Benar, jika hati telah berkaitan
Berjarak adalah malapetaka besar
Aiys berjalan keluar disusul Keysa, setelah pembagian rapor dan asyik berfoto. Aiys memandang dirinya lewat pantulan camera ponselnya.
"Tidak sampai 24 jam mahkota ini di kepala Aiys, dan aku harus melepaskanmu," kata Aiys sendiri sambil melihat mahkota yang terpasang cantik di kepalanya.
"Aiyss," panggil Keysa.
Aiys kaget, ternyata Keysa sudah jauh meninggalkan dirinya. "Perasaan tadi aku yang duluan," kata Aiys sendiri.
Aiys segera menyusul Keysa, "Aiys, katanya mau jalan. Ayoo," ajak Keysa cepat.
Aiys memandang sekelilingnya, "Tunggu Key, Aiys mau ke ruang majelis guru bentar," katanya.
Keysa berfikir sejenak, "Mau apa?" Tanyanya.
"Rahasia," kata Aiys tersenyum.
"Gue ikut," kata Keysa.
Aiys berfikir sejenak, menaruh tangan di kepalanya. "Hmm,"
"Kenapa?" tanya Keysa lagi.
Aiys segera menyatukan kedua telapak tangannya sambil memohon, "Keysa, disini aja ya," tenang Aiys.
"Ya kenapa?" Heran Keysa.
"Hanya sebentar," kata Aiys lalu berlari cepat menuju ruang majelis guru.
Karena penasaran, Keysa mengikuti Aiys. Aiys segera masuk ke ruang majelis guru lebih tepatnya ruang kepala sekolah. Keysa heran kenapa Aiys masuk ke ruang kepala sekolah, Keysa mencoba mengintip dari jendela, nguping apa yang akan mereka bicarakan. Namun Keysa tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan, Keysa memandang. Nampak jelas Aiys melepaskan Mahkota Bintang SMA Nusantara lalu menyerahkan kepada Pak Teno. Bu Anita selalu wakil kesiswaan juga berada disana. Bu Anita memeluk Aiys ketika Mahkota berhasil di lepas. Ketika Aiys membuka Jubah kebesaran dan Salempang di larang Pak Teno. Aiys tetap membuka namun tidak diberikan ke Pak Teno, melainkan di masukkan ke dalam tasnya. Aiys menyalami Pak Teno dan Bu Anita bergantian, disusul dengan menyalami guru di ruang majelis guru.
Ketika Aiys keluar, Keysa cepat-cepat pergi. Takut ketahuan. Perasaan Keysa samakin kacau. Aiys terhenti, ketika hendak melangkahkan kaki keluar ruang majelis guru. Aiys mencoba menenangkan hatinya, di taruh tangan di dadanya. Aiys merasa pasokan oksigen di keliling menghilang. Aiys hirup dalam oksigen dan melepaskannya.
"Terimakasih, Aiys pergi," katanya meneteskan satu air mata.
Aiys segera cepat menghampiri Keysa, Aiys kuatir Keysa kecapekan menunggunya.
Aiys melihat Keysa terdiam merenung, tidak seperti Keysa biasanya. "Key, " sapa Aiys.
Keysa segera menatap Aiys dari bawah hingga atas, "Mana mahkotamu?" tanyanya.
Aiys terdiam, tidak tau harus menjawab apa. "Kenapa kamu kasih lagi ke sekolah?" tanya Keysa dengan mata berkaca.
Aiys mematung, "Keysa melihatnya?" tanya Aiys gugup.
Keysa menatap Aiys sayu, "Ya.. aku lihat semuanya," heboh Keysa.
Seketika ekspresi Aiys berubah.
"Aiys, jawab!" kata Keysa.
Aiys memandang Keysa lekat, "Key, Aiys tidak bisa jelaskan disini," kata Aiys lembut.
Keysa merasa kurang puas dengan jawaban Aiys, "Kenapa?" tanyanya.
"Kita, cari tempat lain yuk," ajak Aiys dan Keysa menurut.
Dan lagi, tempat yang mereka pilih adalah café Janji Jiwa. Terlihat sepi dari biasanya.
Aiys dan Keysa segara masuk, belum lagi Aiys sempat duduk. Keysa sudah membanjiri Aiys dengan pertanyaan, "Kenapa?" Tanyanya.
