“Sudah kamu pastikan semuanya sesuai?” tanya Ethan. Sekretarisnya mengangguk. Pria itu tak lama menunduk sedih. Ethan masih terbaring di atas tempat tidur. “Pak, sebaiknya anda mengatakan ini pada Tuan Damier,” saran Sekretarisnya. Ethan hanya tersenyum kecil, terlihat kerutan di sisi matanya. “Aku tak ingin membuat dia terluka untuk waktu yang lama. Dia harus tenang agar bisa menjalankan perusahaan, menjaga kesehatannya dan keluarganya. Aku pikir aku sudah menitipkan Damier pada orang yang tepat,” ucap Ethan. Dia menutup mata, mengingat bagaimana hari demi hari ia mencoba mencari putra satu-satunya. Beberapa kali ia ditipu oleh anak yang mengaku sebagai Damier. Anehnya mereka selalu menunjukam hasil tes DNA yang sesuai di awal, tetapi saat Ethan melakukan tes ulang, hasilnya bukan. Hingga dia menemukan sebuah email dan foto David yang dikirim Biru. Ethan sudah tak ingin percaya, hanya saja perasaan seorang ayah memanggil. Ethan mencoba mencari tahu bahkan melakukan tes DNA berula
“Ini!” tunjuk David pada salah satu foto jam yang dicetak Mr. Hang. Ia sejak tadi mencoba melihat kemiripan kedua jam itu hingga akhirnya bisa yakin jika memang itu jam yang serupa. “Saya akan menghubungi orangnya dan lekas meminta dia menemui anda.” Mr. Hang langsung mengambil langkah. David melihat ke arah jam. Sebentar lagi dia harus pergi ke kantor biro psikologi tempat Rufy akan diobservasi. “Tuan, sepertinya orang itu baru bisa datang besok.” Mr. Hang menutup mic telpon agar tak terdengar ke seberang sana. “Besok saja, aku mau ke biro psikologi untuk memeriksakan Rufy,” timpal David. Ia lekas berdiri dan kembali memakai jasnya. Lalu David berjalan keluar kantor. Di depan pintu, ia langsung diikuti para penjaga. Sementara Vinza masih duduk menunggu selama Rufy diobservasi. Di sana, putranya tidak hanya sendiri. Beberapa psikiater sedang memperhatikan. Ada anak-anak lain pun di sana. Mereka sengaja dilihat bagaimana proses adaptasi dalam kelompok usia mereka.”“Putra anda terl
Setelah merebahkan tubuh Rufy di atas tempat tidur, Vinza lekas berjalan ke kamar. Terdengar suara air di kamar mandi. David masih mandi. Vinza siapkan pakaian tidur suaminya. Wajahnya mendadak muram. Dia usap piyama David. “Kasian kamu. Kalau tahu, pasti hati kamu hancur banget,” batin wanita itu. Tak lama David masuk ke walking closet. Vinza lekas memasang senyuman. Pria itu memakai kimono putih. “Sudah mandinya?” tanya Vinza. “Sudah. Kenapa? Mau lihat aku pakai baju depan kamu?” tanya David. Vinza menggeleng. Ia lekas berlari menuju kamar. Sedang David mengenakan pakaiannya. Vinza duduk di sisi ranjang sambil melihat ke pintu ruang ganti. Tak lama David keluar dari ruangan. Ranbutnya setengah basah. Di sana mata Vinza langsung terbelalak. “Dia ganteng banget lagi!” batin Vinza. Lekas wanita naik ke atas tempat tidur dan menutup tubuhnya dengan selimut. “Mau langsung tidur lagi?” tanya David. “Aku capek. Kamu juga katanya, ‘kan? Cepat tidur!” timpal Vinza. Tak lama, Vinza kemba
David : Vin!❤️Vinza : Apa?David : abis huruf ba apa?Vinza : Apaan? Sa?David : Orang kalau O-nya ilang jadi apa?Vinza : Rang?David : Hewan kalau Wan-nya ilang jadi apa?Vinza : He?David : Coba satuin jawaban kamu, tuh.Vinza : Sa Rang He?David : Nado.Vinza : Vid, tadi di jalan enggak nabrak pantat kebo, ‘kan?David : Aku lagi usaha romantis iniVinza : Sumpah, lebih lucu idung kebo daripada gombalam kamu!David menaikan alis. “Punya istri gini amat, ya? Ya Allah, ampuni hamba-Mu ini,” batinnya. “Pak!” Mr. Hang membuka pintu kantor. David kaget luar biasa sampai menjatuhkan ponselnya. “Ada pemilik jam yang anda maksud kemarin,” ungkapnya. “Biarkan dia masuk,” jawab David. Ia berdiri dan berjalan menuju sofa tamu di ruang kantornya. Tak lama datang seorang pria paruhbaya dengan topi baret. “Silakan duduk, Pak,” pinta David. “Terima kasih. Maaf saya baru bisa datang ke sini. Soal jam tangan, saya simpan di sini. Masih utuh sama seperti saat saya mendapatkannya. I
