Beranda / Pernikahan / Ayah Mana? / 67. Dia suamiku

Share

67. Dia suamiku

Penulis: Elara murako
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-17 15:08:39

David menepis tangan Adam. Ia masih menatap tajam pada pria itu. Sedang Adam berpaling pada Vinza. “Enggak salah apa-apa? Selama ini kamu enggak pernah celaka, Vin. Sejak kamu sama dia, kamu jadi celaka begini. Pasti itu musuhnya!” Adam masih terdengar kesal.

Vinza tak bisa membalas perkataan Adam. “Iya, kamu benar. Dia jadi celaka karena aku. Aku memang selalu buat masalah dalam hidupnya. Aku bikin dia enggak bisa lanjutkan sekolah, aku bikin dia mendapat kesulitan hidup. Dan sekarang, dia hampir mati karena aku. Kamu benar.” David mengungkapkan segala kesalahannya.

“Kalau gitu, jauhi dia. Biarkan dia hidup sendiri dan bahagia!” tegas Adam menatap David.

David berbalik dan hendak melangkah pergi. “David! Jangan pergi!” panggil Vinza dengan suara serak. Baik Adam dan David sama-sama berbalik. Keduanya kaget mendengar Vinza memanggil David.

“Mau dia seburuk apa pun, dia suamiku. Mau dia sebaik apa pun, dia suamiku. Jadi, jangan marahi suamiku seperti itu. Dia juga menderita sama seper
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ayah Mana?   68. Ketika Rufy lahir

    Vinza ikut menangis. Ia balas pelukan David. Namun, lengannya malah terasa nyeri saat diangkat. “Aduh, sakit,” keluhnya. David melepaskan pelukan. Ia usap air matanya lalu tersenyum. “Masih sakit, ya?” tanya David. Vinza mengangguk. Tangan David mengusap air mata Vinza lalu mencium kening istrinya. “Yang kuat, ya. Pasti akan cepat sembuh. Aku akan jaga kamu di sini.”“Beneran?” tanya Vinza. David mengangguk. “Terakhir kali, kamu juga bilang gitu dan akhirnya pergi.”“Maaf.”“Cuman maaf?”“Terus aku harus apa?” tanya David. “Suapin. Aku lapar. Pak Adam nyuapinnya enggak sampai selesai. Padahal aku masih lapar.”David mengangguk. Ia ambil piring dan sendok dari tas nakas dan mulai menyuapi Vinza. Walau sambil menangis, Vinza tetap mengunyah makanannya. “Kenapa waktu aku ngelahirin, kamu enggak suapin aku kayak gini? Padahal lebih sakit waktu ngelahirin Rufy,” keluh Vinza. David tak menjawab. Ia tetap menyuapi istrinya dan sesekali memberi Vinza minum. ***Masa lalu di mana mereka pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-18
  • Ayah Mana?   69. Perhatian

    Vinza tahu menjadi seorang ibu membuatnya menjadi lupa akan namanya keluh kesah. Sambil menggendong Rufy, ia kerja di kebun demi bayaran perhari. Mencabuti rumput, memetik tomat dan cabe setiap musim panen, Vinza geluti demi bisa memberikan anaknya kecukupan gizi. Ia tak pernah lagi mendengar hinaan orang lain. Ia yakin walau dia pernah berbuat salah, Allah Maha Pemaaf. Walau akhirnya dia harus meninggalkan bayinya selama dua tahun lebih, demi membayar hutang keluarga. Perjalanan panjang hingga membawanya kini ke dalam pelukan David. “Aku enggak cantik loh!” ucap Vinza. “Dulu malah lebih parah. Pulang sekolah mana masih bau ketek,” timpal David. “Emang kamu pikir kamu enggak gitu? Zaman itu kita belum mampu beli deodorant,” celetuk Vinza. Keduanya tertawa. “Beli minyak wangi saja, kalau abis ditambahin air,” timpal David. “Kalau enggak beli kisprey sesachet, kasih air dipake sebulan.Keprihatinan yang membawa mereka akan kenangan yang pahit sekaligus indah. Vinza duduk dalam pan

