Home / Pernikahan / Ayah Mana? / 73. Ayah kerja apa?

Share

73. Ayah kerja apa?

Author: Elara murako
last update Last Updated: 2023-02-23 20:44:59

Selesai makan, mereka lekas berjalan ke teras untuk mengantar David kerja. Mr. Hang sudah menjemput. “Ayah, ati-ati, ya? Upi unggu.”

“Iya anakku yang ganteng. Nanti Ayah pulang cepet. Soalnya Ayah harus jagain Bunda.”

“Upi jaga Bunda uga. Upi ebat!” seru Rufy. Ia dan David melakukan gerakan high five.

David masuk ke dalam mobil bersama Mr. Hang. Ia melambaikan tangan. Sedang Vinza dan Rufy membalas dari teras. Tak lama mobil David meninggalkan rumah. “Ayah cali uang?” tanya Rufy.

“Iya, buat Rufy sekolah, beli baju, beli makan,” jawab Vinza.

“Ayah dak jadi kakawe?”

“Enggak, Ayah jadi CEO,” jawab Vinza.

“Sio-sio? Apa tuh?”

“Itu, orang yang kerjanya duduk di meja sambil ngetik di komputer. Terus tempat kerjanya di kantor gedung tinggi.” Vinza juga tak bisa menjelaskan. “Pokoknya jadi CEO itu pasti kaya. Pake jas terus dijemput mobil mewah.” Begitulah pemahaman hasil membaca novel dan menonton drama bucin.

“Ouh, kalau kakawe dak kaya?” Rufy lagi-lagi berusaha memahami. Pemikiran dia
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ayah Mana?   74. Belajar ikat dasi

    “Cini!” tegas Rufy. Vinza mengangguk. Ia ikuti petunjuk Rufy dengan keterbatasan bahasa anak itu. Namun, tak lama Rufy mencak-mencak. “Napa Bunda dak bisa? Ciniin!” tegas Rufy yang sudah kesal mengajari Bundanya cara mengikat dasi yang benar. Lagi dan lagi Vinza salah langkah. “Gini?” tanya Vinza yang langsung diiyakan oleh Rufy. Wanita itu tersenyum puas karena sudah melakukan langkah dengan benar. “Terus?” tanya Vinza. Rufy menepuk jidat. “Upi ajalin apan kali!” protes Rufy. Sudah delapan kali dia mengulang langkah, tetapi masih saja Vinza lupa. “Sekali lagi, ya?” pinta Vinza sambil menangkupkan kedua telapak tangannya. Rufy menggeleng. “Rufy, kalau Ayah tahu Bunda enggak bisa. Nanti Ayah ledekin Bunda, loh. Hati Bunda lemah.” Vinza menunduk seduh agar bisa Rufy ajari lagi. “Okat!” tawar Rufy. “Silperkuin?” Rufy mengangguk. Ia ambil dasi dan kembali mengulang langkah mengikat benda itu. “Iat! Dangan meyeng!”“Iya, Bunda janji enggak meleng!” Vinza memasang matanya baik-baik un

    Last Updated : 2023-02-25
  • Ayah Mana?   75. Belajar Parenting

    Akhirnya Vinza diajari Langit untuk mengikat dasi. Mungkin karena Langit sangat sabar mengajari, akhirnya Vinza bisa juga mengikat dasi. Sedang Rufy dan Minara masih sibuk berunding tentang kado. “Adik? Oom David gila!”“Dak ata-atain. Doca loh! Mulutna potong nalaka!” omel Rufy. “Kamu harusnya sadar sedang dibodohi. Waktu orang tua kamu ingin adik, artinya ayah kamu akan ambil Bunda kamu lebih lama dari biasanya.”“Ambin?” Rufy bingung. “Iya, mereka liburan berdua, ngobrol berdua, main berdua dan kamu dilupakan!” Minara seperti biasa, pintar memberikan racun.“Upi mo Bunda. Mo Ayah uga,” ucap Rufy dengan suara lemah. “Karena itu, say no untuk adik!” tegas Minara. “Cay no!”“Yap, kamu harus tolak tawaran itu dan buat negosiasi baru dengan ayah kamu.”“Nenek ego capa?” “Negoisasi, berunding. Di sana kamu dan Ayah kamu bicara. Nanti kamu bilang apa yang kamu mau dan Ayah kamu harus bilang setuju. Kalau negosiasi kamu harus pakek jas dan dasi.” “Ouh.” Rufy sayanganya selalu percay

