Setelah bulak-balik memilih pakaian yang pantas dia kenakan malam ini untuk menyambut kedatangan Regi, akhirnya pilihan Sandra jatuh pada tank top hitam bermodel korean waffle backless, di mana Sandra memutuskan untuk melepas Bra yang dia kenakan, agar punggung mulusnya terlihat lebih jelas dari balik tali-tali tank topnya yang bersilangan.
Untuk bawahannya sendiri, Sandra tak memiliki pilihan lain selain koleksi hotpants nya yang memang itu-itu saja.Semenjak Ibunya meninggal dan Sandra menganggur, sudah sangat lama dia tak pernah berbelanja apapun dalam hal fashion. Jangankan untuk membeli pakaian, untuk biaya hidupnya sehari-hari saja susah, terlebih dia memang sempat hutang pada rentenir sewaktu Ibunya masih dirawat di rumah sakit karena persediaan uangnya sudah habis akibat dia yang terlalu boros. Alhasil, belum apa-apa, Sandra sudah kelimpungan tutup lobang, gali lobang.Bahkan, kini dia harus terpaksa pindah ke kontrakan jelek ini karena kontrakan lamanya itu uang sewanya sangat mahal.Setelah menyemprotkan parfume ke area leher dan telapak tangannya, Sandra juga menyemprot wewangian itu ke beberapa titik sudut rumahnya agar bau apeknya hilang.Dalam sekejap, rumah Sandra pun rapi dan wangi.Kini, Sandra hanya tinggal duduk manis saja menunggu pangerannya datang.Setelah menonton TV selama kurang lebih setengah jam, akhirnya orang yang Sandra tunggu-tunggu pun datang juga.Regi masuk setelah mengetuk pintu dan Sandra membukanya.Tersenyum manis menyambut kedatangan Regi, Sandra mempersilahkan sang tamu duduk.Regi memberikan dua bungkusan plastik besar yang isinya penuh dengan makanan instan dan cemilan. Lelaki itu memberikannya pada Sandra yang menerimanya dengan senang hati."Waw, banyak banget makanannya?" Pekik Sandra sambil mengecek isi kantong-kantong belanjaan itu. "Bapak mau kopi apa teh?" Tanya Sandra kemudian.Aroma pekat yang terhirup oleh indra penciuman Regi begitu lelaki itu memasuki kediaman Sandra membuat lelaki itu terbuai sejenak, karena aromanya yang memang sangat lembut. Terlebih dengan penampilan Sandra yang memang tak berubah, bahkan malam ini, tank top yang Sandra kenakan lebih terbuka dari tank top yang sebelumnya dia kenakan di waktu Regi datang ke kontrakan ini untuk pertama kalinya."Kopi aja," jawab Regi yang tiba-tiba disergap perasaan gugup. Entahlah, Regi sendiri bingung dengan apa yang dia rasakan. Rasanya seperti dia masih ABG saja.Sandra pun berlalu dari hadapan Regi, pergi menuju dapur untuk membuatkan kopi.Tali-tali yang bersilangan di bagian punggung Sandra sedikit menarik perhatian Regi terlebih saat Regi mendapati bahwa Sandra tak mengenakan Bra lagi di balik tank top tersebut.Regi jadi tersenyum tipis, menggelengkan kepalanya pelan, berharap pikiran kotor yang sudah sejak lama hinggap di kepalanya itu pergi.Sialnya, bukannya menghilang, pikiran-pikiran itu justru semakin menyiksa Regi tatkala di dengarnya Sandra berteriak dari dapur yang membuat Regi reflek bangkit untuk melihat apa yang terjadi pada Sandra di sana.Tangan Sandra yang langsung memeluk lengan Regi, membuat tubuh lelaki itu semakin menegang, dilanda hawa panas dan dingin secara bersamaan."Ada kecoa Pak!" Jerit Sandra yang memang hanya berpura-pura saja. Menunjuk ke arah kamar mandi, sambil sesekali bergidik geli.Regi melongokkan kepala ke dalam kamar mandi tapi tak menemukan kecoa di sana. Dia melepas tangan Sandra dari lengannya. "Nggak ada apa-apa, kok. Kecoa doang aja takut," ucapnya yang hendak berlalu.Saat itu, tangan