduk di karpet lantai di ruang depan. Menikmati beberapa cemilan yang tadi Regi beli.Malam semakin larut dan sampai detik ini Regi belum juga berhasil menghubungi Tazkia, bahkan sampai dia meminjam ponsel Sandra untuk menghubungi sang istri, namun Tazkia tak juga menjawab panggilannya.Regi hanya berpikir, sepertinya Tazkia memang sudah tidur karena dia tahu kalau Tazkia selalu tidur lebih awal.Paha mulus dengan kulit putih bersih yang terpampang di hadapan Regi sejak tadi membuat lelaki itu duduk gelisah, fokusnya buyar pada acara televisi yang ditonton Sandra.Merasa t
Setelah bulak-balik memilih pakaian yang pantas dia kenakan malam ini untuk menyambut kedatangan Regi, akhirnya pilihan Sandra jatuh pada tank top hitam bermodel korean waffle backless, di mana Sandra memutuskan untuk melepas Bra yang dia kenakan, agar punggung mulusnya terlihat lebih jelas dari balik tali-tali tank topnya yang bersilangan.Untuk bawahannya sendiri, Sandra tak memiliki pilihan lain selain koleksi hotpants nya yang memang itu-itu saja.Semenjak Ibunya meninggal dan Sandra menganggur, sudah sangat lama dia tak pernah berbelanja apapun dalam hal fashion. Jangankan untuk membeli pakaian, untuk biaya hidupnya sehari-hari saja susah, terlebih dia memang sempat hutang pada rentenir sewaktu Ibunya masih dirawat di rumah sakit karena persediaan uangnya sudah habis akibat dia yang terlalu boros. Alhasil, belum apa-apa, Sandra sudah kelimpungan tutup lobang, gali lobang.Bahkan, kini dia harus terpaksa pindah ke kontrakan jelek ini karena kontrakan lamanya itu uang sewanya sanga
"Regi..."Belum sempat Sandra berkata-kata, Regi sudah lebih dulu mengunci bibir Sandra kembali, dengan menjalin ciuman.Sementara tangan Regi yang memegang pisau kini merayap di balik punggung Sandra.Tubuh Sandra membeku saat merasakan ujung pisau itu seperti meraba kulitnya hingga terdengar suara sesuatu yang dirobek.Ternyata, Regi hanya ingin membuka tank top itu dengan caranya sendiri, yakni memutuskan tali temali rumit tank top yang dikenakan Sandra menggunakan pisau dapur tersebut.Dan cara Regi itu sukses membuat Sandra sempat didera rasa takut.Tapi kini, wanita itu mulai kembali rileks ketika Regi sudah melempar pisau tadi ke lantai dan menggendong tubuh Sandra yang sudah setengah polos itu menuju kamar.Regi melepas pakaian atasnya dengan tergesa sebelum akhirnya dia kembali mencumbu Sandra yang sudah pasrah menunggu Regi memenuhi tubuhnya dengan kenikmatan."Are you still a virgin, Baby?" Bisik Regi ketika tubuh keduanya sudah sama-sama dalam keadaan polos.Gelengan kepal
Terengah-engah Tazkia masuk ke dalam kamarnya, namun tak didapatinya keberadaan Regi di sana."Mas?" Panggilnya sembari melangkah memasuki kamar.Berjalan menuju kamar mandi, berpikir Regi ada di dalam kamar mandi, namun dugaannya salah karena kamar mandi itu kosong.Hingga sebuah deritan pintu yang terdengar dari arah lain membuat napas Tazkia tercekat."Aku di sini, sayang," ucap Regi yang baru saja keluar dari ruangan pribadinya.Sebuah ruangan khusus yang menjadi tempat di mana Regi menumpahkan hasrat terpendamnya selama ini, bersama Tazkia.Regi merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel dan melihat stopwatch yang dia nyalakan tadi. "Telat lima detik!" Ucapnya kemudian.Tazkia menelan salivanya dengan susah payah, tungkai kakinya mendadak lemas ketika dia memaksakan diri membalikkan tubuh ke arah suara Regi terdengar.Tampak dalam penglihatan Tazkia, Regi yang saat itu masih menggunakan celana Chino panjangnya, sementara tubuh atasnya shirtless, kini sedang berdiri dengan tubuh
Namaku, Tania Andriani.Aku terlahir dari rahim seorang wanita bernama Tazkia Andriani yang kini sudah hidup berbahagia bersama keluarga barunya. Bahkan setelah dia mengasingkan aku hanya karena Ayahku adalah seorang pembunuh.Kedua orang tua angkatku bilang, Tazkia tidak mau merawatku karena dia sangat membenci Ayahku dan berpikir, jika aku sudah besar nanti, aku akan menjadi seperti ayah.Yaitu, seorang pembunuh.Dan semua kekhawatiran itu memang menjadi kenyataan.Kini, aku menjelma menjadi seorang pembunuh tanpa ada siapapun yang mengetahuinya.Aku tidak menyesal menjadi seorang pembunuh karena bagiku, membunuh itu sangat mengasyikkan.Aku sangat menikmati saat-saat di mana mangsaku meregang nyawa secara perlahan-lahan.Memohon, menangis, merintih dan menghiba di hadapanku.Sayangnya, setelah bertahun-tahun berburu tanpa meninggalkan jejak, akhirnya aku melakukan kesalahan fatal saat aku membunuh seorang lelaki bernama Gerald yang ternyata adalah kekasih Cindy, dia adikku. Anak Ta