    Last Updated : 2023-02-25
  • Ayah Mana?   76. Say no adik

    Sepulang dari rumah Langit, rasanya Vinza mendapat pencerahan. Ia sampai menulis ulang materi pada kertas note dan menempelnya di depan meja kerja David. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Vinza lekas mengambil ponsel dan mengangkat telpon dari nomor tak dikenal.“Halo?” tanya Vinza. “Halo. I’m Ethan, Damier’s father.” Ethan kebingungan bagaimana menyusun Bahasa Inggris yang mudah Vinza mengerti karena dia tahu latar belakang pendidikan Vinza. “Ouh, I’m sorry, Pa. Cong wen khe yi ma ( bisa pakai mandarin saja)?”“Kamu lebih mengerti bahasa mandari?” Ethan terkekeh. “Iya, walau belum bisa bicara yang panjang. Tapi aku ngerti Papa bilang apa,” jelas Vinza. “Oke. Aku menelpon ingin menanyakan keadaan kamu,” ungkap Ethan. “Aku baik-baik saja, Pa. Masih dalam pemulihan. Dan Papa bagaimana? David oh Damier sangat khawatir dengan kesehatan Papa. Apalagi karena masalah perusahaan.”“Aku baik-baik saja. Syukur kalau lebih baik. Aku khawatir. Maaf, aku baru tahu tentang keadaanmu. Damier tidak

    Last Updated : 2023-02-26
  • Ayah Mana?   77. Pergolakan saham

    David dan Vinza hari itu sama-sama berpikir. Apa bahaya jika anak menolak sosok seorang adik? Mereka berdua juga belum berencana sejauh itu, hanya saja penolakan Rufy terlihat begitu keras. Dia sampai berteriak dan menghentakan kaki ke lantai. “Aku ke kantor dulu. Nanti kita bicarakan sore, sepulang aku kerja. Aku akan minta Mr. Hang mencarikan seorang psikolog handal, ya?” pamit David. “Dak adek,” tegas Rufy. “Iya.” David mengusap kepala Rufy dengan lembut lalu pergi meninggalkan rumah menuju kantor. Sedang Vinza dan Rufy melihat ia pergi dari teras. Rufy tak lama menatap Vinza. “Dak adek!” tegasnya. “Iya, siapa yang mau bikin adek? Kamu saja masih ngompol, loh. Masa mau punya adek?” timpal Vinza. Dalam mobil, David kembali pada pekerjaannya. Ia masih melihat pergolakan pasar saham di Tiongkok. “Mr. Lau menyarankan agar kita membeli saham perbankan di Tiongkok karena kemungkinan dampak dari tiga perusahaan properti besar tidak akan terlalu signifikan terhadap beberapa bank besar

    Last Updated : 2023-02-26
  • Ayah Mana?   78 Menolak pelakor

    Kini David alihkan perhatian pada surat dari pemerintah Tiongkok yang dikirim via email oleh Mr. Hang. Setidaknya dia mendapat kabar baik karena pemerintah menolak perlindungan Viane, apalagi atas kasus penceramaran nama baik negara lain. Mereka anggap Viane sudah mencoreng nama negara. David lekas meraih gagang telpon dan menelpon Hang. “Mr. Hang, tolong beri permohonan agar menaikan status Viane menjadi tersangka secepatnya. Katakan jika keberadaan Viane mengganggu keamanan dan kenyamanan keluargaku,” saran David. “Baik, Tuan.”Setelah itu, David kembali memeriksa proposal pengajuan pembukaan sektor baru yang akan diusung perusahaan mereka. Tak lama pintu ruangan diketuk. David persilakan orang tersebut masuk. Ia berdiri dan mengancingkan jas lalu berjalan ke sofa tamu. Wanita yang ia temui terlihat anggun dengan rambut panjang. “Saya Ariana Salaman, Tuan Damier Lau. Senang bisa bertemu dengan anda,” ucap wanita itu. “Duduklah, Nona Salaman.”Ariana duduk berhadapan dengan David

