Beranda / Fiksi Remaja / Alisya / 3 – Melapaskan

Share

3 – Melapaskan

Penulis: Taaa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-10 22:07:49

Jika tak mampu, jangan berucap!

Hari-hari berjalan mengikuti aturannya, tidak ada yang beda, tiap detiknya masih sama; tentang luka. Tidak ada yang berkesan, tidak ada yang istimewa. Hari-hari Aiys hanya di selimuti kenangan. Setiap tempat di kota ini mengisahkan jejak tentang  Daffa. Tepat di cafe ini, tempat Aiys dan Daffa melepaskan sisa penat sehabis sekolah. Setiap pulang sekolah, selalu kesini. Tidak pernah bosan, padahal waktu istirahat selalu ketemu di sekolah.

Aiys melangkahkan kaki, sekarang posisinya tepat di depannya.

COFFE JANJI JIWA

Aiys pandangi selagi lagi, tidak tau kenapa. Pikirannya mengarahkan kesini. Padahal Aiys sudah berniat tidak akan menginjak tempat ini lagi.

Aku masih berperang dengan hati dan logika.

Tubuhnya semakin kecil, terlihat jelas urat nadi berwarna hijau kebiruan.

Tiga bulan ditinggal abang Daffa tanpa kabar membuat Aiys stress dan malas dalam semua kegiatan.

Setelah lama berdiam, Aiys putuskan masuk ke dalam tempat seribu satu kenangan ini.

"Udah lama tidak kesini, Aiys" sapa salah satu Barista.

Aiys hanya terdiam, sambil mengulas senyum kecil. Pada umumnya Barista disini mengenalnya. Gimana tidak, Aiys sering kesini dulunya.

"Sehat kan, kenapa bengong?" tanyanya lagi.

"Eh.. iya.. itu.. tidak ada bang," jawab Aiys kikuk.

Tatapan Aiys mengarah pada meja A2. Meja yang selalu diduduki kalau bersama Daffa. Bahkan rela menunggu agar bisa duduk disana.

Tidak tau mengapa, langkah kakinya mengarah kesana. Aiys duduk diam di kursi berwana hitam mengkilat dengan bertumpu tangan. Ada deretan menu yang setia menunggu untuk di pesan. Dipandangi, cermati, dan terdiam. Alunan lagu, menemani sepinya. Aiys terdiam, lagu yang diputar sangat menelisik hatinya.

"Aku, kali," kata Aiys lirih.

"Apa Aiys? Jadi minum apa?"

Bahkan Aiys tidak menyadari kehadiran Barista di sampingnya.

"Biasa saja Bang, Hojicha"

"Oke," sambil menulis pesanan.

Aiys hanya mengangguk pelan.

"Tumben sendiri, Mana Daffa?"

Aiys terkejut, sudah tiga bulan tidak kesini dan mereka masih sangat ingat Aiys.

Tanpa disadari, mata Aiys mulai berkaca-kaca. Ya tuhan kenapa ini?

Coffe yang dipesan sudah datang. Aiys meraih, menusukan sedotan, dan mengaduknya. Biasanya, kak Daffa selalu bilang.

***

Aiys mengambil alih Coffe Daffa,

"Aiys," tegur Daffa.

Aiys hanya nyengir tidak jelas, Aiys tau betul Daffa bakalan melarangnya sembari berkata.

"Aiys, jangan pesan yang bergula. Nanti kakak obesitas. Cukup, minum sambil melihatmu," sambil menatap dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Baru Aiys mau ngomong gitu, hehehe," tawa Aiys.

Daffa langsung mengacak rambut Aiys.

"Kak Daf, berantakan rambut Aiys. Rapikan kembali!" rajuknya.

***

"Aiys, rindu kak Daffa. Kak Daffa apa kabar? Kenapa menjauh? Aiys memutuskan hubungan bukan berarti memutuskan silahturahmi. Kak Daffa, kenapa kakak menghilang begitu aja?" Tanya Aiys bermonolog sendiri.

