"Permisi, saya mau bertemu dengan Regi, apa dia ada di ruangannya?" Tanya seorang wanita berhijab pada Sandra yang sedang sibuk bekerja. Jemari lentik sang sekretaris menari lincah, mengetik-ngetik sesuatu dengan cepat pada keyboard.
"Pak Regi masih ada tamu penting, belum bisa diganggu, tunggu saja dulu ya," ucap Sandra bahkan tanpa menoleh."Tapi tadi saya sudah mengirim pesan, Regi bilang saya bisa langsung masuk ke ruangannya," kata Tazkia sedikit kesal. Melirik ke arah name tag yang terkalung di leher wanita berkemeja ketat di hadapannya itu.Dan nama Sandra yang tertera di sana cukup membuat Tazkia mengerti bahwa ternyata inilah sekretaris baru sang suami yang selalu saja dipuji-puji Regi itu.Ternyata, perkataan Regi memang benar, bahwa Sandra tidak hanya pintar, tapi juga sangat cantik. Hanya saja, menurut Tazkia, pakaian Sandra terlalu vulgar, tidak sesopan penampilan Ranti. Sekretaris Regi sebelumnya.Sandra menghentikan kegiatannya, menatap Tazkia dengan tatapan sinis."Mba ini memang ada perlu apa sama Pak Regi? Setahu saya, Pak Regi tidak ada pertemuan penting lagi setelah ini," ujar Sandra yang masih belum sadar bahwa wanita di hadapannya itu adalah istri dari sang Bos."Justru pertemuan dengan saya itu lah yang terpenting! Yasudahlah, mau saya jelaskan lebih jauh pun percuma karena kamu nggak tahu siapa saya,"Mendengar ucapan wanita itu, harga diri Sandra merasa direndahkan dan dia jelas tidak terima.Kenapa perempuan ini sombong sekali?Pikir Sandra membatin.Saat Tazkia dan Sandra masih bercakap di depan ruangan Regi, seorang lelaki keluar dari ruangan itu, tersenyum ke arah Sandra lalu beralih tatapan ke arah Tazkia."Eh, Bu Tazkia? Tumben ke kantor?" Tanya lelaki itu yang tak lain dan tak bukan adalah salah satu manager di perusahaan."Iya, Pak Tirta. Mau antar makan siang untuk suami," jawab Tazkia mempertegas siapa dirinya sebenarnya, di hadapan Sandra.Tazkia bisa melihat ekspresi Sandra yang sepertinya terkejut, terlebih saat tiba-tiba Regi keluar dari ruangan dan tersenyum lebar menyambut kedatangan sang istri."Kamu baru dateng apa udah lama? Kok nggak langsung masuk?" Regi mengecup kening Tazkia, masih di hadapan Sandra yang terlihat menunduk."Tadi mau masuk, cuma kan aku takut ganggu, makanya aku tanya Sandra. Terus kata Sandra, kamu lagi ada pertemuan penting di dalem dan nggak bisa diganggu," jawab Tazkia menoleh sekilas ke arah Sandra, terselip sebuah kemenangan tak beralasan di balik senyuman yang kini ditampilkan Tazkia.Entah kenapa, Tazkia sudah merasa tidak suka pada Sandra sejak Regi yang terus menerus memuji wanita itu di hadapannya, akhir-akhir ini. Terlebih saat Tazkia tau kalau Sandra suka membawakan bekal makan siang untuk sang suami.Seumur-umur menikah dengan Regi, ini kali pertama Tazkia tahu dari mulut Regi sendiri bahwa sekretaris Regi membawakan suaminya itu bekal makan siang.Itulah sebabnya, Tazkia jadi kurang respect pada Sandra."Oh ya ampun, mungkin karena Sandra belum kenal sama kamu, jadi maklumin aja ya. San," tatapan Regi beralih pada sang sekretaris. Merangkul Tazkia dengan mesra, Regi memperkenalkan sang istri pada Sandra. "Ini Tazkia, istri saya,""Oh, maaf Bu. Saya nggak tahu," ucap Sandra sungkan. Dia menerima uluran tangan Tazkia dengan wajah sedikit malu."Nggak apa-apa kok. Oh ya, makasih ya, kamu udah perhatian sama suami saya dengan bawain Mas Regi bekal makan siang. Soalnya, Mas Regi ini tipikal orang yang gila kerja, kalau nggak diingatkan makan, dia akan kerja terus. Cuma saran saya, jangan keseringan, takutnya nanti Mas Regi jadi ketagihan sama masakan kamu, hahaha," sindir Tazkia diikuti tawa hambar."Sampai detik ini, masakan kamu masih yang utama buat aku, sayang," ucap Regi seraya mengajak Tazkia berlalu dari hadapan Sandra.Sepasang suami istri itu pun menghilang dari pandangan Sandra yang langsung menjatuhkan bokongnya dengan keras ke kursi kerjanya.Menyesali