Sandra memang melepas lengan Regi, namun hanya turun dan malah menggenggam jemari Regi hingga Regi menahan langkahnya di pintu dapur dengan tangannya yang kini bertaut dengan tangan Sandra.Tatapan Sandra yang begitu dalam seolah membuat Regi hilang kewarasan, hingga tanpa dikomando, Regi menarik tubuh Sandra dan menghimpitnya di dinding dapur."Apa yang sebenarnya kamu pilkirkan tentang aku selama ini, Sandra?" Tanya Regi dengan deru napasnya yang mulai memburu. Wajahnya yang hampir menempel dengan Sandra membuat hangat terpaan napas mereka saling beradu."A-aku nggak berpikir apa-apa, Pak. Yang aku tahu, sejak pertama aku melihat kamu di ruangan kerjamu, aku sudah jatuh cinta sama kamu, Pak Regi," ungkap Sandra pada akhirnya.Regi membasahi bibirnya yang mendadak kering. Masih menatap sepasang netra Sandra yang indah. "Kamu taukan kalau aku sudah memiliki istri? Tapi, tapi kenapa kamu melakukan ini padaku?" Tekan Regi dengan gigi gerahamnya yang saling menyatu. Masih sekuat tenaga menahan gejolak panas yang membuncah di dadanya. Masih berusaha mempertahankan akal sehatnya untuk tidak menuruti hawa nafsu yang menyesatkan ini.Regi masih berusaha waras untuk tidak benar-benar mengkhianati Tazkia, istri yang begitu dia cintai.Hanya saja, pesona Sandra memang tak mampu terelakkan lagi.Dalam dua bulan, dunia Regi seolah penuh dengan Sandra, Sandra dan Sandra.Seperti ada yang kurang ketika satu hari saja mereka tak berkirim pesan.Seperti ada yang kurang ketika satu hari saja mereka tak bertanya kabar melalui telepon, bahkan usai mereka bertemu seharian di kantor.Entah perasaan gila macam apa yang kini bersarang di hati Regi, yang pasti hal ini benar-benar membuatnya tersiksa.Tersiksa secara batin karena sejauh dia bersenggama dengan Tazkia, semenjak dirinya dekat dengan Sandra, Regi tak pernah lagi merasakan kepuasaan yang sesungguhnya.Kepuasaan seperti saat dirinya memperlakukan Tazkia di dalam ruangan pribadinya.Bahkan, sudah tiga bulan berlalu sejak mereka melakukannya di dalam ruangan itu terakhir kali, lalu Tazkia keguguran dan masuk rumah sakit, Regi tak pernah berani mengajak Tazkia memasuki ruangan itu lagi karena dia terlalu takut tidak bisa mengendalikan diri.Itulah sebabnya, Regi tersiksa karena tak bisa mendapatkan kepuasaan sejati yang dia inginkan.Lantas, apakah dengan dia melakukannya bersama Sandra, Regi bisa terbebas dari siksaan itu?Entahlah, Regi sendiri tidak tahu.Sejauh ini, hanya ada Tazkia dalam hidup Regi, dalam hati Regi, tapi kini, kehadiran Sandra seolah mengikis perlahan peran penting Tazkia dalam hidupnya.Membuat Regi bingung menentukan sikap.Bingung harus melakukan apa?"Kalau aku bisa memilih pada siapa aku harus jatuh cinta, mungkin aku nggak akan menjatuhkan hatiku pada Pak Regi, tapi semua sudah terjadi Pak, aku capek harus terus menyembunyikan perasaan ini,"Hingga pada akhirnya, ucapan Sandra sukses menghancurkan kewarasan Regi. Lelaki itu benar-benar tak kuat lagi menahan apa yang sudah dia tahan sejak lama.Terhadap Sandra.Lelaki itu menarik tengkuk Sandra, hingga bibir mereka bertaut satu sama lain. Regi mulai memagut bibir seksi Sandra, bergantian atas dan bawah dengan tempo yang agak cepat, membuat Sandra kewalahan untuk mengimbangi. Bahkan setelah beberapa menit berlalu dan Regi terus saja menyerang bibirnya, Sandra pun terpaksa menyudahi hal itu dengan mendorong dada Regi sedikit. Memberi ruang untuk dirinya bernapas.Menatap penuh arti ke dalam mata Regi yang berselimut kabut