Home / Fiksi Remaja / Alisya / 11 - Perlombaan

Share

11 - Perlombaan

Author: Taaa
last update Last Updated: 2021-06-08 19:32:29

Semut yang kecil mampu meluluhkan ratakan musuh dengan kerjasama

Aiys terbangun ketika mobil sekolah yang mereka naiki masuk ke halaman gedung yang megah dengan berbagai spanduk telah terpasang di depannya.

"SELAMAT DATANG PESERTA OLIMPIADE SAINS"

Aiys masih mencoba mengumpulkan tenaganya dan baru menyadari Juna yang terlelap di bahunya. Aiys segera mengambil ponsel miliknya dan memfoto Juna, tidak satu malahan Aiys mengunakan berbagai filter di I*******m. Dari berbagai macam filter hewan hingga bunga digunakan Aiys.

"Aiys, bakalan rindu," bisik Aiys ke menatap foto mereka berdua.

Sebelum mobil berhenti Aiys segera membangunkan Juna, "Juna, bangun," tepuk Aiys pelan.

Juna segera membuka matanya dan terdiam mengumpulkan nyawanya. "Udah sampai ya?" Tanya Juna dengan mengamati sekeliling.

Teman-temannya yang lain juga banyak yang tidur, hingga Bu Nita, "Anak-anak bangun, kita udah sampai," tepat ketika mobil udah berhenti.

Satu persatu keluar dari mobil dan berkumpul di halaman membentuk lingkaran, disana bu Anita memimpin doa untuk keberhasilan mereka hari ini. Tak lupa, setelah berdoa mereka menyatukan tangan ke depan sambil berkata, "SMA NUSANTARA, BISA. BISA. BISA," semuanya tersenyum.

Mereka masuk untuk mengikuti pembukaan. Masing-masing kontingen berkumpul berdasarkan bidang mereka masing-masing. Aiys, Juna, dan Tasya segera membentuk lingkaran kecil didampingi bu Nita yang juga sebagai guru yang membina dan membimbing bidang Fisika.

"Ibu yakin, kalian bisa," semangat Bu Nita. "Juna, kamu pimpin dengan baik," tambahnya.

Juna mengangguk paham, " Baik Bu," senyumnya.

Juna segera menjelaskan strategi yang telah ia susun. Perlombaan terbagi tiga sesi. Sesi satu lomba individu yang berati nanti mereka tidak boleh kerjasama. Sesi dua yaitu lomba kerjasama tim, nanti mereka akan bersama menjawab soal yang diberikan. Dan, yang terakhir sesi tiga. Lomba cepat tepat nanti kontingen mana yang memperoleh nilai paling tinggi akan masuk ke sisi tiga dan memperebutkan piala kejuaraan. Sesi satu di sebut peserta, sesi dua semifinalis, dan sesi tiga finalis. Di sesi tiga hanya tersisa 9 tim yang bakalan bertempur.

"Jangan fokus ke berapa banyak soal yang telah diselesaikan, tapi lihat bobot soal!" tegas Juna namun dengan tenangnya.

“Lawan kita bukan SMA Garuda, tapi lawan kita adalah hati kita sendiri, maka dari fokuslah,” sambung Juna.

Aiys dan Tasya mengangguk paham. Mereka bertiga segera berjalan menuju ruang lomba yang terletak di lantai tiga untuk lomba Fisika. Disana telah tersusun kursi kurang lebih 1.000 untuk ditepati peserta. Untuk terakhir kali sebelum sesi satu di mulai merasa berdoa dan menyatukan tangan memohon kemenangan hari ini. Setelah itu, Aiys, Juna, dan Tasya segera melangkahkan kaki menuju kursi yang bakalan mereka duduki berdasarkan nomor ujian yang mereka dapati.

Selama masuk ke ruangan lomba, Aiys menjadi risih. Banyak mata yang memandangnya. Tasya sudah berjalan jauh menuju nomor yang ia pegang. Juna masih diam, sedang Aiys baru mencoba melangkahkan kaki.

"Hallo," lambaian tangan peserta yang tidak Aiys kenal.

Aiys hanya membalas dengan senyuman, lelaki itu segera menghampiri Aiys. Mungkin bermaksud berkenalan dengan Aiys. Juna yang sedari tadi masih diam di tempat memperhatikan Aiys. Mendadak dadanya panas melihat pria lain mendekati Aiys. Juna segera berjalan cepat mengejar Aiys. Setelah sampai Juna segera merangkul bahu Aiys.

Melihat aksi yang dilakukan Juna, Aiys kaget namun Juna segera berbisik, "Diam! Dan ikuti aku," setelah berkata itu, Juna melepaskan rangkulannya.

