Hari ini adalah jadwal Tazkia check up kesehatan ke rumah sakit setelah kurang lebih dua minggu dia beristirahat total di rumah.
Dua hari yang lalu, Regi berangkat ke Singapura untuk keperluan bisnis dan dia mengatakan akan kembali hari ini untuk mengantar sang istri check up.Berhubung hari sudah sore dan Regi belum juga menunjukkan batang hidungnya di rumah, Tazkia pun berinisiatif untuk pergi check up sendiri.Sebenarnya tidak check up pun, dia merasa kondisi kesehatannya sudah lebih baik dari hari ke hari, hanya saja dia perlu memeriksakan kondisi kesehatan rahimnya pasca mengalami keguguran untuk yang kesekian kali. Meski jauh dari lubuk hatinya yang terdalam, Tazkia tak mengharapkan kehadiran seorang anak dalam rumah tangganya dengan Regi sejauh ini.Tidak selama sikap Regi belum berubah terhadapnya."Aduh, saya lupa bawa surat check upnya lagi. Sebentar ya Pak," ucap Tazkia saat dirinya baru saja memasuki mobil."Biar saya saja yang ambilkan, Bu," kata Lilis yang saat itu menghantar kepergian sang majikan di teras."Kamu tau tempatnya?""Di kamar ibukan?""Iya, di laci kamar sebelah kiri tempat tidur. Paling atas ya, Lis," beritahu Tazkia pada salah satu asisten rumah tangga barunya itu.Dengan sigap Lilis pun berbalik dan berjalan tergesa menuju kamar Tazkia di lantai atas. Sementara Tazkia menunggu di mobil bersama supir pribadinya, Pak Aan.Tak lama, Lilis kembali dengan wajah pucat, dia memberikan surat check up yang dimaksud sang majikan, masih dengan napasnya yang terengah-engah. Seperti orang habis melihat hantu."Kamu kenapa, Lis?" Tanya Tazkia bingung.Lilis menggeleng. "Nggak Bu, nggak kenapa-napa," jawab remaja itu."Yaudah, saya berangkat dulu. Nanti kalau suami saya pulang beritahu saja saya udah ke rumah sakit sama Pak Aan, gitu ya?""Ibu nggak takut Pak Regi marah kalau berangkat duluan?" Tanya Isah yang juga ada di teras.Tazkia terdiam sesaat, sebelum akhirnya dia meyakinkan kedua pembantunya itu untuk tidak mengkhawatirkan hal itu, karena Tazkia sudah lebih dulu menghubungi Regi bahwa dia akan berangkat ke rumah sakit sendiri jika sampai sore Regi belum juga pulang.Isah dan Lilis menatap kepergian majikannya itu dengan tatapan prihatin. Hingga setelah mobil yang dikendarai Pak Aan menghilang dari pandangan mereka, Lilis tiba-tiba berkata, "Sah, tadi aku lihat, ruangan rahasia yang waktu itu pernah diceritakan Bi Inah ke kita, sebelum dia pergi dari rumah ini,""Hah? Yang bener kamu, Lis? Bukannya ruangan itu selalu dikunci sama Bu Tazkia,""Tadi pas aku masuk ke kamarnya, aku iseng, penasaran, apa benar ada ruangan seperti yang dibilang Bi Inah itu di dalam kamarnya Bu Tazkia sama Pak Regi, dan ternyata benar ada,""Astaghfirullah, jadi semua yang diceritakan Bi Inah tentang Pak Regi itu benar?"Lilis terdiam.Tubuh remaja berusia sembilas belas tahun itu tiba-tiba bergidik.*****Sesampainya di rumah sakit, karena Tazkia adalah salah satu pasien VIP di sana, jadi dia tak perlu lagi mengikuti prosedur pendaftaran di rumah sakit seperti orang pada umumnya.Dia langsung menuju ruang kerja Dokter Ilham dan memberikan lembaran check upnya pada suster yang berjaga di ruang kerja sang dokter.Setelah menunggu kurang lebih lima belas menit, Tazkia mendapat telepon dari Regi yang menyuruhnya untuk segera pulang karena Regi baru saja mendapat telepon dari Dokter Ilham yang berhalangan hadir ke rumah sakit sore itu.Jadilah, check up terpaksa diundur."Loh, Dokter Ilham gimana sih? Kalau memang dia nggak bisa hadir hari ini, harusnya jangan kasih tanggal hari ini dong untuk check up," keluh Tazkia di telepon saat itu."Dokter Ilham udah nungguin kamu dari tadi pagi, tapi kamu nggak dateng juga makanya dia pulang. Yaudah besok aja check up nya sama aku. Ini aku baru sampai di Bandara. Jemput ya sayang, aku kangen..." Bisik Regi manja.Tazkia menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Dua hari belakangan, Tazkia merasa hidupnya tenang tanpa