Aiys diam, memandang Keysa.
Melihat reaksi Aiys begitu, Keysa semakin dibuat gila. "Aiys, kenapa?" tanya Keysa frustasi.
Aiys menatap wajah Keysa, seakan menatap untuk terakhir kalinya.
"Aiy.. Aiys.. mau pindah," ucap Aiys pelan dengan air mata.
Keysa yang tadinya menatap Aiys dengan mata melotot seketika diam, Keysa masih mencoba mencerna kata-kata Aiys.
"Pin.. pin..dah.." ucap Keysa bergetar.
Menyadari itu, Aiys segera pindah duduk ke samping Keysa. Aiys peluk Keysa untuk menenangkan. Pengunjung cafe Janji Jiwa mengarah pandangan ke Aiys dan Keysa.
"Ke..mana?" tanya Keysa terbata.
Aiys memandang Keysa, "Desa," jawab Aiys singkat dan mencoba menenangkan dirinya.
Keysa kaget, "Kapan" tanya Keysa dalam isakan.
Aiys menghirup oksigen banyak-banyak dan mencoba melepaskan dengan perlahan.
"Kapan Aiys??" tanya Keysa memburu.
Aiys masih diam, Keysa segara mengoncang-gonjangkan tubuh Aiys.
Aiys menatap Keysa seperti ini, meneteskan air mata. "Dua hari lagi," kata Aiys pelan.
Mata Keysa seketika terbuka lebar, hanya air mata menjadi sanksi. "Kena.. pa.. baru bilang?" Tanya Keysa lagi.
Aiys memeluk Keysa lagi, "Aiys takut Keysa sedih," senyum Aiys.
“Tapi dengan ini, kamu membuatku sedih dan merasa bersalah Aiys,” terang Keysa dengan air matanya.
Keysa tak membalas, berita ini sangat membuatnya terpukul. Sahabat semata wayangnya akan pergi.
Untuk melepasmu saja
Aku tidak bisa
Apalagi kehilangan
Dirimu
"Key," panggil Aiys.
Keysa masih diam, Keysa ambruk di dalam pelukan Aiys.
Aiys mencoba melihat wajah Keysa. "Key," sapanya lagi.
Aiys berhasil melihat wajah Keysa, wajah Keysa sudah memerah, matanya juga merah. Masih tersisa bekas air mata di pipinya.
Aiys mencoba tegar, hati Aiys terkikis. "Key," kata Aiys sambil menghapus air mata yang mengalir di pipi Aiys.
"Jangan sedih," tambah Aiys.
Keysa hanya terdiam, dan masih meneteskan air mata.
"Masih ada ponsel, nanti kita video call, kita chattinggan," kata Aiys berusaha tegar.
Keysa masih diam, "Key," panggil Aiys lagi.
"Dua hari lagi Aiys disini, besok Aiys lomba, dan pergi ke desa lagi. Aiys mau hari ini jalan-jalan bareng Keysa," jujur Aiys.
Keysa teringat semua sifat dan sikap aneh Aiys belakangan ini, apalagi tadi. Ketika Aiys meminta Keysa menemani Aiys keliling sekolah. Mengingat itu, air mata Keysa kembali menetes. Keysa menyesal.
Melihat Keysa nangis lagi, Aiys heran. "Kenapa Key?" tanya Aiys cemas.
Keysa terdiam sejenak, "Maaf," kata yang terucap dari mulut Keysa.
Aiys heran, "Buat apa?" tanya Aiys.
"Maaf, aku tidak mau menemani keliling sekolah," jujur Keysa.
Aiys segera memeluk Keysa, "Tidak apa-apa," kata Aiys meneteskan air mata.
"Jadi jalan-jalanya?" tanya Keysa.
Aiys segera mengangguk cepat, "Yokk," semangat Aiys.
Keysa dan Aiys keluar dari cafe Janji Jiwa.
"Bagaimana mungkin aku bisa menolak kesempatan yang tersisa bersamamu," kata Keysa pelan.
Sekeras apapun lelaki akan luruh dihadapan wanita yang dicintainya
Aiys pulang ke rumah ketika kilauan orange bertumpuhan di langit biru. Seharian menghabiskan waktu bersama Keysa masih belum cukup baginya. Banyak barang yang di bawa Aiys pulang, bukan royal namun pemberian Keysa.
