Bel tanda berakhirnya jam sekolah berteriak nyaring.Pelajaran terakhir hari itu berakhir usai semua anak murid membaca doa.Seorang lelaki berseragam SMA yang merupakan anak kelas Tiga tampak berdiri di sisi jendela anak kelas satu, mengintip aktifitas di dalam kelas itu. Tatapannya intens menatap seseorang."Woy! Diintipin mulu! Bintitan tar tuh mata!" Ucap seorang lelaki lain yang juga berseragam SMA, yang baru saja menepuk keras bahu sahabatnya yang bernama Fadli. Lelaki yang berdiri di sisi jendela anak kelas satu tadi.Fadli yang kaget langsung mendengus kesal sambil menggerutu. "Apaan sih lo! Sok tahu!""Emang gue tau! Diem-diem gini juga gue merhatiin, kenapa setiap pulang sekolah, sekarang lo lewat sini," ujar Ragil lagi dengan gaya sok taunya itu."Apa?" Fadli mendelik. Berjalan ke arah tangga disusul oleh Ragil yang merangkul bahunya.Tatapan Ragil tertuju pada sosok gadis di depan sana, lalu terkekeh ke arah Fadli. "Sebagai seorang sahabat terdekat lo, gue jelas tau kalau s
Malam sudah semakin larut, seorang lelaki dengan pakaian casualnya tampak asik duduk di salah satu meja Bar sambil sesekali menenggak whisky.Hati dan pikirannya yang kalut membuat Regi akhirnya menjadikan minuman sebagai pelariannya malam ini.Bayang-bayang Tazkia dengan wajahnya yang penuh dengan ketakutan terus berputar dalam benak Regi saat itu.Terlebih dengan jawaban Tazkia atas pertanyaannya yang meminta izin untuk menikah lagi, hal itu semakin membuat hati Regi merasa resah, gelisah tak menentu, was-was dan takut.*"Jika aku menikah lagi dengan perempuan lain, apa kamu mengizinkan?"Saat itu, tatapan Regi tak lepas dari Tazkia, detik-detik yang berlalu seakan menguliti hati dan pikirannya secara bersamaan. Sadar bahwa pertanyaan itu harusnya tak pantas dia utarakan bahkan di saat dia baru saja membuat Tazkia menangis.Dirinya memang sudah keterlaluan menyakiti Tazkia baik secara fisik maupun batin, dan jawaban yang Tazkia berikan saat itu justru terasa menusuk hati dan jiwany
"Apa kamu mau menikah denganku Sandra?"Keheningan sempat tercipta beberapa saat di dalam mobil itu.Sandra yang tertegun mendengar ucapan Regi seolah tak mampu berbicara, saking bahagianya dia.Sandra benar-benar tak menyangka jika Regi justru akan mengatakan hal itu secepat ini.Apakah itu artinya, Regi memang sudah benar-benar mencintainya?Itulah satu hal yang Sandra yakini benar.Sebab jika Regi tidak benar-benar mencintainya, kenapa lelaki itu bisa dengan mudah mengajaknya menikah?Terlebih dengan posisi Regi yang kini sudah beristri. Hal itu jelas semakin membuat Sandra yakin bahwa dirinya kini patut berbangga diri karena telah berhasil merebut hati Regi dari istri pertamanya."Regi... Kamu...""Aku serius, Sandra. Aku ingin menikah denganmu," ulang Regi masih dengan tatapan lembutnya.Sandra tersenyum penuh haru.Memeluk Regi dengan tangisannya yang mulai merebak."Ya, aku mau, Regi. Aku mau menikah denganmu," ucap Sandra saat itu.Sandra melepas pelukannya saat sesuatu tiba-t
Setelah mengalami koma selama lima hari pasca operasi, akhirnya Tuhan yang Maha Kuasa pun memanggil Radith berpulang ke sisinya.Temuan adanya penyakit komplikasi serius di otak tak membuat nyawa Radith tertolong meski sudah melakukan serangkaian operasi.Air mata duka mengalir tak tertahankan dari pihak keluarga yang ditinggalkan, terlebih kedua orang tua renta, Gading dan Dina, yang merupakan orang tua Radith.Banyak hal tersimpan rapat dalam hati mereka selama ini. Hal yang ingin mereka selesaikan saat ini juga, usai mereka kembali dari pemakaman Radith, putra bungsu yang sangat mereka sayangi itu."Ada sesuatu yang ingin Bapak dan Ibu bicarakan dengan Regi, Kia. Bolehkan malam ini Bapak dan Ibu mampir ke rumah kalian?" Ucap Dina pada sang putri, Tazkia.Tazkia hanya mengangguk. Gurat kesedihan mendalam tampak jelas di wajahnya yang pucat tanpa make up.Hari ini, Regi masih ada urusan di luar kota, itulah sebabnya sang suami tak bisa hadir dalam acara pemakaman Jenazah Radith.Usai
