Chapter: Bab 181Di gedung Hardiyata, Damar menyugar rambutnya frustasi bayangan Nisa memenuhi isi otaknya. Sudah lama Damar berpuasa, tak berani menyentuh istrinya. Di raihnya gawai lalu di tekan nomor Nisa, Damar menatap ponsel tak berkedip, nampak Nisa menggunakan pakaian haram yang sedang dia coba. "Mah, lagi ngapain? Kok pake pakaian seperti itu?" tanya Damar, jakunnya turun naik melihat penampakan istrinya. "Eh ... Lupa Nisa lagi pake baju beginian," segera Nisa memakai daster yang teronggok di pinggir ranjang. "Nisa lagi nyoba-nyoba, masih muat apa, nggak!" ujar Nisa salah tingkah melihat Damar menatap tak berkedip. Damar terus mengajak Nisa bicara, lelaki ini beranjak dari tempat duduk, meninggalkan kantor, tetapi masih terus berbincamg dengan Nisa. "Mas kamu mau kemana? Kalo sibuk matiin aja, Nisa mau nenenin Agam," ujar Nisa, sudah mengeluarkan aset yang membuat Damar berkhayal kemana-mana. "Ya sudah." Damar mematikan ponsel, lima belas menit kemudian dia sudah berada di depan pintu kama
Terakhir Diperbarui: 2024-11-16
Chapter: Bab 180Bayi mungil sudah berada di box bayi, pengajian di gelar di rumah megah ini. Mengundang anak-anak yatim dari beberapa yayasan. Besok siangnya di rumah mengadakan open house, membagikan sembako gratis untuk warga kurang mampu bekerja sama dengan rt setempat membagikan hadiah atas kebahagian yang sudah keluarga Chandra dapat. Semakin hari kebahagian semakin berpendar di dalam rumah ini, anak-anak yang sehat dan terlihat bahagia. Chandra pun semakin sehat, Fina semakin mendekatkan diri pada sang Maha Pencipta. Karir Damar semakin gemilang dan Nisa semakin memperbaiki diri menjadi orang tua dari tiga anak yang masih sangat membutuhkan kasih sayang. Pagi ini rumah terasa berbeda dari sebelumnya.Oe oe oe ....Huuu ... huuu ... huuu ....Suara nyaring bayi bersahutan dengan suara tangis Nisa. Damar terlihat gelisah dan bingung. Dia mengayun bayi yang sedang menangis kencang. Sudah dua minggu berlalu dari masa Nisa melahirkan, selama itu Damar tak bisa pergi kemanapun. Hari ini Damar mema
Terakhir Diperbarui: 2024-11-15
Chapter: Bab 179Nafas Nisa sudah teratur Damar menatap Nisa, ingin mencium bibir yang sedikit terbuka, tetapi di urungkan, dia tak ingin mengganggu istri kecilnya. Lelaki ini menuju ruang kantor, menyelesaikan tugas kantor dari rumah. Roni pun siaga menghandle pekerjaan Damar. Memang Roni merupakan tangan kanan yang tak diragukan lagi kesetiaannya sejak di bawah naungan Chandra, hingga kini Damar yang menguasai pun Roni masih terus setia. Setelah menyelesaikan pekerjaan lelaki ini menuju ruang makan, ternyata Nisa sudah duduk di sana, menunggu anggota keluarga yang lain datang ke meja makan untuk makan siang. "Sudah bangun?" sapa Damar. Nisa mengangguk. "Mau langsung makan, Mas?" tanya Nisa."Nanti tunggu, Papah," jawab Damar. "Makan lah dulu, tak usah menunggu kalau lama." Suara Chandra menyahut, lalu duduk di tempat biasa lelaki tua ini duduk. "Mamih mana, Pah?" tanya Nisa. "Lagi rewel Alika, nanti papah bawakan makanan ke kamar saja. Ayo di makan." Chandra mempersilahkan anak-anaknya makan.