    Last Updated : 2023-02-27
  • Ayah Mana?   79. konsultasi

    “Ngompolnya sih enggak sering, Bu. Kadang sih. Itensitasnya juga agak menurun. Cuman memang bicaranya masih cadel. Kan ada kenalan yang bilang katanya anak mereka umur tiga tahun itu enggak cadel. Jadi aku khawatir. Terus dia kalau ngambek kadang sampai apa tuh ... ngadat. Pernah malah mikir mau minggat. Sekarang dia terus ngulang tidak mau punya adik.”“Orang tuanya ingin punya anak lagi?” tanya psikolog pada Vinza dan David. Pasangan itu saling tatap. Vinza menggeleng sedang David malah mengangguk. “Jadi ini ayahnya ingin menambah anak sedang ibunya belum ingin?” Psikolog itu terkekeh. Vinza menyenggol lengan David. Sedang pria itu malah nyengir. “Maaf, Dok. Masalahnya tentang adik ini kami belum berdiskusi. Hanya celetukan saya saja. Saya sendiri tidak menyangka Rufy akan mengeluarkan reaksi sekeras itu,” jelas David. “Kami akan melakukan observasi dulu terhadap putra anda, termasuk melakukan wawancara. Setelah itu kami juga harus tahu riwayat masa kecilnya dan juga wawancara te

    Last Updated : 2023-02-27
  • Ayah Mana?   80. Kakek Upi

    “Sudah kamu pastikan semuanya sesuai?” tanya Ethan. Sekretarisnya mengangguk. Pria itu tak lama menunduk sedih. Ethan masih terbaring di atas tempat tidur. “Pak, sebaiknya anda mengatakan ini pada Tuan Damier,” saran Sekretarisnya. Ethan hanya tersenyum kecil, terlihat kerutan di sisi matanya. “Aku tak ingin membuat dia terluka untuk waktu yang lama. Dia harus tenang agar bisa menjalankan perusahaan, menjaga kesehatannya dan keluarganya. Aku pikir aku sudah menitipkan Damier pada orang yang tepat,” ucap Ethan. Dia menutup mata, mengingat bagaimana hari demi hari ia mencoba mencari putra satu-satunya. Beberapa kali ia ditipu oleh anak yang mengaku sebagai Damier. Anehnya mereka selalu menunjukam hasil tes DNA yang sesuai di awal, tetapi saat Ethan melakukan tes ulang, hasilnya bukan. Hingga dia menemukan sebuah email dan foto David yang dikirim Biru. Ethan sudah tak ingin percaya, hanya saja perasaan seorang ayah memanggil. Ethan mencoba mencari tahu bahkan melakukan tes DNA berula

    Last Updated : 2023-02-28
  • Ayah Mana?   81. Hasil Tes Rufy

    “Ini!” tunjuk David pada salah satu foto jam yang dicetak Mr. Hang. Ia sejak tadi mencoba melihat kemiripan kedua jam itu hingga akhirnya bisa yakin jika memang itu jam yang serupa. “Saya akan menghubungi orangnya dan lekas meminta dia menemui anda.” Mr. Hang langsung mengambil langkah. David melihat ke arah jam. Sebentar lagi dia harus pergi ke kantor biro psikologi tempat Rufy akan diobservasi. “Tuan, sepertinya orang itu baru bisa datang besok.” Mr. Hang menutup mic telpon agar tak terdengar ke seberang sana. “Besok saja, aku mau ke biro psikologi untuk memeriksakan Rufy,” timpal David. Ia lekas berdiri dan kembali memakai jasnya. Lalu David berjalan keluar kantor. Di depan pintu, ia langsung diikuti para penjaga. Sementara Vinza masih duduk menunggu selama Rufy diobservasi. Di sana, putranya tidak hanya sendiri. Beberapa psikiater sedang memperhatikan. Ada anak-anak lain pun di sana. Mereka sengaja dilihat bagaimana proses adaptasi dalam kelompok usia mereka.”“Putra anda terl

