Home / Fiksi Remaja / Alisya / 2 - Awal Kepergian

Share

2 - Awal Kepergian

Author: Taaa
last update Last Updated: 2021-05-10 22:07:43

Semakin kuhapus, semakin timbul

“Aiys, cepat! Nanti telat, ” panggil mamanya.

“Iya Ma, bentar,” sahut Aiys.

Aiys bergegas turun untuk serapan, “Ma, papa mana?” tanya Aiys tidak mendapatkan papanya di ruang makan.

“Papa lagi keluar kota, penerbangan dini hari tadi,” jawab mama santai.

“Emang papa jadi pindah kerja, Ma?” tanya Aiys lagi.

Mama Aliana mendekat ke Aiys, “Belum pasti sayang,” ucapnya.

“Ayo serapan cepat, nanti telat,” tambah mama Aliana sambil mengelus kelapa Aiys.

Aiys masih memikirkan penyataan mamanya barusan, “Ayo makan, nanti telat,” perintah mama lagi.

Aiys mempercepat geraknya, benar kata mamanya. Dia bias telat kalau terus memikirkan hal yang belum pasti.

“Aiys berangkat dulu Ma,” pamit Aiys.

“Hati-hati sayang,” Kata mama Aliana sambil memeluk tubuh Aiys.

Masuk telinga kanan keluar telinga kiri, Aiys tidak mengerti apa yang dijelaskan Bu Neni di depan. Papan tulis adalah Tv di sekolah yang harus ditonton dan diperhatikan. Tapi, entah mengapa pikirannya tidak disini.

Perdebatan hati dan logika

Sampai kapan aku terjebak?

Jikalau mentari ini, redup

Akankah, kau rembulan.

Menggantikan posisiku,

Disiang hari, berteman keluh dan kesah.

"Alisya Cantara, tolong perhatikan pelajaran Ibu!" tegur Bu Neni.

"Sudah tiga kali ibu perhatikan," tambahnya lagi.

Keysa sedari tadi menepuk pundak Aiys, agar Aiys fokus ke pelajaran. Tidak dihiraukan, fikiran Aiys lagi ke Daffa. Aiys tersiksa, Aiys tidak bisa menjalin hubungan jarak jauh, dan Aiys tidak bisa mengikhlaskan Daffa pergi.

"Untuk mencari Sin A bisa kita singkat dengan DeMi, untuk mencari Cos A bisa dengan SaMi, dan untuk mencari Tan A bisa menggunakan DeSa," tutur bu Neni sambil menggambar segitiga.

Matematika, dulu pelajaran yang paling Aiys sukai. Aiys suka pelajaran hitungan, karena itu Aiys mantapkan pilihan sebagai siswi berlabel pintar di sekolah, jurusan IPA yang dalam kebudayaan turun-menurun setingkat lebih keren daripada jurusan IPS walau kedua jurusan ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

Aiys pandingi jam tergantung di depan kelas, kenapa jam itu seakan beku? Jarumnya tidak bergerak seakan mati tanpa rasa.

"Hufff," kata Aiys sambil mengalihkan pandangan ke jendela.

"Fokus, fokus Aiys!" tegur Keysa.

Aiys hanya memandang Keysa sinis.

"Nanti ketegur lagi," bentaknya.

"I...y... "

Tringggggggg... Tringggg....

Belum katanya selesai terucap, bel pulang berbunyi.

"Akhirnya," kata Aiys lega.

Aiys segera memasukan barang-barang kedalam tas dan bersiap untuk pulang.

"Key, pulang yuk?" ajak Aiys, sambil merangkulkan lengannya dengan Keysa.

"Duluan aja Aiys, aku ada latihan tari," kata Keysa dengan muka sedikit muram.

Dua minggu lagi, ujian praktik tari daerah. Sudah ada pembagian timnya, tapi ya gitu, di tim Aiys belum tergerak hatinya untuk latihan. Kebiasaan, kalau sudah dekat acanya, baru mati-matian latihan.

