Setelah bulak-balik memilih pakaian yang pantas dia kenakan malam ini untuk menyambut kedatangan Regi, akhirnya pilihan Sandra jatuh pada tank top hitam bermodel korean waffle backless, di mana Sandra memutuskan untuk melepas Bra yang dia kenakan, agar punggung mulusnya terlihat lebih jelas dari balik tali-tali tank topnya yang bersilangan.
Untuk bawahannya sendiri, Sandra tak memiliki pilihan lain selain koleksi hotpants nya yang memang itu-itu saja.Semenjak Ibunya meninggal dan Sandra menganggur, sudah sangat lama dia tak pernah berbelanja apapun dalam hal fashion. Jangankan untuk membeli pakaian, untuk biaya hidupnya sehari-hari saja susah, terlebih dia memang sempat hutang pada rentenir sewaktu Ibunya masih dirawat di rumah sakit karena persediaan uangnya sudah habis akibat dia yang terlalu boros. Alhasil, belum apa-apa, Sandra sudah kelimpungan tutup lobang, gali lobang.Bahkan, kini dia harus terpaksa pindah ke kontrakan jelek ini karena kontrakan lamanya itu uang sewanya sangat mahal.Setelah menyemprotkan parfume ke area leher dan telapak tangannya, Sandra juga menyemprot wewangian itu ke beberapa titik sudut rumahnya agar bau apeknya hilang.Dalam sekejap, rumah Sandra pun rapi dan wangi.Kini, Sandra hanya tinggal duduk manis saja menunggu pangerannya datang.Setelah menonton TV selama kurang lebih setengah jam, akhirnya orang yang Sandra tunggu-tunggu pun datang juga.Regi masuk setelah mengetuk pintu dan Sandra membukanya.Tersenyum manis menyambut kedatangan Regi, Sandra mempersilahkan sang tamu duduk.Regi memberikan dua bungkusan plastik besar yang isinya penuh dengan makanan instan dan cemilan. Lelaki itu memberikannya pada Sandra yang menerimanya dengan senang hati."Waw, banyak banget makanannya?" Pekik Sandra sambil mengecek isi kantong-kantong belanjaan itu. "Bapak mau kopi apa teh?" Tanya Sandra kemudian.Aroma pekat yang terhirup oleh indra penciuman Regi begitu lelaki itu memasuki kediaman Sandra membuat lelaki itu terbuai sejenak, karena aromanya yang memang sangat lembut. Terlebih dengan penampilan Sandra yang memang tak berubah, bahkan malam ini, tank top yang Sandra kenakan lebih terbuka dari tank top yang sebelumnya dia kenakan di waktu Regi datang ke kontrakan ini untuk pertama kalinya."Kopi aja," jawab Regi yang tiba-tiba disergap perasaan gugup. Entahlah, Regi sendiri bingung dengan apa yang dia rasakan. Rasanya seperti dia masih ABG saja.Sandra pun berlalu dari hadapan Regi, pergi menuju dapur untuk membuatkan kopi.Tali-tali yang bersilangan di bagian punggung Sandra sedikit menarik perhatian Regi terlebih saat Regi mendapati bahwa Sandra tak mengenakan Bra lagi di balik tank top tersebut.Regi jadi tersenyum tipis, menggelengkan kepalanya pelan, berharap pikiran kotor yang sudah sejak lama hinggap di kepalanya itu pergi.Sialnya, bukannya menghilang, pikiran-pikiran itu justru semakin menyiksa Regi tatkala di dengarnya Sandra berteriak dari dapur yang membuat Regi reflek bangkit untuk melihat apa yang terjadi pada Sandra di sana.Tangan Sandra yang langsung memeluk lengan Regi, membuat tubuh lelaki itu semakin menegang, dilanda hawa panas dan dingin secara bersamaan."Ada kecoa Pak!" Jerit Sandra yang memang hanya berpura-pura saja. Menunjuk ke arah kamar mandi, sambil sesekali bergidik geli.Regi melongokkan kepala ke dalam kamar mandi tapi tak menemukan kecoa di sana. Dia melepas tangan Sandra dari lengannya. "Nggak ada apa-apa, kok. Kecoa doang aja takut," ucapnya yang hendak berlalu.Saat itu, tangan Sandra memang melepas lengan Regi, namun hanya turun dan malah menggenggam jemari Regi hingga Regi menahan langkahnya di pintu dapur dengan tangannya yang kini bertaut dengan tangan Sandra.Tatapan Sandra yang begitu dalam seolah membuat Regi hilang kewarasan, hingga tanpa dikomando, Regi menarik tubuh Sandra dan menghimpitnya di dinding dapur."Apa yang sebenarnya kamu