Biarkan membekas, jangan mencoba menghapus
Biarkan abadi, dalam bingkai bernama kenangan
Hari berlalu, jam berganti, menit bertukar, dan detik berlari. Tiga hari lagi lomba, dan dihari ini Aiys sudah harus selesai semua packagingnya. Aiys pandanggi setiap sudut kamarnya. Kamar bernuansa putih dipadukan beberapa tanaman hijau asli atau organik.
"Selamat tinggal kamar," kata Aiys mencoba kuat.
Aiys segera mengambil foto setiap kamarnya, tidak luput dengan dirinya ikut bersuah foto. Kamar Aiys sekarang mulai sepi, barang-barang Aiys ada yang di jual dan sebagian lagi sudah menuju kediaman barunya, yaitu di desa. Aiys masih berusaha menerima takdir, Aiys masih menganggap dirinya bermimpi. Namun setiap kali Aiys berpikiran itu, Aiys segera berusa menyadarkan dirinya.
"Aiys semangat," katanya sendiri dengan mata berkaca.
Aiys telusuri setiap sudut kamarnya, masih tersisa beberapa foto disana. Aiys pandanggi satu persatu.
"Daffa," katanya.
Aiys tidak ingin seperti wanita lainnya, yang kalau putus semuanya kenangan di hapus. Bagi Aiys, kalau mau dihapus. Buat apa menciptakan kisah?
"Terimakasih Daffa," katanya.
Disamping itu ada fotonya bersama Papa, Mama, dan kak Amel, "Doain Aiys," katanya memegang foto tersebut.
Aiys lanjutkan langkahnya, terdapat fotonya dengan Keysa di tempat wisata, Keysa dan Aiys yang sama-sama memakai baju hijau dengan rambut masih sampai bahu dan tinggi yang belum sampai satu meter. Ya, foto kecil mereka.
"Keysa," kaget Aiys.
Sampai saat ini Aiys belum ada memberitahu siapa-siapa tentang kepindahannya. Seminggu ini pikiran Aiys selalu terbagi-bagi dan itu semua begitu dirasakan oleh Juna. Sudah berkali-kali Juna menanyakan Aiys, namun Aiys selalu menjawab dengan senyum dan, “Ayo belajar."
"Besok Aiys harus memberitahu Keysa," katanya sendiri.
Aiys memilih merebahkan tubuhnya, sejenak mencoba keluar dari lika liku kehidupan. Masih berat bagi Aiys untuk meninggalkan kota sejuta kenangan ini. Di tatapnya langit-langit loteng kamar, dan Aiys berpindah ke dunia mimpi.
***
Juna masih sibuk dengan beberapa soal dihadapannya. Tanpa ia sadari hari telah berganti. H-2 perlombaan, Juna yang dipercaya sebagai ketua tim harus extra dari Aiys dan Tasya. Bayangkan Aiys melintas dipikirkan Juna, sampai saat ini. Juna belum menyatakan rasanya pada Aiys dengan sungguh-sungguh. Diperhatikannya foto dirinya dan Daffa. Ya, Daffa adalah sepupu Juna. Juna telah tau permasalahan cinta Daffa dengan Aiys. Juna dan Daffa sejak awal sama-sama menyukai Aiys, namun Juna memilih mengalah dan membiarkan sepupunya maju. Sebelum Daffa daftar ke Australia, Juna diberi kepercayaan oleh Daffa. Masih teringat oleh Juna waktu itu di cafe Janji Jiwa.
***
"Ada apa Bro?" tanya Juna masih dengan seragam sekolahnya.
"Duduk," datar Daffa.
Juna segera mengikuti intruksi Daffa, "Tidak seperti biasanya," kata Juna.
"Kamu masih suka Aiys?" tatap Daffa datar.
Juna memperhatikan raut wajah Daffa, kenapa Daffa bertanya demikian. "Masih," jujur Juna.
Mendengar pernyataan Juna yang masih menyayangi kekasihnya, Daffa menghirup nafas berat. "Kalau gitu, sayangi Aiys setelah gue pergi ke Jerman!" tegas Daffa dengan tatapan sendunya.
"Jerman?" ulang Juna.
"Iya," pasrah Daffa.
"Bukannya Alisya tidak bisa...?" Juna mengantungkan pertanyaan.
"Iya, Aiys tidak bisa LDR." Sambung Daffa, "Tapi gue tidak bisa melihat Aiys tersakiti nantinya," Daffa mengalihkan pandangan ke tempat lain.
"Tersakiti?" ulang Juna. Juna tidak paham dengan kondisi yang sedang dihadapinya.
"Tumor yang tumbuh di kaki gue semakin menyabar," kata Daffa serius.