“Aku bakalan nemenin kamu. Kita ke Cianjur besok. Kamu istirahat saja dulu, ya? Ingat, kamu berhak marah. Hanya saja bukan artinya harus bersikap keras. Kamu lebih mulia daripada para pelaku itu.”David mengangguk. Ia usap air mata yang menetes dari matanya. Hatinya jauh lebih sakit saat mengingat masa lalu. Masa lalu di mana dia harus makan nasi aking (nasi yang ditanak dari sisa nasi yang dikeringkan). Bagaimana dia merindukan kasih sayang orang tua setiap kali melihat anak lain pulang dan menyapa orang tua mereka yang tengah berada di sawah. “Aku harus gimana kalau memang Bu Ifa terlibat?” tanya David. “Aku sudah bilang, ‘kan? Biar polisi yang bertindak. Ingat itu,” tegas Vinza. ***Biru masih memeriksa jam tangan itu. Bahkan pria itu sampai membongkarnya. “Gila ini! Seniat ini aku nemuin Kang Culik kamu, Vid!” komentarnya. David masih diam. Dia hanya menatap kosong ke arah jendela. Biru menarik napas panjang. “Jangan ngelamun, Vid. Kesurupan baru tahu rasa kamu.”David menarik
Vinza masih bolak-balik berjalan di kamar. Sengaja ia gendong Rufy sambil menepuk punggung putranya agar lekas tidur. Untung Rufy hari ini sedang baiknya. Dia tertidur setelah salat Isya walau sempat mengacak-acak kamar. Vinza terlalu khawatir dengan keadaan David, karena itu ia butuh waktu berdua dengan Sang Suami. "Anak baik, bobo cepet ya? Kasih Bunda waktu sama Papa. Ternyata Upi cepet ngerti." Vinza bicara sendiri. Padahal Rufy jelas tidak akan menimpali. Tak lama David pulang. Ia membuka pintu kamar. Vinza berdiri menghadap pintu sambil tersenyum. Begitu David menutup pintu, wanita itu lekas berlari dan memeluk suaminya. “Semua akan baik-baik saja, Suamiku. Sayangku, Cintaku,” ucap Vinza. “Apaan sih kamu. Enggak biasanya. Mana yang tadi siang ngatain aku enggak lebih lucu dari idung kebo?” sindir David sambil menunjuk-nunjuk istrinya. “Gitu doang marah. Kan cuman bercanda.” Vinza melingkarkan lengan di leher David. “Kamu tahu siapa Kim Soo Hyun?” tanya Vinza dengan wajah pen
“Kamu yakin enggak akan jadi bayi?” tanya Vinza. “Kan sudah pakek kaos kaki,” timpal David. “Dulu juga pakek, tapi jadi Upi.”David nyengir. “Maaf, ya. Maaf banget nih. Dulu sempat aku buka. Soalnya enggak enak.” David yang masih menindih Vinza lekas bangkit dan duduk di samping istrinya. Jelas Vinza mengambil bantal lalu memukuli David. “Dasar berengsek! Sialan! Gara-gara kamu aku hamil sembilan bulan! Mana kamu kabur enggak tanggup jawab! Mama aku dihina! Enggak enak kata kamu, hah?” omel Vinza. David malah tertawa. Ia ambil bantal di tangan Vinza lalu memeluk istrinya. “Duh, Sayangku. Memang kamu enggak capek apa? Sudah tujuh ronde masih saja ada tenaga mukulin suami.”“Aku kesel!” keluh Vinza sambil mencubit gemas pipi David yang lumayan tembem seperti Rufy. “Iya, maaf. Kan sekarang enggak. Kasihan Rufy. Tahan dulu saja. Lagian kamu tuh, baru khawatir pas sudah beberapa kali keluar. Aneh banget! Harusnya tadi sebelum mulai, Rohaye!” “Ya ‘kan tadi keburu khilaf. Abis aku juga
“Ini bahaya! Kalau sampai dia tahu semuanya, kita bisa digugat bahkan harus mengganti rugi!” Martin bolak-balik di kantornya. Dia sudah semakin resah semakin hari berlalu. “Berapa kali aku bilang, harusnya kamu lenyapkan anak itu sejak dulu,’ saran Michael. Michael adalah direktur di perusahaan yang dipimpin Zhou. Dia memegang bisnis di bidang transportasi. Kendaraan yang diproduksi pabriknya sudah diekspor ke luar negeri, terutama negara berkembang. Tidak heran jika Michael memiliki koneksi di Indonesia. Hal itulah yang membuatnya tahu tempat yang cocok untuk menyembunyikan putra tunggal keluarga Lau. “Kamu tahu selama ini kita butuh anak itu untuk mengelabui Ethan.”“Nyatanya apa? Bukannya membuat pewaris palsu, anak yang asli malah pulang dengan sendirinya. Siapa sangka dia semakin hari malah semakin berbahaya.” Michael meremas kertas HVS kosong lalu ia lempar ke karpet. “Dan lihat apa yang dia lakukan pada putrimu. Lagipula kenapa Viane bisa sebodoh itu hingga memberi makan dir