Kehidupan selalu punya misteri
"Gedung ini, akan menjadi saksi bisu perjuangan Aiys, terimakasih," guman Aiys sendiri lalu segera masuk kedalam bus.
Semuanya bahagia piala kejuaraan kembali mereka rebut setelah berpindah tangan ke SMA Garuda. Di dalam mobil berbagai lagu dinyanyikan dengan lantang lewat pengeras suara di depan. Aiys dan Juna ikut terbuai alunan lagu. Tidak sampai 30 menit bus yang tadinya sangat hiruk pikuk mendadak diam. Sudah banyak diantara mereka yang tidur dan segera bertemu dengan mimpi.
Tidak tau mengapa, Aiys tidak mengantuk sama sekali. Aiys melihat Juna sekilas, masih dengan wajah dinginnya menatap ke depan.
Juna menyadari di tatap Aiys, "Kenapa lihat-lihat, ntar suka," ledek Juna.
Aiys segera membuang muka, "Tidak," katanya jutek.
Juna mengalihkan pandangan ke Aiys, "Benar??" tanyanya dengan manja.
Diperlakukan seperti itu Aiys malah makin ngambek, "Ya, aku minta maaf," ucap Juna.
Mendengar itu, Aiys segera menoleh ke Juna. "Kenapa minta maaf, kamu tidak salah," balas Aiys.
Juna terdiam mendengar respon Aiys, namun tidak berniat membalasnya. Menganti topik pilihannya.
Juna menatap, "Aiys, ngantuk?" tanya Juna.
Aiys menggelengkan kepalanya, melihat itu Juna mengangguk paham. Aiys melihat Juna sekilas, dan teringat keberangkatannya besok. Hingga saat ini Aiys belum memberitahu Juna tentang kepindahannya. Aiys berencana di depan rumahnya nanti akan berkata sejujurnya kepada Juna.
"Bosan," kata Aiys.
Juna segera mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi yang sangat trending belakang ini, ya Tiktok. Aiys dan Juna pun segera membuat tiktok. Banyak tawa yang tercipta di sela mereka buat tiktok.
"Juna," panggil Aiys.
Juna mengangkat satu alisnya. "Tadi Juna menang, jadi permintaan Juna apa?" tanya Aiys pelan.
"Apa bagusnya?" tanya Juna menatap Aiys.
Aiys lumayan kesel diperlakukan seperti ini. "Iiihhh," sebel Aiys.
Juna menawan tawanya, "Makan bersama aku nanti," kata Juna.
Aiys mencerna permintaan Juna, hanya makan bersama? Pikirnya. Namun yang sebenarnya menjadi beban Aiys, Aiys harus pulang cepat.
"Aiys, haruss .... pulang cepat," ucap Aiys pelan.
Juna segara melihat jamnya. 15.48 WIB. "Ini masih belum jam empat Aiys," kata Juna sambil memperlihatkan jamnya ke Aiys.
"Perjalanan kita masih jauh?" tanya Aiys.
Juna melihat ke samping, "Tidak kok, 45 menit lagi sampai." Kata Juna.
Aiys mengangguk tanda paham, "Okey," senyunnya.
Mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Aiys menciptakan lengkungan di sudut bibir Juna, "Gitu dong," katanya sambil.menggenggam tangan Aiys.
Aiys lumayan kaget, namun entah mengapa. Jurus seribu kantuk menyerangnya. Beberapa kali Aiys menguap, hingga tertidur. Juna yang mendapati tidak ada respon dari Aiys, segera menoleh.
"Putri tidur," lirih Juna.
Juna segera menyusul Aiys ke alam mimpinya, olimpiade membuat banyak tenaga dan pikirannya terkuras.
Mobil yang mereka tumpangi telah sepenuhnya berhenti di halaman sekolah, namun belum ada nyawa-nyawa yang bangkit dari dunia mimpinya. Guru pendampingpun ikut terlelap. Hingga supir membangun bu Anita yang duduk paling depan samping supir.
"Kita sudah sampai," himbau Bu Nita ke belakang.
Bu Nita yang menggunakan pengeras suara, sontak membuat penghuni mobil terbangun san segera mengumpulkan nayawa mereka. Samahal dengan Aiys, Aiys segera merenggangkan tangannya hingga mengenai Juna yang tertidur di sampingnya.
Juna menguap, "Udah sampai?" tanyanya.