gairah, Sandra tersenyum menggoda. Membalik tubuhnya, dan mengisyaratkan Regi untuk menarik tali temali tank top di punggungnya.Saat itu, Regi tak melakukan apa yang Sandra perintahkan, dan Sandra justru dibuat terkejut ketika tiba-tiba tangan Regi mengambil sebilah pisau dapur yang memang sejak tadi menarik perhatian lelaki itu."Regi..."Belum sempat Sandra berkata-kata, Regi sudah lebih dulu mengunci bibirnya kembali, dengan menjalin ciuman.Sementara tangan Regi yang memegang pisau kini merayap di balik punggung Sandra."Regi..."Belum sempat Sandra berkata-kata, Regi sudah lebih dulu mengunci bibir Sandra kembali, dengan menjalin ciuman.Sementara tangan Regi yang memegang pisau kini merayap di balik punggung Sandra.Tubuh Sandra membeku saat merasakan ujung pisau itu seperti meraba kulitnya hingga terdengar suara sesuatu yang dirobek.Ternyata, Regi hanya ingin membuka tank top itu dengan caranya sendiri, yakni memutuskan tali temali rumit tank top yang dikenakan Sandra menggunakan pisau dapur tersebut.Dan cara Regi itu sukses membuat Sandra sempat didera rasa takut.Tapi kini, wanita itu mulai kembali rileks ketika Regi sudah melempar pisau tadi ke lantai dan menggendong tubuh Sandra yang sudah setengah polos itu menuju kamar.Regi melepas pakaian atasnya dengan tergesa sebelum akhirnya dia kembali mencumbu Sandra yang sudah pasrah menunggu Regi memenuhi tubuhnya dengan kenikmatan."Are you still a virgin, Baby?" Bisik Regi ketika tubuh keduanya sudah sama-sama dalam keadaan polos.Gelengan kepal
Terengah-engah Tazkia masuk ke dalam kamarnya, namun tak didapatinya keberadaan Regi di sana."Mas?" Panggilnya sembari melangkah memasuki kamar.Berjalan menuju kamar mandi, berpikir Regi ada di dalam kamar mandi, namun dugaannya salah karena kamar mandi itu kosong.Hingga sebuah deritan pintu yang terdengar dari arah lain membuat napas Tazkia tercekat."Aku di sini, sayang," ucap Regi yang baru saja keluar dari ruangan pribadinya.Sebuah ruangan khusus yang menjadi tempat di mana Regi menumpahkan hasrat terpendamnya selama ini, bersama Tazkia.Regi merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel dan melihat stopwatch yang dia nyalakan tadi. "Telat lima detik!" Ucapnya kemudian.Tazkia menelan salivanya dengan susah payah, tungkai kakinya mendadak lemas ketika dia memaksakan diri membalikkan tubuh ke arah suara Regi terdengar.Tampak dalam penglihatan Tazkia, Regi yang saat itu masih menggunakan celana Chino panjangnya, sementara tubuh atasnya shirtless, kini sedang berdiri dengan tubuh
Isah dan Lilis melihat saat Tazkia berlari dari arah pintu utama lalu menaiki tangga dengan tergesa, bahkan setelah sebelumnya mereka baru saja selesai membenahi kamar sang majikan yang berantakan akibat amukan Regi.Mereka tahu bahwa suasana hati majikan laki-lakinya itu sedang tidak baik dan sekelebat ingatan tentang apa yang diucapkan Bi Inah pembantu lama pada mereka kembali terngiang dalam ingatan."Biasanya, Pak Regi akan melakukan hal itu sama Bu Tazkia kalau suasana hatinya lagi buruk atau marah,"Dan karena hal itulah, kini mereka jadi mengkhawatirkan nasib majikan perempuan mereka, Bu Tazkia."Kita nggak bisa diem aja Sah, kita harus tolongin Bu Tazkia," ucap Lilis dengan wajah cemasnya."Ya tapi gimana caranya? Kita cuma pembantu di sini?" Isah jadi bingung sendiri."Apa kita lapor polisi aja kali ya?""Semprul!" Isah langsung menoyor kepala Lilis. "Kamu mau dibunuh Pak Regi? Aku sih ogah! Aku masih mau hidup! Adikku-adikku masih butuh aku untuk bayar biaya sekolah,""Terus