Masalah penyakit Daffa, Juna sudah tau sedari dulu. Daffa mengidap tumor di kakinya akibat dulunya, Daffa terjatuh dan kakinya keseleo. Menganggap itu tidak kenapa-kenapa Daffa membiarkan saja. Hingga satu tahun kemudian kakinya bertambah parah dan harus dilakukan operasi kecil. Untung waktu itu keluarga Daffa segera mengantarkan ke rumah sakit sehingga kaki Daffa tidak di amputasi. Setelah operasi kecil berhasil, tiga bulan kemudian Daffa masih mengeluh sakit kakinya. Diperiksa ke dokter ternyata disana tumbuh sel kanker.
Juna masih terdiam, "Gue ke Jerman untuk belajar sekaligus berobat," terang Daffa.
"Gue harap lo bisa gantiin posisi gue bagi Aiys," tambah Daffa.
"Gue?" tanya Juna.
"Iya, hanya lo yang bisa gue percaya," tatapan Daffa serius.
Daffa mulai menceritakan kebiasaan Aiys yang ia tahu ke Juna, sampai dengan sikap dan sifat Daffa ke Aiys dan juga rencana Daffa yang akan close contak dan semua akun media sosialnya.
***
"Doain gue bro," kata Juna tepat di foto Daffa dan dirinya.
Juna mulai menyusun rencana untuk menyatakan rasa pada Aiys, terlintas dalam pikirannya, "Waktu olimpiade fisika." Juna menimbang sebentar dan, "Ya, waktu olimpiade fisika," katanya.
Juna segera memilih tidur, besok pagi ia juga menjemput Aiys. Juna tidak mau buruk dihadapan Aiys.
***
Aiys keluar dari kamarnya dengan muka yang lebih fresh dari biasanya, seperti biasa Juna telah menunggu di luar. Sejak kabar ke pindahan Aiys dan keluarga Juna tidak diizinkan Aiys menunggu di dalam hanya sampai teras saja, bukan dengan kata tetapi dengan sikap Aiys yang tidak pernah mengajak Juna lagi ke dalam rumahnya. Aiys juga telah bilang hal demikian ke Mama, Papa, dan kakaknya. Aiys tidak mau banyak orang sedih kalau tau Aiys pindah.
"Pagi Juna," sapa Aiys ketika sampai di teras.
Juna sempat melihat sebentar ke dalam rumah Aiys, "Yok berangkat," ajak Juna.
Juna segera masuk ke dalam mobil diikuti oleh Aiys.
"Gimana persiapannya?" tanya Juna.
"Aiys berusaha kok Jun," jujur Aiys tanpa melihat Juna. Aiys capek, di siang hari harus memindahkan barang-barang dan malamnya harus bergadang untuk belajar.
Juna hanya mengangguk kecil pertanda paham. Banyak yang ingin Juna tanyakan pada Aiys, melihat mata Aiys yang sekarang sudah mulai ada kantong hitam.
"Junn," panggil Aiys kecil.
"Hhmm" Juna hanya mendehem dan mengarahkan pandangan ke Aiys sebentar lalu fokus lagi ke depan.
"Nanti pulang sekolah, boleh Aiys bareng Keysa?" tanya Aiys kecil.
Juna berfikir sejenak, sepulang sekolah Juna berencana mengadakan kuis seperti biasanya. Tidak apa-apalah, hari ini juga terakhir sekolah dan pengumuman pemuncak.
"Kenapa?" tanya Juna penasaran.
"Ada yang mau Aiys obrolin sama Keysa," ucap Aiys lembut.
Juna terdiam sejenak, "Maaf," ucap Aiys.
"Boleh," kata Juna.
"Makasih," senyum Aiys.
Mereka terdiam dalam pikiran masing-masing. Aiys harus ngomong sama Keysa prihal kepindahannya. Aiys juga harus minta maaf ke tteman-temannya. Hari ini, hari terakhir Aiys sebagai siswi SMA Nusantara, hari terakhir Aiys ke sekolah. Surat kepindahan Aiys sudah sejak 3 hari yang lalu di selesaikan Mamanya, seperti pesan Aiys ke Mamanya, "Jangan beri tahu yang lain," juga disampaikan ke pihak sekolah demikian.
"Bakalan bawa piala?" tanya Juna dengan senyumnya.
Bahkan Aiys lupa, kalau hari ini pengumuman pemuncak, "Semoga," kata Aiys dengan senyum.
"Kalau bawa piala, traktir ya" tantang Juna.
"Oke, Juna juga," tantang Aiys balik dengan mengacungkan jari kelingkingnya.
Juna segera menautkan jari kelingking miliknya ke jari kelingking Aiys. Dengan cepat Juna mengubah posisi jari mereka menjadi genggaman.