Aiys hanga mengangguk pertanda sudah sampai. Di dalam mobil sudah sepi, sebagian udah keluar dan berkumpul di lapangan. Bu Nita telah berdiri di depan dengan beberapa piala kejuaraan.
"Terimakasih anak-anakku," ucap Bu Nita mengawali sambutannya.
Di media sosial mereka telah banyak ucapan, selamat. Pejuang dari SMA NUSANTARA. Bu Nita telah selesai memberi sambutan 5 menit yang lalu dan telah banyak yang pulang ke rumah masing-masing. Aiys dan Juna segera menuju pakiran untuk pergi menuruti permintaan Juna. Namun sebelum Aiys dan Juna sampai di mobil. Tasya segera menghampiri Juna dan langsung memeluknya. Juna kaget dan tidak membalas pelukannya. Tasya tidak melepaskan hingga,
"Hhmm," Juna berdehem.
Tasya segera melepaskan pelukannya dan Juna segera menatap Aiys. Tasya masih menatap Juna dalam dengan mata yang bersinar, "Terimakasih Jun," peluk Tasya lagi.
Juna masih tidak membalas pelukan Tasya, "Sama-sama Tasya," jawab Juna dingin namun ada senyuk kecil di bibirnya.
Tasya melepaskan Juna dan segera memeluk Aiys sebentar, "Terimakasih juga Aiys,"
Aiys membalas pelukan Tasya, "Sama-sama kak, terimakasih juga," katanya.
Mereka bertiga terdiam sebentar, "Yaudah, aku duluan ya," kata Tasya sambil melambaikan tangan.
Juna dan Aiys membalas lambaian tangan Tasya. Sebelum mereka masuk mobil, "Kamu tidak mau mengucapkan sesuatu gitu?" sindir Juna ke Aiys sambil melebarkan tangan meminta di peluk.
Aiys segera menghampiri Juna, "Modus," kata Aiys lalu masuk ke mobil.
Juna terdiam di tempat, Juna pikir bakalan dapat pelukan dari Aiys. Ternyata tidak, tidak mau ambil pusing Juna segera masuk dan mengemudikan mobil menuju salah satu mall di dekat sekolahnya.
Juna dan Aiys masuk ke salah satu cafe yang berada di lantai lima mall tersebut, tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi. Juna memilih duduk di tepi jendela. View yang ditampilkan sangat bagus, membuat mata yang menatapnya berhenti berkedip.
Aiys masih memandangi, "Bagus," ucap Aiys pelan namun masih di dengar Juna.
Juna hanya membalas dengan senyuman yang terus menatap ke depan. "Terimakasih kak," kata Aiys lagi.
Mereka segera duduk dan memesan makanan dan minimum. Tidak lama kemudian pesanan mereka datang, "Makan Aiys," kata Juna.
Aiys mengangguk dan segera makan. Selama makan tidak ada obrolan yang tercipta. Mereka asyik dalam pikiran masing-masing sambil menatap langit sore. Awan putih yang ditumpahi sinar orange.
Setelah menyudah makan, "Aiys, aku ke toilet bentar," kata Juna.
"Iya Juna," kata Aiys yang juga menyudahi makannya.
Juna segera melangkah namum tidak ke toilet namun ke mobilnya. Di dalam mobil Juna telah menyiapkan hadiah untuk Aiys. "Semoga kamu suka," kata Juna sendiri lalu menutup mobilnya.
Aiys memandangi sekeliling, banyak pasangan muda mudi disini. Aiys melihat penampilannya lewat kamera ponsel. Rok abu-abu dengan baju kemeja putih dibalut jaket olimpiade silver membuatnya tersenyum. Aiys berniat berdiri untuk melihat pemandangan.
[Dek, kenapa belum pulang? Udah pukul 18.00 wib lebih ni. Kamu harus istirahat!] Mama.
Aiys membaca pesan dari mamanya dan segera melihat jam tangannya. Aiys harus segera pulang namun Juna masih belum kelihatan.
[Sebentar lagi, adek pulang mom] balas Aiys.
Aiys lega membalas pesan mamanya, Aiys berdiri menikmati siraman mentari senja. Juna yang telah masuk langsung berdiri dibelakang Aiys dengan bunga mawar yang sangat harum dan indah, ditambah satu kalung di tangannya. Juna langsung mengalungkan ke leher Aiys secara perlahan dari belakang.
Aiys kaget langsung menoleh ke belakang, "Juna," lirihnya.