"Kakak udah berjanji akan selalu bersama Aiys seperti janji jiwa ini, kenapa kakak mengingkarinya kak? Kenapa kak? Kenapa?"

Diaduk lagi minuman di depan,

"Kenapa hambar, apa karena kak Daffa tidak disini?” tanya Aiys.

"Hmms," Aiys tersenyum kecil.

Pantas ini hambar, minuman ini tau kali dengan kehidupanny. Tanpa kak Daffa, HAMBAR.

***

[Aiys, kakak udah di depan rumah.] suara Daffa.

Aiys melangkahkan kaki keluar. Ternyata kak Daffa telah samapi dan lagi mengobrol bersama mama di ruang tamu. Senyumnya tak henti-hentinya pudar. Aiys yakin. Bisa mengalahkan sinar matahari saking cerianya.

"Pagi kak, udah lama ya?" sapa Aiys.

"Pagi, baru juga sampai" jawab kak Daffa.

Aiys dan Daffa langsung berpamitan, rencananya weekend ini mereka akan menghabiskan waktu bersama. Udah hampir satu bulan Aiys dan Daffa tidak jalan berdua dikarenakan Daffa sibuk dengan ujian dan persiapan ke Jerman, tidak hanya jalan berdua tapi semuanya, setelah pengumuman kelulusan Daffa semua berubah, di sekolah jarang ketemu, kasih kabarpun tidak.

"Aiys, sebal," kata Aiys memecahkan keheningan yang tercipta sedari tadi.

"Kenapa sayang?" tanya Daffa tenang.

Aiys tatap lekat Daffa, hingga Daffa menepikan mobil.

Mata Aiys sudah berkaca-kaca tidak tahan dengan sikap Daffa belakangan ini.

"Sayang, kita mau jalan," tambah Daffa.

Aiys hanya diam, tanpa disadari Aiys menangis.

Daffa segera menghapus air mata Aiys dengan jarinya, lembut.

"Sayang, maaf," tuturnya lagi.

Aiys masih diam, memproses semua kata yang masuk.

“Maaf,” ulang Aiys kecil.

"Kita udah jalan satu tahun sayang, kenapa begini?" menatap Aiys lekat.

Mata Aiys terasa perih, tanpa ia sadari bulir bening mengalir di pipinya.

"Sayang," bujuk Daffa lagi.

"Kakak akan selalu di samping Aiys," kata Aiys pelan.

"Kenapa jarang kabari, Aiys?" tanya Aiys dalam isakan.

"Maaf sayang, maaf," balas Daffa.

“Maaf saja tidak cukup,” jawab Aiys.

Daffa hanya terdiam membisu, mendengarkan semua perkataan Aiys sambil menautkan jemari mereka berdua.

Percayalah

Akan kukaitkan jemari ini

Tak akan kubiarkan air matamu lolos kembali...

Tak akan kubiarkan kamu jauh...

Daffa kembali melajukan mobil. Tujuan mereka tanam kota, menghabiskan waktu berdua. Kabarnya disana lagi ada pameran Contemporary Art and Design (CAD).

Setelah lelah menghabiskan waktu di tanam, tujuan Daffa dan Aiys adalah coffe favorit mereka dekat sekolah. Tidak pernah ada rasa bosan bagi mereka berdua.

Aiys dan Daffa segera duduk ditempat biasa, A2 baginya A2 sangat berati.

A yang berati 1 dan 2 Aiys dan Daffa.

Dua orang yang disatukan

Aiys selalu memesankan Daffa coffe Hojicha manis, dan Daffa selalu sebal sambil berkata, “Cukup melihat Aiys. Coffe pahit seketika menjadi manis.”

Coffe dan cemilan yang mereka pesan, datang juga.  

Mereka makan dengan khidmat, sesekali disertai obrolan kecil.

"Sayang," panggil Daffa ketika Aiys selesai memakan cemilan.

"Iya," jawab Aiys.

Mereka terdiam, padangannya bertemu satu titik.