pilkirkan tentang aku selama ini, Sandra?" Tanya Regi dengan deru napasnya yang mulai memburu. Wajahnya yang hampir menempel dengan Sandra membuat hangat terpaan napas mereka saling beradu."A-aku nggak berpikir apa-apa, Pak. Yang aku tahu, sejak pertama aku melihat kamu di ruangan kerjamu, aku sudah jatuh cinta sama kamu, Pak Regi," ungkap Sandra pada akhirnya.Regi membasahi bibirnya yang mendadak kering. Masih menatap sepasang netra Sandra yang indah. "Kamu taukan kalau aku sudah memiliki istri? Tapi, tapi kenapa kamu melakukan ini padaku?" Tekan Regi dengan gigi gerahamnya yang saling menyatu. Masih sekuat tenaga menahan gejolak panas yang membuncah di dadanya. Masih berusaha mempertahankan akal sehatnya untuk tidak menuruti hawa nafsu yang menyesatkan ini.Regi masih berusaha waras untuk tidak benar-benar mengkhianati Tazkia, istri yang begitu dia cintai.Hanya saja, pesona Sandra memang tak mampu terelakkan lagi.Dalam dua bulan, dunia Regi seolah penuh dengan Sandra, Sandra dan Sandra.Seperti ada yang kurang ketika satu hari saja mereka tak berkirim pesan.Seperti ada yang kurang ketika satu hari saja mereka tak bertanya kabar melalui telepon, bahkan usai mereka bertemu seharian di kantor.Entah perasaan gila macam apa yang kini bersarang di hati Regi, yang pasti hal ini benar-benar membuatnya tersiksa.Tersiksa secara batin karena sejauh dia bersenggama dengan Tazkia, semenjak dirinya dekat dengan Sandra, Regi tak pernah lagi merasakan kepuasaan yang sesungguhnya.Kepuasaan seperti saat dirinya memperlakukan Tazkia di dalam ruangan pribadinya.Bahkan, sudah tiga bulan berlalu sejak mereka melakukannya di dalam ruangan itu terakhir kali, lalu Tazkia keguguran dan masuk rumah sakit, Regi tak pernah berani mengajak Tazkia memasuki ruangan itu lagi karena dia terlalu takut tidak bisa mengendalikan diri.Itulah sebabnya, Regi tersiksa karena tak bisa mendapatkan kepuasaan sejati yang dia inginkan.Lantas, apakah dengan dia melakukannya bersama Sandra, Regi bisa terbebas dari siksaan itu?Entahlah, Regi sendiri tidak tahu.Sejauh ini, hanya ada Tazkia dalam hidup Regi, dalam hati Regi, tapi kini, kehadiran Sandra seolah mengikis perlahan peran penting Tazkia dalam hidupnya.Membuat Regi bingung menentukan sikap.Bingung harus melakukan apa?"Kalau aku bisa memilih pada siapa aku harus jatuh cinta, mungkin aku nggak akan menjatuhkan hatiku pada Pak Regi, tapi semua sudah terjadi Pak, aku capek harus terus menyembunyikan perasaan ini,"Hingga pada akhirnya, ucapan Sandra sukses menghancurkan kewarasan Regi. Lelaki itu benar-benar tak kuat lagi menahan apa yang sudah dia tahan sejak lama.Terhadap Sandra.Lelaki itu menarik tengkuk Sandra, hingga bibir mereka bertaut satu sama lain. Regi mulai memagut bibir seksi Sandra, bergantian atas dan bawah dengan tempo yang agak cepat, membuat Sandra kewalahan untuk mengimbangi. Bahkan setelah beberapa menit berlalu dan Regi terus saja menyerang bibirnya, Sandra pun terpaksa menyudahi hal itu dengan mendorong dada Regi sedikit. Memberi ruang untuk dirinya bernapas.Menatap penuh arti ke dalam mata Regi yang berselimut kabut gairah, Sandra tersenyum menggoda. Membalik tubuhnya, dan mengisyaratkan Regi untuk menarik tali temali tank top di punggungnya.Saat itu, Regi tak melakukan apa yang Sandra perintahkan, dan Sandra justru dibuat terkejut ketika tiba-tiba tangan Regi mengambil sebilah pisau dapur yang memang sejak tadi menarik perhatian lelaki itu."Regi..."Belum sempat Sandra berkata-kata, Regi sudah lebih dulu mengunci bibirnya kembali, dengan menjalin ciuman.Sementara tangan Regi yang memegang pisau kini merayap di balik punggung Sandra."Regi..."Belum sempat Sandra berkata-kata, Regi sudah lebih dulu mengunci bibir Sandra kembali, dengan menjalin ciuman.Sementara tangan Regi yang memegang pisau kini merayap di balik punggung Sandra.Tubuh Sandra membeku saat merasakan