Juna tidak menjawab, dengan tenang tetap memasangkan kalung senyum selalu menghiasi wajah Juna. Setelah Juna selesai, Juna memberikan bunga mawar ke Aiys dengan berlutut di depan Aiys.
Melihat aksi Juna tersebut, banyak pasang mata yang melihat mereka. "Aiys, maukan jadi pacarku?" ucap Juna pelan di depan Aiys.
Aiys diam, "Aiys mau kak, Aiya mau, sangat mau," kata Aiys dalam hatinya. Namum mengingat besok ia telah berpindah pulau. Membuat Aiys meneteskan Aiys mata. Juna yang menyadari Aiys menangis segera berdiri menghapus air mata Aiys dengan jarinya.
"Maaf Juna," ucap Aiys pelan.
Juna masih tenang mendengar jawaban Aiys. "Aiys tidak bisa," jawab Aiys dengan satu air matanya.
Bunga yang di pegang Juna jatuh begitu ke lantai, pengunjung yang melihat langsung dapat menyimpulkan kalau cintanya di tolak. Banyak kata yang terlontar dari mulut pengunjung secara pelan, namun masih bisa Aiys mendengarnya.
"Padahal mereka cocok,"
"Kenapa di tolak?"
"Itu kenapa nangis?"
"Terima Tasya," ucap Aiys pelan. "Dia sayang kamu," tambah Aiys.
Juna mencerna ucapan Aiys, "Aku sayang Aiys," balas Juna menggenggam tangan Aiys. "Apa kamu di ancam Tasya?" tanya Juna.
Aiys menggelengkan kepalanya, "Terus kenapa?" tanya Juna menatap Aiys. "Belum bisa move on dari Daffa?" tanya Juna lagi.
Aiys menggelengkan kepalanya lagi, "Aiys udah move dari Daffa karena bantuan kamu, Aiys ingin menjadi pacar kamu, tapi tidak mungkin Juna," kata Aiys dalan hatinya. Hanya air mata yang menetes membasahi pipi Aiys.
Melihat Aiys menangis lagi, Juna segera merangkul tubuh kecil Aiys. Aiys menangis lagi, berat baginya meninggalkan semua ini.
Aku mencintaimu,
Namun membalas rasa itu,
Membuatku tak mampu berdetak
Barat bagiku,
Pergi dari kehidupanmu
Kenapa disaat aku menemukan
Aku harus melepaskan?
"Aku tidak masalah di tolak, namun kenapa Aiys menangis?" tanya Juna ketika Aiys melepas pelukannya.
"Go..ood Bye Jun," kata Aiys terbata.
Juna terdiam mendengar ucapan Aiys, wajahnya yang tadi tenanh sekarang berubah dengan seribu tanda tanya.
Juna masih diam, "Aiys bakalan pindah," katanya lagi.
Mendengar itu Juna merinding, kalimat yang terucap dari mulut Aiys barusan seakan arus yang menyengat dirinya.
Juna menghirup napas dalam lalu melepaskannya, "Pindah apa maksudnya?" tanya Juna pelan.
Aiys berusaha menahan air matanya, "Aiys.. pindah ke desa," katanya dengan satu air mata yang lolos.
Juna terdiam, "Kapan Aiys?" tanya Juna.
Aiys menatap wajah Juna, "Besok," ucap Aiys pelan.
"BESOK??" ulang Juna.
Aiys mengangguk, "Kenapa baru bilang sekarang?" tanya Juna frustasi.
Aiys diam, "Aiys tidak mau Juna sedih," jujur Aiys.
“Ini yang membuatku, sedih Aiys,” jawab Juna pelan.
Aiys tersenyum dalam tangisnya, "Terima Tasya Juna," kata Aiys menggenggam tangan Juna.
Juna masih diam dalam pikirannya, berita ini sangat membuatnya terpukul. Bahkan ini jauh lebih rumit dari soal yang ia kerjakan tadi. "Pulang yok," ajak Aiys.
Juna masih berdiri di tempatnya, "Sekali ini, bersama akulah," ucap Juna pelan.
Aiys ingin menangis lagi, namun untuk kali ini. Aiys mampu menahannya. "Mama udah nyuruh pulang Juna," kata Aiys.
Mendengar itu, Juna segera mengeluarkan ponselnya dan menelpon mama Aiys.
[Hallo mama,] sapa Juna.
[Iya Juna,]
[Ma, Juna mau ajak Aiys jalan dulu boleh?]