Aiys menurut, banyak pasang mata yang melihat mereka. Pria yang hendak berkenalan dengan Aiys tadi masih terdiam dengan mulut setelah terbuka menyaksikan kepergian Aiys dengan Juna.

"Nomor berapa?" tanya Juna pada Aiys.

Aiys menatap Juna, "100," jawab Aiys. "Juna nomor berapa?" tanya Aiys balik.

"001," santai Juna.

Setelah sampai di tempat duduk Aiys, Juna segera pergi ke tempat duduknya.

Aiys menenangkan dirinya dengan mengingat kejadian-kejadian indah yang pernah ia lalui. Padahal di sekeliling Aiys semuanya panik dengan membolak balik buku dan ada juga yang mengerjakan soal. Hampir 10 menit Aiys duduk, pembawa acara segera berdiri di depan dan beberapa panitia mulai membagikan soal dan lembar jawaban.

"Waktu ujian 60 menit dengan 45 soal. Soal terdiri dari beberapa paket." Jelasnya di depan.

Aiys tersenyum ketika panitia memberikan soal kepadanya, "Semangat ya," kata panitia tersebut.

"Iya, terimakasih," jawab Aiys.

"Dan mulai dari, SEKARANG!!! TEEEEEEETTTTTTTTTT....." kata  pembawa acara diiringi bunyi bel.

S          emuanya fokus, Aiys melihat soalnya dan segera melingkari soal dengan bobot yang tinggi. Ternyata ada 17 soal yang bobot menggiurkan bagi Aiys yakni 45-50 bobot. Saol yang lain hanya 5 -15 bobot.

"Aiys bisa," kata Aiys memulai pertarungan ini.

Aiys segera mencoret-coret soal yang ia miliki. Aiys bersyukur, banyak cara cepat yang telah Aiys pelajari. Aiys menyudahi 17 soal ajaib itu dengan menyisakan 15 menit waktu. Bagi Aiys waktu adalah kesempatan ia menang. Kepala Aiys terasa sedikit pusing, Aiys segera meneguk air mineral di depannya dan melanjutkan mengerjakan 28 soal lagi dalam waktu 15 menit. Aiys masih fokus dengan soal yang memiliki bobot tinggi.

Aiys memandang monitor yang terus menghitung mundur, 10 menit lagi sedang masih ada 18 soal lagi yang belum Aiys kerjakan. Aiys masih berusaha, keringat dingin sudah keluar dari tangannya.

"Aiys bisa, ini kesempatan terakhir Aiys membanggakan SMA Nusaantara," katanya pelan.

5 menit lagi dan masih ada 12 soal yang belum Aiys kerjakan. Waktu terus memangkas jarak perlombaan sesi satu diikuti dengan peluh yang keluar dari pelipis Aiys, Aiys masih berusaha. 2 menit lagi dan masih ada 10 soal yang belum Aiys kerjakan. 45 soal terdiri dari 25 pilihan ganda dan 20 esay. Disisa waktunya Aiys masih bersyukur kerena yang tersisa hanya 10 soal pilihan ganda. 1 menit lagi dengan 9 soal yang belum diketahui Aiys jawabannya. Aiys tidak menyerah, tidak akan dibiarkan lembar jawabannya kosong. Apalagi sekarang tidak ada plus minus. Aiys menghitamkan jawaban berdasarkan kata hati yang ia miliki.

"TEEEEETTTTTTT," bunyi bel bersamaan dengan Aiys yang menyudahi menghitamkan jawabannya.

Aiys langsung menyadarkan kepalanya di kursi sambil memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing.

"Adek-adek boleh istirahat 30 menit, pukul 10.45 akan kami umumkan kontingen yang lolos ke sesi dua," kata pembawa.

Aiys segera membereskan barang-barangnya ketika hendak berdiri Aiys telah mendapati Juna berdiri di depannya sambil tersenyum manis.

"Gimana?" tanya Juna.

"It's okey," kata Aiys dengan senyum termanisnya.

Juna yang hari ini juga merencanakan sesuatu segera mengajak Aiys taruhan.

"Aiys," kata Juna pelan.

"Iya Juna," balas Aiys.

"Taruhan sama aku mau?" tanya Juna mengedipkan matanya.

Aiys terdiam sejenak, "taruhan apa?" tanya Aiys.

Juna sejenak berfikir, "Nilai siapa yang paling tinggi," kata Juna.

"Ya, nilai Junalah," jawab Aiys.

"Belum tentu, buktinya kamu mengalahkan aku di Bintang SMA," tatap Juna.

Aiys tertawa mendengar itu, "Gimana mau?" tanya Juna.