Di tatapnya Aiys lekat. Tatapan yang sulit diartikan.

"Sayang, ada hal serius yang mau kakak bicarakan," tutur Daffa.

"Apa, kak?" tanya Aiys mencoba tenang.

"Dua minggu lagi, kita bakalan L.."

"Jangan, jangan lanjutkan," sembari menunduk. Aiys yakin, sekarang matanya sedang tidak baik-baik saja.

"Aiys, kakak belum tau gimananya disana, maaf kalau nantinya bakalan sulit kasih kabar."

Aiys mencerna satu persatu kata yang keluar dari mulut Daffa, lagi dan lagi, air matanya berhasil menembus pertahanan Aiys.

"Sayang, kita bisa LDR," bujuk Daffa.

"TIDAK!" tegas Aiys.

“Tidak mungkin, tidak ada yang berhasil dalam LDR,” tambah Aiys sambil menangis.

Banyak mata yang menatap mereka.

Aiys berdiri, "Aiys, tidak bias,” kata Aiys sambil menangis.

Daffa telah kasih kode dengan jarang kasih kabar. Dada Aiys terasa sesak. Dengan mata berkaca dan pernafasan yang belum teratur,

"Kak, maaf cukup!"

Daffa dengan prinsipnya, perempuan sulit dimengerti.

Aiys tatap Daffa, "Cukup sampai disini, biarkan aku pergi," kata Aiys lalu pergi.

Daffa menunduk, Aiys segera keluar dari warung Coffe Janji Jiwa ditemani air mata sambil berlari.

Daffa yang menyadari Aiys pergi, segera berlari mengejar Aiys.

"Daf, bayar!" Kata Afran salah satu barista.

Daffa segera mengambil dompetnya dan menaruh begitu saja di meja kasir.

Dari kejauhan Aiys lihat Daffa yang mengejarnya, segera dihentikan Taxi yang lewat.

"Kenapa penuh semua?" tanya Aiys sambil panik.

Ditengok ke belakang, Daffa sudah hampir sampai di posisinya saat ini.

Ditik-detik terakhir ada sebuah Taxi yang berhenti, Aiys segera masuk dan mengarahkan supir Taxi melaju cepat.

Mungkin ini yang terbaik,

Mengikhlaskan kamu, pergi

Meraih Cita. 

“Maaf. Aiys, sayang kak Daffa,” ucap Aiys dalam Taxi sambil memegang dadanya yang sesak.

***

Semenjak kejadian itu, Daffa tidak lagi menghubungi Aiys. Semua memori bersama Daffa masih melekat di ingatan Aiys.

“Untuk apa Aiys terus memikirkan Daffa?” tanya Aiys sendiri

"Aiys KUAT,"

"Aiys Bisa,"

Hidup pilihan

Aku yang pergi, bukan ia

Jangan merasa bersalah

Hargai keputusanmu!

Aiys keluar dari coffe Janji Jiwa ketika kilauan senja menyambut, awan putih yang ditumpahkan kilauan orange, menakjubkan.

Bab terkait

  • Alisya   4 - Bangkit

    Untuk apa terkubur dalam kenang, jikalau ia tak mempedulikan Kerumunan dilihat dari atas, desak-desakan. Bel pulang berbunyi 10 menit yang lalu ditambah dengan pengumuman daftar ujian akhir semester. Tidak terbayang, begitu cepat Aiys lalui bertemu teman baru, sekolah baru, suasana baru, dan hati yang baru. Langkah kakinya terus bergerak, mengikuti alur yang dibuat tangga. Koridor sekolah sudah menyepi, ditatap Keysa yang sedang asyik dengan ponsel miliknya. Aiys buru-buru menuju madding sekolah hingga.. "Brakk.. bamm.." buku yang dibawa Pak Zardi berhamburan. "Aduh,," kata Aiys menegang kepala yang mendadak terasa pusing, namun segera ditepis cepat rasa itu, ada orang yang membutuhkan bantuannya. "Pak Zardi," pekik Aiys. Pak Hardi terduduk lemas di lantai, Aiys tidak tau seberapa keras tabrakannya hingga membuat pak Hardi lemas begini. "Keysa.." panggil Aiys. "KEYSAAAAA," panggilnya lagi, keysa asyik dengan po