Aiys memandang cincin dengan gambar bunga matahari di jarinya, Aiys teringat Keysa. "Aiys, pakai dan jangan di lepas, setiap kali kamu rindu gue dekatkan cincin ini ke hatimu, dan itu juga akan aku lakukan," kata Keysa sembari memasang cincin yang sama dengan Aiys.
Aiys mulai melangkahkan kaki masuk ke rumahnya, Aiys pandangi, "Sepi dan sunyi," kata Aiys sendiri. Barang-barang milik keluarga Aiys sudah dipindahkan.
Aiys lihat mama, papa, dan kakaknya bercerita. Aiys segera menghampiri mereka.
"Anak Papa, bintangnya SMA," sambut papa dan langsung memeluk Aiys.
"Terimakasih Pa," senyum Aiys.
Setelah lepas dari papa, mama dan kakak Aiys segera bergantian memeluknya.
"Modus kamu kak," sebal Aiys.
Amel tertawa, "Tau ajamu, tapi aku senang kamu bisa dinobatkan sebagai bintang SMA. tidak galau lagi mu?" sindir Amel.
Aiys hanya diam tanpa niatan membalas, mendadak dirinya merasa lelah dan sangat membutuhkan kasur. Mengingat besok Aiys bakalan bertempur.
Aiys pamit terus berjalan ke kamarnya, sebelum Aiys melangkah mama memanggilnya lagi, "Aiys, lusa kita berangkat siang, pukul 13.15 WIB," kata mama.
Mendengar itu batin Aiys terasa tercabik, sebentar lagi Aiys akan meninggalkan kota penuh kenangan ini.
Aiys segera menoleh ke mama, "Oke siap, Ma," senyumnya.
Aiys hanya tidak mau mama dan papanya kepikiran tentang Aiys. Aiys selalu mencoba semangat dan menerima garis takdir hidupnya. Aiys segera mengisi data ponselnya, dari tadi siang ponselnya mati dan lupa bawa casaan ataupun powerbank. Sembari menunggu ponselnya terisi, Aiys membersihkan diri dan menata barang-barang yang ia beli bersama Keysa tadi. Titik fokus mata Aiys mengarah pada buku diarynya atau lebih tepatnya buku kumpulan puisi, cerpen, quotes yang Aiys tulis sendiri. Aiys emang suka menulis, sedari Taman kanak-kanak hingga saat ini Aiys sering ikut event kepenulisan. Aiys mulia menulis untaian hatinya,
Merangkak.. melangkah
Kupandang waktu berjalan
diam sesuai aturan
Tak ada rasa retak
Semua, tentang waktu
Waktu membawaku disini
Waktu menyudahi
Pertemuan ini,
Aku tak benci,
Aku tak marah,
Aku tak dendam
Waktu, terimakasih
Telah menggoreskan jejak
Aku, bersyukur
Aiys asyik menulis, setelah menyampaikan beberapa rasa Aiys ulang beberapa materi untuk memantapkan persiapan perangnya besok. Kertas guram di hadapan Aiys telah terisi penuh angka-angka dan tulisan. Aiys bersyukur bisa mengerjakan 30 soal malam ini. Aiys menggosok-gosok matanya, rasanya ada sesuatu yang menimpa. Aiys butuh tidur. Waktu Aiys berjalan menuju tempat tidur, Aiys pandanggi ponselnya. Ternyata sudah terisi penuh. Tidak tau kenapa ada Aiys pengen aja buka ponselnya, padahal rasa kantuknya sudah tidak bisa di tahan.
Aiys nyalakan ponselnya dan data. Memproses sebentar dan.. satu persatu pesan masuk di ponsel Aiys, membuat mata Aiys melotot terbuka lebar, "256 pesan belum terbaca," kaget Aiys. " 25 Juna, 3 Keysa, 5 Tasya, dan selebihnya grup, ada apa ini? Tanya Aiys sendiri.
Aiys segera membuka satu persatu pesan tersebut. Tidak tau kenapa, jari Aiys menekan di nama Juna terlebih dahulu.
[Aiys, aku pulang dulu]
[Aiys, udah pulang jalannya sama Keysa?]