keberadaan Regi di rumah dan hari ini, suaminya itu pulang, sayangnya Tazkia justru kembali di dera perasaan was-was.Meski tak dipungkiri, ada sejumput rindu yang tak terbantahkan dalam sudut hati kecilnya yang terdalam.Sejumput rindu untuk suaminya.Rindu akan sikap Regi yang dahulu."Yaudah kalau gitu, aku jemput kamu ke Bandara sama Pak Aan sekarang. Kamu sama siapa aja emang?""Sama Sandra dan Pak Djamal, tapi Pak Djamal dijemput sama anaknya, jadi paling Sandra aja nanti yang nebeng mobil kita,""Sandra? Siapa Sandra?" Tanya Tazkia merasa asing dengan nama itu. Sebab yang dia tahu, nama sekretaris Regi itu Ranti, bukan Sandra."Sandra sekretaris baruku, kan waktu itu aku udah pernah cerita ke kamu, kalau Ranti resign setelah menikah. Kamu sih kebiasaan, kalau suami lagi cerita nggak pernah fokus di dengar,""Ya maaf, mungkin aku lupa,""Makanya, jangan terlalu banyak pikiran sayang. Gimana kita bisa punya anak kalau kamu stress melulu? Apa-apa dijadiin beban, jadi pikiran, makanya kamu jadi sering sakit-sakittan sekarang,"Tazkia mencengkram kuat ponsel di tangannya, menahan ledakan emosi yang tertahan di dada. Ucapan Regi benar-benar membuat Tazkia ingin berkata kasar."Aku juga sakit kan gara-gara kamu, Mas!" Tekan Tazkia yang akhirnya tak bisa menahan nyeri di ulu hatinya atas ucapan Regi yang seenak udelnya. Menjatuhkan semua kesalahan pada Tazkia yang seolah-olah tak bisa menjaga kesehatannya.Hening.Tazkia tak mendengar suara Regi membalas kata-katanya.Sampai akhirnya, sambungan telepon itu pun terputus.Lalu tak lama, Regi mengirim sebuah pesan pada Tazkia yang meminta Tazkia untuk langsung pulang saja karena dia akan pulang menaiki taksi online yang sudah terlanjur di pesan Sandra.Tazkia menyeka sudut matanya yang berair.Menatap sekilas pergelangan tangannya yang terdapat bekas luka, lalu menutupinya kembali dengan pakaiannya.Saat itu, Tazkia sudah berada di lobby, meminta sang supir untuk membawa mobil ke Lobby rumah sakit ketika seseorang memanggil Tazkia dari arah lift.Tazkia menoleh, dan mendapati sesosok tubuh tinggi seorang lelaki berjalan ke arahnya."Nyonya Tazkia ya? Pasiennya Dokter Ilham?" Tanya lelaki itu pada Tazkia.Tazkia mengangguk, mencoba mengingat-ingat, siapa sebenarnya lelaki ini."Saya Fadli, rekan dokter Ilham di rumah sakit ini, yang pernah memeriksa anda waktu itu," Fadli mengulurkan tangannya mengajak bersalaman."Oh ya, saya ingat," kata Tazkia seraya menjabat tangan Fadli."Mau check up?" Terka Fadli saat itu.Tazkia kembali mengangguk.Fadli menatap Tazkia dengan sorot mata yang sulit diartikan, hingga setelahnya, dia mengeluarkan sesuatu dari dalam tas yang tersampir di bahunya."Ini cek milik suami anda, tolong kembalikan. Saya tidak membutuhkannya. Waktu itu saya sudah beberapa kali mencoba mengembalikannya tapi lagi-lagi cek ini kembali ke saya. Bilang pada suami anda, bahwa saya tidak akan membuka mulut sedikit pun tentang apa yang sebenarnya terjadi pada anda, asalkan, hal itu tidak kembali terulang lagi terhadap diri anda. Dokter Ilham sudah menceritakan semuanya pada saya tentang siapa suami anda dan juga tentang siapa anda, jadi, saya cukup memahami kesulitan anda dalam rumah tangga yang anda jalani sekarang. Hanya saja, saran saya, jangan terlalu memaksakan diri untuk bertahan jika sesuatu yang kita pertahankan justru akan merugikan diri kita sendiri, permisi."Saat itu, tatapan Tazkia terus tertuju ke arah punggung Fadli tanpa berkedip dengan selembar cek yang berada di tangannya.Satu titik air mata wanita itu terjatuh meski dengan cepat dia menyekanya.Nurani Tazkia tersentuh atas ucapan Dokter bernama Fadli itu, sebab sejauh ini, tak ada satu pun orang yang perduli padanya, bahkan keluarganya sendiri pun seolah menutup mata.Terkadang, adakalanya orang asing terasa seperti keluarga sendiri.Suara deru mesin mobil terdengar mendekati halaman teras rumah, melintasi kamar Tazkia yang berada di lantai atas.Tazkia mengintip