Tazkia tidak tahu apa yang sedang Regi lakukan di luar sana hingga berjam-jam lamanya sang suami tak juga kembali.Berusaha sekuat tenaga melepaskan diri pun percuma karena rantai besi ini jelas sangat kuat dan hanya bisa terlepas dengan kunci gembok yang kini ada di tangan Regi.Tubuh Tazkia yang sudah seratus persen polos tanpa sehelai benang pun mulai menggigil kedinginan karena hawa sejuk AC di ruangan tersebut. Bahkan saat itu, aliran deras air matanya sudah mengering di pelipisnya.Tak tahu lagi apa yang kini Tazkia harapkan, berharap Regi datang, sama saja berharap pada kematian. Sementara jika dibiarkan terus dalam keadaan seperti ini pun Tazkia merasa sangat tidak nyaman.Dia merasa dirinya seperti seekor hewan qurban yang ingin disembelih.Setelah hampir tiga jam berlalu semenjak Regi keluar dari kamar itu, Tazkia mendengar suara pintu kamarnya dibuka, membuat jantung wanita itu kembali mengencang, berdebar tak karuan.Apakah itu Regi?Tanyanya dalam benak.Tatapan Tazkia te
Setelah pertemuannya dengan Regi tadi, Fadli tidak langsung pergi dari tempat dia memparkirkan motornya, tak jauh dari pintu gerbang kediaman Regi dan Tazkia.Lelaki itu cukup lama termenung di sana.Duduk di sisi trotoar.Sampai akhirnya, sebuah suara decitan pintu gerbang yang dibuka tertangkap indra pendengarannya.Dilihatnya sebuah mobil pribadi hitam keluar dari arah rumah mewah itu.Lalu tak lama setelahnya, Fadli melihat Tazkia keluar berjalan kaki dari pintu gerbang dengan kepala tertunduk dan matanya yang agak sembab.Bahkan wajah wanita itu terlihat sedikit pucat.Tazkia berdiri di sisi trotoar bersebelahan dengan trotoar di mana Fadli berada, hanya saja jarak mereka memang cukup jauh.Wanita berhijab itu tampak mengutak-atik ponselnya dan berdiri di tepi jalan sepi itu cukup lama.Fadli masih terus memperhatikan gerak gerik Tazkia hingga dia menangkap saat-saat di mana Tazkia yang sesekali menyeka sudut mata dan pipinya berkali-kali.Sampai akhirnya, sebuah mobil mendekat da
Bel tanda berakhirnya jam sekolah berteriak nyaring.Pelajaran terakhir hari itu berakhir usai semua anak murid membaca doa.Seorang lelaki berseragam SMA yang merupakan anak kelas Tiga tampak berdiri di sisi jendela anak kelas satu, mengintip aktifitas di dalam kelas itu. Tatapannya intens menatap seseorang."Woy! Diintipin mulu! Bintitan tar tuh mata!" Ucap seorang lelaki lain yang juga berseragam SMA, yang baru saja menepuk keras bahu sahabatnya yang bernama Fadli. Lelaki yang berdiri di sisi jendela anak kelas satu tadi.Fadli yang kaget langsung mendengus kesal sambil menggerutu. "Apaan sih lo! Sok tahu!""Emang gue tau! Diem-diem gini juga gue merhatiin, kenapa setiap pulang sekolah, sekarang lo lewat sini," ujar Ragil lagi dengan gaya sok taunya itu."Apa?" Fadli mendelik. Berjalan ke arah tangga disusul oleh Ragil yang merangkul bahunya.Tatapan Ragil tertuju pada sosok gadis di depan sana, lalu terkekeh ke arah Fadli. "Sebagai seorang sahabat terdekat lo, gue jelas tau kalau s