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-19
  • Ayah Mana?   70. minta adik

    Mereka akhirnya tiba di mobil. Vinza hendak berdiri dari kursi rodanya. Namun, David langsung menggendong dan dimasukan ke dalam mobil. Vinza sempat protes karena menjadi bahan perhatian orang di sana. Sampai di rumah jadilah Vinza cemberut. Lebih-lebih saat Rufy datang setelah dijemput dari rumah Bamantara. “Rufy dengar Ayah. Bunda lagi sakit. Tangan Bunda sakit. Jadi Rufy kalau minta gendong, minta saja sama Ayah atau sama Bibi, ya?” nasihat David. Rufy mengangguk. Ia menatap Vinza dengan tatapan sedih. Vinza menendang kaki David. “Kita sudah sepakat buat enggak kasih tahu dia!” omel Vinza. “Inget, kita pisah karena ketidak jujuran. Jangan biarkan anak kita juga begitu! Jujur, walau itu pahit!” balas David. Walau ada benarnya juga omongan dia, tetap saja rasanya Vinza kesal ingin mengajak dia bertengkar. Sayang ada Rufy di sini. “Bunda, cakit, ya?” tanya Rufy sambil meneteskan air mata. “Rufy juga kadang bisa sakit, ‘kan? Bunda sudah lama enggak sakit. Jadi sekarang sakit dulu

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-20
  • Ayah Mana?   71. Ganggu Tidur

    Akhirnya Rufy tertidur juga. Perlahan David turunkan selimutnya. Ia turun dari tempat tidur dan mengendap pergi ke luar kamar. Langkah demi langkah ia lalui hingga berada tepat di depan kamarnya. David buka pintu perlahan dan menutup, tak lupa mengunci. Takutnya Rufy bangun dan tiba-tiba saja menyusul ke kamar. Menikah setelah punya anak memang repot. Makanya nikah dulu ya, Permirzah!Namun, David sepertinya tak bisa berniat lebih dari panggilan jiwanya. Vinza terlihat tidur dengan nyenyak. David naik ke atas tempat tidur dan berbaring di samping istrinya. Vinza sama sekali tak bergerak. “Ini dia kayaknya memang ngantuk,” batin David sambil mengusap helaian rambut Vinza.David sentuh mata wanita itu, hidungnya, bibirnya lalu dia kecup dari mata, pipi, bibir hingga kening. “Gini saja aku sudah seneng,” batinnya lalu tersenyum geli. Ternyata cinta itu masih belum berubah, masih begitu manis dan legit walau mungkin akan berakhir pahit. Iya, cinta pahit karena saling berpisah.Sedang wani

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-21
  • Ayah Mana?   72. pasangim dasi

    Selesai salat subuh, David sudah siap- siap dengan pakaian kantor. Rufy memang rajin. Jam empat subuh dia sudah bangun dan mengetuk pintu. Sudah jadi kebiasaan dengan Romlah dulu. Jam empat dia sudah mandi dan ke dapur untuk masak. Jadi kebiasaan itu tak hilang sampai sekarang. Vinza berdiri di pintu kamar mandi Rufy. Dia masih mengenakan kaos dan celana pendek untuk tidur. Matanya juga masih belum terbuka benar akibat mengantuk. “Bunda, mandi!” ajak Rufy. “Enggak, dingin,” tolak Vinza.“Coat cubuh, mandi duyu!” omel Rufy.Akhirnya Vinza ke kamar David untuk mandi dan berganti pakaian. Barang-barangnya sudah tertata di kamar David. “Tunggu! Kenapa pakaianku jadi banyak gini?” pikir Vinza melihat kaos dan celana pendek yang bertumpuk seperti gunung. Ia iseng membuka pintu lemari lainnya. Ada berbagai kemeja dan jas David menggantung sangat banyak seperti lemari di drama Korea. Ruang walking closet di rumah itu semua sisinya adalah lemari dan di tengahnya ada rak aksesoris berisi jam

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22
  • Ayah Mana?   73. Ayah kerja apa?