[Gimana ya? Besok..] Kata mama lalu terdiam.
[Juna udah tau, Ma. Sekali ini aja.]
[Iya Juna, jangan terlalu malam,]
Sambungan telefon itupun terputus. Aiys hanya diam mendengarkan obrolan Juna dan Mamanya.
"Udah dapat izin," kata Juna meraih tangan Aiys.
Aiys melihat Juna, "Kita mau kemana?" tanya Aiys.
"Kita buat kesan terindah," jawab Juna.
Juna dan Aiys keluar dari cafe tersebut. Bunga mawar nan indah dan harum masih tergeletak di lantai tersebut. Merekapun langsung mengarahkan langkah menuju bioskop disana. Sebelum masuk, telah banyak makanan yang mereka beli.
20.20 WIB mereka baru keluar dari bioskop, Aiys dan Juna segera kepakiran. Walau udah dapat izin dari mamanya, Juna tetap ingat kesehatan Aiys. Juna tidak mau Aiys jatuh sakit. Di dalam mobil hanya keheningan yang tercipta. Namun tangan Aiys dan Juna saling berkaitan tidak mau lepas sedari masuk ke dalam mobil.
Juna masih tenang, namun jauh di lubuk paling dalam. Juna menangis kehilangan Aiys. Sampai di depan rumah Aiys. Juna dan Aiys ikut turun masuk. Telah banyak oleh-oleh yang dibeli Juna untuk keluarga Aiys. Aiys melihat Juna yang begitu hangat dan dekat dengan keluarga Aiys, membuatnya tersenyum dan menilai plus Juna.
"Kalau kita jodoh bakalan ketemu kok," ucap Aiys pelan lalu langsung mendekat untuk memberi minum.
Juna pamit ketika pukul 23.08 WIB. Banyak obrolan yang mereka ciptakan. Aiys mengantar Juna ke depan. "Besok aku ke bendara juga," kata Juna melambaikan tangan ke Aiys.
Aiys membalas, "Terimakasih," ucap Aiys.
Juna segera mengemudikan mobilnya dan perlahan menghilang. Sepeninggal Juna, Aiys melihat kalung yang melingkar di lehernya. Aiys memegang, "Kalung love yang sangat indah," kata Aiys lalu masuk ke rumahnya untuk istirahat.
Kenapa bumi ditakdirkan menemani matahari? Padahal mereka tidak bisa dipersatukan. Kenapa mereka terus dipaksa keadaan untuk bertemu tanpa bisa saling menggenggam? Apa gunanya kehangatan tanpa bisa memiliki? Sedang kita mengetahui, kehancuranlah akhir dari cerita mereka. Aku percaya, bumi tanpa mentari hanyalah kegelapan dalam ruang nyata. Meraba tanpa arah, melihat tanpa kejelasan, teka-teki tiada jawaban. Diantara banyaknya manusia dibumi ini, kenapa aku dipertemukan dengan kamu? Izinkan aku mengenalmu lebih dalam, walau aku tak yakin dengan rasa ini ~Alisya Cantara Benar, semua hiruk-pikuk dalam perjalanan waktu. Bergandenganlah tanpa melupakan bintang yang lebih bersinar! Benderanglah tanpa menyilaukan! Bersamalah tanpa berpisah dan datanglah tanpa pergi! Walau tak bisa saling memiliki ~ Farhan Sharique Zhafran
Bicara tentang jejak mengingatkan goresan Kutatap sekeliling, kilauan jingga menghiasi langit sore. Nampak jelas bayangan memantul pada genangan air. Sampai kapan aku akan terjebak labirin masa lalu? Sungguh, aku ingin melupakan, lelaki yang satu tahun belakangan menciptakan titik kenangan yang indah. Biasanya, habis hujan begini. Kak Daffa sering meneleponku sambil bilang, "Percayalah sayang. 99,9% hujan yang turun bukan air, tapi rasa rinduku padamu." Kak Daffa selalu berhasil membuat aku tersenyum, kisah yang kami ciptakan dengan jarak usia terpaut dua tahun membuat aku harus mengikhlaskannya. Dia lebih memilih melanjutkan studi di negara Jerman dan sudah dipastikan, aku tidak bisa menjalin hubungan jarak jauh. Hampir setengah jam aku melamun, menatap dengan tatapan kosong. Aku, Alisya Cantara remaja kecil berusia 16 tahun. Kenangan yang tercipta bersama kak Daffa begitu indah, bantu Aiys melupakan goresan jejak yang terlukis.