kebodohannya.Menyesali nasib sialnya.Menyesali kenapa dirinya kini harus terjebak perasaan dengan lelaki beristri bernama Regi itu.Regi yang sukses mencuri perhatian Sandra sejak pertama kali Sandra beradu tatap dengan Regi sewaktu interview.Regi yang sukses membuat Sandra jatuh bangun menarik perhatian lelaki itu, namun sampai detik ini, tak ada satu pun dari usaha Sandra yang berhasil.Bahkan, ketika mereka ada pekerjaan ke Singapura kemarin, sewaktu dirinya dan Regi menginap di hotel yang sama, namun berbeda kamar, Sandra dengan segala modus operandinya, tetap tak mampu menaklukkan Regi.Dan hal itu jelas membuatnya kesal setengah mati.Terlebih dengan adegan mesra yang dipertontonkan Regi bersama sang istri di hadapannya saat ini.Perlahan tapi pasti, tangan Sandra terkepal keras di atas meja.Wanita itu bergumam dalam hati.Gue nggak boleh nyerah!Bukan Sandra namanya kalau nggak bisa mendapatkan apa yang dia mau!Persetan sama istrinya, gue nggak perduli, karena yang gue mau sekarang, gimana pun caranya, gue harus bisa mendapatkan Regi!*****"Gimana enak nggak?" Tanya Tazkia saat Regi kini mulai menyantap makan siang yang dibawanya dari rumah."Hm, seperti biasa, masakan kamu selalu prefectlicious," Regi berkata dengan mulut yang penuh makanan.Tazkia mengambil tissue dan mengusap sisa makanan yang menempel di sudut bibir sang suami.Mendapat perlakuan itu, entah kenapa, gairah Regi seakan terpancing, tapi sialnya, Regi tidak bisa meluapkannya karena keberadaan mereka di kantor saat ini.Jadilah Regi hanya bisa menarik tubuh Tazkia mendekat untuk mencium bibir sang istri.Mendapat serangan yang begitu tiba-tiba, Tazkia jelas terkejut."Hm, Mas," Tazkia menahan tangannya di dada Regi saat Regi menarik tubuhnya lebih dekat. "Mas! Ini di kantor," ucap Tazkia saat bibirnya berhasil terlepas dari lumatan Regi."So what?" Balas Regi dengan tatapan dingin.Tazkia meneguk ludah perlahan, seketika disergap rasa takut, dia tak mampu berkata-kata hingga akhirnya membiarkan Regi berbuat semaunya.Berharap, Regi tidak segila itu menelanjanginya di ruangan ini.Saat itu, Tazkia mulai kesulitan mengatur napas, bahkan bibirnya sudah terasa kebas karena Regi yang tak juga memberinya kesempatan untuk beristirahat.Hingga akhirnya, pekikan suara seseorang diikuti suara benda yang terjatuh membuat Regi menyudahi aksinya mencium bibir sang istri."Ng, ma-maaf Pak. Saya lupa mengetuk pintu," ucap Sandra yang mematung di pintu masuk. Sandra membungkuk cepat, mengambil beberapa berkas yang dia bawa yang kini berserakan di lantai, karena saking terkejut melihat adegan panas Regi dan Tazkia, tangan Sandra jadi gemetaran hingga semua berkas yang dibawanya terjatuh.Dan belum sempat Sandra merapikan kembali semua berkas-berkas itu, Sandra kembali dikejutkan dengan suara bentakan Regi dari arah sofa."KAMU ITU PERNAH BELAJAR SOPAN SANTUNKAN?"Regi bangkit dari sofa yang dia duduki bersama Tazkia, wajahnya terlihat kesal.Tahu apa yang akan terjadi, Tazkia langsung mencengkram pergelangan tangan sang suami sebelum Regi beranjak ke arah Sandra."Mas," Tazkia menggeleng, bermaksud memohon agar Regi tidak berbuat hal yang tidak-tidak terhadap Sandra.Hanya saja, tepisan tangan Regi menunjukkan bahwa sang suami tak mau mengabulkan permohonannya.Tazkia jadi ikutan bangkit dan mengikuti Regi di belakang saat kini Regi sudah berdiri berhadapan dengan Sandra di ambang pintu masuk ruangannya."Ma-maaf Pak, saya benar-benar lupa. Maaf... Maaf Bu," ucap Sandra yang hampir menangis.Tazkia hanya bisa diam, dengan hati yang dipenuhi kecemasan.Menatap Regi yang kini berkacak pinggang di hadapan Sandra."KEMASI BARANG-BARANG KAMU SEKARANG! KAMU SAYA PECAT!"Dan Sandra pun tertegun.Tiga hari setelah hari di mana Regi memecat Sandra, alhasil, Regi sendiri kini yang dibuat kelimpungan karena semua pekerjaaannya jadi terbengkalai dan kacau balau.Regi sadar bahwa dia membutuhkan