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-10
  • Alisya   5 - Fisika dan Juna

    Rumus dan trik, dua istilah kunci kemudahan Aiys segera siap-siap untuk berangkat sekolah, melihat dirinya sekilas dari pantulan cermin sambil tersenyum. "Aiys, bisa," katanya. [Aku udah di depan,] pesan Juna. Mendengar nada ponsel, Aiys segera mengambil dan melihatnya, ternyata dari Juna. "Aiys," panggil mama. Aiys segera membuka pintu dan menampilkan senyum terindah miliknya. "Bahagia kali anakku, apa kerana berangkat bareng? Huummz," Mama memeluk tubuh Aiys, sambil tersenyum. "Juna, Ma" bela Aiys. "Ooo, Juna namanya," Senyum mama, menggoda Aiys. "Mama," rengek Aiys. "Kesana gih, kesian Junanya," suruh mama. Aiys mencium sekilas pipi mamanya lalu segera menghampiri Juna. "Maaf, menunggu," senyum aiys. "Santai saja," jawab Juna. "Udah siap?" tanya Juna lagi. "Udah, yok," ajak Aiys sambil berjalan. "Ma, kita berangkat dulu,"

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-10
  • Alisya   6 – Lembaran Baru?

    Dedaunan yang gugur menciptakan kehidupan baruAiys berjalan keluar ruangan ujian dengan senyum kebahagiaannya, masa-masa ujianpun selesai."Akhirnya," sambil memeluk Keysa yang tadinya duluan keluar.Dari arah lain, Juna melangkah dengan sebuket bunga yang ia genggam."Bentar lagi, bunga ini akan berpindah tangan. Semoga kamu suka," bisiknya dalam hati.Aiys bahagia kali, rasanya beban yang ia pikul terlepaskan. Malamnya Aiys bisa tidur nyenyak, biasanya hanya tidur dua sampai tiga jam. Tekad dan target harus di capai, begitulah Alisya."Malam nanti, gue bisa tidur nyenyak," tawanya pada Keysa."Lu nya kali, yang terlalu ambil pusing soal ujian," dingin Keysa.Aiys memandang tajam Keysa seketika, "Keysa, Alisya sudah kembali," dengan gayanya sok imut."Iyaa, syukur," balas Keysa dengan sedikit tawanya, lalu Keysa mengalihkan pandangannya ke belakang."Aiys, Aiys," heboh Keysa.Aiys masih fokus pad

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-14
  • Alisya   7 - Kepindahan

    Layaknya secangkir kopiAkan manis jika gula dan kopinya menyatu dalam satu larutan namun akan hambar jika kedua hal tersebut berdampingan namun tidak menyatu.Aiys setengah berlari keluar dari kamarnya, kenapa Aiys bisa ketiduran. Pasti Juna lama menunggu Aiys. Dari tangga Aiys dapat melihat jelas Juna bicara bersama mamanya."Maaf ," sesampainya Aiys di ruang tamu. "Udah lama?" tanya Aiys."Kamu, udah 2 jam Juna nungguin kamu," omel mama."DUA JAM?" pekik Aiys dan matanya melotot."Ya," jawab mama santai, sedangkan Juna hanya tersenyum."Mama, kenapa tidak bangunin Aiys dari tadi??" rengeknya."Dilarang Juna," kata mama sambil tertawa.Aiys langsung mengalihkan pandangannya ke Juna, "Junaaa," kata Aiys dengan nada yang berbeda.Juna tidak menjawab, ia lebih memilih diam dan tetap tersenyum."Jun," sapa Aiys lagi.Juna langsung menatap Aiys, "Jadi?" tanyanya mengangkat satu alis.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-08
  • Alisya   8 - Menuju Perpisahan