    Selesai makan, mereka lekas berjalan ke teras untuk mengantar David kerja. Mr. Hang sudah menjemput. “Ayah, ati-ati, ya? Upi unggu.”“Iya anakku yang ganteng. Nanti Ayah pulang cepet. Soalnya Ayah harus jagain Bunda.”“Upi jaga Bunda uga. Upi ebat!” seru Rufy. Ia dan David melakukan gerakan high five. David masuk ke dalam mobil bersama Mr. Hang. Ia melambaikan tangan. Sedang Vinza dan Rufy membalas dari teras. Tak lama mobil David meninggalkan rumah. “Ayah cali uang?” tanya Rufy. “Iya, buat Rufy sekolah, beli baju, beli makan,” jawab Vinza. “Ayah dak jadi kakawe?” “Enggak, Ayah jadi CEO,” jawab Vinza. “Sio-sio? Apa tuh?”“Itu, orang yang kerjanya duduk di meja sambil ngetik di komputer. Terus tempat kerjanya di kantor gedung tinggi.” Vinza juga tak bisa menjelaskan. “Pokoknya jadi CEO itu pasti kaya. Pake jas terus dijemput mobil mewah.” Begitulah pemahaman hasil membaca novel dan menonton drama bucin. “Ouh, kalau kakawe dak kaya?” Rufy lagi-lagi berusaha memahami. Pemikiran dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-23
  • Ayah Mana?   74. Belajar ikat dasi

    “Cini!” tegas Rufy. Vinza mengangguk. Ia ikuti petunjuk Rufy dengan keterbatasan bahasa anak itu. Namun, tak lama Rufy mencak-mencak. “Napa Bunda dak bisa? Ciniin!” tegas Rufy yang sudah kesal mengajari Bundanya cara mengikat dasi yang benar. Lagi dan lagi Vinza salah langkah. “Gini?” tanya Vinza yang langsung diiyakan oleh Rufy. Wanita itu tersenyum puas karena sudah melakukan langkah dengan benar. “Terus?” tanya Vinza. Rufy menepuk jidat. “Upi ajalin apan kali!” protes Rufy. Sudah delapan kali dia mengulang langkah, tetapi masih saja Vinza lupa. “Sekali lagi, ya?” pinta Vinza sambil menangkupkan kedua telapak tangannya. Rufy menggeleng. “Rufy, kalau Ayah tahu Bunda enggak bisa. Nanti Ayah ledekin Bunda, loh. Hati Bunda lemah.” Vinza menunduk seduh agar bisa Rufy ajari lagi. “Okat!” tawar Rufy. “Silperkuin?” Rufy mengangguk. Ia ambil dasi dan kembali mengulang langkah mengikat benda itu. “Iat! Dangan meyeng!”“Iya, Bunda janji enggak meleng!” Vinza memasang matanya baik-baik un

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-25
  • Ayah Mana?   75. Belajar Parenting

    Akhirnya Vinza diajari Langit untuk mengikat dasi. Mungkin karena Langit sangat sabar mengajari, akhirnya Vinza bisa juga mengikat dasi. Sedang Rufy dan Minara masih sibuk berunding tentang kado. “Adik? Oom David gila!”“Dak ata-atain. Doca loh! Mulutna potong nalaka!” omel Rufy. “Kamu harusnya sadar sedang dibodohi. Waktu orang tua kamu ingin adik, artinya ayah kamu akan ambil Bunda kamu lebih lama dari biasanya.”“Ambin?” Rufy bingung. “Iya, mereka liburan berdua, ngobrol berdua, main berdua dan kamu dilupakan!” Minara seperti biasa, pintar memberikan racun.“Upi mo Bunda. Mo Ayah uga,” ucap Rufy dengan suara lemah. “Karena itu, say no untuk adik!” tegas Minara. “Cay no!”“Yap, kamu harus tolak tawaran itu dan buat negosiasi baru dengan ayah kamu.”“Nenek ego capa?” “Negoisasi, berunding. Di sana kamu dan Ayah kamu bicara. Nanti kamu bilang apa yang kamu mau dan Ayah kamu harus bilang setuju. Kalau negosiasi kamu harus pakek jas dan dasi.” “Ouh.” Rufy sayanganya selalu percay