Aiys kaget, "Biarkan begini," kata Juna dingin.
Aiys perhatikan Juna. Dengan tenangnya Juna mengemudi dan tatapannya fokus ke depan.
"Nyaman," kata Aiys kecil.
Kenapa disaat kutemukan warna
Sekejap kau buat keabuan
Bukan tentang rasa,
tapi arti kenyamanan
Namun,
Akan banyak titik yang kau ciptakan setelah ini
Aiys berjalan sejajar dengan Juna menuju lapangan, bukan pemandangan baru lagi bagi penghuni SMA Nusa. Kedekatan Juna dengan Aiys sudah menjadi gosip terbaru seantero sekolah.
Tasya yang milihat Juna dari kejauhan segera menghampiri, "Pagi Juna," sapanya.
Juna menatap Aiys sekilas, "Pagi Tas," senyum Juna.
"Pagi kak Tasya," sapa Aiys.
Tasya segera menoleh ke Aiys, "Pagi," senyum kecil Tasya.
"Jun, siang nanti jadi?" tanya Tasya ke Juna sambil mengulas senyum terbaiknya.
"Tidak Tas," dingin Juna.
"Kenapa?" wajah Tasya langsung berubah.
Juna segera mengarahkan pandangan ke Aiys,"Aiys tidak bisa," pelan Juna.
Tasya menatap Aiys dengan sinis,"Kenapa Aiys, udah H-2 ni," tegasnya.
Aiys kebingungan, ini kenapa? Di tatapnya Juna. Juna yang merasa bersalah tidak menjelaskan ke Aiys langsung bicara, "Tidak hanya Aiys, gue juga tidak bisa Tasya," kata Juna.
Tasya berfikir sejenak, ekspresinya langsung berubah. "Iya, tidak apa-apa Jun," senyumnya.
Aiys memilih diam, "Ayok Aiys," ajak Juna sambil menggandeng tangan Aiys.
Aiys membiarkan tangannya digandeng Juna, mengikuti dan melangkah berdua. Muka Tasya langsung berubah drastis melihat adegan di depan matanya, "Dasar wanita genit," umpat Tasya namun tidak kedengaran oleh Aiys dan Juna.
"Kemana?" tanya Juna.
"Ke gazebo aja," kata Aiys.
Juna tidak membalas kata Aiys namun langkah kakinya mengarah ke intruksi yang barusan Aiys lontarkan.
Di dalam gazebo telah duduk Keysa, "Sampai juga," kata Keysa.
Aiya segera duduk di samping Keysa dan Juna pergi, hari ini. Hari yang sibuk bagi Juna. Hari pengumuman pemuncak kelas.
"Key," panggil Aiys.
Keysa memperhatikan Aiys, "Hemmm," dehemannya.
Aiys terdiam sejenak, "Aiys bakalan rindu Keysa," peluk Aiys.
Keysa kaget dengan reaksi Aiys, "Sejak kapan kamu begini Aiys?" heboh Keysa.
Aiys diam dan mencoba menetralkan hatinya, "hehehe," tawanya.
"Key, kelas yuk," ajak Aiys.
"Mau mengapa? Berisik," kata Keysa kecil.
Aiys tidak mempedulikan kata Keysa, Aiys tarik tangan Keysa untuk mau ke kelas.
"AIYS," bentak Keysa.
"Kelas yuk," manja Keysa.
"Kamu kenapa, aneh begini," heran Keysa namun masih mengikuti langkah Aiys.
Sepanjang jalan menuju kelas, Aiys hanya terdiam menikmati detik-detik terakhirnya disini.
"Pagi," kata Aiys melangkah masuk ke kelas.
Penghuni kelas segera menoleh, "Eh, pagi Aiys.." sarentak jawab mereka.
Aiys memandangi sejenak, "Kenapa Aiys?" tanya Melati.
Aiys mengulas senyumnya, "Tidak mel,"
"Boleh Aiys, minta foto satu persatu?" tanya Aiys.
"Kita hanya libur 10 hari Aiys, tidak usah berlebihan," dingin Keysa.
"Bukan berlebihan Keysaaaa," kesel Aiys.
Keysa memandangi Aiys, belakangan ini sifat dan sikap Aiys sangat berbeda.
"Key, tolong.." pinta Aiys.
Keysa langsung mengambil ponsel milik Aiys dan mulai mengambil gambar Aiys satu persatu dengan penghuni kelas termasuk dirinya.
"Terimakasih Key," peluk Aiys sejenak.
Keysa hanya diam memperhatikan Aiys, Aiys mengeluarkan kertas origami, "Teman boleh Aiys minta satu lagi?" Tanyanya.
"Aiys kenapa?" heran penghuni kelas.