Terakhir Diperbarui: 2024-11-14
Chapter: Bab 178Nisa menatap kamar bayi bernuansa biru laut. Menurut prediksi dokter, bayi dalam kandungan Nisa adalah bayi laki-laki. Semua barang yang Nisa beli untuk calon bayinya berwarna biru, orens, hijau, sebisa mungkin dia hindari warna pink. Nisa duduk di pinggir ranjang melipat pakaian kecil, sesekali mencium, seolah dia sudah begitu rindu pada bayi yang sudah sekian lama di nanti. Damar mengamati gerik Nisa dari ambang pintu, lelaki ini menyandar di daun pintu, sambil melipat tangan. Bibirnya tersenyum senang melihat Nisa bahagia. "Masih ada yang kurang, Mah?" tanya Damar, membuat Nisa terjingkat tak mengira Damar menyapa. "Mas ... bikin kaget," ujar Nisa mengerucutkan bibir. Damar menghampiri Nisa, menarik bangku kecil lalu menaikkan kaki Nisa di atas bangku kecil. "Kakinya bengkak banget, sakit nggak?" tanya Damar. "Kalo berdiri lama sakit, kamu nggak kenapa-kenapa cuti kerja lama, Mas?" tanya Nisa, "Yang mau lahiran kan Nisa kok yang cuti kerja kamu?" tanya Nisa penasaran la
Terakhir Diperbarui: 2024-11-13
Chapter: Bab 177Waktu kian berjalan, mengiringi kebahagiaan Nisa dan Damar. Semakin hari cinta mereka semakin bersemi. Pagi ini Nisa berada di balkon duduk di kursi goyang menghadap taman di bawah kamarnya, tangannya mengelus perut yang semakin membuncit.Terdengar pintu terbuka, Damar menghampiri Nisa lalu berjongkok di hadapan wanita cantik ini. Lelaki ini terlihat berkeringat, tubuhnya berbalut kaos tanpa lengan terlihat otot tangannya menyembul, menandakan kekuatan tubuhnya. Tanpa aba-aba lelaki atletis ini mencium pipi Nisa. "Udah mandi belum?" tanya Damar, menyeka keringat di dahi, dengan anduk kecil yang terlampir di leher.Nisa menggeleng. "Nanti aja, Nisa mode males. Kok udahan olah raganya?" tanya Nisa. "Udah." Damar bangun dari jongkok, langsung mengangkat tubuh Nisa memggendong seraya berjalan ke arah kamar mandi. "Kamu masih keringetan, nanti dulu mandinya," ujar Nisa, menyentuh leher Damar menyeka keringat yang masih tersisa. Langkah Damar terhenti, beralih menuju ranjang. "Duduk du
Terakhir Diperbarui: 2024-11-11
Chapter: Bab 176Nisa menggendong Attala karna batita ini merajuk minta di gendong, Nisa mengendong lalu mencium batita ini, menyalurkan kasih sayang, menunjukkan bahwa kasih sayangnya kepada Attala tidak akan berkurang, walau ada bayi lain hadir di rumah ini. Attala tertawa terbahak karna Nisa memborbardir dengan ciuman bertubi. "Dedek Atta ngiri sama dedek bayi?" tanya Nisa. Bola mata bulat mengerjap mencerna ucapan Nisa. "Bener kan Atta ngiri, nggak boleh ngiri, Mamah, Opa, Oma tetep sayang sama kamu, ya!! Attala juga harus sayang sama dedek bayi oke!!" ujar Nisa mengajarkan Attala, anak lelaki Damar dan Kirana. Attala tersenyum melihat raut wajah Nisa, bayi satu tahun ini kembali terbahak karna di serang ciuman oleh Nisa. Damar baru saja pulang dari kantor, bibirnya tersenyum bahagia melihat Nisa dan seluruh keluarga menyayangi kedua putra putrinya. Melihat Damar pulang Nisa segera menyambut suaminya, memberinya sesajen khas suami baru pulang kerja. lelaki ini memandang bayi dalam ayunan, mem
Terakhir Diperbarui: 2024-11-09