sekretaris, dia membutuhkan Sandra dan menyesali perbuatan yang dia lakukan terhadap Sandra kala itu.Padahal sebelumnya, Tazkia sudah memperingatkan Regi, bahkan membujuk Regi untuk tidak memecat Sandra, namun Regi tetap bersikukuh melakukannya.Kini, tanpa Sandra di kantor, seluruh pekerjaan tak bisa selesai tepat waktu sementara Mesya, karyawan yang diangkat menjadi sekretaris sementaranya, selalu saja melakukan kesalahan dalam bekerja. Membuat Regi tak hentinya memaki dalam hati hingga menumpahkan kekesalannya itu pada barang-barang yang terdapat di atas meja kerjanya.Maju mundur, Regi ingin menghubungi Sandra. Namun egonya sebagai seorang CEO dan laki-laki membuat Regi merasa kesulitan melakukannya.Meski, pada akhirnya, Regi pun melakukan hal itu juga.Teleponnya sudah tersambung pad
Hujan yang turun mengguyur kota Jakarta malam itu semakin deras, padahal Regi sudah menunggu lebih dari satu jam di kediaman Sandra setelah Sandra mengatakan bahwa payung yang dia miliki rusak dan sudah dia buang beberapa hari yang lalu, untuk saat ini Sandra belum sempat membeli payung baru. Itulah sebabnya, Regi kini terjebak di kediaman Sandra yang sejak tadi asik menonton televisi di sisinya.Saat itu, keduanya duduk di karpet lantai di ruang depan. Menikmati beberapa cemilan yang tadi Regi beli.Malam semakin larut dan sampai detik ini Regi belum juga berhasil menghubungi Tazkia, bahkan sampai dia meminjam ponsel Sandra untuk menghubungi sang istri, namun Tazkia tak juga menjawab panggilannya.Regi hanya berpikir, sepertinya Tazkia memang sudah tidur karena dia tahu kalau Tazkia selalu tidur lebih awal.Paha mulus dengan kulit putih bersih yang terpampang di hadapan Regi sejak tadi membuat lelaki itu duduk gelisah, fokusnya buyar pada acara televisi yang ditonton Sandra.Merasa t
Setelah bulak-balik memilih pakaian yang pantas dia kenakan malam ini untuk menyambut kedatangan Regi, akhirnya pilihan Sandra jatuh pada tank top hitam bermodel korean waffle backless, di mana Sandra memutuskan untuk melepas Bra yang dia kenakan, agar punggung mulusnya terlihat lebih jelas dari balik tali-tali tank topnya yang bersilangan.Untuk bawahannya sendiri, Sandra tak memiliki pilihan lain selain koleksi hotpants nya yang memang itu-itu saja.Semenjak Ibunya meninggal dan Sandra menganggur, sudah sangat lama dia tak pernah berbelanja apapun dalam hal fashion. Jangankan untuk membeli pakaian, untuk biaya hidupnya sehari-hari saja susah, terlebih dia memang sempat hutang pada rentenir sewaktu Ibunya masih dirawat di rumah sakit karena persediaan uangnya sudah habis akibat dia yang terlalu boros. Alhasil, belum apa-apa, Sandra sudah kelimpungan tutup lobang, gali lobang.Bahkan, kini dia harus terpaksa pindah ke kontrakan jelek ini karena kontrakan lamanya itu uang sewanya sanga
"Regi..."Belum sempat Sandra berkata-kata, Regi sudah lebih dulu mengunci bibir Sandra kembali, dengan menjalin ciuman.Sementara tangan Regi yang memegang pisau kini merayap di balik punggung Sandra.Tubuh Sandra membeku saat merasakan ujung pisau itu seperti meraba kulitnya hingga terdengar suara sesuatu yang dirobek.Ternyata, Regi hanya ingin membuka tank top itu dengan caranya sendiri, yakni memutuskan tali temali rumit tank top yang dikenakan Sandra menggunakan pisau dapur tersebut.Dan cara Regi itu sukses membuat Sandra sempat didera rasa takut.Tapi kini, wanita itu mulai kembali rileks ketika Regi sudah melempar pisau tadi ke lantai dan menggendong tubuh Sandra yang sudah setengah polos itu menuju kamar.Regi melepas pakaian atasnya dengan tergesa sebelum akhirnya dia kembali mencumbu Sandra yang sudah pasrah menunggu Regi memenuhi tubuhnya dengan kenikmatan."Are you still a virgin, Baby?" Bisik Regi ketika tubuh keduanya sudah sama-sama dalam keadaan polos.Gelengan kepal