Aiys melangkahkan kaki keluar kelas sendirian, koridor sekolah ini seakan mau menerkam dirinya.

"Sunyi, mana yang lain?" tanya Aiys sendiri.

Sesampai depan perpustakaan, Aiys terdiam. Disini, kala itu Daffa memberitahu dirinya kabar baik diselelimuti kabar buruk.

***

20 Februari 2017

Tanggal yang pertama kali dilihat lewat layar ponsel. Ada yang jangkal dengan hari ini. 20 Februari, moment apa ya? Aiys berpikir keras sembari beranjak menuju kamar mandi. Setelah 20 menit melaksanakan ritual mandinya, Aiys keluar dengan badan yang segar dan tentunya wangi. Sewaktu mandi hingga saat ini, pikirannya masih tertuju pada tanggal 20 Februari.

Tringggg.. ponsel Aiys bergetar.

“Daffa,” ucap Aiys.

Tidak biasanya Daffa menghubungi Aiys sepagi ini.

[Hallo, sayang Daf..] sapa Aiys.

[Pagi bidadari kecil, lama bangat angkatnya, baru bangun ya?] tanya Daffa.

[Tidak, tumben menghubungi se pagi ini, bang.] jawab Aiys.

[Kamu tau, hari ini ada apa?] tanya Daffa.

[Hari Kamis,] balas Aiys.

[Bukan itu, ada apa hari ini?] Aiys mikir namun tidak ingat apa-apa.

[Hari ini pengumuman hasil tes di Jerman bidadari, nanti kita lihat bersama ya..] jelas Daffa

Ponsel Aiys terjatuh, panggilan terputus sendiri. Aiys segara mencerna satu persatu pesan dari Daffa "Pengumuman Hasil Tes?" tanyanya lagi sendiri.

Kegelisahan Aiys sedari tadi terjawab, pantas Aiys tidak tenang. Kabar itu membuat moodnya seketika berubah. Ada niat dalam diri, untuk tidak ke sekolah. Tapi Aiys tidak tega melihat kekecewaan dalam raut wajah Daffa.

"Tuhan, bolehkah Aiys minta agar kak Daffa tidak lolos?" doa Aiys.

Tepat pukul 06.45 WIB Aiys sudah menjejaki sekolah dengan hati yang kurang baik. Apapun hasilnya, semoga ini terbaik. Hitungan jam, pengumuman. Namun Aiys sudah membayangkan LDR.

"Sanggupkah?" pertanyaan yang lagi Aiys tanyakan pada diri.

Pelajaran dimulai sedari lima belas menit yang lalu, nikmat belajar belum Aiys dapatkan. Hingga jam pelajaran usai, belum ada senyum ikhlas yang melengkung di sudut bibirnya.

Tentang ego dan rasa

Tolong, jangan pergi

[Aiys, nanti ke perpustakaan ya..] pesan Daffa.

Aiys membaca pesan dari Daffa, tanpa niatan membalas. Tujuan langkah kakinya hanya satu, yaitu perpustakaan. Diatas Aiys, seakan sudah ada jutaan baja besi yang siap menerjang. Kursi berwarna putih dengan ukiran klasik menjadi fokusnya, disana dilihat Daffa duduk dengan tenangnya. Aiys arahkan pandangan ke jam dipergelanggan tangannya, sebentar lagi pengumuman. Dadanya semakin sesak. Daffa yang menyadari keberadaan Aiys, segera melambai sambil melangkah menuju tempat berdirinya.

"Ngapain berdiri disini?" tanyanya dihadapan Aiys.

"Ehemm," balas Aiys tanpa ekspresi.

Daffa yang menyadari ada hal aneh dari Aiys, segera mengarahkan Aiys duduk bersamanya.

"Percayalah sayang, apapun hasilnya. Kamu ada disini," sembari menunjuk hatinya.

Aiya masih diam seribu bahasa. Daffa sudah paham apa maksudnya, karena Aiys sudah terang-teranggan bilang, Aiys tidak bisa LDR.