Aiys terdiam, Aiys tidak kuat lagi. Namun tetap mencoba mengulas senyumnya.
"Kan mau pisah," senyum Aiys. "Teman tolong dibuat pesan dan kesan buat Aiys, di tambah dengan harapannya buat Aiys," kata Aiys antusias sambil membagikan kertas origami ke masing-masing temannya.
Teman sekelas Aiys menerima dengan senang hati, dan mereka tidak adak berpikiran kalau Aiys bakalan pindah.
Aiys segera mendekati Keysa, "Key," sapanya.
Keysa memandangi Aiys sekilas, dan langsung melotot. "Aiys, kamu sehatkan?" tanya Keysa memperhatikan muka Aiys.
Aiys berusaha mengulas senyumnya, Aiys pandanggi muka Keysa,
Izinkan, engkau tetap disini
Melangkah dan berlari bersama
Mengaitkan jemari, hingga kita
Capai titik itu,
sahabat.
"Sehat," jawab Aiys dengan senyumannya.
Keysa menelusuri wajah Aiys, mencoba mencari celah kebohongannya.
"Key," kata Aiys.
Keysa tidak memperdulikannya, tetap Keysa lanjutkan misinya,"Key," panggil Aiys lagi.
"KEYSA," teriak Aiys.
Keysa kaget, "Diam," kata Keysa.
Aiys berusaha menatap Keysa,"Ada yang mau Aiys bicarakan," serius Aiys.
Keysa memperhatikan wajah Aiys yang mulai berkaca, "Apa Aiys?" tanyanya sesantai mungkin.
"Maaf, Aiys tidak bisa cerita disini. Pulang sekolah kita mall nanti Aiys traktir," ajak Aiys.
Keysa memdengar kata Traktir langsung berdiri dan semangat 45 nya keluar. "Okee," katanya sambil mengidipkan sebelah mata.
Aiys segera memotret teman-temannya yang menulis origami tidak terlupa juga, Aiys memotret setiap sudut kelasnya.
"Kelas ini akan Aiys rindukan," katanya kecil dengan air mata berlinang.
"Key," panggil Aiys lagi.
Keysa segera menoleh, "Ya," sahutnya.
"Mau tidak menemani Aiys keliling sekolah?" tanya Aiys lembut.
Mata Keysa langsung melotot, "Keliling sekolah?? Panas Aiys," tegas Keysa. "Mau ngapain?" tanya Keysa lagi.
Aiy menengok ke luar sebentar, iya panas, "mau foto," kata Aiys manja.
"Aiys, kita hanya libur 10 hari lo," heran Keysa dengan sikap Aiys.
Aiys langsung terdiam sejenak, "Sekali ini Key," mohon Aiys.
Teman-teman kelas Aiys telah menyelesaikan origamininya. Segera Aiys kumpulkan.
"Temeni lah Aiys Keysa," kata Tahlita yanh sedari tadi menjadi pendengar obrolan mereka.
Beberapa teman kelasnya ikut menyahut, "Iya Key,"
Keysa memandangi mereka, "Capek," kata Keysa.
Muka Aiys langsung berubah drastis, "Sama aku mau?" tanya Tahlita.
Aiys terdiam, Aiys ingin Keysa sahabatnya yang menemani namun Aiys tidak bisa juga memaksa Keysa, "Bolehkah?" tanya Aiys memastikan.
Tahlita memandangi Aiys,"Tentunya," sambil tersenyum.
"Aku ikut boleh?" tanya Melati.
Aiys melihat Melati, "Tentunya," kata Aiys.
"Key, Aiys pergi bentar," katanya ke Keysa.
Keysa melihat Aiys dengan tatapan aneh, "Ya," sahutnya.