Semakin kuhapus, semakin timbul “Aiys, cepat! Nanti telat, ” panggil mamanya. “Iya Ma, bentar,” sahut Aiys. Aiys bergegas turun untuk serapan, “Ma, papa mana?” tanya Aiys tidak mendapatkan papanya di ruang makan. “Papa lagi keluar kota, penerbangan dini hari tadi,” jawab mama santai. “Emang papa jadi pindah kerja, Ma?” tanya Aiys lagi. Mama Aliana mendekat ke Aiys, “Belum pasti sayang,” ucapnya. “Ayo serapan cepat, nanti telat,” tambah mama Aliana sambil mengelus kelapa Aiys. Aiys masih memikirkan penyataan mamanya barusan, “Ayo makan, nanti telat,” perintah mama lagi. Aiys mempercepat geraknya, benar kata mamanya. Dia bias telat kalau terus memikirkan hal yang belum pasti. “Aiys berangkat dulu Ma,” pamit Aiys. “Hati-hati sayang,” Kata mama Aliana sambil memeluk tubuh Aiys. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri, Aiys tidak mengerti apa yang dijelaskan Bu Neni di depan. Papan tulis adala
Jika tak mampu, jangan berucap! Hari-hari berjalan mengikuti aturannya, tidak ada yang beda, tiap detiknya masih sama; tentang luka. Tidak ada yang berkesan, tidak ada yang istimewa. Hari-hari Aiys hanya di selimuti kenangan. Setiap tempat di kota ini mengisahkan jejak tentang Daffa. Tepat di cafe ini, tempat Aiys dan Daffa melepaskan sisa penat sehabis sekolah. Setiap pulang sekolah, selalu kesini. Tidak pernah bosan, padahal waktu istirahat selalu ketemu di sekolah. Aiys melangkahkan kaki, sekarang posisinya tepat di depannya. COFFE JANJI JIWA Aiys pandangi selagi lagi, tidak tau kenapa. Pikirannya mengarahkan kesini. Padahal Aiys sudah berniat tidak akan menginjak tempat ini lagi. Aku masih berperang dengan hati dan logika. Tubuhnya semakin kecil, terlihat jelas urat nadi berwarna hijau kebiruan. Tiga bulan ditinggal abang Daffa tanpa kabar membuat Aiys stress dan malas dalam semua kegiatan.
Untuk apa terkubur dalam kenang, jikalau ia tak mempedulikan Kerumunan dilihat dari atas, desak-desakan. Bel pulang berbunyi 10 menit yang lalu ditambah dengan pengumuman daftar ujian akhir semester. Tidak terbayang, begitu cepat Aiys lalui bertemu teman baru, sekolah baru, suasana baru, dan hati yang baru. Langkah kakinya terus bergerak, mengikuti alur yang dibuat tangga. Koridor sekolah sudah menyepi, ditatap Keysa yang sedang asyik dengan ponsel miliknya. Aiys buru-buru menuju madding sekolah hingga.. "Brakk.. bamm.." buku yang dibawa Pak Zardi berhamburan. "Aduh,," kata Aiys menegang kepala yang mendadak terasa pusing, namun segera ditepis cepat rasa itu, ada orang yang membutuhkan bantuannya. "Pak Zardi," pekik Aiys. Pak Hardi terduduk lemas di lantai, Aiys tidak tau seberapa keras tabrakannya hingga membuat pak Hardi lemas begini. "Keysa.." panggil Aiys. "KEYSAAAAA," panggilnya lagi, keysa asyik dengan po
Rumus dan trik, dua istilah kunci kemudahan Aiys segera siap-siap untuk berangkat sekolah, melihat dirinya sekilas dari pantulan cermin sambil tersenyum. "Aiys, bisa," katanya. [Aku udah di depan,] pesan Juna. Mendengar nada ponsel, Aiys segera mengambil dan melihatnya, ternyata dari Juna. "Aiys," panggil mama. Aiys segera membuka pintu dan menampilkan senyum terindah miliknya. "Bahagia kali anakku, apa kerana berangkat bareng? Huummz," Mama memeluk tubuh Aiys, sambil tersenyum. "Juna, Ma" bela Aiys. "Ooo, Juna namanya," Senyum mama, menggoda Aiys. "Mama," rengek Aiys. "Kesana gih, kesian Junanya," suruh mama. Aiys mencium sekilas pipi mamanya lalu segera menghampiri Juna. "Maaf, menunggu," senyum aiys. "Santai saja," jawab Juna. "Udah siap?" tanya Juna lagi. "Udah, yok," ajak Aiys sambil berjalan. "Ma, kita berangkat dulu,"