Sebentar lagi pengumumannya. Aiys dan Daffa segera duduk, Daffa berhasil membuat Aiys tenang lagi. Daffa mengetik di ponselnya untuk melihat hasil pengumuman.

Benar, dua menit kemudian. Pengumuman keluar. Seksama mereka berdua mencari nama Daffa.

Daffa Andrian dinyatakan LOLOS. 5 Mei 2017 pembelajaran di mulai.

Air mata Aiys mengalir, dalam tangisan Aiys berkata,

"Sayang, selamat."

Daffa tidak membalas ucapan Aiys.

"Aiys," kata kak Daffa.

Aiys hanya menggerakkan kepala.

"Sayang, jaga hatimu untukku,"

Aiys hanya diam, beberapa lama.

"Kak, jangan… pergi..," kata Aiys terbata.

Semesta seakan tahu bagaimana rasaku, apa yang harus kulakukan. Bahagia atau sedih?

Tak ada kilauan senja, awan kelabu berkaitan diatas. Dedaunan berguguran.

Tak ada kicauan burung bernyanyi riang,

Sunyi, kelam.

"Percayalah sayang, semuanya akan baik-baik saja,"

"Aiys, ga bisa LDR," jujur Aiys dengan kata selembut kapas.

"Belum dicoba, kok menyerah," kata Daffa.

"Aiys tidak bisa," frustasi Aiys.

Daffa masih memperhatikan Aiys, "Kalau Aiys rindu gimana? Aiys tidak tau kakak disana dengan siapa, kalau kakak selingkuh gimana lagi?" tanya Aiys menatap Daffa.

"Kamu, selalu disini," tenang Daffa sambil menunjuk hatinya.

"Kak, Aiys tidak bisa," tangis Aiys.

Daffa yang menyadari Aiys menangis, segera menghapus air mata itu dengan jarinya.

"Sayang," panggil Aiys.

"Hemm," deheman Daffa.

Mata Aiys dan Daffa bertemu satu titik, berhadapan memangkas semua jarak.

"Boleh Aiys pinjam bahunya?" tanya Aiys sambil memperhatikan Daffa.

Daffa tidak menjawab, dia lebih memilih merangkul kepala Aiys dibawanya ke bahu.  Hujan turun, namun tidak ada niatan dari dua pasangan muda itu untuk pindah.

Di bawah air hujan ini,

Kami tumpahkan rasa,

Bersama, tanpa niatan pisah

Tolong jaga rasa.

***

"Aiys,.." sapa Keysa.

"Ngapain disini sendirian, sudah mau hujan," heran Keysa.

"Pukul berapa," tanya Aiys.

"16.45 WIB," jawabnya.

Sudah dua jam Aiys habiskan mengenang jejak  Daffa.

Segera  Aiys raih lengan Keysa,

"Yuk, pulang."

Jangan paksa menghapus jejak

Semakin kuhapus

Semakin timbul, kembali

Semoga, baik-baik saja

Dedaunan, sampaikan pesan hatiku.

Angin, bawa terbang rasaku.

~Alisya Cantara

Related chapters

  • Alisya   3 – Melapaskan

    Jika tak mampu, jangan berucap! Hari-hari berjalan mengikuti aturannya, tidak ada yang beda, tiap detiknya masih sama; tentang luka. Tidak ada yang berkesan, tidak ada yang istimewa. Hari-hari Aiys hanya di selimuti kenangan. Setiap tempat di kota ini mengisahkan jejak tentang Daffa. Tepat di cafe ini, tempat Aiys dan Daffa melepaskan sisa penat sehabis sekolah. Setiap pulang sekolah, selalu kesini. Tidak pernah bosan, padahal waktu istirahat selalu ketemu di sekolah. Aiys melangkahkan kaki, sekarang posisinya tepat di depannya. COFFE JANJI JIWA Aiys pandangi selagi lagi, tidak tau kenapa. Pikirannya mengarahkan kesini. Padahal Aiys sudah berniat tidak akan menginjak tempat ini lagi. Aku masih berperang dengan hati dan logika. Tubuhnya semakin kecil, terlihat jelas urat nadi berwarna hijau kebiruan. Tiga bulan ditinggal abang Daffa tanpa kabar membuat Aiys stress dan malas dalam semua kegiatan.