"Apa tantangannya?" tanya Aiys balik.

"Siapa yang tinggi nanti harus mengikuti permintaannya," jelas Juna sambil mengangkat jari kelingkingnya.

Aiys memandang ke depan menatap Juna mencoba mencari celah kejahatan Juna. "Oke," jawab Aiys mengaitkan jari mereka.

Juna, Aiys, dan Tasya duduk membentuk lingkaran kecil dengan beberapa makanan dihadapan mereka. Bukannya mengobrol mereka malah asyik berfoto ria sambil membuat tiktok. Orang-orang tang melihat mereka, memandang dengan tatapan aneh. Wajar saja, sekeliling mereka semuanya pegang buku. Sedang tim yang di leader Juna ini malah asyik bermain tiktok. Prinsip mereka, Matangkan semuanya persiapanmu sebelum waktu pertempuran!

30 menit kemudian, keluar hasil seleksi sesi satu. Ada yang ditempel di mading dan ada juga yang di post lewat i*******m penyelenggara lomba. Menyadari hal tersebut Juna, Aiys, dan Tasya segera mengecek lewat ponsel mereka masing-masinh. Malas aja berdesak-desakan di mading.

"Oke, kita lanjut," santai Juna setelah menemukan warna hijau di tim mereka. 50 tim masuk ke sisi dua atau telah resmi berganti status menjadi semifinalis.

"41 tim lawan kita untuk menjadi finalis," kata Tasya.

"49 tim menjadi the winner," kata Aiys.

Tasya dan Juna mengangguk setuju dengan kata Aiys. Juna segera mengecek point yang telah berhasil mereka kumpulkan. Mereka berada di posisi kedua setelah SMA Dirwaga menepati posisi satu dengan selisih point 5. Tidak puas dengan itu, Juna segera mengecek taruhannya dengan Aiys. Dan ternyata Juna berada di posisi pertama dengan jumlah point 994 dan Aiys di posisi kedua 992. Juna tersenyum puas melihat hasilnya sedangkan Aiys malah asyik memakan wafer. Juna mencari nama Tasya, ternyata Tasya berada di urutan ke 6 dengan jumlah point 987.

"Kita harus kompak," kata Juna disela keheningan mereka.

"Tasya, harus teliti!" tegas Juna. "Aiys, harus cepat!" tambahnya lalu Juna menyerahkan ponselnya untuk dilihat Aiys dan Tasya hasilnya.

Melihat hasil itu, Aiys terdiam. Tidak menyangka pointnya setinggi itu, otomatis kak Juna pemenang taruhan mereka. "Kita bisa," kata Aiys malah menatap Juna sambil mengedepankan tangannya. Melihat itu Juna dan Tasya mengikuti tangan Aiys sambil berkata, "SMA NUSANTARA, BISA, BISA, BISA!!!"

Merekapun segera berdiri berjalan menuju meja panjang yang dengan tiga bangku. Dia atas meja tersebut ada kain hitam menutupi alat di bawahnya.

"Oke, kerjasama. Kita dituntut untuk praktik," guman Juna menatap Aiys dan Tasya bergantian.

Aiys dan Tasya masih diam saling tatap, "Jangan takut, kita bisa!" semangat Juna.

Semua semifinalis telah berdiri di depan meja mereka masing-masing sesuai jumlah point yang terkumpul. Jarak meja yang satu dengan meja yang lain terbilang jauh 2 meter.

"Disini peserta dituntut kerjasama tim untuk bisa memecahkan teka-teki fisika yang masih ditutupi kain hitam tersebut. Semuanya berbeda dengan tingkat kesulitan yang sama, waktu mengerjakan hanya 20 menit," jelas pembawa acara di depan.

Juna mendengarkan dengan santainya, beda dengan Tasya dan Aiys yang lumayan gugup.

"Dan MULAI, TEEEEEEETTTTT...." kata pembawa dengan menekan bel.

Juna segera menyingkirkan kain hitam yang menutupi, ternyata disana telah tersedia beberapa alat laboratorium fisika dengan bola lampu, dan beberapa kabel.

Sinari dunia dan beri alasannya!!!

Pertanyaan teka-tekinya, Juna diam mengamatinya sebentar.

"Kita dituntut merangkai rangkaian listrik," tutur Juna.

"Beri alasannya," tambah Aiys memegang kertas tersebut.

"Mungkin kita diminta untuk menjelaskan teori rangkaian tersebut," jelas Tasya.

"Benar," kata Juna.

Juna mengamati alat-alat itu lagi, "Rangkaian listrik campuran," gumannya.

Aiys dan Tasya mengamati lagi, "Benar," kata Aiys dan Tasya bersamaan.