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-25

Bab terbaru

  • Ayah Mana?   116. Ingin nonton (tamat)

    “Begini Bu Guru. Hari Minggu ini Rufy punya acara nonton di rumah. Bunda bolehin Rufy untuk nonton hanya setengah jam. Masalahnya ada dua yang mau Rufy tonton. Rufy suka Tayo juga suka Pocoyo. Baiknya Rufy pilih mana?” Bu Guru berpikir. “Mungkin untuk ini, Rufy bisa melakukan undian,” saran guru. “Undian?” Rufy rasanya belum pernah mendengar kata itu.“Iya, begini.” Guru membuat dua sobekan kertas. Ia tulis kedua nama acara itu di kedua kertas yang berbeda. Guru lipat kedua kertas dan memasukan dalam saku lalu memutar tangannya dalam saku agar kedua kertas itu teracak. Setelah itu, dia kembalikan ke atas meja. “Pilih salah satu,” saran guru dengan begitu detailnya.Rufy pilih salah satu kertas dan membacanya. “Tayo! Jadi Rufy nonton Tayo minggu ini. Yeay! Makasih banyak Bu Guru,” ucap Rufy. Dia senang karena apa yang menjadi beban belakangan ini hilang.Hari Minggu pun tiba. Rufy bangun subuh untuk salat subuh. Dia kenakan pakaian koko dan berjamaah dengan kedua orang tuanya. Selesa

  • Ayah Mana?   115. Galau

    Mr. Hang menahan tawa. “Maaf, Pak. Yang keren itu kalau banyak follower, bukan following.”“Iya, kah? Kalau gitu aku berhenti follow saja,” keluh David. “Pasti banyak yang follow anda, Pak. Apalagi anda seorang Chairman perusahaan besar. Anda tinggal umumkan saja pada media,” jelas Mr. Hang. “Benarkah?”“Iya. Apalagi kalau nama akunnya sudah centang biru. Pasti semakin banyak yang follow.”David menganggukan kepala. Ia lekas kembali memeriksa ponselnya. Tak lama dia berpikir. Jadi nama yang centang biru itu populer. Ia intip profil milik Biru Bamantara yang bercentang Biru. Di sana timbul rasa iri di hati David. “Dia pikir aku enggak bisa kayak dia apa!” Sore itu David pulang ke rumah. Dia sudah disambut pelayan dan istrinya di depan pintu. “Gimana kerjaan hari ini? Kamu sibuk terus main Instragram,” omel Vinza. “Maklum, soalnya akun aku ‘kan centang biru,” jawab David. Vinza menaikan alis. “Follower kamu baru empat biji, gimana bisa centang biru?” tanya Vinza bingung. Saking pen

  • Ayah Mana?   114. postingan

    “Aplod ini, ah!” seru Rufy saat dirinya selesai membuat vlog pribadi saat sedang mengerjakan PR. Dia punya akun instagram sendiri yang terhubung dengan akun Vinza. Jadi, Vinza bisa mengawasi penggunaan media sosial putranya. Zaman semakin maju, bukan artinya anak tak boleh memakai gadget bukan juga boleh memakai gadget. Untuk anak seusia Rufy yang baru menginjak kelas TK, penggunaan gadget hanya boleh selama lima belas menit sehari. Namun perlu diingat, orang tua harus lebih pintar dalam menggunakan teknologi dari pada putranya. Jangan seperti Koko Dapit. “Upload apa?” David mengintip ke layar ponsel Rufy. “Tadi Upi bikin vlog buat PR sendiri. Followers Rufy sudah banyak, Yah,” jawab Rufy. “Ouh. Vlog itu apa?” tanya David. David bukannya gaptek. Dia bisa melakukan peretasan, menggunakan tagar sebagai media komunikasi, bahkan merancang aplikasi. Hanya saja dia tak tahu bahasa media sosial kekinian karena dia hanya punya twitter. Itu pun tidak pernah membuat cuitan. Apalagi instagr