[ALISYA]
Membaca pesan dari kak Juna menciptakan lengkungan di sudut bibir Aiys, Aiys tertawa. Baru tau Aiys kalau Juna bawel, namun Aiys bahagia.
Aiys berniat membalas pesan Juna,
[Iya, maaf baru balas]
[Aiys udah di rumah dari sore, ponsel Aiys kehabisan daya. Makanya baru bisa balas,]
Aiys menutup obrolan dengan Juna, segera Aiys alihkan ke pesan Keysa.
Membaca pesan dari Keysa membuat Aiys meneteskan air mata, sama halnya dengan Keysa. Aiys juga tidak sanggup sebenarnya pisah, pastinya nanti Aiys harus memulai semuanya dari nol. Masuk ke desa dan bahasa saja Aiys tidak tahu. Aiys menghapus air matanya, Aiys tutup pesan Keysa dan Aiys buka pesan kak Tasya. Tumben-tumbennya kak Tasya mengirimi Aiys pesan.
Aiys terdiam membaca pesan dari kak Tasya, ternyata kak Tasya selain cantik, pintar, juga sangat baik. Aiys telah mendengar gosip kalau Tasya suka sama Juna, bahkan sedari mereka SMP. Setelah membalas pesan Tasya Aiys membuka pesan-pesan di grupnya. Aiys membaca tanpa niatan membalas. Aiys kembali ke pesan Juna, tujuan Aiys kali ini soal-soal yang dikirim Juna. Aiys buka file soal satu persatu. Aiys lihat dan pahami model soal. Aiys tersenyum, model soal yang Aiys bahas tadi sama dengan yang dikirim Juna.
Aiys letakkan ponselnya di nakas, lalu pergi menyelami alam mimpi.
Semut yang kecil mampu meluluhkan ratakan musuh dengan kerjasamaAiys terbangun ketika mobil sekolah yang mereka naiki masuk ke halaman gedung yang megah dengan berbagai spanduk telah terpasang di depannya."SELAMAT DATANG PESERTA OLIMPIADE SAINS"Aiys masih mencoba mengumpulkan tenaganya dan baru menyadari Juna yang terlelap di bahunya. Aiys segera mengambil ponsel miliknya dan memfoto Juna, tidak satu malahan Aiys mengunakan berbagai filter di Instagram. Dari berbagai macam filter hewan hingga bunga digunakan Aiys."Aiys, bakalan rindu," bisik Aiys ke menatap foto mereka berdua.Sebelum mobil berhenti Aiys segera membangunkan Juna, "Juna, bangun," tepuk Aiys pelan.Juna segera membuka matanya dan terdiam mengumpulkan nyawanya. "Udah sampai ya?" Tanya Juna dengan mengamati sekeliling.Teman-temannya yang lain juga banyak yang tidur, hingga Bu Nita, "Anak-anak bangun, kita udah sampai," tepat ketika mobil udah berhenti.
Berikanlah yang terbaik di setiap kesempatanSemuanya semifinalis segera keluar dan berkumpul dengan kontingen mereka satu sekolah. Bu Anita memerintahkan untuk berkumpul di lantai satu tepatnya di tempat pembukaan tadi."Apapun itu, pasti yang terbaik. Sekarang istirahat dan makananlah setelah itu beribadah!" jelas Bu Nita.Mendengar cerita, syukur 9 bidang lomba yang diikuti semua masuk ke sesi dua.Juna makan siang berhadapan dengan Aiys, sedangkan Tasya sudah pergi bersama teman-temannya yang lain."Aku menang ya," kata Juna di sela makan bersama Aiys."Iya tau," jawab Aiys dengan senyum.Juna tersenyum, "Jadi bebas apapun nanti ya," kedipan mata Juna.Aiys merasa Juna sangat berbeda, Juna sekarang dengan Juna yang tadi lagi lomba. Namun Aiys bangga, Juna bisa memposisikan tempatnya.Aiys melotot menatap Juna, "Jangan aneh-aneh Jun."Juna malah tersenyum, "Bebas akulah," tawanya."Iiihh s
Kehidupan selalu punya misteri"Gedung ini, akan menjadi saksi bisu perjuangan Aiys, terimakasih," guman Aiys sendiri lalu segera masuk kedalam bus.Semuanya bahagia piala kejuaraan kembali mereka rebut setelah berpindah tangan ke SMA Garuda. Di dalam mobil berbagai lagu dinyanyikan dengan lantang lewat pengeras suara di depan. Aiys dan Juna ikut terbuai alunan lagu. Tidak sampai 30 menit bus yang tadinya sangat hiruk pikuk mendadak diam. Sudah banyak diantara mereka yang tidur dan segera bertemu dengan mimpi.Tidak tau mengapa, Aiys tidak mengantuk sama sekali. Aiys melihat Juna sekilas, masih dengan wajah dinginnya menatap ke depan.Juna menyadari di tatap Aiys, "Kenapa lihat-lihat, ntar suka," ledek Juna.Aiys segera membuang muka, "Tidak," katanya jutek.Juna mengalihkan pandangan ke Aiys, "Benar??" tanyanya dengan manja.Diperlakukan seperti itu Aiys malah makin ngambek, "Ya, aku minta maaf,"