Monitor terus menampilkan hitungan mundur waktu, tersisa 16 menit lagi.

"Tasya, kamu semua teori rangkaian listrik dengan cepat dan teliti!" Perintah Juna.

Tasya langsung mengangguk paham, dan dengan cepat meraih hvs dan bolpoin yang tersedia.

"Aiys, kita rangkai ini!" kata Juna tegas.

"Siap," jawab Aiys.

Untuk saat ini, Aiys melihat Juna dengan keseriusan. Tidak ada kata main apalagi melibatkan perasaan pribadi. Sudah dipastikan Tasya cemburu dengan hal ini. Namun bagi mereka, kita tim dan harus mendahulukan tim daripada masalah pribadi.

Juna dan Aiys dengan sigap merangkai tersebut berusaha menghidupkan lampu tersebut. 5 menit lagi waktu tersisa Aiys dan Juna telah berhasil merangkai dengan tidak ada alat yang tersisa. Semuanya digunakan dan menyalalah lampu tersebut.  Juna dan Aiys segera menghampiri Tasya. Disana Tasya hampir menyelesaikan tugasnya. Juna segera membaca semua yang ditulis Tasya dan Aiys membantu Tasya dengan menggambar rangkaian yang telah mereka rangkai.

Juna membantu Tasya melengkapi rumus yang ada, Aiys melihat sekilas dan tersenyum. "Walau sakit, namun mereka patut bersama," kata Aiys pelan lalu segera fokus ke gambar yang sedang ia kerjakan.

1 menit lagi, sudah ada beberapa tim yang menyelesaikan tugas mereka. Namun Juna, Aiys, dan Tasya masih berjuang. Semaksimalnya untuk hasil terbaik.

Denganmu, kami bisa melihat

Dengan adamu, kami bisa membaca

Dengan hadirmu, kami bisa berjuang

Dengan sapaanmu, kami terhindar dari kegelapan

LAMPU

Puisi yang ditulis Aiys di rangkaian yang ia gambar.

"TEEEEEEEETTTTTTT," bunyi bel dengan menandakan telah usai sesi dua.

Juna, Aiys, dan Tasya segera mengangkat tangan dan kemudian mengemas barang-barang mereka. Sebelum beranjak mereka sempatkan  berfoto dulu dan memfoto hasil karyanya.

"12.45 WIB akan kami umumkan hasil 9 tim yang berhasil lolos ke sesi 3, silahkan istirahat dan makan siang!" kata pembawa acara.

Related chapters

  • Alisya   12 - Medan Juang

    Berikanlah yang terbaik di setiap kesempatanSemuanya semifinalis segera keluar dan berkumpul dengan kontingen mereka satu sekolah. Bu Anita memerintahkan untuk berkumpul di lantai satu tepatnya di tempat pembukaan tadi."Apapun itu, pasti yang terbaik. Sekarang istirahat dan makananlah setelah itu beribadah!" jelas Bu Nita.Mendengar cerita, syukur 9 bidang lomba yang diikuti semua masuk ke sesi dua.Juna makan siang berhadapan dengan Aiys, sedangkan Tasya sudah pergi bersama teman-temannya yang lain."Aku menang ya," kata Juna di sela makan bersama Aiys."Iya tau," jawab Aiys dengan senyum.Juna tersenyum, "Jadi bebas apapun nanti ya," kedipan mata Juna.Aiys merasa Juna sangat berbeda, Juna sekarang dengan Juna yang tadi lagi lomba. Namun Aiys bangga, Juna bisa memposisikan tempatnya.Aiys melotot menatap Juna, "Jangan aneh-aneh Jun."Juna malah tersenyum, "Bebas akulah," tawanya."Iiihh s

    Last Updated : 2021-06-08
  • Alisya   13 - Juna

    Kehidupan selalu punya misteri"Gedung ini, akan menjadi saksi bisu perjuangan Aiys, terimakasih," guman Aiys sendiri lalu segera masuk kedalam bus.Semuanya bahagia piala kejuaraan kembali mereka rebut setelah berpindah tangan ke SMA Garuda. Di dalam mobil berbagai lagu dinyanyikan dengan lantang lewat pengeras suara di depan. Aiys dan Juna ikut terbuai alunan lagu. Tidak sampai 30 menit bus yang tadinya sangat hiruk pikuk mendadak diam. Sudah banyak diantara mereka yang tidur dan segera bertemu dengan mimpi.Tidak tau mengapa, Aiys tidak mengantuk sama sekali. Aiys melihat Juna sekilas, masih dengan wajah dinginnya menatap ke depan.Juna menyadari di tatap Aiys, "Kenapa lihat-lihat, ntar suka," ledek Juna.Aiys segera membuang muka, "Tidak," katanya jutek.Juna mengalihkan pandangan ke Aiys, "Benar??" tanyanya dengan manja.Diperlakukan seperti itu Aiys malah makin ngambek, "Ya, aku minta maaf,"