  • Ayah Mana?   113. ageisme

    “Penting bagi kita menambah wawasan dalam berbagai bidang. Ini membantu mencari peluang bisnis baru apalabila bisnis lama terpuruk. Jangan sampai kita main dalam kubangan sampai kita tak sadar seluruh tubuh kita kotor dan kemungkinan badan kita sakit,” jelas David saat ditanya tentang sektor baru yang kini tengah ditekuni Heaven Grouph saat jam rehat seminar. Pengisi seminar itu adalah salah satu pengusaha sukses Indonesia yang perusahaannya sudah menjadi perusahaan kelas dunia di Amerika. Karena itu David sangat bersemangat untuk datang. “Pasti wawasanmu luas sekali ya dengan usia segitu? Sepertinya Papamu sering ajak kamu jalan-jalan ke luar negeri,” ucap salah satu tamu undangan yang juga pengusaha. David melirik sumber suara. “Maaf?” tanya David bingung. “Iya, kadang bicara perubahan memang mudah. Apalagi bagi anak muda yang jiwanya masih menggebu. Hanya saja strategi kalau sedang tak untung ya pasti rugi besar. Banyak yang ingin mencoba sektor baru, justru malah bangkrut. Leb

  • Ayah Mana?   112. Berkembang

    “Bu,” panggil Cyan. “Apa?” tanya Vinza. Cyan menunjuk ke pintu. David sudah berdiri di depan pintu cattery. Kandang kucing Vinza ada di rumah keluarga Lau dan memiliki arena main sendiri. Ruangannya full AC dan ada keeper yang merawat setiap hari. “Assalamu’alaikum,” salam David. “Wa’alaikusalam, Yah,” jawab Rufy dan Vinza. Cyan berdiri lalu berlari mengulurkan tangan minta Ayahnya gendong. David lekas menggendong Cyan dan menciumnya. Lalu menghampiri Rufy pun mencium kening putranya. “Kakak gimana kabarnya?” tanya David. “Baik, Yah. Tadi Upi di sekolah dapat piala. Semua dapat piala, sih. Yang mau bikin origami dikasih piala,” cerita Rufy. “Alhamdulillah. Kakak senang dong di sekolah? Hebat anak Ayah mau belajar bikin origami,” puji Ayahnya. Rufy berjalan ke belakang David dan memeluk Ayahnya dari belakang. “Ayah baru pulang kerja?” tanya Rufy. “Sudah dari tadi. Ke rumah dulu, mandi, ganti baju baru ke sini. Kalau habis dari luar kan kita harus mandi dulu dan ganti baju.”“Iy

  • Ayah Mana?   111. kucing

    “Kucing yang ini sudah dibawa untuk diperiksa belum?” tanya Vinza memastikan kucing peliharaannya. Dia punya rumah kucing sendiri, di mana dia bisa memelihara dan breeding aneka kucing ras. Kucing yang ia pelihara awalnya hanya lima ekor dengan usia satu tahun. Vinza punya dua pasang kucing persia dan tiga ekor Scottish fold berbulu pendek. Kucing-kucing mahal itu David belikan karena tahu istrinya suka memelihara hewan. Benar saja, saat kucing Vinza berusia lebih dari setahun, mereka langsung berkembang biak dan memiliki masing-masing dua anak. Hanya ada satu kucing masih jomlo hingga Vinza jodohkan dengan kucing milik kenalan David. “Cyan, liat Unyil guling-guling,” seru Rufy menunjuk kucing scottish warna abu-abu yang masih berusia tiga bulan. Cyan mencoba berdiri meraih kucing itu, tetapi kucing berlari. Dengan langkah yang masih belum tegar, Cyan masih berusaha menangkap kucing. Akhirnya dia dapat kucing persia jingga. Dipeluk kucing itu, sayang karena salah peluk, kucingnya me