Sepeninggal Aiys, "Kenapa Aiys ini, ada-ada aja. Panas-panas gini mau keliling sekolah," kata Keysa sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Ujung dari perjuangaan, akan berakhir manisSekolah yang diimpikan sedari kecil akan ditinggal, Aiys menikmati setiap detik di sekolah ini. Tahlita dan Melati yang menemani Aiys dibuat geleng-geleng kepala oleh sikap Aiys. Kenapa tidak, Aiys memotret setiap inci sekolahnya."Semua siswa-siswa berkumpul di aula!!" pengumuman dari kantor."Aiys, ayoo ke aula," ajak Melati.Aiys memandang Melati dan Tahlita bergantian, masih ada satu tempat yang belum mereka jejaki. "Kolom renang, belum," kata Aiys pelan.Mata Tahlita langsung melotot memandang Aiys, "Aiys, benar kata Keysa, hanya 10 hari Aiys," kata Tahlita penuh penekanan.Aiys tidak mau, "Sekali ini," pinta Aiys.Tahlita mengalihkan pandangan ke Melati, "Gimana?" tanyanya.Melati mengangguk pertanda iya. Aiys memandangi sedari tadi, melihat Melati mengangguk. Aiys langsung memeluk kedua temannya itu, "Terimakasih," tambah Aiys.Tahlita hanya diam, sedangkan Mela
Benar, jika hati telah berkaitanBerjarak adalah malapetaka besarAiys berjalan keluar disusul Keysa, setelah pembagian rapor dan asyik berfoto. Aiys memandang dirinya lewat pantulan camera ponselnya."Tidak sampai 24 jam mahkota ini di kepala Aiys, dan aku harus melepaskanmu," kata Aiys sendiri sambil melihat mahkota yang terpasang cantik di kepalanya."Aiyss," panggil Keysa.Aiys kaget, ternyata Keysa sudah jauh meninggalkan dirinya. "Perasaan tadi aku yang duluan," kata Aiys sendiri.Aiys segera menyusul Keysa, "Aiys, katanya mau jalan. Ayoo," ajak Keysa cepat.Aiys memandang sekelilingnya, "Tunggu Key, Aiys mau ke ruang majelis guru bentar," katanya.Keysa berfikir sejenak, "Mau apa?" Tanyanya."Rahasia," kata Aiys tersenyum."Gue ikut," kata Keysa.Aiys berfikir sejenak, menaruh tangan di kepalanya. "Hmm,""Kenapa?" tanya Keysa lagi.Aiys segera menyatukan kedua telapak
Semut yang kecil mampu meluluhkan ratakan musuh dengan kerjasamaAiys terbangun ketika mobil sekolah yang mereka naiki masuk ke halaman gedung yang megah dengan berbagai spanduk telah terpasang di depannya."SELAMAT DATANG PESERTA OLIMPIADE SAINS"Aiys masih mencoba mengumpulkan tenaganya dan baru menyadari Juna yang terlelap di bahunya. Aiys segera mengambil ponsel miliknya dan memfoto Juna, tidak satu malahan Aiys mengunakan berbagai filter di Instagram. Dari berbagai macam filter hewan hingga bunga digunakan Aiys."Aiys, bakalan rindu," bisik Aiys ke menatap foto mereka berdua.Sebelum mobil berhenti Aiys segera membangunkan Juna, "Juna, bangun," tepuk Aiys pelan.Juna segera membuka matanya dan terdiam mengumpulkan nyawanya. "Udah sampai ya?" Tanya Juna dengan mengamati sekeliling.Teman-temannya yang lain juga banyak yang tidur, hingga Bu Nita, "Anak-anak bangun, kita udah sampai," tepat ketika mobil udah berhenti.
Berikanlah yang terbaik di setiap kesempatanSemuanya semifinalis segera keluar dan berkumpul dengan kontingen mereka satu sekolah. Bu Anita memerintahkan untuk berkumpul di lantai satu tepatnya di tempat pembukaan tadi."Apapun itu, pasti yang terbaik. Sekarang istirahat dan makananlah setelah itu beribadah!" jelas Bu Nita.Mendengar cerita, syukur 9 bidang lomba yang diikuti semua masuk ke sesi dua.Juna makan siang berhadapan dengan Aiys, sedangkan Tasya sudah pergi bersama teman-temannya yang lain."Aku menang ya," kata Juna di sela makan bersama Aiys."Iya tau," jawab Aiys dengan senyum.Juna tersenyum, "Jadi bebas apapun nanti ya," kedipan mata Juna.Aiys merasa Juna sangat berbeda, Juna sekarang dengan Juna yang tadi lagi lomba. Namun Aiys bangga, Juna bisa memposisikan tempatnya.Aiys melotot menatap Juna, "Jangan aneh-aneh Jun."Juna malah tersenyum, "Bebas akulah," tawanya."Iiihh s
Kehidupan selalu punya misteri"Gedung ini, akan menjadi saksi bisu perjuangan Aiys, terimakasih," guman Aiys sendiri lalu segera masuk kedalam bus.Semuanya bahagia piala kejuaraan kembali mereka rebut setelah berpindah tangan ke SMA Garuda. Di dalam mobil berbagai lagu dinyanyikan dengan lantang lewat pengeras suara di depan. Aiys dan Juna ikut terbuai alunan lagu. Tidak sampai 30 menit bus yang tadinya sangat hiruk pikuk mendadak diam. Sudah banyak diantara mereka yang tidur dan segera bertemu dengan mimpi.Tidak tau mengapa, Aiys tidak mengantuk sama sekali. Aiys melihat Juna sekilas, masih dengan wajah dinginnya menatap ke depan.Juna menyadari di tatap Aiys, "Kenapa lihat-lihat, ntar suka," ledek Juna.Aiys segera membuang muka, "Tidak," katanya jutek.Juna mengalihkan pandangan ke Aiys, "Benar??" tanyanya dengan manja.Diperlakukan seperti itu Aiys malah makin ngambek, "Ya, aku minta maaf,"