    Last Updated : 2021-05-10
  • Alisya   4 - Bangkit

    Untuk apa terkubur dalam kenang, jikalau ia tak mempedulikan Kerumunan dilihat dari atas, desak-desakan. Bel pulang berbunyi 10 menit yang lalu ditambah dengan pengumuman daftar ujian akhir semester. Tidak terbayang, begitu cepat Aiys lalui bertemu teman baru, sekolah baru, suasana baru, dan hati yang baru. Langkah kakinya terus bergerak, mengikuti alur yang dibuat tangga. Koridor sekolah sudah menyepi, ditatap Keysa yang sedang asyik dengan ponsel miliknya. Aiys buru-buru menuju madding sekolah hingga.. "Brakk.. bamm.." buku yang dibawa Pak Zardi berhamburan. "Aduh,," kata Aiys menegang kepala yang mendadak terasa pusing, namun segera ditepis cepat rasa itu, ada orang yang membutuhkan bantuannya. "Pak Zardi," pekik Aiys. Pak Hardi terduduk lemas di lantai, Aiys tidak tau seberapa keras tabrakannya hingga membuat pak Hardi lemas begini. "Keysa.." panggil Aiys. "KEYSAAAAA," panggilnya lagi, keysa asyik dengan po

    Last Updated : 2021-05-10
  • Alisya   5 - Fisika dan Juna

    Rumus dan trik, dua istilah kunci kemudahan Aiys segera siap-siap untuk berangkat sekolah, melihat dirinya sekilas dari pantulan cermin sambil tersenyum. "Aiys, bisa," katanya. [Aku udah di depan,] pesan Juna. Mendengar nada ponsel, Aiys segera mengambil dan melihatnya, ternyata dari Juna. "Aiys," panggil mama. Aiys segera membuka pintu dan menampilkan senyum terindah miliknya. "Bahagia kali anakku, apa kerana berangkat bareng? Huummz," Mama memeluk tubuh Aiys, sambil tersenyum. "Juna, Ma" bela Aiys. "Ooo, Juna namanya," Senyum mama, menggoda Aiys. "Mama," rengek Aiys. "Kesana gih, kesian Junanya," suruh mama. Aiys mencium sekilas pipi mamanya lalu segera menghampiri Juna. "Maaf, menunggu," senyum aiys. "Santai saja," jawab Juna. "Udah siap?" tanya Juna lagi. "Udah, yok," ajak Aiys sambil berjalan. "Ma, kita berangkat dulu,"

    Last Updated : 2021-05-10
  • Alisya   6 – Lembaran Baru?

    Dedaunan yang gugur menciptakan kehidupan baruAiys berjalan keluar ruangan ujian dengan senyum kebahagiaannya, masa-masa ujianpun selesai."Akhirnya," sambil memeluk Keysa yang tadinya duluan keluar.Dari arah lain, Juna melangkah dengan sebuket bunga yang ia genggam."Bentar lagi, bunga ini akan berpindah tangan. Semoga kamu suka," bisiknya dalam hati.Aiys bahagia kali, rasanya beban yang ia pikul terlepaskan. Malamnya Aiys bisa tidur nyenyak, biasanya hanya tidur dua sampai tiga jam. Tekad dan target harus di capai, begitulah Alisya."Malam nanti, gue bisa tidur nyenyak," tawanya pada Keysa."Lu nya kali, yang terlalu ambil pusing soal ujian," dingin Keysa.Aiys memandang tajam Keysa seketika, "Keysa, Alisya sudah kembali," dengan gayanya sok imut."Iyaa, syukur," balas Keysa dengan sedikit tawanya, lalu Keysa mengalihkan pandangannya ke belakang."Aiys, Aiys," heboh Keysa.Aiys masih fokus pad