    Biarkan membekas, jangan mencoba menghapusBiarkan abadi, dalam bingkai bernama kenanganHari berlalu, jam berganti, menit bertukar, dan detik berlari. Tiga hari lagi lomba, dan dihari ini Aiys sudah harus selesai semua packagingnya. Aiys pandanggi setiap sudut kamarnya. Kamar bernuansa putih dipadukan beberapa tanaman hijau asli atau organik."Selamat tinggal kamar," kata Aiys mencoba kuat.Aiys segera mengambil foto setiap kamarnya, tidak luput dengan dirinya ikut bersuah foto. Kamar Aiys sekarang mulai sepi, barang-barang Aiys ada yang di jual dan sebagian lagi sudah menuju kediaman barunya, yaitu di desa. Aiys masih berusaha menerima takdir, Aiys masih menganggap dirinya bermimpi. Namun setiap kali Aiys berpikiran itu, Aiys segera berusa menyadarkan dirinya."Aiys semangat," katanya sendiri dengan mata berkaca.Aiys telusuri setiap sudut kamarnya, masih tersisa beberapa foto disana. Aiys pandanggi satu persatu."

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-08
  • Alisya   9 - Bintang

    Ujung dari perjuangaan, akan berakhir manisSekolah yang diimpikan sedari kecil akan ditinggal, Aiys menikmati setiap detik di sekolah ini. Tahlita dan Melati yang menemani Aiys dibuat geleng-geleng kepala oleh sikap Aiys. Kenapa tidak, Aiys memotret setiap inci sekolahnya."Semua siswa-siswa berkumpul di aula!!" pengumuman dari kantor."Aiys, ayoo ke aula," ajak Melati.Aiys memandang Melati dan Tahlita bergantian, masih ada satu tempat yang belum mereka jejaki. "Kolom renang, belum," kata Aiys pelan.Mata Tahlita langsung melotot memandang Aiys, "Aiys, benar kata Keysa, hanya 10 hari Aiys," kata Tahlita penuh penekanan.Aiys tidak mau, "Sekali ini," pinta Aiys.Tahlita mengalihkan pandangan ke Melati, "Gimana?" tanyanya.Melati mengangguk pertanda iya. Aiys memandangi sedari tadi, melihat Melati mengangguk. Aiys langsung memeluk kedua temannya itu, "Terimakasih," tambah Aiys.Tahlita hanya diam, sedangkan Mela

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-08
  • Alisya   10 - Selamat Tinggal sahabat

    Benar, jika hati telah berkaitanBerjarak adalah malapetaka besarAiys berjalan keluar disusul Keysa, setelah pembagian rapor dan asyik berfoto. Aiys memandang dirinya lewat pantulan camera ponselnya."Tidak sampai 24 jam mahkota ini di kepala Aiys, dan aku harus melepaskanmu," kata Aiys sendiri sambil melihat mahkota yang terpasang cantik di kepalanya."Aiyss," panggil Keysa.Aiys kaget, ternyata Keysa sudah jauh meninggalkan dirinya. "Perasaan tadi aku yang duluan," kata Aiys sendiri.Aiys segera menyusul Keysa, "Aiys, katanya mau jalan. Ayoo," ajak Keysa cepat.Aiys memandang sekelilingnya, "Tunggu Key, Aiys mau ke ruang majelis guru bentar," katanya.Keysa berfikir sejenak, "Mau apa?" Tanyanya."Rahasia," kata Aiys tersenyum."Gue ikut," kata Keysa.Aiys berfikir sejenak, menaruh tangan di kepalanya. "Hmm,""Kenapa?" tanya Keysa lagi.Aiys segera menyatukan kedua telapak

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-08
  • Alisya   11 - Perlombaan