Dedaunan yang gugur menciptakan kehidupan baruAiys berjalan keluar ruangan ujian dengan senyum kebahagiaannya, masa-masa ujianpun selesai."Akhirnya," sambil memeluk Keysa yang tadinya duluan keluar.Dari arah lain, Juna melangkah dengan sebuket bunga yang ia genggam."Bentar lagi, bunga ini akan berpindah tangan. Semoga kamu suka," bisiknya dalam hati.Aiys bahagia kali, rasanya beban yang ia pikul terlepaskan. Malamnya Aiys bisa tidur nyenyak, biasanya hanya tidur dua sampai tiga jam. Tekad dan target harus di capai, begitulah Alisya."Malam nanti, gue bisa tidur nyenyak," tawanya pada Keysa."Lu nya kali, yang terlalu ambil pusing soal ujian," dingin Keysa.Aiys memandang tajam Keysa seketika, "Keysa, Alisya sudah kembali," dengan gayanya sok imut."Iyaa, syukur," balas Keysa dengan sedikit tawanya, lalu Keysa mengalihkan pandangannya ke belakang."Aiys, Aiys," heboh Keysa.Aiys masih fokus pad
Layaknya secangkir kopiAkan manis jika gula dan kopinya menyatu dalam satu larutan namun akan hambar jika kedua hal tersebut berdampingan namun tidak menyatu.Aiys setengah berlari keluar dari kamarnya, kenapa Aiys bisa ketiduran. Pasti Juna lama menunggu Aiys. Dari tangga Aiys dapat melihat jelas Juna bicara bersama mamanya."Maaf ," sesampainya Aiys di ruang tamu. "Udah lama?" tanya Aiys."Kamu, udah 2 jam Juna nungguin kamu," omel mama."DUA JAM?" pekik Aiys dan matanya melotot."Ya," jawab mama santai, sedangkan Juna hanya tersenyum."Mama, kenapa tidak bangunin Aiys dari tadi??" rengeknya."Dilarang Juna," kata mama sambil tertawa.Aiys langsung mengalihkan pandangannya ke Juna, "Junaaa," kata Aiys dengan nada yang berbeda.Juna tidak menjawab, ia lebih memilih diam dan tetap tersenyum."Jun," sapa Aiys lagi.Juna langsung menatap Aiys, "Jadi?" tanyanya mengangkat satu alis.
Kehidupan selalu punya misteri"Gedung ini, akan menjadi saksi bisu perjuangan Aiys, terimakasih," guman Aiys sendiri lalu segera masuk kedalam bus.Semuanya bahagia piala kejuaraan kembali mereka rebut setelah berpindah tangan ke SMA Garuda. Di dalam mobil berbagai lagu dinyanyikan dengan lantang lewat pengeras suara di depan. Aiys dan Juna ikut terbuai alunan lagu. Tidak sampai 30 menit bus yang tadinya sangat hiruk pikuk mendadak diam. Sudah banyak diantara mereka yang tidur dan segera bertemu dengan mimpi.Tidak tau mengapa, Aiys tidak mengantuk sama sekali. Aiys melihat Juna sekilas, masih dengan wajah dinginnya menatap ke depan.Juna menyadari di tatap Aiys, "Kenapa lihat-lihat, ntar suka," ledek Juna.Aiys segera membuang muka, "Tidak," katanya jutek.Juna mengalihkan pandangan ke Aiys, "Benar??" tanyanya dengan manja.Diperlakukan seperti itu Aiys malah makin ngambek, "Ya, aku minta maaf,"
Berikanlah yang terbaik di setiap kesempatanSemuanya semifinalis segera keluar dan berkumpul dengan kontingen mereka satu sekolah. Bu Anita memerintahkan untuk berkumpul di lantai satu tepatnya di tempat pembukaan tadi."Apapun itu, pasti yang terbaik. Sekarang istirahat dan makananlah setelah itu beribadah!" jelas Bu Nita.Mendengar cerita, syukur 9 bidang lomba yang diikuti semua masuk ke sesi dua.Juna makan siang berhadapan dengan Aiys, sedangkan Tasya sudah pergi bersama teman-temannya yang lain."Aku menang ya," kata Juna di sela makan bersama Aiys."Iya tau," jawab Aiys dengan senyum.Juna tersenyum, "Jadi bebas apapun nanti ya," kedipan mata Juna.Aiys merasa Juna sangat berbeda, Juna sekarang dengan Juna yang tadi lagi lomba. Namun Aiys bangga, Juna bisa memposisikan tempatnya.Aiys melotot menatap Juna, "Jangan aneh-aneh Jun."Juna malah tersenyum, "Bebas akulah," tawanya."Iiihh s