Kenapa bumi ditakdirkan menemani matahari? Padahal mereka tidak bisa dipersatukan. Kenapa mereka terus dipaksa keadaan untuk bertemu tanpa bisa saling menggenggam? Apa gunanya kehangatan tanpa bisa memiliki? Sedang kita mengetahui, kehancuranlah akhir dari cerita mereka. Aku percaya, bumi tanpa mentari hanyalah kegelapan dalam ruang nyata. Meraba tanpa arah, melihat tanpa kejelasan, teka-teki tiada jawaban. Diantara banyaknya manusia dibumi ini, kenapa aku dipertemukan dengan kamu? Izinkan aku mengenalmu lebih dalam, walau aku tak yakin dengan rasa ini ~Alisya Cantara Benar, semua hiruk-pikuk dalam perjalanan waktu. Bergandenganlah tanpa melupakan bintang yang lebih bersinar! Benderanglah tanpa menyilaukan! Bersamalah tanpa berpisah dan datanglah tanpa pergi! Walau tak bisa saling memiliki ~ Farhan Sharique Zhafran
Bicara tentang jejak mengingatkan goresan Kutatap sekeliling, kilauan jingga menghiasi langit sore. Nampak jelas bayangan memantul pada genangan air. Sampai kapan aku akan terjebak labirin masa lalu? Sungguh, aku ingin melupakan, lelaki yang satu tahun belakangan menciptakan titik kenangan yang indah. Biasanya, habis hujan begini. Kak Daffa sering meneleponku sambil bilang, "Percayalah sayang. 99,9% hujan yang turun bukan air, tapi rasa rinduku padamu." Kak Daffa selalu berhasil membuat aku tersenyum, kisah yang kami ciptakan dengan jarak usia terpaut dua tahun membuat aku harus mengikhlaskannya. Dia lebih memilih melanjutkan studi di negara Jerman dan sudah dipastikan, aku tidak bisa menjalin hubungan jarak jauh. Hampir setengah jam aku melamun, menatap dengan tatapan kosong. Aku, Alisya Cantara remaja kecil berusia 16 tahun. Kenangan yang tercipta bersama kak Daffa begitu indah, bantu Aiys melupakan goresan jejak yang terlukis.
Semakin kuhapus, semakin timbul “Aiys, cepat! Nanti telat, ” panggil mamanya. “Iya Ma, bentar,” sahut Aiys. Aiys bergegas turun untuk serapan, “Ma, papa mana?” tanya Aiys tidak mendapatkan papanya di ruang makan. “Papa lagi keluar kota, penerbangan dini hari tadi,” jawab mama santai. “Emang papa jadi pindah kerja, Ma?” tanya Aiys lagi. Mama Aliana mendekat ke Aiys, “Belum pasti sayang,” ucapnya. “Ayo serapan cepat, nanti telat,” tambah mama Aliana sambil mengelus kelapa Aiys. Aiys masih memikirkan penyataan mamanya barusan, “Ayo makan, nanti telat,” perintah mama lagi. Aiys mempercepat geraknya, benar kata mamanya. Dia bias telat kalau terus memikirkan hal yang belum pasti. “Aiys berangkat dulu Ma,” pamit Aiys. “Hati-hati sayang,” Kata mama Aliana sambil memeluk tubuh Aiys. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri, Aiys tidak mengerti apa yang dijelaskan Bu Neni di depan. Papan tulis adala
Jika tak mampu, jangan berucap! Hari-hari berjalan mengikuti aturannya, tidak ada yang beda, tiap detiknya masih sama; tentang luka. Tidak ada yang berkesan, tidak ada yang istimewa. Hari-hari Aiys hanya di selimuti kenangan. Setiap tempat di kota ini mengisahkan jejak tentang Daffa. Tepat di cafe ini, tempat Aiys dan Daffa melepaskan sisa penat sehabis sekolah. Setiap pulang sekolah, selalu kesini. Tidak pernah bosan, padahal waktu istirahat selalu ketemu di sekolah. Aiys melangkahkan kaki, sekarang posisinya tepat di depannya. COFFE JANJI JIWA Aiys pandangi selagi lagi, tidak tau kenapa. Pikirannya mengarahkan kesini. Padahal Aiys sudah berniat tidak akan menginjak tempat ini lagi. Aku masih berperang dengan hati dan logika. Tubuhnya semakin kecil, terlihat jelas urat nadi berwarna hijau kebiruan. Tiga bulan ditinggal abang Daffa tanpa kabar membuat Aiys stress dan malas dalam semua kegiatan.