    Semut yang kecil mampu meluluhkan ratakan musuh dengan kerjasamaAiys terbangun ketika mobil sekolah yang mereka naiki masuk ke halaman gedung yang megah dengan berbagai spanduk telah terpasang di depannya."SELAMAT DATANG PESERTA OLIMPIADE SAINS"Aiys masih mencoba mengumpulkan tenaganya dan baru menyadari Juna yang terlelap di bahunya. Aiys segera mengambil ponsel miliknya dan memfoto Juna, tidak satu malahan Aiys mengunakan berbagai filter di Instagram. Dari berbagai macam filter hewan hingga bunga digunakan Aiys."Aiys, bakalan rindu," bisik Aiys ke menatap foto mereka berdua.Sebelum mobil berhenti Aiys segera membangunkan Juna, "Juna, bangun," tepuk Aiys pelan.Juna segera membuka matanya dan terdiam mengumpulkan nyawanya. "Udah sampai ya?" Tanya Juna dengan mengamati sekeliling.Teman-temannya yang lain juga banyak yang tidur, hingga Bu Nita, "Anak-anak bangun, kita udah sampai," tepat ketika mobil udah berhenti.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-08

Bab terbaru

  • Alisya   13 - Juna

    Kehidupan selalu punya misteri"Gedung ini, akan menjadi saksi bisu perjuangan Aiys, terimakasih," guman Aiys sendiri lalu segera masuk kedalam bus.Semuanya bahagia piala kejuaraan kembali mereka rebut setelah berpindah tangan ke SMA Garuda. Di dalam mobil berbagai lagu dinyanyikan dengan lantang lewat pengeras suara di depan. Aiys dan Juna ikut terbuai alunan lagu. Tidak sampai 30 menit bus yang tadinya sangat hiruk pikuk mendadak diam. Sudah banyak diantara mereka yang tidur dan segera bertemu dengan mimpi.Tidak tau mengapa, Aiys tidak mengantuk sama sekali. Aiys melihat Juna sekilas, masih dengan wajah dinginnya menatap ke depan.Juna menyadari di tatap Aiys, "Kenapa lihat-lihat, ntar suka," ledek Juna.Aiys segera membuang muka, "Tidak," katanya jutek.Juna mengalihkan pandangan ke Aiys, "Benar??" tanyanya dengan manja.Diperlakukan seperti itu Aiys malah makin ngambek, "Ya, aku minta maaf,"

  • Alisya   12 - Medan Juang

    Berikanlah yang terbaik di setiap kesempatanSemuanya semifinalis segera keluar dan berkumpul dengan kontingen mereka satu sekolah. Bu Anita memerintahkan untuk berkumpul di lantai satu tepatnya di tempat pembukaan tadi."Apapun itu, pasti yang terbaik. Sekarang istirahat dan makananlah setelah itu beribadah!" jelas Bu Nita.Mendengar cerita, syukur 9 bidang lomba yang diikuti semua masuk ke sesi dua.Juna makan siang berhadapan dengan Aiys, sedangkan Tasya sudah pergi bersama teman-temannya yang lain."Aku menang ya," kata Juna di sela makan bersama Aiys."Iya tau," jawab Aiys dengan senyum.Juna tersenyum, "Jadi bebas apapun nanti ya," kedipan mata Juna.Aiys merasa Juna sangat berbeda, Juna sekarang dengan Juna yang tadi lagi lomba. Namun Aiys bangga, Juna bisa memposisikan tempatnya.Aiys melotot menatap Juna, "Jangan aneh-aneh Jun."Juna malah tersenyum, "Bebas akulah," tawanya."Iiihh s