Malam sudah semakin larut, seorang lelaki dengan pakaian casualnya tampak asik duduk di salah satu meja Bar sambil sesekali menenggak whisky.Hati dan pikirannya yang kalut membuat Regi akhirnya menjadikan minuman sebagai pelariannya malam ini.Bayang-bayang Tazkia dengan wajahnya yang penuh dengan ketakutan terus berputar dalam benak Regi saat itu.Terlebih dengan jawaban Tazkia atas pertanyaannya yang meminta izin untuk menikah lagi, hal itu semakin membuat hati Regi merasa resah, gelisah tak menentu, was-was dan takut.*"Jika aku menikah lagi dengan perempuan lain, apa kamu mengizinkan?"Saat itu, tatapan Regi tak lepas dari Tazkia, detik-detik yang berlalu seakan menguliti hati dan pikirannya secara bersamaan. Sadar bahwa pertanyaan itu harusnya tak pantas dia utarakan bahkan di saat dia baru saja membuat Tazkia menangis.Dirinya memang sudah keterlaluan menyakiti Tazkia baik secara fisik maupun batin, dan jawaban yang Tazkia berikan saat itu justru terasa menusuk hati dan jiwany
"Apa kamu mau menikah denganku Sandra?"Keheningan sempat tercipta beberapa saat di dalam mobil itu.Sandra yang tertegun mendengar ucapan Regi seolah tak mampu berbicara, saking bahagianya dia.Sandra benar-benar tak menyangka jika Regi justru akan mengatakan hal itu secepat ini.Apakah itu artinya, Regi memang sudah benar-benar mencintainya?Itulah satu hal yang Sandra yakini benar.Sebab jika Regi tidak benar-benar mencintainya, kenapa lelaki itu bisa dengan mudah mengajaknya menikah?Terlebih dengan posisi Regi yang kini sudah beristri. Hal itu jelas semakin membuat Sandra yakin bahwa dirinya kini patut berbangga diri karena telah berhasil merebut hati Regi dari istri pertamanya."Regi... Kamu...""Aku serius, Sandra. Aku ingin menikah denganmu," ulang Regi masih dengan tatapan lembutnya.Sandra tersenyum penuh haru.Memeluk Regi dengan tangisannya yang mulai merebak."Ya, aku mau, Regi. Aku mau menikah denganmu," ucap Sandra saat itu.Sandra melepas pelukannya saat sesuatu tiba-t
Namaku, Tania Andriani.Aku terlahir dari rahim seorang wanita bernama Tazkia Andriani yang kini sudah hidup berbahagia bersama keluarga barunya. Bahkan setelah dia mengasingkan aku hanya karena Ayahku adalah seorang pembunuh.Kedua orang tua angkatku bilang, Tazkia tidak mau merawatku karena dia sangat membenci Ayahku dan berpikir, jika aku sudah besar nanti, aku akan menjadi seperti ayah.Yaitu, seorang pembunuh.Dan semua kekhawatiran itu memang menjadi kenyataan.Kini, aku menjelma menjadi seorang pembunuh tanpa ada siapapun yang mengetahuinya.Aku tidak menyesal menjadi seorang pembunuh karena bagiku, membunuh itu sangat mengasyikkan.Aku sangat menikmati saat-saat di mana mangsaku meregang nyawa secara perlahan-lahan.Memohon, menangis, merintih dan menghiba di hadapanku.Sayangnya, setelah bertahun-tahun berburu tanpa meninggalkan jejak, akhirnya aku melakukan kesalahan fatal saat aku membunuh seorang lelaki bernama Gerald yang ternyata adalah kekasih Cindy, dia adikku. Anak Ta
Seorang gadis berambut panjang bergelombang terlihat berjalan menyusuri trotoar pejalan kaki yang tertutup salju.Dia memasukkan kedua tangannya di balik saku jaket tebalnya.Sesekali bersiul-siul santai sekadar mengusir hawa dingin yang merasuk serta merta. Membuat tubuhnya terus menggigil.Ingin rasanya dia segera sampai di rumah untuk menghangatkan tubuh.Secangkir coklat panas dengan sepotong cake blueberry buatan sang Ibunda terbayang dalam benaknya. Mendadak perutnya jadi keroncongan.Salju yang turun di kota London pada musim dingin kali ini memang cukup lebat dari biasanya. Itulah sebabnya, banyak jalanan ditutup karena badai salju yang tak kunjung berhenti."Assalamualaikum," ucapnya seperti biasa setiap kali memasuki rumah. Meski dia dilahirkan dan menetap di kota yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, namun sebagai seorang muslim, dia wajib melaksanakan semua yang memang menjadi ajaran Agamanya, yaitu Islam. Dan mengucapkan salam adalah hal penting dalam keluarga merek