Kenapa bumi ditakdirkan menemani matahari? Padahal mereka tidak bisa dipersatukan. Kenapa mereka terus dipaksa keadaan untuk bertemu tanpa bisa saling menggenggam? Apa gunanya kehangatan tanpa bisa memiliki? Sedang kita mengetahui, kehancuranlah akhir dari cerita mereka. Aku percaya, bumi tanpa mentari hanyalah kegelapan dalam ruang nyata. Meraba tanpa arah, melihat tanpa kejelasan, teka-teki tiada jawaban. Diantara banyaknya manusia dibumi ini, kenapa aku dipertemukan dengan kamu? Izinkan aku mengenalmu lebih dalam, walau aku tak yakin dengan rasa ini ~Alisya Cantara Benar, semua hiruk-pikuk dalam perjalanan waktu. Bergandenganlah tanpa melupakan bintang yang lebih bersinar! Benderanglah tanpa menyilaukan! Bersamalah tanpa berpisah dan datanglah tanpa pergi! Walau tak bisa saling memiliki ~ Farhan Sharique Zhafran
Bicara tentang jejak mengingatkan goresan Kutatap sekeliling, kilauan jingga menghiasi langit sore. Nampak jelas bayangan memantul pada genangan air. Sampai kapan aku akan terjebak labirin masa lalu? Sungguh, aku ingin melupakan, lelaki yang satu tahun belakangan menciptakan titik kenangan yang indah. Biasanya, habis hujan begini. Kak Daffa sering meneleponku sambil bilang, "Percayalah sayang. 99,9% hujan yang turun bukan air, tapi rasa rinduku padamu." Kak Daffa selalu berhasil membuat aku tersenyum, kisah yang kami ciptakan dengan jarak usia terpaut dua tahun membuat aku harus mengikhlaskannya. Dia lebih memilih melanjutkan studi di negara Jerman dan sudah dipastikan, aku tidak bisa menjalin hubungan jarak jauh. Hampir setengah jam aku melamun, menatap dengan tatapan kosong. Aku, Alisya Cantara remaja kecil berusia 16 tahun. Kenangan yang tercipta bersama kak Daffa begitu indah, bantu Aiys melupakan goresan jejak yang terlukis.
Semakin kuhapus, semakin timbul “Aiys, cepat! Nanti telat, ” panggil mamanya. “Iya Ma, bentar,” sahut Aiys. Aiys bergegas turun untuk serapan, “Ma, papa mana?” tanya Aiys tidak mendapatkan papanya di ruang makan. “Papa lagi keluar kota, penerbangan dini hari tadi,” jawab mama santai. “Emang papa jadi pindah kerja, Ma?” tanya Aiys lagi. Mama Aliana mendekat ke Aiys, “Belum pasti sayang,” ucapnya. “Ayo serapan cepat, nanti telat,” tambah mama Aliana sambil mengelus kelapa Aiys. Aiys masih memikirkan penyataan mamanya barusan, “Ayo makan, nanti telat,” perintah mama lagi. Aiys mempercepat geraknya, benar kata mamanya. Dia bias telat kalau terus memikirkan hal yang belum pasti. “Aiys berangkat dulu Ma,” pamit Aiys. “Hati-hati sayang,” Kata mama Aliana sambil memeluk tubuh Aiys. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri, Aiys tidak mengerti apa yang dijelaskan Bu Neni di depan. Papan tulis adala
Kehidupan selalu punya misteri"Gedung ini, akan menjadi saksi bisu perjuangan Aiys, terimakasih," guman Aiys sendiri lalu segera masuk kedalam bus.Semuanya bahagia piala kejuaraan kembali mereka rebut setelah berpindah tangan ke SMA Garuda. Di dalam mobil berbagai lagu dinyanyikan dengan lantang lewat pengeras suara di depan. Aiys dan Juna ikut terbuai alunan lagu. Tidak sampai 30 menit bus yang tadinya sangat hiruk pikuk mendadak diam. Sudah banyak diantara mereka yang tidur dan segera bertemu dengan mimpi.Tidak tau mengapa, Aiys tidak mengantuk sama sekali. Aiys melihat Juna sekilas, masih dengan wajah dinginnya menatap ke depan.Juna menyadari di tatap Aiys, "Kenapa lihat-lihat, ntar suka," ledek Juna.Aiys segera membuang muka, "Tidak," katanya jutek.Juna mengalihkan pandangan ke Aiys, "Benar??" tanyanya dengan manja.Diperlakukan seperti itu Aiys malah makin ngambek, "Ya, aku minta maaf,"