    Last Updated : 2021-05-14
  • Alisya   7 - Kepindahan

    Layaknya secangkir kopiAkan manis jika gula dan kopinya menyatu dalam satu larutan namun akan hambar jika kedua hal tersebut berdampingan namun tidak menyatu.Aiys setengah berlari keluar dari kamarnya, kenapa Aiys bisa ketiduran. Pasti Juna lama menunggu Aiys. Dari tangga Aiys dapat melihat jelas Juna bicara bersama mamanya."Maaf ," sesampainya Aiys di ruang tamu. "Udah lama?" tanya Aiys."Kamu, udah 2 jam Juna nungguin kamu," omel mama."DUA JAM?" pekik Aiys dan matanya melotot."Ya," jawab mama santai, sedangkan Juna hanya tersenyum."Mama, kenapa tidak bangunin Aiys dari tadi??" rengeknya."Dilarang Juna," kata mama sambil tertawa.Aiys langsung mengalihkan pandangannya ke Juna, "Junaaa," kata Aiys dengan nada yang berbeda.Juna tidak menjawab, ia lebih memilih diam dan tetap tersenyum."Jun," sapa Aiys lagi.Juna langsung menatap Aiys, "Jadi?" tanyanya mengangkat satu alis.

    Last Updated : 2021-06-08
  • Alisya   8 - Menuju Perpisahan

    Biarkan membekas, jangan mencoba menghapusBiarkan abadi, dalam bingkai bernama kenanganHari berlalu, jam berganti, menit bertukar, dan detik berlari. Tiga hari lagi lomba, dan dihari ini Aiys sudah harus selesai semua packagingnya. Aiys pandanggi setiap sudut kamarnya. Kamar bernuansa putih dipadukan beberapa tanaman hijau asli atau organik."Selamat tinggal kamar," kata Aiys mencoba kuat.Aiys segera mengambil foto setiap kamarnya, tidak luput dengan dirinya ikut bersuah foto. Kamar Aiys sekarang mulai sepi, barang-barang Aiys ada yang di jual dan sebagian lagi sudah menuju kediaman barunya, yaitu di desa. Aiys masih berusaha menerima takdir, Aiys masih menganggap dirinya bermimpi. Namun setiap kali Aiys berpikiran itu, Aiys segera berusa menyadarkan dirinya."Aiys semangat," katanya sendiri dengan mata berkaca.Aiys telusuri setiap sudut kamarnya, masih tersisa beberapa foto disana. Aiys pandanggi satu persatu."

    Last Updated : 2021-06-08
  • Alisya   9 - Bintang

    Ujung dari perjuangaan, akan berakhir manisSekolah yang diimpikan sedari kecil akan ditinggal, Aiys menikmati setiap detik di sekolah ini. Tahlita dan Melati yang menemani Aiys dibuat geleng-geleng kepala oleh sikap Aiys. Kenapa tidak, Aiys memotret setiap inci sekolahnya."Semua siswa-siswa berkumpul di aula!!" pengumuman dari kantor."Aiys, ayoo ke aula," ajak Melati.Aiys memandang Melati dan Tahlita bergantian, masih ada satu tempat yang belum mereka jejaki. "Kolom renang, belum," kata Aiys pelan.Mata Tahlita langsung melotot memandang Aiys, "Aiys, benar kata Keysa, hanya 10 hari Aiys," kata Tahlita penuh penekanan.Aiys tidak mau, "Sekali ini," pinta Aiys.Tahlita mengalihkan pandangan ke Melati, "Gimana?" tanyanya.Melati mengangguk pertanda iya. Aiys memandangi sedari tadi, melihat Melati mengangguk. Aiys langsung memeluk kedua temannya itu, "Terimakasih," tambah Aiys.Tahlita hanya diam, sedangkan Mela