Seorang gadis berambut panjang bergelombang terlihat berjalan menyusuri trotoar pejalan kaki yang tertutup salju.Dia memasukkan kedua tangannya di balik saku jaket tebalnya.Sesekali bersiul-siul santai sekadar mengusir hawa dingin yang merasuk serta merta. Membuat tubuhnya terus menggigil.Ingin rasanya dia segera sampai di rumah untuk menghangatkan tubuh.Secangkir coklat panas dengan sepotong cake blueberry buatan sang Ibunda terbayang dalam benaknya. Mendadak perutnya jadi keroncongan.Salju yang turun di kota London pada musim dingin kali ini memang cukup lebat dari biasanya. Itulah sebabnya, banyak jalanan ditutup karena badai salju yang tak kunjung berhenti."Assalamualaikum," ucapnya seperti biasa setiap kali memasuki rumah. Meski dia dilahirkan dan menetap di kota yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, namun sebagai seorang muslim, dia wajib melaksanakan semua yang memang menjadi ajaran Agamanya, yaitu Islam. Dan mengucapkan salam adalah hal penting dalam keluarga merek
"HUKUM MATI FADLI SI PEMBUNUH!""DIA SAMA SAJA DENGAN AYAHNYA!""BAHKAN HUKUMAN MATI SAJA BELUM CUKUP UNTUK MEMBALAS PERBUATAN KEJI MEREKA!""ARAK MEREKA DAN RAJAM SAMPAI MATI!""MEREKA MONSTER YANG SANGAT MENGERIKAN!""PEMERINTAH HARUS SEGERA MENINDAK TEGAS KASUS INI!""JANGAN BODOHI MASYARAKAT LAGI!"Semua masa dari berbagai kalangan turun ke jalan, menyuarakan aksi protes atas ketidakbecusan pemerintah dan aparat kepolisian dalam mengungkap kasus pembunuhan berantai selama ini.Publik kembali dibuat tercengang saat Fadli Al-Hakim, seorang Dokter umum dengan paras tampannya, perilakunya yang sopan, bersahaja dan sangat baik itu ternyata adalah seorang psikopat!Dia lah pembunuh berantai yang sudah menghabisi hampir dua puluh nyawa manusia tidak berdosa dengan cara yang teramat sangat sadis.Melalui bukti berupa jari dan isi tulisan dalam buku diarinya, hari itu Fadli menyerahkan diri kepada pihak kepolisian hingga kabar itu pun menyebar dan memancing emosi penduduk.Wartawan dan masy
Regi terus mencoba menghubungi Fadli saat itu, namun ponsel Fadli tak juga aktif.Dia sudah mencari Fadli ke tempat yang selama ini Regi sediakan untuk Fadli bersembunyi tapi Fadli tidak ada di sana.Dan Regi sudah menduga, Fadli pasti sedang berada bersama Karina saat ini.Itulah sebabnya, Regi mengerahkan seluruh anak buahnya untuk melacak keberadaan Karina sebelum wanita itu benar-benar melakukan sesuatu terhadap Fadli.Regi menduga, tak menutup kemungkinan, Karina akan membunuh Fadli dengan tangannya sendiri sebagai pembalasan dendam atas apa yang telah terjadi kepada kekasihnya, Jervian.Tak lama, saat Regi dan anak buahnya, serta Angela dan timnya pun turut serta mencari kemana Karina membawa Fadli pergi, Regi mendapatkan sebuah pesan singkat dari seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah ibu kandung Fadli.Pesan itu berisi...Aku tau kemana Karina membawa Fadli.Dan melalui bantuan wanita itulah akhirnya Regi berhasil menemukan Fadli dan Karina.Hari itu, tengah malam buta, K
15 MaretUsiaku enam tahun.Hari ini cerah.Tapi, seekor kucing membuatku kesal dengan suaranya yang berisik ketika aku sedang bermain.Aku menangkap kucing itu dan membelah isi perutnya.Ternyata, kucing itu sedang hamil.*17 MaretDua hari setelah aku membelah perut kucing.Hari ini mendung.Ayah memukulku setelah mendapat laporan dari tetangga yang kehilangan kucing dan mengetahui aku yang telah membunuh kucingnya.Ayah memarahiku habis-habisan di depan banyak orang.Aku sangat kesal padanya, tapi Ibu selalu menghalangiku saat aku ingin membalas perbuatan Ayah terhadapku.*25 MaretSatu minggu kemudian.Hari ini gerimis.Ayah mencoba membunuh adikku, saat itu dia sedang mabuk, tapi Ibu menolong adikku, hingga akhirnya, Ibu menjadi bulan-bulanan Ayah.Jervian yang menolong Ibu waktu itu.*21 Januari.Satu tahun kemudian.Hari kematian Ibu.Ayah yang sudah membunuh Ibuku.Lelaki itu menyiksa ibu secara brutal di hadapanku.Begitu melihatku berdiri di pintu kamar, Ibu berlari ke ar