"HUKUM MATI FADLI SI PEMBUNUH!""DIA SAMA SAJA DENGAN AYAHNYA!""BAHKAN HUKUMAN MATI SAJA BELUM CUKUP UNTUK MEMBALAS PERBUATAN KEJI MEREKA!""ARAK MEREKA DAN RAJAM SAMPAI MATI!""MEREKA MONSTER YANG SANGAT MENGERIKAN!""PEMERINTAH HARUS SEGERA MENINDAK TEGAS KASUS INI!""JANGAN BODOHI MASYARAKAT LAGI!"Semua masa dari berbagai kalangan turun ke jalan, menyuarakan aksi protes atas ketidakbecusan pemerintah dan aparat kepolisian dalam mengungkap kasus pembunuhan berantai selama ini.Publik kembali dibuat tercengang saat Fadli Al-Hakim, seorang Dokter umum dengan paras tampannya, perilakunya yang sopan, bersahaja dan sangat baik itu ternyata adalah seorang psikopat!Dia lah pembunuh berantai yang sudah menghabisi hampir dua puluh nyawa manusia tidak berdosa dengan cara yang teramat sangat sadis.Melalui bukti berupa jari dan isi tulisan dalam buku diarinya, hari itu Fadli menyerahkan diri kepada pihak kepolisian hingga kabar itu pun menyebar dan memancing emosi penduduk.Wartawan dan masy
Regi terus mencoba menghubungi Fadli saat itu, namun ponsel Fadli tak juga aktif.Dia sudah mencari Fadli ke tempat yang selama ini Regi sediakan untuk Fadli bersembunyi tapi Fadli tidak ada di sana.Dan Regi sudah menduga, Fadli pasti sedang berada bersama Karina saat ini.Itulah sebabnya, Regi mengerahkan seluruh anak buahnya untuk melacak keberadaan Karina sebelum wanita itu benar-benar melakukan sesuatu terhadap Fadli.Regi menduga, tak menutup kemungkinan, Karina akan membunuh Fadli dengan tangannya sendiri sebagai pembalasan dendam atas apa yang telah terjadi kepada kekasihnya, Jervian.Tak lama, saat Regi dan anak buahnya, serta Angela dan timnya pun turut serta mencari kemana Karina membawa Fadli pergi, Regi mendapatkan sebuah pesan singkat dari seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah ibu kandung Fadli.Pesan itu berisi...Aku tau kemana Karina membawa Fadli.Dan melalui bantuan wanita itulah akhirnya Regi berhasil menemukan Fadli dan Karina.Hari itu, tengah malam buta, K
15 MaretUsiaku enam tahun.Hari ini cerah.Tapi, seekor kucing membuatku kesal dengan suaranya yang berisik ketika aku sedang bermain.Aku menangkap kucing itu dan membelah isi perutnya.Ternyata, kucing itu sedang hamil.*17 MaretDua hari setelah aku membelah perut kucing.Hari ini mendung.Ayah memukulku setelah mendapat laporan dari tetangga yang kehilangan kucing dan mengetahui aku yang telah membunuh kucingnya.Ayah memarahiku habis-habisan di depan banyak orang.Aku sangat kesal padanya, tapi Ibu selalu menghalangiku saat aku ingin membalas perbuatan Ayah terhadapku.*25 MaretSatu minggu kemudian.Hari ini gerimis.Ayah mencoba membunuh adikku, saat itu dia sedang mabuk, tapi Ibu menolong adikku, hingga akhirnya, Ibu menjadi bulan-bulanan Ayah.Jervian yang menolong Ibu waktu itu.*21 Januari.Satu tahun kemudian.Hari kematian Ibu.Ayah yang sudah membunuh Ibuku.Lelaki itu menyiksa ibu secara brutal di hadapanku.Begitu melihatku berdiri di pintu kamar, Ibu berlari ke ar