Semut yang kecil mampu meluluhkan ratakan musuh dengan kerjasamaAiys terbangun ketika mobil sekolah yang mereka naiki masuk ke halaman gedung yang megah dengan berbagai spanduk telah terpasang di depannya."SELAMAT DATANG PESERTA OLIMPIADE SAINS"Aiys masih mencoba mengumpulkan tenaganya dan baru menyadari Juna yang terlelap di bahunya. Aiys segera mengambil ponsel miliknya dan memfoto Juna, tidak satu malahan Aiys mengunakan berbagai filter di Instagram. Dari berbagai macam filter hewan hingga bunga digunakan Aiys."Aiys, bakalan rindu," bisik Aiys ke menatap foto mereka berdua.Sebelum mobil berhenti Aiys segera membangunkan Juna, "Juna, bangun," tepuk Aiys pelan.Juna segera membuka matanya dan terdiam mengumpulkan nyawanya. "Udah sampai ya?" Tanya Juna dengan mengamati sekeliling.Teman-temannya yang lain juga banyak yang tidur, hingga Bu Nita, "Anak-anak bangun, kita udah sampai," tepat ketika mobil udah berhenti.
Benar, jika hati telah berkaitanBerjarak adalah malapetaka besarAiys berjalan keluar disusul Keysa, setelah pembagian rapor dan asyik berfoto. Aiys memandang dirinya lewat pantulan camera ponselnya."Tidak sampai 24 jam mahkota ini di kepala Aiys, dan aku harus melepaskanmu," kata Aiys sendiri sambil melihat mahkota yang terpasang cantik di kepalanya."Aiyss," panggil Keysa.Aiys kaget, ternyata Keysa sudah jauh meninggalkan dirinya. "Perasaan tadi aku yang duluan," kata Aiys sendiri.Aiys segera menyusul Keysa, "Aiys, katanya mau jalan. Ayoo," ajak Keysa cepat.Aiys memandang sekelilingnya, "Tunggu Key, Aiys mau ke ruang majelis guru bentar," katanya.Keysa berfikir sejenak, "Mau apa?" Tanyanya."Rahasia," kata Aiys tersenyum."Gue ikut," kata Keysa.Aiys berfikir sejenak, menaruh tangan di kepalanya. "Hmm,""Kenapa?" tanya Keysa lagi.Aiys segera menyatukan kedua telapak
Ujung dari perjuangaan, akan berakhir manisSekolah yang diimpikan sedari kecil akan ditinggal, Aiys menikmati setiap detik di sekolah ini. Tahlita dan Melati yang menemani Aiys dibuat geleng-geleng kepala oleh sikap Aiys. Kenapa tidak, Aiys memotret setiap inci sekolahnya."Semua siswa-siswa berkumpul di aula!!" pengumuman dari kantor."Aiys, ayoo ke aula," ajak Melati.Aiys memandang Melati dan Tahlita bergantian, masih ada satu tempat yang belum mereka jejaki. "Kolom renang, belum," kata Aiys pelan.Mata Tahlita langsung melotot memandang Aiys, "Aiys, benar kata Keysa, hanya 10 hari Aiys," kata Tahlita penuh penekanan.Aiys tidak mau, "Sekali ini," pinta Aiys.Tahlita mengalihkan pandangan ke Melati, "Gimana?" tanyanya.Melati mengangguk pertanda iya. Aiys memandangi sedari tadi, melihat Melati mengangguk. Aiys langsung memeluk kedua temannya itu, "Terimakasih," tambah Aiys.Tahlita hanya diam, sedangkan Mela
Biarkan membekas, jangan mencoba menghapusBiarkan abadi, dalam bingkai bernama kenanganHari berlalu, jam berganti, menit bertukar, dan detik berlari. Tiga hari lagi lomba, dan dihari ini Aiys sudah harus selesai semua packagingnya. Aiys pandanggi setiap sudut kamarnya. Kamar bernuansa putih dipadukan beberapa tanaman hijau asli atau organik."Selamat tinggal kamar," kata Aiys mencoba kuat.Aiys segera mengambil foto setiap kamarnya, tidak luput dengan dirinya ikut bersuah foto. Kamar Aiys sekarang mulai sepi, barang-barang Aiys ada yang di jual dan sebagian lagi sudah menuju kediaman barunya, yaitu di desa. Aiys masih berusaha menerima takdir, Aiys masih menganggap dirinya bermimpi. Namun setiap kali Aiys berpikiran itu, Aiys segera berusa menyadarkan dirinya."Aiys semangat," katanya sendiri dengan mata berkaca.Aiys telusuri setiap sudut kamarnya, masih tersisa beberapa foto disana. Aiys pandanggi satu persatu."