Untuk apa terkubur dalam kenang, jikalau ia tak mempedulikan Kerumunan dilihat dari atas, desak-desakan. Bel pulang berbunyi 10 menit yang lalu ditambah dengan pengumuman daftar ujian akhir semester. Tidak terbayang, begitu cepat Aiys lalui bertemu teman baru, sekolah baru, suasana baru, dan hati yang baru. Langkah kakinya terus bergerak, mengikuti alur yang dibuat tangga. Koridor sekolah sudah menyepi, ditatap Keysa yang sedang asyik dengan ponsel miliknya. Aiys buru-buru menuju madding sekolah hingga.. "Brakk.. bamm.." buku yang dibawa Pak Zardi berhamburan. "Aduh,," kata Aiys menegang kepala yang mendadak terasa pusing, namun segera ditepis cepat rasa itu, ada orang yang membutuhkan bantuannya. "Pak Zardi," pekik Aiys. Pak Hardi terduduk lemas di lantai, Aiys tidak tau seberapa keras tabrakannya hingga membuat pak Hardi lemas begini. "Keysa.." panggil Aiys. "KEYSAAAAA," panggilnya lagi, keysa asyik dengan po
Kehidupan selalu punya misteri"Gedung ini, akan menjadi saksi bisu perjuangan Aiys, terimakasih," guman Aiys sendiri lalu segera masuk kedalam bus.Semuanya bahagia piala kejuaraan kembali mereka rebut setelah berpindah tangan ke SMA Garuda. Di dalam mobil berbagai lagu dinyanyikan dengan lantang lewat pengeras suara di depan. Aiys dan Juna ikut terbuai alunan lagu. Tidak sampai 30 menit bus yang tadinya sangat hiruk pikuk mendadak diam. Sudah banyak diantara mereka yang tidur dan segera bertemu dengan mimpi.Tidak tau mengapa, Aiys tidak mengantuk sama sekali. Aiys melihat Juna sekilas, masih dengan wajah dinginnya menatap ke depan.Juna menyadari di tatap Aiys, "Kenapa lihat-lihat, ntar suka," ledek Juna.Aiys segera membuang muka, "Tidak," katanya jutek.Juna mengalihkan pandangan ke Aiys, "Benar??" tanyanya dengan manja.Diperlakukan seperti itu Aiys malah makin ngambek, "Ya, aku minta maaf,"
Berikanlah yang terbaik di setiap kesempatanSemuanya semifinalis segera keluar dan berkumpul dengan kontingen mereka satu sekolah. Bu Anita memerintahkan untuk berkumpul di lantai satu tepatnya di tempat pembukaan tadi."Apapun itu, pasti yang terbaik. Sekarang istirahat dan makananlah setelah itu beribadah!" jelas Bu Nita.Mendengar cerita, syukur 9 bidang lomba yang diikuti semua masuk ke sesi dua.Juna makan siang berhadapan dengan Aiys, sedangkan Tasya sudah pergi bersama teman-temannya yang lain."Aku menang ya," kata Juna di sela makan bersama Aiys."Iya tau," jawab Aiys dengan senyum.Juna tersenyum, "Jadi bebas apapun nanti ya," kedipan mata Juna.Aiys merasa Juna sangat berbeda, Juna sekarang dengan Juna yang tadi lagi lomba. Namun Aiys bangga, Juna bisa memposisikan tempatnya.Aiys melotot menatap Juna, "Jangan aneh-aneh Jun."Juna malah tersenyum, "Bebas akulah," tawanya."Iiihh s
