Share

Bab 119

"Halaahhh ... Mas Damar apa Non Nisa yang kangen?" ujar Darmi, terus melayangkan candaan.

Mendengar Darmi terus menggodanya Nisa langsung melesat meninggalkan Darmi.

Nisa membuka pintu kamar perlahan, tak ada lelakinya di dalam sini. Wanita cantik ini mendekat ke arah balkon, dia lihat Damar sedang duduk termenung. Nisa diam beberapa saat memperhatikan seluit wajah suaminya yang terlihat sendu, seperti sedang memikirkan beban berat. Atau dia begitu merindukan Kirana, batin Nisa.

Nisa berbalik menuju ranjang, lalu menaiki ranjang menunggu Damar selesai dengan kesendiriannya. Tetapi lama Nisa tunggu tak ada pergerakan dari Damar untuk meninggalkan tempatnya duduk. Nisa kembali turun dari ranjang tetapi belum sempat dia mendekati Damar, ponsel lelaki itu berdering. Nisa mengurungkan langkah sesaat, mendengar obrolan Damar.

"Atur semua dengan baik Ron, aku nggak mau satu persatu anak perusahaan kita di akuisisi oleh Bagus. Kita harus lebih waspada kedepannya. Kemarin banyak sekali masalah yang aku terima jadi aku sampe nggak fokus. Mulai besok kita harus lebih hati-hati dan lebih baik." setelah menutup ponsel. Damar kembali diam. Menatap ponselnya entah apa yang sedang dia lihat di dalam ponsel itu.

Nisa mendekat. "Mas." Wanita muda ini merangkul pundak Damar dari belakang. Melirik pada ponsel Damar. Jantungnya berdesir, rasa ini masih tersisa, rasa cemburu di hati Nisa pada wanita yang telah tiada ini, belum bisa menghilang.

"Dia udah nggak ada Nis, udah jangan cemburu terus. Biarin Damar liatin fotonya, mungkin dia lagi kangen," ujar Nisa dalam hati.

"Tapi ngapain juga Damar masih ngeliatin fotonya, orangnya udah nggak ada, nggak bakalan juga dia dateng lagi. Bikin kesel aja," ujar dalam hati, Nisa yang lain.

Nisa menyelusupkan wajah di tengkuk Damar, lelaki ini lekas mematikan ponsel dan menaruh di atas meja. "Kok belum tidur?" ujar Damar.

"Kelonin ...." Suara manja Nisa membuat Damar tersenyum.

"Mas masih ada kerjaan, ini mau turun ke bawah," ujar Damar, mengelus wajah Nisa yang masih berada di pundaknya.

"Emmm ...." Nisa melonggarkan pelukan, berbalik meninggalkan lelakinya yang tak bergeming dari tempat dia duduk.

Nisa memberi ruang pada Damar,mungkin saat ini lelakinya sedang di timpa permasalahan rumit di kantor. Nisa pun malu mau berkata, aku abis minum ramuan biar jreng, Mas.

Akhirnya wanita ini menahan hasrat yang semakin terasa menggelora. Tubuhnya gelisah tetapi sungguh dia malu untuk mengajak Damar enak-enak terlebih dahulu.

Setelah beberapa saat, lelaki ini menghampiri Nisa yang belum juga terlelap. "Nis, mas ke bawah dulu, jangan tungguin mas. Kerjakan banyak banget, kayanya larut malam mas baru naik," ujar Damar menatap wanitanya yang kini sedang mengerjapkan mata.

Ingin rasanya Nisa memeluk Damar saat ini, tapi entah kenapa ada rasa gengsi dan malu kali ini. Nisa hanya bisa menganggukkan kepala, terpaksa.

"Terpaksa banget, 'Kan mas nggak sering lembur. Mas di bawah kok, kalo kamu butuh apa-apa telpon aja," ujar Damar, melirik telpon rumah yang tersambung ke setiap ruangan.

Lagi Nisa hanya mengangguk kaku. Damar mengacak rambut Nisa, lalu mencium kening wanita muda ini. Nisa memejamkan mata, jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya.