    Last Updated : 2021-06-08
  • Alisya   PROLOG

    Kenapa bumi ditakdirkan menemani matahari? Padahal mereka tidak bisa dipersatukan. Kenapa mereka terus dipaksa keadaan untuk bertemu tanpa bisa saling menggenggam? Apa gunanya kehangatan tanpa bisa memiliki? Sedang kita mengetahui, kehancuranlah akhir dari cerita mereka. Aku percaya, bumi tanpa mentari hanyalah kegelapan dalam ruang nyata. Meraba tanpa arah, melihat tanpa kejelasan, teka-teki tiada jawaban. Diantara banyaknya manusia dibumi ini, kenapa aku dipertemukan dengan kamu? Izinkan aku mengenalmu lebih dalam, walau aku tak yakin dengan rasa ini ~Alisya Cantara Benar, semua hiruk-pikuk dalam perjalanan waktu. Bergandenganlah tanpa melupakan bintang yang lebih bersinar! Benderanglah tanpa menyilaukan! Bersamalah tanpa berpisah dan datanglah tanpa pergi! Walau tak bisa saling memiliki ~ Farhan Sharique Zhafran

    Last Updated : 2021-05-10
  • Alisya   1 – Daffa dan Kota Biru

    Bicara tentang jejak mengingatkan goresan Kutatap sekeliling, kilauan jingga menghiasi langit sore. Nampak jelas bayangan memantul pada genangan air. Sampai kapan aku akan terjebak labirin masa lalu? Sungguh, aku ingin melupakan, lelaki yang satu tahun belakangan menciptakan titik kenangan yang indah. Biasanya, habis hujan begini. Kak Daffa sering meneleponku sambil bilang, "Percayalah sayang. 99,9% hujan yang turun bukan air, tapi rasa rinduku padamu." Kak Daffa selalu berhasil membuat aku tersenyum, kisah yang kami ciptakan dengan jarak usia terpaut dua tahun membuat aku harus mengikhlaskannya. Dia lebih memilih melanjutkan studi di negara Jerman dan sudah dipastikan, aku tidak bisa menjalin hubungan jarak jauh. Hampir setengah jam aku melamun, menatap dengan tatapan kosong. Aku, Alisya Cantara remaja kecil berusia 16 tahun. Kenangan yang tercipta bersama kak Daffa begitu indah, bantu Aiys melupakan goresan jejak yang terlukis.

    Last Updated : 2021-05-10
  • Alisya   2 - Awal Kepergian

    Semakin kuhapus, semakin timbul “Aiys, cepat! Nanti telat, ” panggil mamanya. “Iya Ma, bentar,” sahut Aiys. Aiys bergegas turun untuk serapan, “Ma, papa mana?” tanya Aiys tidak mendapatkan papanya di ruang makan. “Papa lagi keluar kota, penerbangan dini hari tadi,” jawab mama santai. “Emang papa jadi pindah kerja, Ma?” tanya Aiys lagi. Mama Aliana mendekat ke Aiys, “Belum pasti sayang,” ucapnya. “Ayo serapan cepat, nanti telat,” tambah mama Aliana sambil mengelus kelapa Aiys. Aiys masih memikirkan penyataan mamanya barusan, “Ayo makan, nanti telat,” perintah mama lagi. Aiys mempercepat geraknya, benar kata mamanya. Dia bias telat kalau terus memikirkan hal yang belum pasti. “Aiys berangkat dulu Ma,” pamit Aiys. “Hati-hati sayang,” Kata mama Aliana sambil memeluk tubuh Aiys. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri, Aiys tidak mengerti apa yang dijelaskan Bu Neni di depan. Papan tulis adala

    Last Updated : 2021-05-10
  • Alisya   3 – Melapaskan

    Jika tak mampu, jangan berucap! Hari-hari berjalan mengikuti aturannya, tidak ada yang beda, tiap detiknya masih sama; tentang luka. Tidak ada yang berkesan, tidak ada yang istimewa. Hari-hari Aiys hanya di selimuti kenangan. Setiap tempat di kota ini mengisahkan jejak tentang Daffa. Tepat di cafe ini, tempat Aiys dan Daffa melepaskan sisa penat sehabis sekolah. Setiap pulang sekolah, selalu kesini. Tidak pernah bosan, padahal waktu istirahat selalu ketemu di sekolah. Aiys melangkahkan kaki, sekarang posisinya tepat di depannya. COFFE JANJI JIWA Aiys pandangi selagi lagi, tidak tau kenapa. Pikirannya mengarahkan kesini. Padahal Aiys sudah berniat tidak akan menginjak tempat ini lagi. Aku masih berperang dengan hati dan logika. Tubuhnya semakin kecil, terlihat jelas urat nadi berwarna hijau kebiruan. Tiga bulan ditinggal abang Daffa tanpa kabar membuat Aiys stress dan malas dalam semua kegiatan.