Layaknya secangkir kopiAkan manis jika gula dan kopinya menyatu dalam satu larutan namun akan hambar jika kedua hal tersebut berdampingan namun tidak menyatu.Aiys setengah berlari keluar dari kamarnya, kenapa Aiys bisa ketiduran. Pasti Juna lama menunggu Aiys. Dari tangga Aiys dapat melihat jelas Juna bicara bersama mamanya."Maaf ," sesampainya Aiys di ruang tamu. "Udah lama?" tanya Aiys."Kamu, udah 2 jam Juna nungguin kamu," omel mama."DUA JAM?" pekik Aiys dan matanya melotot."Ya," jawab mama santai, sedangkan Juna hanya tersenyum."Mama, kenapa tidak bangunin Aiys dari tadi??" rengeknya."Dilarang Juna," kata mama sambil tertawa.Aiys langsung mengalihkan pandangannya ke Juna, "Junaaa," kata Aiys dengan nada yang berbeda.Juna tidak menjawab, ia lebih memilih diam dan tetap tersenyum."Jun," sapa Aiys lagi.Juna langsung menatap Aiys, "Jadi?" tanyanya mengangkat satu alis.
Dedaunan yang gugur menciptakan kehidupan baruAiys berjalan keluar ruangan ujian dengan senyum kebahagiaannya, masa-masa ujianpun selesai."Akhirnya," sambil memeluk Keysa yang tadinya duluan keluar.Dari arah lain, Juna melangkah dengan sebuket bunga yang ia genggam."Bentar lagi, bunga ini akan berpindah tangan. Semoga kamu suka," bisiknya dalam hati.Aiys bahagia kali, rasanya beban yang ia pikul terlepaskan. Malamnya Aiys bisa tidur nyenyak, biasanya hanya tidur dua sampai tiga jam. Tekad dan target harus di capai, begitulah Alisya."Malam nanti, gue bisa tidur nyenyak," tawanya pada Keysa."Lu nya kali, yang terlalu ambil pusing soal ujian," dingin Keysa.Aiys memandang tajam Keysa seketika, "Keysa, Alisya sudah kembali," dengan gayanya sok imut."Iyaa, syukur," balas Keysa dengan sedikit tawanya, lalu Keysa mengalihkan pandangannya ke belakang."Aiys, Aiys," heboh Keysa.Aiys masih fokus pad
Rumus dan trik, dua istilah kunci kemudahan Aiys segera siap-siap untuk berangkat sekolah, melihat dirinya sekilas dari pantulan cermin sambil tersenyum. "Aiys, bisa," katanya. [Aku udah di depan,] pesan Juna. Mendengar nada ponsel, Aiys segera mengambil dan melihatnya, ternyata dari Juna. "Aiys," panggil mama. Aiys segera membuka pintu dan menampilkan senyum terindah miliknya. "Bahagia kali anakku, apa kerana berangkat bareng? Huummz," Mama memeluk tubuh Aiys, sambil tersenyum. "Juna, Ma" bela Aiys. "Ooo, Juna namanya," Senyum mama, menggoda Aiys. "Mama," rengek Aiys. "Kesana gih, kesian Junanya," suruh mama. Aiys mencium sekilas pipi mamanya lalu segera menghampiri Juna. "Maaf, menunggu," senyum aiys. "Santai saja," jawab Juna. "Udah siap?" tanya Juna lagi. "Udah, yok," ajak Aiys sambil berjalan. "Ma, kita berangkat dulu,"