Share

68. Ketika Rufy lahir

Vinza ikut menangis. Ia balas pelukan David. Namun, lengannya malah terasa nyeri saat diangkat. “Aduh, sakit,” keluhnya.

David melepaskan pelukan. Ia usap air matanya lalu tersenyum. “Masih sakit, ya?” tanya David. Vinza mengangguk. Tangan David mengusap air mata Vinza lalu mencium kening istrinya. “Yang kuat, ya. Pasti akan cepat sembuh. Aku akan jaga kamu di sini.”

“Beneran?” tanya Vinza. David mengangguk. “Terakhir kali, kamu juga bilang gitu dan akhirnya pergi.”

“Maaf.”

“Cuman maaf?”

“Terus aku harus apa?” tanya David.

“Suapin. Aku lapar. Pak Adam nyuapinnya enggak sampai selesai. Padahal aku masih lapar.”

David mengangguk. Ia ambil piring dan sendok dari tas nakas dan mulai menyuapi Vinza. Walau sambil menangis, Vinza tetap mengunyah makanannya. “Kenapa waktu aku ngelahirin, kamu enggak suapin aku kayak gini? Padahal lebih sakit waktu ngelahirin Rufy,” keluh Vinza.

David tak menjawab. Ia tetap menyuapi istrinya dan sesekali memberi Vinza minum.

***

Masa lalu di mana mereka pe
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status