Setelah Damar pergi Nisa berusaha memejamkan mata, tetapi nihil, dia tak kunjung bisa tertidur.

Damar menuruni anak tangga, ruangan luas dengan arsitektur elegan ini, kini minim cahaya Karna lampu utama sudah dipadamkan. Lelaki atletis ini menuju ruang kantor.

Fina melihat Damar. Dia berniat mengikuti masuk ke dalam ruangan tadi Damar masuk. Namun ketika tangannya menyentuh handle pintu suara Darmi menginterupsi tindakannya.

"Nyonya!!"

"Eh Mbok! Belum tidur?" tanya Fina gugup. "Kenapa nenek tua ini masih berkeliaran," ujar Fina dalam hati.

"Mau ngapain masuk ruang kerja Den Damar?" tanya Darmi menelisik.

"Emmm ... Saya salah masuk Mbok, saya mau masuk kamar baca." Fina maju beberapa langkah menuju pintu sebelah, lalu masuk ke dalam.

Darmi hanya menghela nafas, "Nggak ada kapoknya Fina menggoda lelaki muda," monolog Darmi.

Dia mengetuk pintu, lalu masuk ke dalam. "Den ini Mbok buatkan ramuan penyubur, biar Non Nisa cepet mengandung, mbok kepingin liat cicit," ujar Darmi menyerahkan segelas minuman berwarna keruh pada Damar.

Damar mengernyitkan dahi, lalu tersenyum lembut, "Saya nggak suka jamu, Mbok. Hidup saya sudah pahit, jadi enggan minum yang pahit-pahit."

"Cobain dulu, tadi Non Nisa udah minum. Den Damar palah turun," ujar Darmi, bukan tanpa sebab dia membuatkan Damar ramuan itu.

Darmi merasa khawatir pada nonanya, pasti Nisa sekarang sedang merana karna Damar turun sehabis dia menenggak minuman pemberiannya tadi. Sebab itu Darmi juga membuatkan Damar minuman ini agar merasakan apa yang sekarang Nisa rasakan. Dan Damar segera menemui Nisa.

Akhirnya Damar pun menenggak minuman pemberian Darmi. "Oh iya Mbok rasanya manis," ujar Damar kembali fokus pada layar laptopnya.

Darmi pun undur diri, dia menutup pintu lalu melirik pada ruang baca tadi Fina masuk, Fina masih di dalam terlihat dari celah bawah pintu, lampu masih menyala.

Dari dalam tempat Fina berada dia menajamkan pendengaran, pintu ruang kerja terdengar di tutup keras. Fina sedikit mengintip seluit bayangan keluar dari sana. Lagi Fina mencari keberadaan Darmi apakah wanita tua ini sudah masuk ke dalam kamarnya atau belum, Fina merasa geram karna Chandra memberikan wewenang khusus pada Darmi untuk mengawasinya.

Fina menunggu Darmi masuk ke dalam kamarnya sedikit lama. Hingga Fina tersenyum sumringah, "Bisa juga aku berduaan sama Damar malam ini."

Hai readers.

Terimakasih masih setia ngikutin kisah Damar Nisa.

Ayo tebak, apakah akhirnya Fina berhasil mendapatkan Damar?

Jangan lupa kasih ulasan bintang 5 dan komen terbaik,juga beri vote sebanyak banyaknya untuk mendukung buku ini.

Terimakasih.

Salam hangat.

Salam literasi.

Komen (6)
goodnovel comment avatar
cataleyaa
bukan baik..tapi bodoh bin tolol, jd dimanfaatin terus sama damar...skrg saingan sama mayat pun masih kalah...wkwk
goodnovel comment avatar
Nurin Kafisah Tonkyy
aku pikir Kirana meninggal hidup nisa jd bahagia... eh ternyata ada konflik lg pelakor... nisa g ada bahagianya skrg malah sekarang ngerawat anak damar... terlalu baik nisa aku sich ogah ngerawat anak madu
goodnovel comment avatar
Maqfirah Ira
uda malas bacanya nisa nya dapat adegan merana terus konfliknya dipaksakan kali
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status