    Last Updated : 2021-05-10
  • Alisya   4 - Bangkit

    Untuk apa terkubur dalam kenang, jikalau ia tak mempedulikan Kerumunan dilihat dari atas, desak-desakan. Bel pulang berbunyi 10 menit yang lalu ditambah dengan pengumuman daftar ujian akhir semester. Tidak terbayang, begitu cepat Aiys lalui bertemu teman baru, sekolah baru, suasana baru, dan hati yang baru. Langkah kakinya terus bergerak, mengikuti alur yang dibuat tangga. Koridor sekolah sudah menyepi, ditatap Keysa yang sedang asyik dengan ponsel miliknya. Aiys buru-buru menuju madding sekolah hingga.. "Brakk.. bamm.." buku yang dibawa Pak Zardi berhamburan. "Aduh,," kata Aiys menegang kepala yang mendadak terasa pusing, namun segera ditepis cepat rasa itu, ada orang yang membutuhkan bantuannya. "Pak Zardi," pekik Aiys. Pak Hardi terduduk lemas di lantai, Aiys tidak tau seberapa keras tabrakannya hingga membuat pak Hardi lemas begini. "Keysa.." panggil Aiys. "KEYSAAAAA," panggilnya lagi, keysa asyik dengan po

    Last Updated : 2021-05-10
  • Alisya   5 - Fisika dan Juna

    Rumus dan trik, dua istilah kunci kemudahan Aiys segera siap-siap untuk berangkat sekolah, melihat dirinya sekilas dari pantulan cermin sambil tersenyum. "Aiys, bisa," katanya. [Aku udah di depan,] pesan Juna. Mendengar nada ponsel, Aiys segera mengambil dan melihatnya, ternyata dari Juna. "Aiys," panggil mama. Aiys segera membuka pintu dan menampilkan senyum terindah miliknya. "Bahagia kali anakku, apa kerana berangkat bareng? Huummz," Mama memeluk tubuh Aiys, sambil tersenyum. "Juna, Ma" bela Aiys. "Ooo, Juna namanya," Senyum mama, menggoda Aiys. "Mama," rengek Aiys. "Kesana gih, kesian Junanya," suruh mama. Aiys mencium sekilas pipi mamanya lalu segera menghampiri Juna. "Maaf, menunggu," senyum aiys. "Santai saja," jawab Juna. "Udah siap?" tanya Juna lagi. "Udah, yok," ajak Aiys sambil berjalan. "Ma, kita berangkat dulu,"

    Last Updated : 2021-05-10

Latest chapter

  • Alisya   13 - Juna

    Kehidupan selalu punya misteri"Gedung ini, akan menjadi saksi bisu perjuangan Aiys, terimakasih," guman Aiys sendiri lalu segera masuk kedalam bus.Semuanya bahagia piala kejuaraan kembali mereka rebut setelah berpindah tangan ke SMA Garuda. Di dalam mobil berbagai lagu dinyanyikan dengan lantang lewat pengeras suara di depan. Aiys dan Juna ikut terbuai alunan lagu. Tidak sampai 30 menit bus yang tadinya sangat hiruk pikuk mendadak diam. Sudah banyak diantara mereka yang tidur dan segera bertemu dengan mimpi.Tidak tau mengapa, Aiys tidak mengantuk sama sekali. Aiys melihat Juna sekilas, masih dengan wajah dinginnya menatap ke depan.Juna menyadari di tatap Aiys, "Kenapa lihat-lihat, ntar suka," ledek Juna.Aiys segera membuang muka, "Tidak," katanya jutek.Juna mengalihkan pandangan ke Aiys, "Benar??" tanyanya dengan manja.Diperlakukan seperti itu Aiys malah makin ngambek, "Ya, aku minta maaf,"