Semut yang kecil mampu meluluhkan ratakan musuh dengan kerjasamaAiys terbangun ketika mobil sekolah yang mereka naiki masuk ke halaman gedung yang megah dengan berbagai spanduk telah terpasang di depannya."SELAMAT DATANG PESERTA OLIMPIADE SAINS"Aiys masih mencoba mengumpulkan tenaganya dan baru menyadari Juna yang terlelap di bahunya. Aiys segera mengambil ponsel miliknya dan memfoto Juna, tidak satu malahan Aiys mengunakan berbagai filter di Instagram. Dari berbagai macam filter hewan hingga bunga digunakan Aiys."Aiys, bakalan rindu," bisik Aiys ke menatap foto mereka berdua.Sebelum mobil berhenti Aiys segera membangunkan Juna, "Juna, bangun," tepuk Aiys pelan.Juna segera membuka matanya dan terdiam mengumpulkan nyawanya. "Udah sampai ya?" Tanya Juna dengan mengamati sekeliling.Teman-temannya yang lain juga banyak yang tidur, hingga Bu Nita, "Anak-anak bangun, kita udah sampai," tepat ketika mobil udah berhenti.
Benar, jika hati telah berkaitanBerjarak adalah malapetaka besarAiys berjalan keluar disusul Keysa, setelah pembagian rapor dan asyik berfoto. Aiys memandang dirinya lewat pantulan camera ponselnya."Tidak sampai 24 jam mahkota ini di kepala Aiys, dan aku harus melepaskanmu," kata Aiys sendiri sambil melihat mahkota yang terpasang cantik di kepalanya."Aiyss," panggil Keysa.Aiys kaget, ternyata Keysa sudah jauh meninggalkan dirinya. "Perasaan tadi aku yang duluan," kata Aiys sendiri.Aiys segera menyusul Keysa, "Aiys, katanya mau jalan. Ayoo," ajak Keysa cepat.Aiys memandang sekelilingnya, "Tunggu Key, Aiys mau ke ruang majelis guru bentar," katanya.Keysa berfikir sejenak, "Mau apa?" Tanyanya."Rahasia," kata Aiys tersenyum."Gue ikut," kata Keysa.Aiys berfikir sejenak, menaruh tangan di kepalanya. "Hmm,""Kenapa?" tanya Keysa lagi.Aiys segera menyatukan kedua telapak
Ujung dari perjuangaan, akan berakhir manisSekolah yang diimpikan sedari kecil akan ditinggal, Aiys menikmati setiap detik di sekolah ini. Tahlita dan Melati yang menemani Aiys dibuat geleng-geleng kepala oleh sikap Aiys. Kenapa tidak, Aiys memotret setiap inci sekolahnya."Semua siswa-siswa berkumpul di aula!!" pengumuman dari kantor."Aiys, ayoo ke aula," ajak Melati.Aiys memandang Melati dan Tahlita bergantian, masih ada satu tempat yang belum mereka jejaki. "Kolom renang, belum," kata Aiys pelan.Mata Tahlita langsung melotot memandang Aiys, "Aiys, benar kata Keysa, hanya 10 hari Aiys," kata Tahlita penuh penekanan.Aiys tidak mau, "Sekali ini," pinta Aiys.Tahlita mengalihkan pandangan ke Melati, "Gimana?" tanyanya.Melati mengangguk pertanda iya. Aiys memandangi sedari tadi, melihat Melati mengangguk. Aiys langsung memeluk kedua temannya itu, "Terimakasih," tambah Aiys.Tahlita hanya diam, sedangkan Mela
Biarkan membekas, jangan mencoba menghapusBiarkan abadi, dalam bingkai bernama kenanganHari berlalu, jam berganti, menit bertukar, dan detik berlari. Tiga hari lagi lomba, dan dihari ini Aiys sudah harus selesai semua packagingnya. Aiys pandanggi setiap sudut kamarnya. Kamar bernuansa putih dipadukan beberapa tanaman hijau asli atau organik."Selamat tinggal kamar," kata Aiys mencoba kuat.Aiys segera mengambil foto setiap kamarnya, tidak luput dengan dirinya ikut bersuah foto. Kamar Aiys sekarang mulai sepi, barang-barang Aiys ada yang di jual dan sebagian lagi sudah menuju kediaman barunya, yaitu di desa. Aiys masih berusaha menerima takdir, Aiys masih menganggap dirinya bermimpi. Namun setiap kali Aiys berpikiran itu, Aiys segera berusa menyadarkan dirinya."Aiys semangat," katanya sendiri dengan mata berkaca.Aiys telusuri setiap sudut kamarnya, masih tersisa beberapa foto disana. Aiys pandanggi satu persatu."