  • Alisya   11 - Perlombaan

    Semut yang kecil mampu meluluhkan ratakan musuh dengan kerjasamaAiys terbangun ketika mobil sekolah yang mereka naiki masuk ke halaman gedung yang megah dengan berbagai spanduk telah terpasang di depannya."SELAMAT DATANG PESERTA OLIMPIADE SAINS"Aiys masih mencoba mengumpulkan tenaganya dan baru menyadari Juna yang terlelap di bahunya. Aiys segera mengambil ponsel miliknya dan memfoto Juna, tidak satu malahan Aiys mengunakan berbagai filter di Instagram. Dari berbagai macam filter hewan hingga bunga digunakan Aiys."Aiys, bakalan rindu," bisik Aiys ke menatap foto mereka berdua.Sebelum mobil berhenti Aiys segera membangunkan Juna, "Juna, bangun," tepuk Aiys pelan.Juna segera membuka matanya dan terdiam mengumpulkan nyawanya. "Udah sampai ya?" Tanya Juna dengan mengamati sekeliling.Teman-temannya yang lain juga banyak yang tidur, hingga Bu Nita, "Anak-anak bangun, kita udah sampai," tepat ketika mobil udah berhenti.

  • Alisya   10 - Selamat Tinggal sahabat

    Benar, jika hati telah berkaitanBerjarak adalah malapetaka besarAiys berjalan keluar disusul Keysa, setelah pembagian rapor dan asyik berfoto. Aiys memandang dirinya lewat pantulan camera ponselnya."Tidak sampai 24 jam mahkota ini di kepala Aiys, dan aku harus melepaskanmu," kata Aiys sendiri sambil melihat mahkota yang terpasang cantik di kepalanya."Aiyss," panggil Keysa.Aiys kaget, ternyata Keysa sudah jauh meninggalkan dirinya. "Perasaan tadi aku yang duluan," kata Aiys sendiri.Aiys segera menyusul Keysa, "Aiys, katanya mau jalan. Ayoo," ajak Keysa cepat.Aiys memandang sekelilingnya, "Tunggu Key, Aiys mau ke ruang majelis guru bentar," katanya.Keysa berfikir sejenak, "Mau apa?" Tanyanya."Rahasia," kata Aiys tersenyum."Gue ikut," kata Keysa.Aiys berfikir sejenak, menaruh tangan di kepalanya. "Hmm,""Kenapa?" tanya Keysa lagi.Aiys segera menyatukan kedua telapak

  • Alisya   9 - Bintang

    Ujung dari perjuangaan, akan berakhir manisSekolah yang diimpikan sedari kecil akan ditinggal, Aiys menikmati setiap detik di sekolah ini. Tahlita dan Melati yang menemani Aiys dibuat geleng-geleng kepala oleh sikap Aiys. Kenapa tidak, Aiys memotret setiap inci sekolahnya."Semua siswa-siswa berkumpul di aula!!" pengumuman dari kantor."Aiys, ayoo ke aula," ajak Melati.Aiys memandang Melati dan Tahlita bergantian, masih ada satu tempat yang belum mereka jejaki. "Kolom renang, belum," kata Aiys pelan.Mata Tahlita langsung melotot memandang Aiys, "Aiys, benar kata Keysa, hanya 10 hari Aiys," kata Tahlita penuh penekanan.Aiys tidak mau, "Sekali ini," pinta Aiys.Tahlita mengalihkan pandangan ke Melati, "Gimana?" tanyanya.Melati mengangguk pertanda iya. Aiys memandangi sedari tadi, melihat Melati mengangguk. Aiys langsung memeluk kedua temannya itu, "Terimakasih," tambah Aiys.Tahlita hanya diam, sedangkan Mela

  • Alisya   8 - Menuju Perpisahan

    Biarkan membekas, jangan mencoba menghapusBiarkan abadi, dalam bingkai bernama kenanganHari berlalu, jam berganti, menit bertukar, dan detik berlari. Tiga hari lagi lomba, dan dihari ini Aiys sudah harus selesai semua packagingnya. Aiys pandanggi setiap sudut kamarnya. Kamar bernuansa putih dipadukan beberapa tanaman hijau asli atau organik."Selamat tinggal kamar," kata Aiys mencoba kuat.Aiys segera mengambil foto setiap kamarnya, tidak luput dengan dirinya ikut bersuah foto. Kamar Aiys sekarang mulai sepi, barang-barang Aiys ada yang di jual dan sebagian lagi sudah menuju kediaman barunya, yaitu di desa. Aiys masih berusaha menerima takdir, Aiys masih menganggap dirinya bermimpi. Namun setiap kali Aiys berpikiran itu, Aiys segera berusa menyadarkan dirinya."Aiys semangat," katanya sendiri dengan mata berkaca.Aiys telusuri setiap sudut kamarnya, masih tersisa beberapa foto disana. Aiys pandanggi satu persatu."

