Setelah pertemuan dengan kedua Ibu dan Bapak mertuanya tadi, Regi kini sedang berada di dalam kamarnya bersama Tazkia sementara Sandra sudah dia suruh pergi sebelum kedua orang tua Tazkia bicara hal yang tidak-tidak di hadapan Sandra.Regi jelas tak mau Sandra sampai curiga padanya akibat kebodohan Tazkia juga keluarga istrinya itu."Apa sebenarnya yang udah kamu rencanakan dengan kedua orang tuamu, Kia?" Tanya Regi yang sebisa mungkin menahan ledakan emosinya saat ini. Meski tangannya sudah gatal ingin memberi Tazkia pelajaran atas kelancangannya kali ini yang sudah berani menentang keinginan Regi."Aku nggak merencanakan apapun sama mereka Mas! Aku sendiri nggak tau kenapa mereka bisa bicara seperti itu tadi. Padahal, selama ini mereka nggak pernah perduli sama aku, kamu tau itukan?" Balas Tazkia masih dengan keberanian dalam benaknya yang entah muncul darimana. Apa mungkin, ini efek karena dia sudah terlalu muak pada Regi?Terlebih saat tatapannya menangkap senyum penuh kemenangan
Masa setelah PROLOG....Hari ini Regi pulang ketika Tazkia hendak pergi menemui Sandra di salah satu Kafe daerah Kemang.Alhasil, Tazkia terpaksa menunda kepergiannya itu karena tak ingin menimbulkan kecurigaan Regi."Kamu tidur di mana seminggu ini Mas?" Tanya Tazkia meski hanya sekadar basa-basi busuk. Jangankan ingin tahu tentang di mana Regi tidur, bahkan apa saja yang lelaki itu lakukan, Tazkia benar-benar sudah tak perduli.Hatinya seperti sudah mati rasa pada Regi akibat perlakuan kejam dan sadis lelaki itu terhadapnya selama ini.Hidup dalam ketakutan setiap detik, setiap waktu, cukup membuat Tazkia merasa begitu tersiksa siang dan malam.Kini, hidupnya sudah terasa lebih manusiawi dan Tazkia hanya perlu bersabar sampai keinginannya untuk benar-benar terbebas dari Regi tercapai.Itulah sebabnya, Tazkia tak ingin melakukan kesalahan sekecil apapun sebelum hari itu tiba."Di rumah baru," jawab Regi apa adanya."Rumah baru?" Kening Tazkia berkerut."Iya, rumah baru yang pengerjaa
Waktu makan siang tiba, seperti biasa kantin kantor pasti ramai pengunjung.Arini dengan tiga rekannya sesama anak magang tampak berjalan memasuki area kantin dan saling celingukan mencari tempat duduk kosong."Itu tuh kosong," tunjuk Tisa ke salah satu meja yang letaknya agak tengah di dalam ruangan luas itu.Mereka berempat akhirnya berbondong-bondong ke sana sebelum ditempati orang, lalu seperti biasa akan membagi tugas. Kali ini, Arini mendapat tugas untuk menjaga meja mereka, sementara dua teman yang lain memesankan makanan dan minuman untuk mereka."Pak Restu, udah semingguan ini kok saya nggak liat Sandra sekretarisnya Pak Regi ya di kantor? Pak Regi juga jarang masuk, memang selentingan kabar yang bilang katanya mereka mau nikah itu bener nggak sih?" Ucap suara seorang pegawai yang duduk tak jauh dari meja Arini. Saat Arini menoleh, ternyata itu adalah sekumpulan Manager.Gosip tentang Sandra itu jelas membuat Arini jadi memanjangkan telinga."Saya juga kurang tahu Pak Anwar.