    Last Updated : 2023-02-28

Latest chapter

  • Ayah Mana?   116. Ingin nonton (tamat)

    “Begini Bu Guru. Hari Minggu ini Rufy punya acara nonton di rumah. Bunda bolehin Rufy untuk nonton hanya setengah jam. Masalahnya ada dua yang mau Rufy tonton. Rufy suka Tayo juga suka Pocoyo. Baiknya Rufy pilih mana?” Bu Guru berpikir. “Mungkin untuk ini, Rufy bisa melakukan undian,” saran guru. “Undian?” Rufy rasanya belum pernah mendengar kata itu.“Iya, begini.” Guru membuat dua sobekan kertas. Ia tulis kedua nama acara itu di kedua kertas yang berbeda. Guru lipat kedua kertas dan memasukan dalam saku lalu memutar tangannya dalam saku agar kedua kertas itu teracak. Setelah itu, dia kembalikan ke atas meja. “Pilih salah satu,” saran guru dengan begitu detailnya.Rufy pilih salah satu kertas dan membacanya. “Tayo! Jadi Rufy nonton Tayo minggu ini. Yeay! Makasih banyak Bu Guru,” ucap Rufy. Dia senang karena apa yang menjadi beban belakangan ini hilang.Hari Minggu pun tiba. Rufy bangun subuh untuk salat subuh. Dia kenakan pakaian koko dan berjamaah dengan kedua orang tuanya. Selesa

  • Ayah Mana?   115. Galau

    Mr. Hang menahan tawa. “Maaf, Pak. Yang keren itu kalau banyak follower, bukan following.”“Iya, kah? Kalau gitu aku berhenti follow saja,” keluh David. “Pasti banyak yang follow anda, Pak. Apalagi anda seorang Chairman perusahaan besar. Anda tinggal umumkan saja pada media,” jelas Mr. Hang. “Benarkah?”“Iya. Apalagi kalau nama akunnya sudah centang biru. Pasti semakin banyak yang follow.”David menganggukan kepala. Ia lekas kembali memeriksa ponselnya. Tak lama dia berpikir. Jadi nama yang centang biru itu populer. Ia intip profil milik Biru Bamantara yang bercentang Biru. Di sana timbul rasa iri di hati David. “Dia pikir aku enggak bisa kayak dia apa!” Sore itu David pulang ke rumah. Dia sudah disambut pelayan dan istrinya di depan pintu. “Gimana kerjaan hari ini? Kamu sibuk terus main Instragram,” omel Vinza. “Maklum, soalnya akun aku ‘kan centang biru,” jawab David. Vinza menaikan alis. “Follower kamu baru empat biji, gimana bisa centang biru?” tanya Vinza bingung. Saking pen

  • Ayah Mana?   114. postingan

    “Aplod ini, ah!” seru Rufy saat dirinya selesai membuat vlog pribadi saat sedang mengerjakan PR. Dia punya akun instagram sendiri yang terhubung dengan akun Vinza. Jadi, Vinza bisa mengawasi penggunaan media sosial putranya. Zaman semakin maju, bukan artinya anak tak boleh memakai gadget bukan juga boleh memakai gadget. Untuk anak seusia Rufy yang baru menginjak kelas TK, penggunaan gadget hanya boleh selama lima belas menit sehari. Namun perlu diingat, orang tua harus lebih pintar dalam menggunakan teknologi dari pada putranya. Jangan seperti Koko Dapit. “Upload apa?” David mengintip ke layar ponsel Rufy. “Tadi Upi bikin vlog buat PR sendiri. Followers Rufy sudah banyak, Yah,” jawab Rufy. “Ouh. Vlog itu apa?” tanya David. David bukannya gaptek. Dia bisa melakukan peretasan, menggunakan tagar sebagai media komunikasi, bahkan merancang aplikasi. Hanya saja dia tak tahu bahasa media sosial kekinian karena dia hanya punya twitter. Itu pun tidak pernah membuat cuitan. Apalagi instagr