Terengah-engah Tazkia masuk ke dalam kamarnya, namun tak didapatinya keberadaan Regi di sana."Mas?" Panggilnya sembari melangkah memasuki kamar.Berjalan menuju kamar mandi, berpikir Regi ada di dalam kamar mandi, namun dugaannya salah karena kamar mandi itu kosong.Hingga sebuah deritan pintu yang terdengar dari arah lain membuat napas Tazkia tercekat."Aku di sini, sayang," ucap Regi yang baru saja keluar dari ruangan pribadinya.Sebuah ruangan khusus yang menjadi tempat di mana Regi menumpahkan hasrat terpendamnya selama ini, bersama Tazkia.Regi merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel dan melihat stopwatch yang dia nyalakan tadi. "Telat lima detik!" Ucapnya kemudian.Tazkia menelan salivanya dengan susah payah, tungkai kakinya mendadak lemas ketika dia memaksakan diri membalikkan tubuh ke arah suara Regi terdengar.Tampak dalam penglihatan Tazkia, Regi yang saat itu masih menggunakan celana Chino panjangnya, sementara tubuh atasnya shirtless, kini sedang berdiri dengan tubuh
Isah dan Lilis melihat saat Tazkia berlari dari arah pintu utama lalu menaiki tangga dengan tergesa, bahkan setelah sebelumnya mereka baru saja selesai membenahi kamar sang majikan yang berantakan akibat amukan Regi.Mereka tahu bahwa suasana hati majikan laki-lakinya itu sedang tidak baik dan sekelebat ingatan tentang apa yang diucapkan Bi Inah pembantu lama pada mereka kembali terngiang dalam ingatan."Biasanya, Pak Regi akan melakukan hal itu sama Bu Tazkia kalau suasana hatinya lagi buruk atau marah,"Dan karena hal itulah, kini mereka jadi mengkhawatirkan nasib majikan perempuan mereka, Bu Tazkia."Kita nggak bisa diem aja Sah, kita harus tolongin Bu Tazkia," ucap Lilis dengan wajah cemasnya."Ya tapi gimana caranya? Kita cuma pembantu di sini?" Isah jadi bingung sendiri."Apa kita lapor polisi aja kali ya?""Semprul!" Isah langsung menoyor kepala Lilis. "Kamu mau dibunuh Pak Regi? Aku sih ogah! Aku masih mau hidup! Adikku-adikku masih butuh aku untuk bayar biaya sekolah,""Terus
Tazkia tidak tahu apa yang sedang Regi lakukan di luar sana hingga berjam-jam lamanya sang suami tak juga kembali.Berusaha sekuat tenaga melepaskan diri pun percuma karena rantai besi ini jelas sangat kuat dan hanya bisa terlepas dengan kunci gembok yang kini ada di tangan Regi.Tubuh Tazkia yang sudah seratus persen polos tanpa sehelai benang pun mulai menggigil kedinginan karena hawa sejuk AC di ruangan tersebut. Bahkan saat itu, aliran deras air matanya sudah mengering di pelipisnya.Tak tahu lagi apa yang kini Tazkia harapkan, berharap Regi datang, sama saja berharap pada kematian. Sementara jika dibiarkan terus dalam keadaan seperti ini pun Tazkia merasa sangat tidak nyaman.Dia merasa dirinya seperti seekor hewan qurban yang ingin disembelih.Setelah hampir tiga jam berlalu semenjak Regi keluar dari kamar itu, Tazkia mendengar suara pintu kamarnya dibuka, membuat jantung wanita itu kembali mengencang, berdebar tak karuan.Apakah itu Regi?Tanyanya dalam benak.Tatapan Tazkia te
Setelah pertemuannya dengan Regi tadi, Fadli tidak langsung pergi dari tempat dia memparkirkan motornya, tak jauh dari pintu gerbang kediaman Regi dan Tazkia.Lelaki itu cukup lama termenung di sana.Duduk di sisi trotoar.Sampai akhirnya, sebuah suara decitan pintu gerbang yang dibuka tertangkap indra pendengarannya.Dilihatnya sebuah mobil pribadi hitam keluar dari arah rumah mewah itu.Lalu tak lama setelahnya, Fadli melihat Tazkia keluar berjalan kaki dari pintu gerbang dengan kepala tertunduk dan matanya yang agak sembab.Bahkan wajah wanita itu terlihat sedikit pucat.Tazkia berdiri di sisi trotoar bersebelahan dengan trotoar di mana Fadli berada, hanya saja jarak mereka memang cukup jauh.Wanita berhijab itu tampak mengutak-atik ponselnya dan berdiri di tepi jalan sepi itu cukup lama.Fadli masih terus memperhatikan gerak gerik Tazkia hingga dia menangkap saat-saat di mana Tazkia yang sesekali menyeka sudut mata dan pipinya berkali-kali.Sampai akhirnya, sebuah mobil mendekat da