Berikanlah yang terbaik di setiap kesempatanSemuanya semifinalis segera keluar dan berkumpul dengan kontingen mereka satu sekolah. Bu Anita memerintahkan untuk berkumpul di lantai satu tepatnya di tempat pembukaan tadi."Apapun itu, pasti yang terbaik. Sekarang istirahat dan makananlah setelah itu beribadah!" jelas Bu Nita.Mendengar cerita, syukur 9 bidang lomba yang diikuti semua masuk ke sesi dua.Juna makan siang berhadapan dengan Aiys, sedangkan Tasya sudah pergi bersama teman-temannya yang lain."Aku menang ya," kata Juna di sela makan bersama Aiys."Iya tau," jawab Aiys dengan senyum.Juna tersenyum, "Jadi bebas apapun nanti ya," kedipan mata Juna.Aiys merasa Juna sangat berbeda, Juna sekarang dengan Juna yang tadi lagi lomba. Namun Aiys bangga, Juna bisa memposisikan tempatnya.Aiys melotot menatap Juna, "Jangan aneh-aneh Jun."Juna malah tersenyum, "Bebas akulah," tawanya."Iiihh s
Semut yang kecil mampu meluluhkan ratakan musuh dengan kerjasamaAiys terbangun ketika mobil sekolah yang mereka naiki masuk ke halaman gedung yang megah dengan berbagai spanduk telah terpasang di depannya."SELAMAT DATANG PESERTA OLIMPIADE SAINS"Aiys masih mencoba mengumpulkan tenaganya dan baru menyadari Juna yang terlelap di bahunya. Aiys segera mengambil ponsel miliknya dan memfoto Juna, tidak satu malahan Aiys mengunakan berbagai filter di Instagram. Dari berbagai macam filter hewan hingga bunga digunakan Aiys."Aiys, bakalan rindu," bisik Aiys ke menatap foto mereka berdua.Sebelum mobil berhenti Aiys segera membangunkan Juna, "Juna, bangun," tepuk Aiys pelan.Juna segera membuka matanya dan terdiam mengumpulkan nyawanya. "Udah sampai ya?" Tanya Juna dengan mengamati sekeliling.Teman-temannya yang lain juga banyak yang tidur, hingga Bu Nita, "Anak-anak bangun, kita udah sampai," tepat ketika mobil udah berhenti.
Benar, jika hati telah berkaitanBerjarak adalah malapetaka besarAiys berjalan keluar disusul Keysa, setelah pembagian rapor dan asyik berfoto. Aiys memandang dirinya lewat pantulan camera ponselnya."Tidak sampai 24 jam mahkota ini di kepala Aiys, dan aku harus melepaskanmu," kata Aiys sendiri sambil melihat mahkota yang terpasang cantik di kepalanya."Aiyss," panggil Keysa.Aiys kaget, ternyata Keysa sudah jauh meninggalkan dirinya. "Perasaan tadi aku yang duluan," kata Aiys sendiri.Aiys segera menyusul Keysa, "Aiys, katanya mau jalan. Ayoo," ajak Keysa cepat.Aiys memandang sekelilingnya, "Tunggu Key, Aiys mau ke ruang majelis guru bentar," katanya.Keysa berfikir sejenak, "Mau apa?" Tanyanya."Rahasia," kata Aiys tersenyum."Gue ikut," kata Keysa.Aiys berfikir sejenak, menaruh tangan di kepalanya. "Hmm,""Kenapa?" tanya Keysa lagi.Aiys segera menyatukan kedua telapak
Ujung dari perjuangaan, akan berakhir manisSekolah yang diimpikan sedari kecil akan ditinggal, Aiys menikmati setiap detik di sekolah ini. Tahlita dan Melati yang menemani Aiys dibuat geleng-geleng kepala oleh sikap Aiys. Kenapa tidak, Aiys memotret setiap inci sekolahnya."Semua siswa-siswa berkumpul di aula!!" pengumuman dari kantor."Aiys, ayoo ke aula," ajak Melati.Aiys memandang Melati dan Tahlita bergantian, masih ada satu tempat yang belum mereka jejaki. "Kolom renang, belum," kata Aiys pelan.Mata Tahlita langsung melotot memandang Aiys, "Aiys, benar kata Keysa, hanya 10 hari Aiys," kata Tahlita penuh penekanan.Aiys tidak mau, "Sekali ini," pinta Aiys.Tahlita mengalihkan pandangan ke Melati, "Gimana?" tanyanya.Melati mengangguk pertanda iya. Aiys memandangi sedari tadi, melihat Melati mengangguk. Aiys langsung memeluk kedua temannya itu, "Terimakasih," tambah Aiys.Tahlita hanya diam, sedangkan Mela
Biarkan membekas, jangan mencoba menghapusBiarkan abadi, dalam bingkai bernama kenanganHari berlalu, jam berganti, menit bertukar, dan detik berlari. Tiga hari lagi lomba, dan dihari ini Aiys sudah harus selesai semua packagingnya. Aiys pandanggi setiap sudut kamarnya. Kamar bernuansa putih dipadukan beberapa tanaman hijau asli atau organik."Selamat tinggal kamar," kata Aiys mencoba kuat.Aiys segera mengambil foto setiap kamarnya, tidak luput dengan dirinya ikut bersuah foto. Kamar Aiys sekarang mulai sepi, barang-barang Aiys ada yang di jual dan sebagian lagi sudah menuju kediaman barunya, yaitu di desa. Aiys masih berusaha menerima takdir, Aiys masih menganggap dirinya bermimpi. Namun setiap kali Aiys berpikiran itu, Aiys segera berusa menyadarkan dirinya."Aiys semangat," katanya sendiri dengan mata berkaca.Aiys telusuri setiap sudut kamarnya, masih tersisa beberapa foto disana. Aiys pandanggi satu persatu."