  • Ayah Mana?   113. ageisme

    “Penting bagi kita menambah wawasan dalam berbagai bidang. Ini membantu mencari peluang bisnis baru apalabila bisnis lama terpuruk. Jangan sampai kita main dalam kubangan sampai kita tak sadar seluruh tubuh kita kotor dan kemungkinan badan kita sakit,” jelas David saat ditanya tentang sektor baru yang kini tengah ditekuni Heaven Grouph saat jam rehat seminar. Pengisi seminar itu adalah salah satu pengusaha sukses Indonesia yang perusahaannya sudah menjadi perusahaan kelas dunia di Amerika. Karena itu David sangat bersemangat untuk datang. “Pasti wawasanmu luas sekali ya dengan usia segitu? Sepertinya Papamu sering ajak kamu jalan-jalan ke luar negeri,” ucap salah satu tamu undangan yang juga pengusaha. David melirik sumber suara. “Maaf?” tanya David bingung. “Iya, kadang bicara perubahan memang mudah. Apalagi bagi anak muda yang jiwanya masih menggebu. Hanya saja strategi kalau sedang tak untung ya pasti rugi besar. Banyak yang ingin mencoba sektor baru, justru malah bangkrut. Leb

  • Ayah Mana?   112. Berkembang

    “Bu,” panggil Cyan. “Apa?” tanya Vinza. Cyan menunjuk ke pintu. David sudah berdiri di depan pintu cattery. Kandang kucing Vinza ada di rumah keluarga Lau dan memiliki arena main sendiri. Ruangannya full AC dan ada keeper yang merawat setiap hari. “Assalamu’alaikum,” salam David. “Wa’alaikusalam, Yah,” jawab Rufy dan Vinza. Cyan berdiri lalu berlari mengulurkan tangan minta Ayahnya gendong. David lekas menggendong Cyan dan menciumnya. Lalu menghampiri Rufy pun mencium kening putranya. “Kakak gimana kabarnya?” tanya David. “Baik, Yah. Tadi Upi di sekolah dapat piala. Semua dapat piala, sih. Yang mau bikin origami dikasih piala,” cerita Rufy. “Alhamdulillah. Kakak senang dong di sekolah? Hebat anak Ayah mau belajar bikin origami,” puji Ayahnya. Rufy berjalan ke belakang David dan memeluk Ayahnya dari belakang. “Ayah baru pulang kerja?” tanya Rufy. “Sudah dari tadi. Ke rumah dulu, mandi, ganti baju baru ke sini. Kalau habis dari luar kan kita harus mandi dulu dan ganti baju.”“Iy

  • Ayah Mana?   111. kucing

    “Kucing yang ini sudah dibawa untuk diperiksa belum?” tanya Vinza memastikan kucing peliharaannya. Dia punya rumah kucing sendiri, di mana dia bisa memelihara dan breeding aneka kucing ras. Kucing yang ia pelihara awalnya hanya lima ekor dengan usia satu tahun. Vinza punya dua pasang kucing persia dan tiga ekor Scottish fold berbulu pendek. Kucing-kucing mahal itu David belikan karena tahu istrinya suka memelihara hewan. Benar saja, saat kucing Vinza berusia lebih dari setahun, mereka langsung berkembang biak dan memiliki masing-masing dua anak. Hanya ada satu kucing masih jomlo hingga Vinza jodohkan dengan kucing milik kenalan David. “Cyan, liat Unyil guling-guling,” seru Rufy menunjuk kucing scottish warna abu-abu yang masih berusia tiga bulan. Cyan mencoba berdiri meraih kucing itu, tetapi kucing berlari. Dengan langkah yang masih belum tegar, Cyan masih berusaha menangkap kucing. Akhirnya dia dapat kucing persia jingga. Dipeluk kucing itu, sayang karena salah peluk, kucingnya me