    Last Updated : 2021-06-08
  • Alisya   10 - Selamat Tinggal sahabat

    Benar, jika hati telah berkaitanBerjarak adalah malapetaka besarAiys berjalan keluar disusul Keysa, setelah pembagian rapor dan asyik berfoto. Aiys memandang dirinya lewat pantulan camera ponselnya."Tidak sampai 24 jam mahkota ini di kepala Aiys, dan aku harus melepaskanmu," kata Aiys sendiri sambil melihat mahkota yang terpasang cantik di kepalanya."Aiyss," panggil Keysa.Aiys kaget, ternyata Keysa sudah jauh meninggalkan dirinya. "Perasaan tadi aku yang duluan," kata Aiys sendiri.Aiys segera menyusul Keysa, "Aiys, katanya mau jalan. Ayoo," ajak Keysa cepat.Aiys memandang sekelilingnya, "Tunggu Key, Aiys mau ke ruang majelis guru bentar," katanya.Keysa berfikir sejenak, "Mau apa?" Tanyanya."Rahasia," kata Aiys tersenyum."Gue ikut," kata Keysa.Aiys berfikir sejenak, menaruh tangan di kepalanya. "Hmm,""Kenapa?" tanya Keysa lagi.Aiys segera menyatukan kedua telapak

    Last Updated : 2021-06-08

Latest chapter

  • Alisya   13 - Juna

    Kehidupan selalu punya misteri"Gedung ini, akan menjadi saksi bisu perjuangan Aiys, terimakasih," guman Aiys sendiri lalu segera masuk kedalam bus.Semuanya bahagia piala kejuaraan kembali mereka rebut setelah berpindah tangan ke SMA Garuda. Di dalam mobil berbagai lagu dinyanyikan dengan lantang lewat pengeras suara di depan. Aiys dan Juna ikut terbuai alunan lagu. Tidak sampai 30 menit bus yang tadinya sangat hiruk pikuk mendadak diam. Sudah banyak diantara mereka yang tidur dan segera bertemu dengan mimpi.Tidak tau mengapa, Aiys tidak mengantuk sama sekali. Aiys melihat Juna sekilas, masih dengan wajah dinginnya menatap ke depan.Juna menyadari di tatap Aiys, "Kenapa lihat-lihat, ntar suka," ledek Juna.Aiys segera membuang muka, "Tidak," katanya jutek.Juna mengalihkan pandangan ke Aiys, "Benar??" tanyanya dengan manja.Diperlakukan seperti itu Aiys malah makin ngambek, "Ya, aku minta maaf,"

  • Alisya   12 - Medan Juang

    Berikanlah yang terbaik di setiap kesempatanSemuanya semifinalis segera keluar dan berkumpul dengan kontingen mereka satu sekolah. Bu Anita memerintahkan untuk berkumpul di lantai satu tepatnya di tempat pembukaan tadi."Apapun itu, pasti yang terbaik. Sekarang istirahat dan makananlah setelah itu beribadah!" jelas Bu Nita.Mendengar cerita, syukur 9 bidang lomba yang diikuti semua masuk ke sesi dua.Juna makan siang berhadapan dengan Aiys, sedangkan Tasya sudah pergi bersama teman-temannya yang lain."Aku menang ya," kata Juna di sela makan bersama Aiys."Iya tau," jawab Aiys dengan senyum.Juna tersenyum, "Jadi bebas apapun nanti ya," kedipan mata Juna.Aiys merasa Juna sangat berbeda, Juna sekarang dengan Juna yang tadi lagi lomba. Namun Aiys bangga, Juna bisa memposisikan tempatnya.Aiys melotot menatap Juna, "Jangan aneh-aneh Jun."Juna malah tersenyum, "Bebas akulah," tawanya."Iiihh s