Layaknya secangkir kopiAkan manis jika gula dan kopinya menyatu dalam satu larutan namun akan hambar jika kedua hal tersebut berdampingan namun tidak menyatu.Aiys setengah berlari keluar dari kamarnya, kenapa Aiys bisa ketiduran. Pasti Juna lama menunggu Aiys. Dari tangga Aiys dapat melihat jelas Juna bicara bersama mamanya."Maaf ," sesampainya Aiys di ruang tamu. "Udah lama?" tanya Aiys."Kamu, udah 2 jam Juna nungguin kamu," omel mama."DUA JAM?" pekik Aiys dan matanya melotot."Ya," jawab mama santai, sedangkan Juna hanya tersenyum."Mama, kenapa tidak bangunin Aiys dari tadi??" rengeknya."Dilarang Juna," kata mama sambil tertawa.Aiys langsung mengalihkan pandangannya ke Juna, "Junaaa," kata Aiys dengan nada yang berbeda.Juna tidak menjawab, ia lebih memilih diam dan tetap tersenyum."Jun," sapa Aiys lagi.Juna langsung menatap Aiys, "Jadi?" tanyanya mengangkat satu alis.
Dedaunan yang gugur menciptakan kehidupan baruAiys berjalan keluar ruangan ujian dengan senyum kebahagiaannya, masa-masa ujianpun selesai."Akhirnya," sambil memeluk Keysa yang tadinya duluan keluar.Dari arah lain, Juna melangkah dengan sebuket bunga yang ia genggam."Bentar lagi, bunga ini akan berpindah tangan. Semoga kamu suka," bisiknya dalam hati.Aiys bahagia kali, rasanya beban yang ia pikul terlepaskan. Malamnya Aiys bisa tidur nyenyak, biasanya hanya tidur dua sampai tiga jam. Tekad dan target harus di capai, begitulah Alisya."Malam nanti, gue bisa tidur nyenyak," tawanya pada Keysa."Lu nya kali, yang terlalu ambil pusing soal ujian," dingin Keysa.Aiys memandang tajam Keysa seketika, "Keysa, Alisya sudah kembali," dengan gayanya sok imut."Iyaa, syukur," balas Keysa dengan sedikit tawanya, lalu Keysa mengalihkan pandangannya ke belakang."Aiys, Aiys," heboh Keysa.Aiys masih fokus pad
Rumus dan trik, dua istilah kunci kemudahan Aiys segera siap-siap untuk berangkat sekolah, melihat dirinya sekilas dari pantulan cermin sambil tersenyum. "Aiys, bisa," katanya. [Aku udah di depan,] pesan Juna. Mendengar nada ponsel, Aiys segera mengambil dan melihatnya, ternyata dari Juna. "Aiys," panggil mama. Aiys segera membuka pintu dan menampilkan senyum terindah miliknya. "Bahagia kali anakku, apa kerana berangkat bareng? Huummz," Mama memeluk tubuh Aiys, sambil tersenyum. "Juna, Ma" bela Aiys. "Ooo, Juna namanya," Senyum mama, menggoda Aiys. "Mama," rengek Aiys. "Kesana gih, kesian Junanya," suruh mama. Aiys mencium sekilas pipi mamanya lalu segera menghampiri Juna. "Maaf, menunggu," senyum aiys. "Santai saja," jawab Juna. "Udah siap?" tanya Juna lagi. "Udah, yok," ajak Aiys sambil berjalan. "Ma, kita berangkat dulu,"