Share

69. Perhatian

Vinza tahu menjadi seorang ibu membuatnya menjadi lupa akan namanya keluh kesah. Sambil menggendong Rufy, ia kerja di kebun demi bayaran perhari. Mencabuti rumput, memetik tomat dan cabe setiap musim panen, Vinza geluti demi bisa memberikan anaknya kecukupan gizi.

Ia tak pernah lagi mendengar hinaan orang lain. Ia yakin walau dia pernah berbuat salah, Allah Maha Pemaaf. Walau akhirnya dia harus meninggalkan bayinya selama dua tahun lebih, demi membayar hutang keluarga. Perjalanan panjang hingga membawanya kini ke dalam pelukan David.

“Aku enggak cantik loh!” ucap Vinza.

“Dulu malah lebih parah. Pulang sekolah mana masih bau ketek,” timpal David.

“Emang kamu pikir kamu enggak gitu? Zaman itu kita belum mampu beli deodorant,” celetuk Vinza.

Keduanya tertawa. “Beli minyak wangi saja, kalau abis ditambahin air,” timpal David.

“Kalau enggak beli kisprey sesachet, kasih air dipake sebulan.

Keprihatinan yang membawa mereka akan kenangan yang pahit sekaligus indah. Vinza duduk dalam pan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status