  • Ayah Mana?   110. kursi rumah sakit

    David berdiri di luar ruang bersalin. Vinza masih berada di dalam menunggu waktu untuk melahirkan. Sudah berjam-jam David menunggu. Vinza belum juga melahirkan. Tak lama dokter keluar. David lekas menghampiri dokternya. “Pak, istri anda harus melalui operasi Caesar karena ukuran bayinya cukup besar. Jadi anda tak bisa melihat prosesnya,” ucap dokter. “Tak apa, Dok. Lakukan yang terbaik untuk istri saya,” jawab David. Tak lama tindakan operasi langsung dilakukan. David semakin merasa tak tenang. Dia menunggu dengan Rufy di ruang tunggu VIP. Dalam pangkuan David, Rufy sempat tertidur pulas. Tak lama bayi mereka dibawa keluar ruangan menuju ruang bayi. David sempat melihat putrinya dan meminta untuk mengazani. Suster sempat menanyakan tentang nama bayi David dan Vinza, tetapi pria itu malah bengong. Dia sudah siapkan masah persalinan sampai penyambutan istri dan bayinya. Namun, masalah nama dia lupa. David melihat ke sisi kanan dan kiri. Dia melihat sebuah merk Waruna dengan logo de

  • Ayah Mana?   109. Adik Rufy lahir

    “Hal yang harus dilakukan suami ketika menghadapi istri yang hendak melahirkan. Satu, tenangkan diri. Pastikan semua keperluan melahirkan sudah siap. Dua, telpon ambulan jika memang istri sudah terlihat banyak mengeluarkan keringat, atau lemas ....” David hampir setiap hari menonton video itu. Dia sudah sangat kecewa tak bisa menemani Vinza saat hamil Rufy pun tak melihat proses putranya lahir. Kali ini David ingin menjadi suami siaga yang akan menjaga istri dan bayinya dengan baik. “Ayah tonton pa, tuh?” tanya Rufy. Anak itu menyimpan tabletnya di atas nakas. Ia tengah belajar huruf mandari dengan aplikasi yang diberikan gurunya. Tablet itu akan membunyikan alarm jika waktu main tablet sudah habis. Karena itu Rufy menyimpan tabletnya. Ia selalu mematuhi peraturan yang dibuat dirumah karena aturan di rumah ini dibuat bersama-sama dengan Rufy. “Ini apa yang harus Ayah lakukan kalau dedek lahir,” jawab David. “Ouh, dedek mo ahin, ya?” tanya Rufy lagi. “Iya, kayaknya minggu depan. M

  • Ayah Mana?   108. Waktu ngidam dulu

    Sebelum Cyan lahir ....Vinza merenung di rooftop rumah. Hari ini dia tak punya semangat, hanya mengusap perut sambil manyun. Rufy sedang ada kelas. Karena masalah bahasa, anak itu harus homeschooling untuk belajar Bahasa Inggris dan mandarin sebelum memasuki taman kanak-kanak. Apalah daya ibunya. Bahasa Mandarin Vinza pun hanya sebatas bahasa untuk sehari-hari. Itu pun Vinza tak mampu membaca tulisan mereka. Cahaya matahari terasa hangat di awal musim gugur. Pepohonan mengalami kerontokan daun di bulan Oktober ini. “Aku mau jalan-jalan. Mau beli bala-bala,” batinnya. Di saat seperti ini, Vinza lekas mengambil ponselnya. Ia telpon David saat itu juga. “Kenapa?” tanya David. “Mau bala-bala,” pinta Vinza. “Bercanda kamu? Beli bala-bala di mana di Hongkong?” “Dulu di Taiwan ada,” keluh Vinza. “Terus aku harus ke Taiwan dulu gitu? Dateng ke rumah sudah basi itu bala-bala,” omel David. Vinza menunduk lesu. “Vid, ternyata cinta kita hanya sampai gorengan bala-bala,” keluh Vinza. “Tu

DMCA.com Protection Status