  • Alisya   12 - Medan Juang

    Berikanlah yang terbaik di setiap kesempatanSemuanya semifinalis segera keluar dan berkumpul dengan kontingen mereka satu sekolah. Bu Anita memerintahkan untuk berkumpul di lantai satu tepatnya di tempat pembukaan tadi."Apapun itu, pasti yang terbaik. Sekarang istirahat dan makananlah setelah itu beribadah!" jelas Bu Nita.Mendengar cerita, syukur 9 bidang lomba yang diikuti semua masuk ke sesi dua.Juna makan siang berhadapan dengan Aiys, sedangkan Tasya sudah pergi bersama teman-temannya yang lain."Aku menang ya," kata Juna di sela makan bersama Aiys."Iya tau," jawab Aiys dengan senyum.Juna tersenyum, "Jadi bebas apapun nanti ya," kedipan mata Juna.Aiys merasa Juna sangat berbeda, Juna sekarang dengan Juna yang tadi lagi lomba. Namun Aiys bangga, Juna bisa memposisikan tempatnya.Aiys melotot menatap Juna, "Jangan aneh-aneh Jun."Juna malah tersenyum, "Bebas akulah," tawanya."Iiihh s

  • Alisya   11 - Perlombaan

    Semut yang kecil mampu meluluhkan ratakan musuh dengan kerjasamaAiys terbangun ketika mobil sekolah yang mereka naiki masuk ke halaman gedung yang megah dengan berbagai spanduk telah terpasang di depannya."SELAMAT DATANG PESERTA OLIMPIADE SAINS"Aiys masih mencoba mengumpulkan tenaganya dan baru menyadari Juna yang terlelap di bahunya. Aiys segera mengambil ponsel miliknya dan memfoto Juna, tidak satu malahan Aiys mengunakan berbagai filter di Instagram. Dari berbagai macam filter hewan hingga bunga digunakan Aiys."Aiys, bakalan rindu," bisik Aiys ke menatap foto mereka berdua.Sebelum mobil berhenti Aiys segera membangunkan Juna, "Juna, bangun," tepuk Aiys pelan.Juna segera membuka matanya dan terdiam mengumpulkan nyawanya. "Udah sampai ya?" Tanya Juna dengan mengamati sekeliling.Teman-temannya yang lain juga banyak yang tidur, hingga Bu Nita, "Anak-anak bangun, kita udah sampai," tepat ketika mobil udah berhenti.

  • Alisya   10 - Selamat Tinggal sahabat

    Benar, jika hati telah berkaitanBerjarak adalah malapetaka besarAiys berjalan keluar disusul Keysa, setelah pembagian rapor dan asyik berfoto. Aiys memandang dirinya lewat pantulan camera ponselnya."Tidak sampai 24 jam mahkota ini di kepala Aiys, dan aku harus melepaskanmu," kata Aiys sendiri sambil melihat mahkota yang terpasang cantik di kepalanya."Aiyss," panggil Keysa.Aiys kaget, ternyata Keysa sudah jauh meninggalkan dirinya. "Perasaan tadi aku yang duluan," kata Aiys sendiri.Aiys segera menyusul Keysa, "Aiys, katanya mau jalan. Ayoo," ajak Keysa cepat.Aiys memandang sekelilingnya, "Tunggu Key, Aiys mau ke ruang majelis guru bentar," katanya.Keysa berfikir sejenak, "Mau apa?" Tanyanya."Rahasia," kata Aiys tersenyum."Gue ikut," kata Keysa.Aiys berfikir sejenak, menaruh tangan di kepalanya. "Hmm,""Kenapa?" tanya Keysa lagi.Aiys segera menyatukan kedua telapak

  • Alisya   9 - Bintang

    Ujung dari perjuangaan, akan berakhir manisSekolah yang diimpikan sedari kecil akan ditinggal, Aiys menikmati setiap detik di sekolah ini. Tahlita dan Melati yang menemani Aiys dibuat geleng-geleng kepala oleh sikap Aiys. Kenapa tidak, Aiys memotret setiap inci sekolahnya."Semua siswa-siswa berkumpul di aula!!" pengumuman dari kantor."Aiys, ayoo ke aula," ajak Melati.Aiys memandang Melati dan Tahlita bergantian, masih ada satu tempat yang belum mereka jejaki. "Kolom renang, belum," kata Aiys pelan.Mata Tahlita langsung melotot memandang Aiys, "Aiys, benar kata Keysa, hanya 10 hari Aiys," kata Tahlita penuh penekanan.Aiys tidak mau, "Sekali ini," pinta Aiys.Tahlita mengalihkan pandangan ke Melati, "Gimana?" tanyanya.Melati mengangguk pertanda iya. Aiys memandangi sedari tadi, melihat Melati mengangguk. Aiys langsung memeluk kedua temannya itu, "Terimakasih," tambah Aiys.Tahlita hanya diam, sedangkan Mela