dari balik jendela kamarnya dan mendapati kepulangan sang suami yang baru saja turun dari sebuah taksi online.Bukannya berniat menyambut kepulangan Regi, Tazkia malah buru-buru berlari ke arah tempat tidur, menarik selimut dan berpura-pura tidur.Selang beberapa menit, Tazkia mendengar suara pintu kamarnya terbuka, dan sudah dipastikan itu adalah suaminya. Mata wanita itu pun semakin terpejam erat dengan sekujur tubuh gemetar.Terlebih saat sebuah kecupan lembut mendarat di keningnya. Jantung Tazkia terasa mau copot.Dalam hening, Tazkia masih terus mendengar aktifitas suaminya membuka lemari, lalu menaruh beberapa benda di meja dan suara pintu kamar mandi yang terbuka lalu ditutup, disusul suara kucuran air shower dari arah kamar mandi yang menandakan Regi kini sedang mandi.Beberapa kali Tazkia bergerak mencari posisi nyaman untuk tidur, namun tak mene
Suara ayam berkokok terdengar dari arah kebun milik tetangga sebelah.Seorang gadis tampak menjempur pakaian di halaman samping rumahnya. Rambutnya yang basah tergelung handuk ke atas."Rin, airnya kok mati?" Teriak sebuah suara lain dari arah dapur.Seorang lelaki tampak melongokkan kepala ke arah luar kamar mandi dengan kepala penuh busa dan matanya yang terpejam.Gadis bernama Arini itu beranjak ke dapur dan menengok ke arah token listrik di rumahnya yang ternyata habis. "Listriknya mati, Mas, semalam Rini lupa isi, ini baru mau beli, tunggu ya,"Sementara Rini berlari ke depan, si lelaki tadi hanya menggerutu sendiri di dalam kamar mandi. Mengusap kedua matanya dengan handuk agar tidak perih dan terpaksa menunggu kran showernya hidup.Tak lama berselang, kran shower itu kembali mengalirkan air. Lelaki itu pun lekas melanjutkan kegiatannya di kamar mandi."Huh! Pikun!" Keluhnya gemas sembari menoyor kepala adik perempuannya di dapur."Ya namanya orang lupa kan nggak inget, Mas! Kay
"Permisi, saya mau bertemu dengan Regi, apa dia ada di ruangannya?" Tanya seorang wanita berhijab pada Sandra yang sedang sibuk bekerja. Jemari lentik sang sekretaris menari lincah, mengetik-ngetik sesuatu dengan cepat pada keyboard."Pak Regi masih ada tamu penting, belum bisa diganggu, tunggu saja dulu ya," ucap Sandra bahkan tanpa menoleh."Tapi tadi saya sudah mengirim pesan, Regi bilang saya bisa langsung masuk ke ruangannya," kata Tazkia sedikit kesal. Melirik ke arah name tag yang terkalung di leher wanita berkemeja ketat di hadapannya itu.Dan nama Sandra yang tertera di sana cukup membuat Tazkia mengerti bahwa ternyata inilah sekretaris baru sang suami yang selalu saja dipuji-puji Regi itu.Ternyata, perkataan Regi memang benar, bahwa Sandra tidak hanya pintar, tapi juga sangat cantik. Hanya saja, menurut Tazkia, pakaian Sandra terlalu vulgar, tidak sesopan penampilan Ranti. Sekretaris Regi sebelumnya.Sandra menghentikan kegiatannya, menatap Tazkia dengan tatapan sinis."Mba
Tiga hari setelah hari di mana Regi memecat Sandra, alhasil, Regi sendiri kini yang dibuat kelimpungan karena semua pekerjaaannya jadi terbengkalai dan kacau balau.Regi sadar bahwa dia membutuhkan sekretaris, dia membutuhkan Sandra dan menyesali perbuatan yang dia lakukan terhadap Sandra kala itu.Padahal sebelumnya, Tazkia sudah memperingatkan Regi, bahkan membujuk Regi untuk tidak memecat Sandra, namun Regi tetap bersikukuh melakukannya.Kini, tanpa Sandra di kantor, seluruh pekerjaan tak bisa selesai tepat waktu sementara Mesya, karyawan yang diangkat menjadi sekretaris sementaranya, selalu saja melakukan kesalahan dalam bekerja. Membuat Regi tak hentinya memaki dalam hati hingga menumpahkan kekesalannya itu pada barang-barang yang terdapat di atas meja kerjanya.Maju mundur, Regi ingin menghubungi Sandra. Namun egonya sebagai seorang CEO dan laki-laki membuat Regi merasa kesulitan melakukannya.Meski, pada akhirnya, Regi pun melakukan hal itu juga.Teleponnya sudah tersambung pad