Kepulangan Regi dari luar kota disambut senyuman oleh kedua orang tua Tazkia yang langsung mengajak sang menantu duduk bersama mereka di ruang tengah untuk menyampaikan maksud dan tujuan keberadaan mereka di sini.Melihat keberadaan Gading dan Dina di kediamannya, ekspresi wajah Regi tampak terkejut, meski setelahnya, lelaki itu malah berkata, "Kebetulan kalau begitu, mumpung Ibu sama Bapak ada di sini, Regi juga ada sesuatu hal penting yang mau diomongin ke kalian. Dan sekali lagi maaf banget kalau Regi nggak bisa hadir di acara pemakaman Radith kemarin," ucap Regi membalas kalimat Bapak mertuanya."Iya, tidak apa-apa. Kami paham kesibukan kamu,"Tazkia yang saat itu juga berada di sana jelas paham hal penting apa yang ingin disampaikan oleh Regi pada kedua orang tuanya itu. Tak ingin banyak bicara, Tazkia menyerahkan semuanya pada Regi, sebab, apapun yang hendak dilakukan suaminya itu, Tazkia sudah tak lagi perduli.Bukti foto-foto mesra Regi bersama Sandra di luar kota kemarin, cuk
Setelah pertemuan dengan kedua Ibu dan Bapak mertuanya tadi, Regi kini sedang berada di dalam kamarnya bersama Tazkia sementara Sandra sudah dia suruh pergi sebelum kedua orang tua Tazkia bicara hal yang tidak-tidak di hadapan Sandra.Regi jelas tak mau Sandra sampai curiga padanya akibat kebodohan Tazkia juga keluarga istrinya itu."Apa sebenarnya yang udah kamu rencanakan dengan kedua orang tuamu, Kia?" Tanya Regi yang sebisa mungkin menahan ledakan emosinya saat ini. Meski tangannya sudah gatal ingin memberi Tazkia pelajaran atas kelancangannya kali ini yang sudah berani menentang keinginan Regi."Aku nggak merencanakan apapun sama mereka Mas! Aku sendiri nggak tau kenapa mereka bisa bicara seperti itu tadi. Padahal, selama ini mereka nggak pernah perduli sama aku, kamu tau itukan?" Balas Tazkia masih dengan keberanian dalam benaknya yang entah muncul darimana. Apa mungkin, ini efek karena dia sudah terlalu muak pada Regi?Terlebih saat tatapannya menangkap senyum penuh kemenangan
Masa setelah PROLOG....Hari ini Regi pulang ketika Tazkia hendak pergi menemui Sandra di salah satu Kafe daerah Kemang.Alhasil, Tazkia terpaksa menunda kepergiannya itu karena tak ingin menimbulkan kecurigaan Regi."Kamu tidur di mana seminggu ini Mas?" Tanya Tazkia meski hanya sekadar basa-basi busuk. Jangankan ingin tahu tentang di mana Regi tidur, bahkan apa saja yang lelaki itu lakukan, Tazkia benar-benar sudah tak perduli.Hatinya seperti sudah mati rasa pada Regi akibat perlakuan kejam dan sadis lelaki itu terhadapnya selama ini.Hidup dalam ketakutan setiap detik, setiap waktu, cukup membuat Tazkia merasa begitu tersiksa siang dan malam.Kini, hidupnya sudah terasa lebih manusiawi dan Tazkia hanya perlu bersabar sampai keinginannya untuk benar-benar terbebas dari Regi tercapai.Itulah sebabnya, Tazkia tak ingin melakukan kesalahan sekecil apapun sebelum hari itu tiba."Di rumah baru," jawab Regi apa adanya."Rumah baru?" Kening Tazkia berkerut."Iya, rumah baru yang pengerjaa
Waktu makan siang tiba, seperti biasa kantin kantor pasti ramai pengunjung.Arini dengan tiga rekannya sesama anak magang tampak berjalan memasuki area kantin dan saling celingukan mencari tempat duduk kosong."Itu tuh kosong," tunjuk Tisa ke salah satu meja yang letaknya agak tengah di dalam ruangan luas itu.Mereka berempat akhirnya berbondong-bondong ke sana sebelum ditempati orang, lalu seperti biasa akan membagi tugas. Kali ini, Arini mendapat tugas untuk menjaga meja mereka, sementara dua teman yang lain memesankan makanan dan minuman untuk mereka."Pak Restu, udah semingguan ini kok saya nggak liat Sandra sekretarisnya Pak Regi ya di kantor? Pak Regi juga jarang masuk, memang selentingan kabar yang bilang katanya mereka mau nikah itu bener nggak sih?" Ucap suara seorang pegawai yang duduk tak jauh dari meja Arini. Saat Arini menoleh, ternyata itu adalah sekumpulan Manager.Gosip tentang Sandra itu jelas membuat Arini jadi memanjangkan telinga."Saya juga kurang tahu Pak Anwar.