Waktu dua bulan sudah lebih dari cukup bagi Tazkia memulihkan kondisi kesehatan fisik dan mentalnya akibat kematian kedua orang tua dan janin di dalam kandungannya.Kini, Tazkia sudah benar-benar pulih dan bisa beraktifitas normal kembali.Hanya saja, satu hal yang masih menjadi tanda tanya besar dalam benak Tazkia saat ini adalah kepergian Fadli dari kehidupannya.Lelaki itu seperti menghilang di telan bumi bahkan sejak Tazkia sadar dari komanya setelah operasi, Tazkia tak pernah melihat keberadaan Fadli di sisinya.Regi bilang, Fadli ditugaskan untuk menjadi Dokter sukarelawan di desa terpencil yang letaknya berada di pelosok negeri, itulah sebabnya, Fadli akan kesulitan menghubungi Tazkia begitu juga sebaliknya.Tapi logikanya, sesulit apapun sinyal di tempat Fadli mengemban tugas saat ini, masa iya, sudah dua bulan lebih dia tak sama sekali memberi kabar pada anak dan istrinya, satu kali pun?Bukankah itu mustahil?Kembali, entah untuk yang ke berapa ratus kalinya Tazkia menengok
Bergas mengutuk kebodohannya yang sudah termakan bujuk rayu Tristan.Nyatanya, selama ini dirinya sudah dibohongi oleh Tristan yang merupakan kaki tangan Syarif.Syarif dan Tristan bekerjasama memanfaatkan dirinya agar terjalin kerjasama diantara Bergas dengan Perusahaan Gen Corporation di mana pemilik perusahaan itu ternyata adalah Regi Haidarzaim yang merupakan mantan suami Tazkia yang kini menikah dengan Fadli."Jadi selama ini, anda sudah menipu saya, Pak?" Tanya Bergas pada Syarif dalam pertemuan rahasia mereka. "Setelah apa yang sudah saya lakukan untuk anda, tapi apa yang anda lakukan pada saya?" teriak Bergas lagi saat dia mengetahui bahwa izin penelitiannya sudah benar-benar dicabut. Bahkan Syarif melarang Bergas untuk melakukan tes DNA terhadap para Ibu hamil terduga memiliki keturunan dengan Gen Psikopat.Penelitian itu resmi dihentikan dan ditutup untuk selama-lamanya setelah salah seorang peneliti lain yang merupakan anak buah Syarif mengumumkan ke publik bahwa penelitian
Sore ini Tazkia sadar setelah seharian kemarin dia mengalami koma pasca pendarahan hebat yang dialaminya.Masih dengan tubuh yang sangat lemah Tazkia hanya bisa mengedipkan mata, bahkan untuk sekadar menoleh saja dia merasa kesulitan.Tazkia tidak mendapati keberadaan siapapun di dalam ruangan rawatnya saat itu.Dalam diam, kedua bola mata Tazkia mengerjap saat hawa panas menjalarinya. Memancing bendungan air mata yang perlahan menetes di pelipisnya.Sekelebat bayangan jasad kedua orang tuanya yang tergantung dengan keadaan yang mengerikan kembali terlintas dalam benak Tazkia saat itu."Ibu... Bapak..." gumamnya dalam tangis.Pintu ruang rawat yang terbuka membuat tatapan Tazkia teralihkan.Melalui lirikan matanya saat itu, Tazkia menangkap samar sesosok tubuh lelaki yang perlahan mendekatinya.Buru-buru Tazkia memejamkan mata.Berpura-pura belum sadar."Bu Tazkia belum sadar, Pak." ucap suara asing yang tertangkap indra pendengaran Tazkia."Dokter sudah memeriksa keadaannya hari ini?
"Sayangnya, Tazkia akan sangat membencimu jika dia sampai tahu siapa kamu sebenarnya! Terlebih, tentang kisah masa lalu mu dengannya! Tentang alasan mengapa dulu kamu selalu menstalkingnya sewaktu kalian masih SMA. Bukan karena kamu yang menyukainya, tapi karena kamu yang ingin membunuhnya!""Dari mana kamu tahu soal itu?" Tanya Fadli cepat. Lelaki itu benar-benar terkejut.Karina tersenyum miring. Melipat kedua tangan di depan dada, dia kembali duduk di sofa. "Pertanyaan yang kamu ajukan itu kedengarannya sangat lucu bagiku, Jer! Jelas-jelas, kamu sendiri yang sudah menceritakan semua rahasia pribadimu padaku. Semua rencana pembunuhanmu, termasuk siapa target pembunuhanmu selanjutnya jika saja malam itu Jervian tidak menghentikanmu! Aku tau semuanya, Jer..."Fadli yang mulai termakan omongan Karina lekas mendekat dan mengambil posisi duduk di sisi wanita itu. Menarik kedua bahu Karina agar duduk menghadapnya. "Coba, katakan, katakan semua rahasia pribadiku yang kamu ketahui, jika mem