Waktu dua bulan sudah lebih dari cukup bagi Tazkia memulihkan kondisi kesehatan fisik dan mentalnya akibat kematian kedua orang tua dan janin di dalam kandungannya.Kini, Tazkia sudah benar-benar pulih dan bisa beraktifitas normal kembali.Hanya saja, satu hal yang masih menjadi tanda tanya besar dalam benak Tazkia saat ini adalah kepergian Fadli dari kehidupannya.Lelaki itu seperti menghilang di telan bumi bahkan sejak Tazkia sadar dari komanya setelah operasi, Tazkia tak pernah melihat keberadaan Fadli di sisinya.Regi bilang, Fadli ditugaskan untuk menjadi Dokter sukarelawan di desa terpencil yang letaknya berada di pelosok negeri, itulah sebabnya, Fadli akan kesulitan menghubungi Tazkia begitu juga sebaliknya.Tapi logikanya, sesulit apapun sinyal di tempat Fadli mengemban tugas saat ini, masa iya, sudah dua bulan lebih dia tak sama sekali memberi kabar pada anak dan istrinya, satu kali pun?Bukankah itu mustahil?Kembali, entah untuk yang ke berapa ratus kalinya Tazkia menengok
Bergas mengutuk kebodohannya yang sudah termakan bujuk rayu Tristan.Nyatanya, selama ini dirinya sudah dibohongi oleh Tristan yang merupakan kaki tangan Syarif.Syarif dan Tristan bekerjasama memanfaatkan dirinya agar terjalin kerjasama diantara Bergas dengan Perusahaan Gen Corporation di mana pemilik perusahaan itu ternyata adalah Regi Haidarzaim yang merupakan mantan suami Tazkia yang kini menikah dengan Fadli."Jadi selama ini, anda sudah menipu saya, Pak?" Tanya Bergas pada Syarif dalam pertemuan rahasia mereka. "Setelah apa yang sudah saya lakukan untuk anda, tapi apa yang anda lakukan pada saya?" teriak Bergas lagi saat dia mengetahui bahwa izin penelitiannya sudah benar-benar dicabut. Bahkan Syarif melarang Bergas untuk melakukan tes DNA terhadap para Ibu hamil terduga memiliki keturunan dengan Gen Psikopat.Penelitian itu resmi dihentikan dan ditutup untuk selama-lamanya setelah salah seorang peneliti lain yang merupakan anak buah Syarif mengumumkan ke publik bahwa penelitian
Sore ini Tazkia sadar setelah seharian kemarin dia mengalami koma pasca pendarahan hebat yang dialaminya.Masih dengan tubuh yang sangat lemah Tazkia hanya bisa mengedipkan mata, bahkan untuk sekadar menoleh saja dia merasa kesulitan.Tazkia tidak mendapati keberadaan siapapun di dalam ruangan rawatnya saat itu.Dalam diam, kedua bola mata Tazkia mengerjap saat hawa panas menjalarinya. Memancing bendungan air mata yang perlahan menetes di pelipisnya.Sekelebat bayangan jasad kedua orang tuanya yang tergantung dengan keadaan yang mengerikan kembali terlintas dalam benak Tazkia saat itu."Ibu... Bapak..." gumamnya dalam tangis.Pintu ruang rawat yang terbuka membuat tatapan Tazkia teralihkan.Melalui lirikan matanya saat itu, Tazkia menangkap samar sesosok tubuh lelaki yang perlahan mendekatinya.Buru-buru Tazkia memejamkan mata.Berpura-pura belum sadar."Bu Tazkia belum sadar, Pak." ucap suara asing yang tertangkap indra pendengaran Tazkia."Dokter sudah memeriksa keadaannya hari ini?
"Sayangnya, Tazkia akan sangat membencimu jika dia sampai tahu siapa kamu sebenarnya! Terlebih, tentang kisah masa lalu mu dengannya! Tentang alasan mengapa dulu kamu selalu menstalkingnya sewaktu kalian masih SMA. Bukan karena kamu yang menyukainya, tapi karena kamu yang ingin membunuhnya!""Dari mana kamu tahu soal itu?" Tanya Fadli cepat. Lelaki itu benar-benar terkejut.Karina tersenyum miring. Melipat kedua tangan di depan dada, dia kembali duduk di sofa. "Pertanyaan yang kamu ajukan itu kedengarannya sangat lucu bagiku, Jer! Jelas-jelas, kamu sendiri yang sudah menceritakan semua rahasia pribadimu padaku. Semua rencana pembunuhanmu, termasuk siapa target pembunuhanmu selanjutnya jika saja malam itu Jervian tidak menghentikanmu! Aku tau semuanya, Jer..."Fadli yang mulai termakan omongan Karina lekas mendekat dan mengambil posisi duduk di sisi wanita itu. Menarik kedua bahu Karina agar duduk menghadapnya. "Coba, katakan, katakan semua rahasia pribadiku yang kamu ketahui, jika mem