Hujan yang turun mengguyur kota Jakarta malam itu semakin deras, padahal Regi sudah menunggu lebih dari satu jam di kediaman Sandra setelah Sandra mengatakan bahwa payung yang dia miliki rusak dan sudah dia buang beberapa hari yang lalu, untuk saat ini Sandra belum sempat membeli payung baru. Itulah sebabnya, Regi kini terjebak di kediaman Sandra yang sejak tadi asik menonton televisi di sisinya.Saat itu, keduanya duduk di karpet lantai di ruang depan. Menikmati beberapa cemilan yang tadi Regi beli.Malam semakin larut dan sampai detik ini Regi belum juga berhasil menghubungi Tazkia, bahkan sampai dia meminjam ponsel Sandra untuk menghubungi sang istri, namun Tazkia tak juga menjawab panggilannya.Regi hanya berpikir, sepertinya Tazkia memang sudah tidur karena dia tahu kalau Tazkia selalu tidur lebih awal.Paha mulus dengan kulit putih bersih yang terpampang di hadapan Regi sejak tadi membuat lelaki itu duduk gelisah, fokusnya buyar pada acara televisi yang ditonton Sandra.Merasa t
Setelah bulak-balik memilih pakaian yang pantas dia kenakan malam ini untuk menyambut kedatangan Regi, akhirnya pilihan Sandra jatuh pada tank top hitam bermodel korean waffle backless, di mana Sandra memutuskan untuk melepas Bra yang dia kenakan, agar punggung mulusnya terlihat lebih jelas dari balik tali-tali tank topnya yang bersilangan.Untuk bawahannya sendiri, Sandra tak memiliki pilihan lain selain koleksi hotpants nya yang memang itu-itu saja.Semenjak Ibunya meninggal dan Sandra menganggur, sudah sangat lama dia tak pernah berbelanja apapun dalam hal fashion. Jangankan untuk membeli pakaian, untuk biaya hidupnya sehari-hari saja susah, terlebih dia memang sempat hutang pada rentenir sewaktu Ibunya masih dirawat di rumah sakit karena persediaan uangnya sudah habis akibat dia yang terlalu boros. Alhasil, belum apa-apa, Sandra sudah kelimpungan tutup lobang, gali lobang.Bahkan, kini dia harus terpaksa pindah ke kontrakan jelek ini karena kontrakan lamanya itu uang sewanya sanga
"Regi..."Belum sempat Sandra berkata-kata, Regi sudah lebih dulu mengunci bibir Sandra kembali, dengan menjalin ciuman.Sementara tangan Regi yang memegang pisau kini merayap di balik punggung Sandra.Tubuh Sandra membeku saat merasakan ujung pisau itu seperti meraba kulitnya hingga terdengar suara sesuatu yang dirobek.Ternyata, Regi hanya ingin membuka tank top itu dengan caranya sendiri, yakni memutuskan tali temali rumit tank top yang dikenakan Sandra menggunakan pisau dapur tersebut.Dan cara Regi itu sukses membuat Sandra sempat didera rasa takut.Tapi kini, wanita itu mulai kembali rileks ketika Regi sudah melempar pisau tadi ke lantai dan menggendong tubuh Sandra yang sudah setengah polos itu menuju kamar.Regi melepas pakaian atasnya dengan tergesa sebelum akhirnya dia kembali mencumbu Sandra yang sudah pasrah menunggu Regi memenuhi tubuhnya dengan kenikmatan."Are you still a virgin, Baby?" Bisik Regi ketika tubuh keduanya sudah sama-sama dalam keadaan polos.Gelengan kepal
Terengah-engah Tazkia masuk ke dalam kamarnya, namun tak didapatinya keberadaan Regi di sana."Mas?" Panggilnya sembari melangkah memasuki kamar.Berjalan menuju kamar mandi, berpikir Regi ada di dalam kamar mandi, namun dugaannya salah karena kamar mandi itu kosong.Hingga sebuah deritan pintu yang terdengar dari arah lain membuat napas Tazkia tercekat."Aku di sini, sayang," ucap Regi yang baru saja keluar dari ruangan pribadinya.Sebuah ruangan khusus yang menjadi tempat di mana Regi menumpahkan hasrat terpendamnya selama ini, bersama Tazkia.Regi merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel dan melihat stopwatch yang dia nyalakan tadi. "Telat lima detik!" Ucapnya kemudian.Tazkia menelan salivanya dengan susah payah, tungkai kakinya mendadak lemas ketika dia memaksakan diri membalikkan tubuh ke arah suara Regi terdengar.Tampak dalam penglihatan Tazkia, Regi yang saat itu masih menggunakan celana Chino panjangnya, sementara tubuh atasnya shirtless, kini sedang berdiri dengan tubuh