Chapter: Bab 31Excel menelungkupkan kepala di setir. "Abang elo ada masalah apa sama Sarah? Gue yakin Laras di jadiin alat sama Pak Bagas." Tangan Excel mencengkeram stir mobil."Nah itu dia masalahnya, Bang. Gue mau jelasin ke Laras juga susah, dia lagi jatuh cinta. Tapi gue tau abang gue nggak sungguh-sungguh ke dia. Bang, elo harus bisa lindungi Laras," ucap Irma. Kepala Excel mendongak, menatap Irma. Isi kepalanya mulai berfikir dan menyusun rencana. Apa yang harus dia lakukan. Apakah saran Sarah bisa menjadi solusi? Pikir lelaki tinggi ini. ***Bagaskara menyorot cerah pagi ini, lelaki tampan yang memiliki nama sama dengan si pemberi kehangatan ini menyusuri kapling blok dengan berlari kecil. Handuk kecil melingkar di leher, titik keringat menghiasi kening dan leher. Sesekali lelaki tampan ini menyeka keringat di dagu. Tanpa dia sadari ada sebuah mobil mengikuti di belakangnya. Hingga Bagaskara berhenti si taman komplek duduk di bangku istirahat, lalu menenggak minuman yang dia gengam sejak
Terakhir Diperbarui: 2025-02-21
Chapter: Bab 30"Kamu lagi ngapain bisa sampe begini, Neng?" tanya Dewi, sambil mengompres pipi Laras. "Kan udah sering mamih bilang jangan suka berurusan sama laki-laki, ngeyel aja jadi anak." Dewi tak berhenti bicara. Laras hanya meringis karna bekas memarnya di tekan oleh Dewi. "Udah lah, Mih. Kaya Mamih nggak pernah muda aja," ujar Dani-Ayah Laras."Karna mamih pernah muda, Pih. Makanya mamih cerewet," Sewot Dewi. Aww ... Laras terpekik karna lagi-lagi memarnya di tekan oleh Dewi."Mpok ada Kak Irma." kepala Andi menyembul di balik pintu."Masuk, Neng," panggil Dewi. Dani pergi setelah Irma mencium tangan kedua orang tua Laras. "Ras, gimana masih sakit?" tanya Irma. Laras hanya mengangguk. Neng, Mamih bilangin ya!! kalian berdua masih pada sekolah, masih SMA, masih lagi mekar-mekarnya, ibarat bunga kalian itu lagi cantik-cantiknya. Jangan sia-sia-in masa muda cuma buat seneng-senengan. Mending kejar cita-cita setinggi langit." Nasehat Dewi dengan menggebu. Mendengar Dewi tak berhenti bicar
Terakhir Diperbarui: 2025-02-20
Chapter: Bab 29Excel terpingkal, mereka bertos ria merasa berhasil mengerjai Bagaskara, si guru menyebalkan bagi Excel. Terlihat Bagaskara mulai mengecek onderdil motor walau dia sama sekali tak tau mengenai mesin motor. Tapi rasa penasaran mengalahkan segalanya.Netranya memincing, otaknya berfikir bagaimana mungkin motornya tiba-tiba mogok tanpa sebab. Pandangannya mengedar area setempat. terlihat mobil Excel terparkir di tempatnya.Bibir guru idola ini tersungging. Dia menemui Pak Satpam untuk menitipkan motornya, dan akan dia urus besok hari. "Dek sini!" Bagaskara memanggil Irma, gadis imut ini mendekat. "Sana kamu pulang dulu.""Mas, gimana?" "Udah sana pulang." Bagas menggiring Irma ke motor Laras. "Mas pulang sore." "Mas, mau ngapain sama Laras?" Irma bingung. "Nggak, ngapa-ngapain. Mas cuma mau kasih pelajaran sama orang yang udah ngerjain, Mas," ujar Bagaskara. "Jangan buat masalah, Mas." Irma mengingatkan. "Iya, udah sana." Usir Bagas. "Pak, terus gimana saya pulang nanti?" "Mulai
Terakhir Diperbarui: 2025-02-19
Chapter: Bab 28Alya berdiri menatap mahluk ciptaan Tuhan yang begitu sempurna sedang melatih para siswa cara service bola voli dengan benar. Terlihat lelaki tampan dengan wajah dan bentuk tubuh nyaris sempurna itu di kerumuni mahluk Tuhan turunan hawa. Para remaja menuju dewasa ini terlihat bersemangat mengikuti arahan guru tampan ini. Mereka bergilir melakukan Service dengan arahan Bagaskara. Bahkan ada beberapa siswa yang sengaja salah melakukan tehnik service agar di sentuh lelaki tampan ini. Bibir Alya mengerucut melihat Bagaskara berdiri di belakang Niken menyentuh tangannya agar teknik service bolanya sempurna. Gadis ini menghentakkan kaki karna Niken terlihat begitu agresif mendekati guru idola mereka. "Elo lagi ngapai Al." Laras menatap Alya lalu berganti ke arah pandang Alya. "Jiahhh ... Cemburu nih ye," cibir Laras. "Noh lo perhatiin, Niken emang jablay kelas kakap, semua yang keliatan melek ama dia di pepet terus." Alya berucap dengan ekspresi marah. "Tunjukkan kemampuan elo, Al.