Layaknya secangkir kopiAkan manis jika gula dan kopinya menyatu dalam satu larutan namun akan hambar jika kedua hal tersebut berdampingan namun tidak menyatu.Aiys setengah berlari keluar dari kamarnya, kenapa Aiys bisa ketiduran. Pasti Juna lama menunggu Aiys. Dari tangga Aiys dapat melihat jelas Juna bicara bersama mamanya."Maaf ," sesampainya Aiys di ruang tamu. "Udah lama?" tanya Aiys."Kamu, udah 2 jam Juna nungguin kamu," omel mama."DUA JAM?" pekik Aiys dan matanya melotot."Ya," jawab mama santai, sedangkan Juna hanya tersenyum."Mama, kenapa tidak bangunin Aiys dari tadi??" rengeknya."Dilarang Juna," kata mama sambil tertawa.Aiys langsung mengalihkan pandangannya ke Juna, "Junaaa," kata Aiys dengan nada yang berbeda.Juna tidak menjawab, ia lebih memilih diam dan tetap tersenyum."Jun," sapa Aiys lagi.Juna langsung menatap Aiys, "Jadi?" tanyanya mengangkat satu alis.
Dedaunan yang gugur menciptakan kehidupan baruAiys berjalan keluar ruangan ujian dengan senyum kebahagiaannya, masa-masa ujianpun selesai."Akhirnya," sambil memeluk Keysa yang tadinya duluan keluar.Dari arah lain, Juna melangkah dengan sebuket bunga yang ia genggam."Bentar lagi, bunga ini akan berpindah tangan. Semoga kamu suka," bisiknya dalam hati.Aiys bahagia kali, rasanya beban yang ia pikul terlepaskan. Malamnya Aiys bisa tidur nyenyak, biasanya hanya tidur dua sampai tiga jam. Tekad dan target harus di capai, begitulah Alisya."Malam nanti, gue bisa tidur nyenyak," tawanya pada Keysa."Lu nya kali, yang terlalu ambil pusing soal ujian," dingin Keysa.Aiys memandang tajam Keysa seketika, "Keysa, Alisya sudah kembali," dengan gayanya sok imut."Iyaa, syukur," balas Keysa dengan sedikit tawanya, lalu Keysa mengalihkan pandangannya ke belakang."Aiys, Aiys," heboh Keysa.Aiys masih fokus pad
Rumus dan trik, dua istilah kunci kemudahan Aiys segera siap-siap untuk berangkat sekolah, melihat dirinya sekilas dari pantulan cermin sambil tersenyum. "Aiys, bisa," katanya. [Aku udah di depan,] pesan Juna. Mendengar nada ponsel, Aiys segera mengambil dan melihatnya, ternyata dari Juna. "Aiys," panggil mama. Aiys segera membuka pintu dan menampilkan senyum terindah miliknya. "Bahagia kali anakku, apa kerana berangkat bareng? Huummz," Mama memeluk tubuh Aiys, sambil tersenyum. "Juna, Ma" bela Aiys. "Ooo, Juna namanya," Senyum mama, menggoda Aiys. "Mama," rengek Aiys. "Kesana gih, kesian Junanya," suruh mama. Aiys mencium sekilas pipi mamanya lalu segera menghampiri Juna. "Maaf, menunggu," senyum aiys. "Santai saja," jawab Juna. "Udah siap?" tanya Juna lagi. "Udah, yok," ajak Aiys sambil berjalan. "Ma, kita berangkat dulu,"