  • Alisya   11 - Perlombaan

    Semut yang kecil mampu meluluhkan ratakan musuh dengan kerjasamaAiys terbangun ketika mobil sekolah yang mereka naiki masuk ke halaman gedung yang megah dengan berbagai spanduk telah terpasang di depannya."SELAMAT DATANG PESERTA OLIMPIADE SAINS"Aiys masih mencoba mengumpulkan tenaganya dan baru menyadari Juna yang terlelap di bahunya. Aiys segera mengambil ponsel miliknya dan memfoto Juna, tidak satu malahan Aiys mengunakan berbagai filter di Instagram. Dari berbagai macam filter hewan hingga bunga digunakan Aiys."Aiys, bakalan rindu," bisik Aiys ke menatap foto mereka berdua.Sebelum mobil berhenti Aiys segera membangunkan Juna, "Juna, bangun," tepuk Aiys pelan.Juna segera membuka matanya dan terdiam mengumpulkan nyawanya. "Udah sampai ya?" Tanya Juna dengan mengamati sekeliling.Teman-temannya yang lain juga banyak yang tidur, hingga Bu Nita, "Anak-anak bangun, kita udah sampai," tepat ketika mobil udah berhenti.

  • Alisya   10 - Selamat Tinggal sahabat

    Benar, jika hati telah berkaitanBerjarak adalah malapetaka besarAiys berjalan keluar disusul Keysa, setelah pembagian rapor dan asyik berfoto. Aiys memandang dirinya lewat pantulan camera ponselnya."Tidak sampai 24 jam mahkota ini di kepala Aiys, dan aku harus melepaskanmu," kata Aiys sendiri sambil melihat mahkota yang terpasang cantik di kepalanya."Aiyss," panggil Keysa.Aiys kaget, ternyata Keysa sudah jauh meninggalkan dirinya. "Perasaan tadi aku yang duluan," kata Aiys sendiri.Aiys segera menyusul Keysa, "Aiys, katanya mau jalan. Ayoo," ajak Keysa cepat.Aiys memandang sekelilingnya, "Tunggu Key, Aiys mau ke ruang majelis guru bentar," katanya.Keysa berfikir sejenak, "Mau apa?" Tanyanya."Rahasia," kata Aiys tersenyum."Gue ikut," kata Keysa.Aiys berfikir sejenak, menaruh tangan di kepalanya. "Hmm,""Kenapa?" tanya Keysa lagi.Aiys segera menyatukan kedua telapak

  • Alisya   9 - Bintang

    Ujung dari perjuangaan, akan berakhir manisSekolah yang diimpikan sedari kecil akan ditinggal, Aiys menikmati setiap detik di sekolah ini. Tahlita dan Melati yang menemani Aiys dibuat geleng-geleng kepala oleh sikap Aiys. Kenapa tidak, Aiys memotret setiap inci sekolahnya."Semua siswa-siswa berkumpul di aula!!" pengumuman dari kantor."Aiys, ayoo ke aula," ajak Melati.Aiys memandang Melati dan Tahlita bergantian, masih ada satu tempat yang belum mereka jejaki. "Kolom renang, belum," kata Aiys pelan.Mata Tahlita langsung melotot memandang Aiys, "Aiys, benar kata Keysa, hanya 10 hari Aiys," kata Tahlita penuh penekanan.Aiys tidak mau, "Sekali ini," pinta Aiys.Tahlita mengalihkan pandangan ke Melati, "Gimana?" tanyanya.Melati mengangguk pertanda iya. Aiys memandangi sedari tadi, melihat Melati mengangguk. Aiys langsung memeluk kedua temannya itu, "Terimakasih," tambah Aiys.Tahlita hanya diam, sedangkan Mela

  • Alisya   8 - Menuju Perpisahan

    Biarkan membekas, jangan mencoba menghapusBiarkan abadi, dalam bingkai bernama kenanganHari berlalu, jam berganti, menit bertukar, dan detik berlari. Tiga hari lagi lomba, dan dihari ini Aiys sudah harus selesai semua packagingnya. Aiys pandanggi setiap sudut kamarnya. Kamar bernuansa putih dipadukan beberapa tanaman hijau asli atau organik."Selamat tinggal kamar," kata Aiys mencoba kuat.Aiys segera mengambil foto setiap kamarnya, tidak luput dengan dirinya ikut bersuah foto. Kamar Aiys sekarang mulai sepi, barang-barang Aiys ada yang di jual dan sebagian lagi sudah menuju kediaman barunya, yaitu di desa. Aiys masih berusaha menerima takdir, Aiys masih menganggap dirinya bermimpi. Namun setiap kali Aiys berpikiran itu, Aiys segera berusa menyadarkan dirinya."Aiys semangat," katanya sendiri dengan mata berkaca.Aiys telusuri setiap sudut kamarnya, masih tersisa beberapa foto disana. Aiys pandanggi satu persatu."