  • Alisya   7 - Kepindahan

    Layaknya secangkir kopiAkan manis jika gula dan kopinya menyatu dalam satu larutan namun akan hambar jika kedua hal tersebut berdampingan namun tidak menyatu.Aiys setengah berlari keluar dari kamarnya, kenapa Aiys bisa ketiduran. Pasti Juna lama menunggu Aiys. Dari tangga Aiys dapat melihat jelas Juna bicara bersama mamanya."Maaf ," sesampainya Aiys di ruang tamu. "Udah lama?" tanya Aiys."Kamu, udah 2 jam Juna nungguin kamu," omel mama."DUA JAM?" pekik Aiys dan matanya melotot."Ya," jawab mama santai, sedangkan Juna hanya tersenyum."Mama, kenapa tidak bangunin Aiys dari tadi??" rengeknya."Dilarang Juna," kata mama sambil tertawa.Aiys langsung mengalihkan pandangannya ke Juna, "Junaaa," kata Aiys dengan nada yang berbeda.Juna tidak menjawab, ia lebih memilih diam dan tetap tersenyum."Jun," sapa Aiys lagi.Juna langsung menatap Aiys, "Jadi?" tanyanya mengangkat satu alis.

  • Alisya   6 – Lembaran Baru?

    Dedaunan yang gugur menciptakan kehidupan baruAiys berjalan keluar ruangan ujian dengan senyum kebahagiaannya, masa-masa ujianpun selesai."Akhirnya," sambil memeluk Keysa yang tadinya duluan keluar.Dari arah lain, Juna melangkah dengan sebuket bunga yang ia genggam."Bentar lagi, bunga ini akan berpindah tangan. Semoga kamu suka," bisiknya dalam hati.Aiys bahagia kali, rasanya beban yang ia pikul terlepaskan. Malamnya Aiys bisa tidur nyenyak, biasanya hanya tidur dua sampai tiga jam. Tekad dan target harus di capai, begitulah Alisya."Malam nanti, gue bisa tidur nyenyak," tawanya pada Keysa."Lu nya kali, yang terlalu ambil pusing soal ujian," dingin Keysa.Aiys memandang tajam Keysa seketika, "Keysa, Alisya sudah kembali," dengan gayanya sok imut."Iyaa, syukur," balas Keysa dengan sedikit tawanya, lalu Keysa mengalihkan pandangannya ke belakang."Aiys, Aiys," heboh Keysa.Aiys masih fokus pad

  • Alisya   5 - Fisika dan Juna

    Rumus dan trik, dua istilah kunci kemudahan Aiys segera siap-siap untuk berangkat sekolah, melihat dirinya sekilas dari pantulan cermin sambil tersenyum. "Aiys, bisa," katanya. [Aku udah di depan,] pesan Juna. Mendengar nada ponsel, Aiys segera mengambil dan melihatnya, ternyata dari Juna. "Aiys," panggil mama. Aiys segera membuka pintu dan menampilkan senyum terindah miliknya. "Bahagia kali anakku, apa kerana berangkat bareng? Huummz," Mama memeluk tubuh Aiys, sambil tersenyum. "Juna, Ma" bela Aiys. "Ooo, Juna namanya," Senyum mama, menggoda Aiys. "Mama," rengek Aiys. "Kesana gih, kesian Junanya," suruh mama. Aiys mencium sekilas pipi mamanya lalu segera menghampiri Juna. "Maaf, menunggu," senyum aiys. "Santai saja," jawab Juna. "Udah siap?" tanya Juna lagi. "Udah, yok," ajak Aiys sambil berjalan. "Ma, kita berangkat dulu,"

DMCA.com Protection Status