  • Alisya   8 - Menuju Perpisahan

    Biarkan membekas, jangan mencoba menghapusBiarkan abadi, dalam bingkai bernama kenanganHari berlalu, jam berganti, menit bertukar, dan detik berlari. Tiga hari lagi lomba, dan dihari ini Aiys sudah harus selesai semua packagingnya. Aiys pandanggi setiap sudut kamarnya. Kamar bernuansa putih dipadukan beberapa tanaman hijau asli atau organik."Selamat tinggal kamar," kata Aiys mencoba kuat.Aiys segera mengambil foto setiap kamarnya, tidak luput dengan dirinya ikut bersuah foto. Kamar Aiys sekarang mulai sepi, barang-barang Aiys ada yang di jual dan sebagian lagi sudah menuju kediaman barunya, yaitu di desa. Aiys masih berusaha menerima takdir, Aiys masih menganggap dirinya bermimpi. Namun setiap kali Aiys berpikiran itu, Aiys segera berusa menyadarkan dirinya."Aiys semangat," katanya sendiri dengan mata berkaca.Aiys telusuri setiap sudut kamarnya, masih tersisa beberapa foto disana. Aiys pandanggi satu persatu."

  • Alisya   7 - Kepindahan

    Layaknya secangkir kopiAkan manis jika gula dan kopinya menyatu dalam satu larutan namun akan hambar jika kedua hal tersebut berdampingan namun tidak menyatu.Aiys setengah berlari keluar dari kamarnya, kenapa Aiys bisa ketiduran. Pasti Juna lama menunggu Aiys. Dari tangga Aiys dapat melihat jelas Juna bicara bersama mamanya."Maaf ," sesampainya Aiys di ruang tamu. "Udah lama?" tanya Aiys."Kamu, udah 2 jam Juna nungguin kamu," omel mama."DUA JAM?" pekik Aiys dan matanya melotot."Ya," jawab mama santai, sedangkan Juna hanya tersenyum."Mama, kenapa tidak bangunin Aiys dari tadi??" rengeknya."Dilarang Juna," kata mama sambil tertawa.Aiys langsung mengalihkan pandangannya ke Juna, "Junaaa," kata Aiys dengan nada yang berbeda.Juna tidak menjawab, ia lebih memilih diam dan tetap tersenyum."Jun," sapa Aiys lagi.Juna langsung menatap Aiys, "Jadi?" tanyanya mengangkat satu alis.

  • Alisya   6 – Lembaran Baru?

    Dedaunan yang gugur menciptakan kehidupan baruAiys berjalan keluar ruangan ujian dengan senyum kebahagiaannya, masa-masa ujianpun selesai."Akhirnya," sambil memeluk Keysa yang tadinya duluan keluar.Dari arah lain, Juna melangkah dengan sebuket bunga yang ia genggam."Bentar lagi, bunga ini akan berpindah tangan. Semoga kamu suka," bisiknya dalam hati.Aiys bahagia kali, rasanya beban yang ia pikul terlepaskan. Malamnya Aiys bisa tidur nyenyak, biasanya hanya tidur dua sampai tiga jam. Tekad dan target harus di capai, begitulah Alisya."Malam nanti, gue bisa tidur nyenyak," tawanya pada Keysa."Lu nya kali, yang terlalu ambil pusing soal ujian," dingin Keysa.Aiys memandang tajam Keysa seketika, "Keysa, Alisya sudah kembali," dengan gayanya sok imut."Iyaa, syukur," balas Keysa dengan sedikit tawanya, lalu Keysa mengalihkan pandangannya ke belakang."Aiys, Aiys," heboh Keysa.Aiys masih fokus pad

  • Alisya   5 - Fisika dan Juna

    Rumus dan trik, dua istilah kunci kemudahan Aiys segera siap-siap untuk berangkat sekolah, melihat dirinya sekilas dari pantulan cermin sambil tersenyum. "Aiys, bisa," katanya. [Aku udah di depan,] pesan Juna. Mendengar nada ponsel, Aiys segera mengambil dan melihatnya, ternyata dari Juna. "Aiys," panggil mama. Aiys segera membuka pintu dan menampilkan senyum terindah miliknya. "Bahagia kali anakku, apa kerana berangkat bareng? Huummz," Mama memeluk tubuh Aiys, sambil tersenyum. "Juna, Ma" bela Aiys. "Ooo, Juna namanya," Senyum mama, menggoda Aiys. "Mama," rengek Aiys. "Kesana gih, kesian Junanya," suruh mama. Aiys mencium sekilas pipi mamanya lalu segera menghampiri Juna. "Maaf, menunggu," senyum aiys. "Santai saja," jawab Juna. "Udah siap?" tanya Juna lagi. "Udah, yok," ajak Aiys sambil berjalan. "Ma, kita berangkat dulu,"

DMCA.com Protection Status