"Dokter Fadli sedang ada di pemakaman Ibunya," beritahu sebuah suara berat lelaki pada Sandra melalui sambungan telepon rahasianya."Oke baik, aku ke sana sekarang! Pastikan tidak ada orang lain yang mengikutiku!" Tegas Sandra kemudian."Baik, Bu," jawab si lelaki lagi hingga sambungan telepon itu pun berakhir.Cukup dirinya kecolongan karena sudah dimata-matai oleh suruhan Tazkia sejak beberapa hari yang lalu saat dirinya sedang bertukar informasi di kafe itu dengan orang lain yang juga bekerja sama dengannya dalam menjalani misi kali ini.Jauh sebelum hari ini, mata-mata suruhan Tazkia itu pun sudah pernah memata-matainya bersama Regi dan hal itu tak terlihat berbahaya bagi Sandra itulah sebabnya, Sandra tak memusingkannya, hanya saja keberadaannya di kafe itu cukup membahayakan penyamarannya jika mata-mata tersebut sampai tahu siapa dia sebenarnya dan apa yang dia lakukan di kafe itu setiap sore hari beberapa hari kemarin.Namun, setelah orang-orangnya berhasil membekuk mata-mata i
Sandra benar-benar membuktikan perkataannya tersebut dengan bekerja sama bersama Fadli, memberikan hasil resume medis yang telah dibuat Fadli sewaktu terakhir kali Tazkia mengalami siksaan berat oleh Regi hingga mengalami keguguran berulang.Hasil resume medis yang bisa menjadi bukti bagi Tazkia untuk mengajukan gugatan cerai secara diam-diam ke pengadilan Agama atas tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya akibat perbuatan Regi selama ini.Sandra memang tidak turun langsung untuk memberikan hasil resume medis tersebut pada Tazkia, melainkan Fadli sendiri yang bergerak, melalui Mira, Kakak Tazkia."Apa Mba yakin cara ini akan berhasil?" Tanya Tazkia meragu ketika Mira memberikan bukti hasil resume medis asli miliknya. Bukan lagi resume medis palsu yang selama ini dibuat oleh Dokter Ilham."Mba yakin seratus persen rencana ini akan berhasil membuat pihak pengadilan menerima berkas ceraimu, Kia. Hasil resume medis itu akurat, dan itu akan memberatkan Regi tanpa bisa lagi di
Hari itu, tak sengaja Fadli melihat keberadaan Regi di rumah sakit yang ternyata ingin menemui Dokter Ilham.Merasa penasaran ada perlu apa lelaki brengsek itu mendatangi Ilham, jadilah Fadli langsung mendekati rekan seprofesinya itu begitu Regi dan Ilham sudah selesai bertemu."Ham?" Panggil Fadli yang memang sejak tadi mengawasi pertemuan Ilham dan Regi di kejauhan. Kebetulan pasien Fadli hari itu sedikit, jadi dia bisa leluasa wara-wiri di rumah sakit sejenak.Ilham yang sedang berjalan menuju ruangannya jadi berbalik."Eh, Fadli? Ada apa?"Fadli berlari kecil ke arah Ilham, menoleh ke belakang, memastikan Regi sudah benar-benar pergi."Ada perlu apa dia ke sini?" Tanya Fadli yang jadi kepo.Ilham tersenyum tipis, dan dari senyuman Ilham, Fadli tahu ada hal yang tidak beres tengah terjadi."Kita bicara di ruangan gue aja yuk," ajak Ilham pada Fadli.*****"Hallo? Kamu di mana sayang? Aku kangen nih..." Ucap sebuah suara seksi seorang wanita di seberang.Regi yang saat itu baru saja
Hari pernikahan yang ditunggu-tunggu Regi pun tiba.Semua berjalan dengan baik dan sempurna.Seperti apa yang telah Regi perkirakan.Serah terima barang-barang ilegal hasil penyelundupan itu sudah beres dan kini Regi hanya perlu mencari waktu yang tepat untuk memasarkannya.Setelah lelah bekerja selama hampir dua minggu belakangan, kini saatnya Regi beristirahat sejenak untuk menumpahkan segala hasrat terpendamnya selama ini.Meski untuk benar-benar mencapai hal itu, Regi masih harus bersabar sedikit lagi.Pernikahan Regi dan Sandra tidak mewah dan juga tidak megah.Karena ini pernikahan keduanya, demi menjaga image baiknya di hadapan publik, Regi memutuskan untuk tidak menggembor-gemborkan pernikahannya dengan Sandra kali ini dan hanya membiarkan segelintir orang terdekat saja yang tahu.Pernikahan yang berlangsung di salah satu masjid di sekitar komplek kediaman Regi sebelumnya, tampak ramai di hadiri oleh warga sekitar dan kerabat terdekat.Tak banyak yang memuji, dan lebih banyak
Malam itu, Regi dan Sandra sampai di kediaman baru mereka yang Regi persembahkan untuk Sandra sebagai hadiah pernikahan.Regi sengaja menutup kedua mata Sandra menggunakan kain penutup mata sebelum mereka keluar dari mobil dan melihat ke dalam rumah tersebut."Mas, kenapa pakai beginian segala sih?" Tanya Sandra sok manja. Senyum lebar wanita itu merekah dengan wajahnya yang terlihat merona."Kan biar surprise, sayang," Regi menuntun Sandra turun dari mobil lalu mereka berjalan memasuki pintu utama di mana dua orang bodyguard berseragam hitam berdiri di sisi kanan dan kiri pintu untuk berjaga."Mas, kita mau kemana sih?" Tanya Sandra yang masih meraba-raba dengan Regi yang memapahnya dari belakang."Kita ke kamar dong, mau kemana lagi?" Ucap Regi sambil tertawa."Awas tangga, pelan-pelan," ucap Regi memberi aba-aba. Merasa tak sabar, akhirnya Regi malah membopong tubuh Sandra hingga wanita itu berteriak saat tubuhnya merasa seperti terbang."Mas... Pelan-pelan," jeritnya manja.Begitu