  • Alisya   7 - Kepindahan

    Layaknya secangkir kopiAkan manis jika gula dan kopinya menyatu dalam satu larutan namun akan hambar jika kedua hal tersebut berdampingan namun tidak menyatu.Aiys setengah berlari keluar dari kamarnya, kenapa Aiys bisa ketiduran. Pasti Juna lama menunggu Aiys. Dari tangga Aiys dapat melihat jelas Juna bicara bersama mamanya."Maaf ," sesampainya Aiys di ruang tamu. "Udah lama?" tanya Aiys."Kamu, udah 2 jam Juna nungguin kamu," omel mama."DUA JAM?" pekik Aiys dan matanya melotot."Ya," jawab mama santai, sedangkan Juna hanya tersenyum."Mama, kenapa tidak bangunin Aiys dari tadi??" rengeknya."Dilarang Juna," kata mama sambil tertawa.Aiys langsung mengalihkan pandangannya ke Juna, "Junaaa," kata Aiys dengan nada yang berbeda.Juna tidak menjawab, ia lebih memilih diam dan tetap tersenyum."Jun," sapa Aiys lagi.Juna langsung menatap Aiys, "Jadi?" tanyanya mengangkat satu alis.

  • Alisya   6 – Lembaran Baru?

    Dedaunan yang gugur menciptakan kehidupan baruAiys berjalan keluar ruangan ujian dengan senyum kebahagiaannya, masa-masa ujianpun selesai."Akhirnya," sambil memeluk Keysa yang tadinya duluan keluar.Dari arah lain, Juna melangkah dengan sebuket bunga yang ia genggam."Bentar lagi, bunga ini akan berpindah tangan. Semoga kamu suka," bisiknya dalam hati.Aiys bahagia kali, rasanya beban yang ia pikul terlepaskan. Malamnya Aiys bisa tidur nyenyak, biasanya hanya tidur dua sampai tiga jam. Tekad dan target harus di capai, begitulah Alisya."Malam nanti, gue bisa tidur nyenyak," tawanya pada Keysa."Lu nya kali, yang terlalu ambil pusing soal ujian," dingin Keysa.Aiys memandang tajam Keysa seketika, "Keysa, Alisya sudah kembali," dengan gayanya sok imut."Iyaa, syukur," balas Keysa dengan sedikit tawanya, lalu Keysa mengalihkan pandangannya ke belakang."Aiys, Aiys," heboh Keysa.Aiys masih fokus pad

  • Alisya   5 - Fisika dan Juna

    Rumus dan trik, dua istilah kunci kemudahan Aiys segera siap-siap untuk berangkat sekolah, melihat dirinya sekilas dari pantulan cermin sambil tersenyum. "Aiys, bisa," katanya. [Aku udah di depan,] pesan Juna. Mendengar nada ponsel, Aiys segera mengambil dan melihatnya, ternyata dari Juna. "Aiys," panggil mama. Aiys segera membuka pintu dan menampilkan senyum terindah miliknya. "Bahagia kali anakku, apa kerana berangkat bareng? Huummz," Mama memeluk tubuh Aiys, sambil tersenyum. "Juna, Ma" bela Aiys. "Ooo, Juna namanya," Senyum mama, menggoda Aiys. "Mama," rengek Aiys. "Kesana gih, kesian Junanya," suruh mama. Aiys mencium sekilas pipi mamanya lalu segera menghampiri Juna. "Maaf, menunggu," senyum aiys. "Santai saja," jawab Juna. "Udah siap?" tanya Juna lagi. "Udah, yok," ajak Aiys sambil berjalan. "Ma, kita berangkat dulu,"

DMCA.com Protection Status