  • Ayah Mana?   110. kursi rumah sakit

    David berdiri di luar ruang bersalin. Vinza masih berada di dalam menunggu waktu untuk melahirkan. Sudah berjam-jam David menunggu. Vinza belum juga melahirkan. Tak lama dokter keluar. David lekas menghampiri dokternya. “Pak, istri anda harus melalui operasi Caesar karena ukuran bayinya cukup besar. Jadi anda tak bisa melihat prosesnya,” ucap dokter. “Tak apa, Dok. Lakukan yang terbaik untuk istri saya,” jawab David. Tak lama tindakan operasi langsung dilakukan. David semakin merasa tak tenang. Dia menunggu dengan Rufy di ruang tunggu VIP. Dalam pangkuan David, Rufy sempat tertidur pulas. Tak lama bayi mereka dibawa keluar ruangan menuju ruang bayi. David sempat melihat putrinya dan meminta untuk mengazani. Suster sempat menanyakan tentang nama bayi David dan Vinza, tetapi pria itu malah bengong. Dia sudah siapkan masah persalinan sampai penyambutan istri dan bayinya. Namun, masalah nama dia lupa. David melihat ke sisi kanan dan kiri. Dia melihat sebuah merk Waruna dengan logo de

  • Ayah Mana?   109. Adik Rufy lahir

    “Hal yang harus dilakukan suami ketika menghadapi istri yang hendak melahirkan. Satu, tenangkan diri. Pastikan semua keperluan melahirkan sudah siap. Dua, telpon ambulan jika memang istri sudah terlihat banyak mengeluarkan keringat, atau lemas ....” David hampir setiap hari menonton video itu. Dia sudah sangat kecewa tak bisa menemani Vinza saat hamil Rufy pun tak melihat proses putranya lahir. Kali ini David ingin menjadi suami siaga yang akan menjaga istri dan bayinya dengan baik. “Ayah tonton pa, tuh?” tanya Rufy. Anak itu menyimpan tabletnya di atas nakas. Ia tengah belajar huruf mandari dengan aplikasi yang diberikan gurunya. Tablet itu akan membunyikan alarm jika waktu main tablet sudah habis. Karena itu Rufy menyimpan tabletnya. Ia selalu mematuhi peraturan yang dibuat dirumah karena aturan di rumah ini dibuat bersama-sama dengan Rufy. “Ini apa yang harus Ayah lakukan kalau dedek lahir,” jawab David. “Ouh, dedek mo ahin, ya?” tanya Rufy lagi. “Iya, kayaknya minggu depan. M

  • Ayah Mana?   108. Waktu ngidam dulu

    Sebelum Cyan lahir ....Vinza merenung di rooftop rumah. Hari ini dia tak punya semangat, hanya mengusap perut sambil manyun. Rufy sedang ada kelas. Karena masalah bahasa, anak itu harus homeschooling untuk belajar Bahasa Inggris dan mandarin sebelum memasuki taman kanak-kanak. Apalah daya ibunya. Bahasa Mandarin Vinza pun hanya sebatas bahasa untuk sehari-hari. Itu pun Vinza tak mampu membaca tulisan mereka. Cahaya matahari terasa hangat di awal musim gugur. Pepohonan mengalami kerontokan daun di bulan Oktober ini. “Aku mau jalan-jalan. Mau beli bala-bala,” batinnya. Di saat seperti ini, Vinza lekas mengambil ponselnya. Ia telpon David saat itu juga. “Kenapa?” tanya David. “Mau bala-bala,” pinta Vinza. “Bercanda kamu? Beli bala-bala di mana di Hongkong?” “Dulu di Taiwan ada,” keluh Vinza. “Terus aku harus ke Taiwan dulu gitu? Dateng ke rumah sudah basi itu bala-bala,” omel David. Vinza menunduk lesu. “Vid, ternyata cinta kita hanya sampai gorengan bala-bala,” keluh Vinza. “Tu

DMCA.com Protection Status