ujung pisau itu seperti meraba kulitnya hingga terdengar suara sesuatu yang dirobek.Ternyata, Regi hanya ingin membuka tank top itu dengan caranya sendiri, yakni memutuskan tali temali rumit tank top yang dikenakan Sandra menggunakan pisau dapur tersebut.Dan cara Regi itu sukses membuat Sandra sempat didera rasa takut.Tapi kini, wanita itu mulai kembali rileks ketika Regi sudah melempar pisau tadi ke lantai dan menggendong tubuh Sandra yang sudah setengah polos itu menuju kamar.Regi melepas pakaian atasnya dengan tergesa sebelum akhirnya dia kembali mencumbu Sandra yang sudah pasrah menunggu Regi memenuhi tubuhnya dengan kenikmatan."Are you still a virgin, Baby?" Bisik Regi ketika tubuh keduanya sudah sama-sama dalam keadaan polos.Gelengan kepal
Terengah-engah Tazkia masuk ke dalam kamarnya, namun tak didapatinya keberadaan Regi di sana."Mas?" Panggilnya sembari melangkah memasuki kamar.Berjalan menuju kamar mandi, berpikir Regi ada di dalam kamar mandi, namun dugaannya salah karena kamar mandi itu kosong.Hingga sebuah deritan pintu yang terdengar dari arah lain membuat napas Tazkia tercekat."Aku di sini, sayang," ucap Regi yang baru saja keluar dari ruangan pribadinya.Sebuah ruangan khusus yang menjadi tempat di mana Regi menumpahkan hasrat terpendamnya selama ini, bersama Tazkia.Regi merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel dan melihat stopwatch yang dia nyalakan tadi. "Telat lima detik!" Ucapnya kemudian.Tazkia menelan salivanya dengan susah payah, tungkai kakinya mendadak lemas ketika dia memaksakan diri membalikkan tubuh ke arah suara Regi terdengar.Tampak dalam penglihatan Tazkia, Regi yang saat itu masih menggunakan celana Chino panjangnya, sementara tubuh atasnya shirtless, kini sedang berdiri dengan tubuh
Isah dan Lilis melihat saat Tazkia berlari dari arah pintu utama lalu menaiki tangga dengan tergesa, bahkan setelah sebelumnya mereka baru saja selesai membenahi kamar sang majikan yang berantakan akibat amukan Regi.Mereka tahu bahwa suasana hati majikan laki-lakinya itu sedang tidak baik dan sekelebat ingatan tentang apa yang diucapkan Bi Inah pembantu lama pada mereka kembali terngiang dalam ingatan."Biasanya, Pak Regi akan melakukan hal itu sama Bu Tazkia kalau suasana hatinya lagi buruk atau marah,"Dan karena hal itulah, kini mereka jadi mengkhawatirkan nasib majikan perempuan mereka, Bu Tazkia."Kita nggak bisa diem aja Sah, kita harus tolongin Bu Tazkia," ucap Lilis dengan wajah cemasnya."Ya tapi gimana caranya? Kita cuma pembantu di sini?" Isah jadi bingung sendiri."Apa kita lapor polisi aja kali ya?""Semprul!" Isah langsung menoyor kepala Lilis. "Kamu mau dibunuh Pak Regi? Aku sih ogah! Aku masih mau hidup! Adikku-adikku masih butuh aku untuk bayar biaya sekolah,""Terus
Tazkia tidak tahu apa yang sedang Regi lakukan di luar sana hingga berjam-jam lamanya sang suami tak juga kembali.Berusaha sekuat tenaga melepaskan diri pun percuma karena rantai besi ini jelas sangat kuat dan hanya bisa terlepas dengan kunci gembok yang kini ada di tangan Regi.Tubuh Tazkia yang sudah seratus persen polos tanpa sehelai benang pun mulai menggigil kedinginan karena hawa sejuk AC di ruangan tersebut. Bahkan saat itu, aliran deras air matanya sudah mengering di pelipisnya.Tak tahu lagi apa yang kini Tazkia harapkan, berharap Regi datang, sama saja berharap pada kematian. Sementara jika dibiarkan terus dalam keadaan seperti ini pun Tazkia merasa sangat tidak nyaman.Dia merasa dirinya seperti seekor hewan qurban yang ingin disembelih.Setelah hampir tiga jam berlalu semenjak Regi keluar dari kamar itu, Tazkia mendengar suara pintu kamarnya dibuka, membuat jantung wanita itu kembali mengencang, berdebar tak karuan.Apakah itu Regi?Tanyanya dalam benak.Tatapan Tazkia te
Setelah pertemuannya dengan Regi tadi, Fadli tidak langsung pergi dari tempat dia memparkirkan motornya, tak jauh dari pintu gerbang kediaman Regi dan Tazkia.Lelaki itu cukup lama termenung di sana.Duduk di sisi trotoar.Sampai akhirnya, sebuah suara decitan pintu gerbang yang dibuka tertangkap indra pendengarannya.Dilihatnya sebuah mobil pribadi hitam keluar dari arah rumah mewah itu.Lalu tak lama setelahnya, Fadli melihat Tazkia keluar berjalan kaki dari pintu gerbang dengan kepala tertunduk dan matanya yang agak sembab.Bahkan wajah wanita itu terlihat sedikit pucat.Tazkia berdiri di sisi trotoar bersebelahan dengan trotoar di mana Fadli berada, hanya saja jarak mereka memang cukup jauh.Wanita berhijab itu tampak mengutak-atik ponselnya dan berdiri di tepi jalan sepi itu cukup lama.Fadli masih terus memperhatikan gerak gerik Tazkia hingga dia menangkap saat-saat di mana Tazkia yang sesekali menyeka sudut mata dan pipinya berkali-kali.Sampai akhirnya, sebuah mobil mendekat da
Bel tanda berakhirnya jam sekolah berteriak nyaring.Pelajaran terakhir hari itu berakhir usai semua anak murid membaca doa.Seorang lelaki berseragam SMA yang merupakan anak kelas Tiga tampak berdiri di sisi jendela anak kelas satu, mengintip aktifitas di dalam kelas itu. Tatapannya intens menatap seseorang."Woy! Diintipin mulu! Bintitan tar tuh mata!" Ucap seorang lelaki lain yang juga berseragam SMA, yang baru saja menepuk keras bahu sahabatnya yang bernama Fadli. Lelaki yang berdiri di sisi jendela anak kelas satu tadi.Fadli yang kaget langsung mendengus kesal sambil menggerutu. "Apaan sih lo! Sok tahu!""Emang gue tau! Diem-diem gini juga gue merhatiin, kenapa setiap pulang sekolah, sekarang lo lewat sini," ujar Ragil lagi dengan gaya sok taunya itu."Apa?" Fadli mendelik. Berjalan ke arah tangga disusul oleh Ragil yang merangkul bahunya.Tatapan Ragil tertuju pada sosok gadis di depan sana, lalu terkekeh ke arah Fadli. "Sebagai seorang sahabat terdekat lo, gue jelas tau kalau s
Malam sudah semakin larut, seorang lelaki dengan pakaian casualnya tampak asik duduk di salah satu meja Bar sambil sesekali menenggak whisky.Hati dan pikirannya yang kalut membuat Regi akhirnya menjadikan minuman sebagai pelariannya malam ini.Bayang-bayang Tazkia dengan wajahnya yang penuh dengan ketakutan terus berputar dalam benak Regi saat itu.Terlebih dengan jawaban Tazkia atas pertanyaannya yang meminta izin untuk menikah lagi, hal itu semakin membuat hati Regi merasa resah, gelisah tak menentu, was-was dan takut.*"Jika aku menikah lagi dengan perempuan lain, apa kamu mengizinkan?"Saat itu, tatapan Regi tak lepas dari Tazkia, detik-detik yang berlalu seakan menguliti hati dan pikirannya secara bersamaan. Sadar bahwa pertanyaan itu harusnya tak pantas dia utarakan bahkan di saat dia baru saja membuat Tazkia menangis.Dirinya memang sudah keterlaluan menyakiti Tazkia baik secara fisik maupun batin, dan jawaban yang Tazkia berikan saat itu justru terasa menusuk hati dan jiwany
"Apa kamu mau menikah denganku Sandra?"Keheningan sempat tercipta beberapa saat di dalam mobil itu.Sandra yang tertegun mendengar ucapan Regi seolah tak mampu berbicara, saking bahagianya dia.Sandra benar-benar tak menyangka jika Regi justru akan mengatakan hal itu secepat ini.Apakah itu artinya, Regi memang sudah benar-benar mencintainya?Itulah satu hal yang Sandra yakini benar.Sebab jika Regi tidak benar-benar mencintainya, kenapa lelaki itu bisa dengan mudah mengajaknya menikah?Terlebih dengan posisi Regi yang kini sudah beristri. Hal itu jelas semakin membuat Sandra yakin bahwa dirinya kini patut berbangga diri karena telah berhasil merebut hati Regi dari istri pertamanya."Regi... Kamu...""Aku serius, Sandra. Aku ingin menikah denganmu," ulang Regi masih dengan tatapan lembutnya.Sandra tersenyum penuh haru.Memeluk Regi dengan tangisannya yang mulai merebak."Ya, aku mau, Regi. Aku mau menikah denganmu," ucap Sandra saat itu.Sandra melepas pelukannya saat sesuatu tiba-t