Terakhir Diperbarui: 2025-02-18
Chapter: Bab 27Di dalam kamar mandi Excel bangun perlahan, bibirnya meringis, dia menyentuh kejantanannya yang mendadak bangun. "Ya ampun, Ras. Liatin elo aja ini gue suka bangun, ini di senggol-senggol, tegang 'kan dia," gumam Excel sambil berjalan tertatih menuju bathrobe mengambil kaos dan celana kolor. Huft ...Lelaki tinggi ini mendaratkan bokong di kasur menetralkan apa yang dia rasa, ada kekhawatiran tak bisa menahan diri ketika melihat Laras nanti, apa lagi mereka cuma berdua di sini. Di ambil gawai, dia lihat cctv di mulai Laras masuk ke dalam huniannya. Senyum Excel melebar melihat gelagat Laras mulai dari pintu masuk hingga masuk ke dalam kamar. Setelah di rasa tenang lelaki ini keluar kamar. "Kamu lagi ngapain di sini? Kok nggak ngomong-ngomong mau ke sini?" suara Excel membuyarkan lamunan Laras."Niken mana, Bang?" bukannya menjawab pertanyaan Excel, Laras palah menyodorkan pertanyaan lanjutan."Niken? Kamu ke sini cuma nyariin Niken?" telisik Excel, mendaratkan bokong di sebelah Lar
Terakhir Diperbarui: 2025-02-17
Chapter: Bab 26Laras meradang, rupanya Niken ada di apartemen Excel, sedang apa mereka di sana berdua? Laki-laki dan perempaun? Laras segera meraih jaket topi dan kacamata, tak lupa masker, lalu mengambil kunci motor. "Mak, laras mau ke depan sebentar." Izin Laras pada Dewi. "Kamu baru pulang belom makan udah mau pergi lagi. Mau kemana?" tanya Dewi garang. "Sebentaran, Mak, ke Alf* depan. Sebelum magrib Laras pulang," ujar Laras segera berlari ke arah luar setelah mencium tangan Dewi. "Ati-ati, Neng." Dewi masih terus memperhatikan kepergian Laras. Laras memacu motornya dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera sampai di apartemen Excel, beberapa kali dia ke sana tapi bersama beberapa teman ketika mengerjakan tugas-tugas sekolah. Entah kenapa kali ini Laras melakukan ini. Hatinya tak terima Excel melakukan hal yang tidak-tidak. Apakah karna terpengaruh kata-kata Irma. "Jangan sampai elo nyesel, Ras!!" kata-kata itu terus terngiang. Tapi apa hak ku ngelarang-larang Excel, toh selama in
Terakhir Diperbarui: 2025-02-16
Chapter: Bab 146"Mas gimana keadaan Ervan?" tanya Evellyn. "Baik, sudah lebih baik," "Udah aktif ngantor lagi?" tanya Evellyn penasaran. "Ngapain nanyain Ervan?" tanya Arkan penuh intimidasi. "Aku cuma nanya, Mas. Masa nanya doang nggak boleh?" jawab Evellyn cuek, dia mengalihkan pandangan karna tatapan Arkan yang seperti menguliti. "Begitu aja kesel," ujar Evellyn masih membuang muka. Arkan duduk di sebelah Evellyn. "Nanyain aku aja," ucap Arkan lembut, di dekat telinga Evellyn membuat bulu kuduknya berdiri. "Iisshhh ... Kamu tiap hari liat, perlu di tanyain apa lagi?" jawab Evellyn kesal. "Tiap aku pulang kaya sekarang tanya begini. Mas mau enak-enak nggak? gitu ...." "Iisshhh ... Kamu nggak usah di tanyain pasti minta." jawab Evellyn.
Terakhir Diperbarui: 2024-07-20
Chapter: Bab 145Ervan mengendarai mobil dengan perasaan gelisah, bukan 'kah tadi Aryanti sudah lebih baik, dia meninggalkan Aryanti dalam keadaan baik? Lalu kenapa Dokter mengabarkan Aryanti dalam keadaan kritis. Ervan berlari menuju ruang oprasi, sudah ada seorang perawat yang menunggunya di sana. Ervan menanda tangani berkas dengan cepat, bertanya kenapa bisa Aryanti kembali kritis, tetapi perawat enggan menjawab. "Nanti Dokter penanggung jawab yang akan menjelaskan, Pak,"jawab perawat, gegas masuk ke dalam ruang operasi. Operasi kali ini terbilang lama, setelah Beberapa jam, seorang dokter menghampiri Ervan. "Pak Ervan." Lelaki tampan yang terlihat begitu murung ini mendongak. Bangun dari duduk. Menatap Dokter Eliza. "Alhamdulillah, pasien sudah mendapatkan pertolongan, tetapi kondisinya begitu kritis, semua sudah kami upayakan yang terbaik. Hanya doa kini yang dapat kita lakukan." "Dok, bagaimana bisa kritis kem
Terakhir Diperbarui: 2024-07-19
Chapter: Bab 144"Sebentar lagi kamu bisa pulang, aku nggak akan melakukan yang melanggar undang-undang, Ar." Ervan berkata yakin. Ervan menaruh bekas makan di dekat pintu. "Marni sebentar lagi datang, aku sudah lama nggak ke kantor, aku ke kantor dulu, nggak apa 'kan?" tanya Ervan. "Iya, nggak apa, untung bos baik, boleh kamu cuti," Aryanti tersenyum kecil. "Itulah enaknya," Ervan terkekeh. "Mas cium aku," Aryanti merentangkan tangan, Ervan pun menyambut rentangan tangan wanitanya. Ervan mengecupj wajah Aryanti, tetapi saat Ervan akan melumat bibir Aryanti melengos, aku belum gosok gigi," ucapnya malu. Ervan menahan kepala Aryanti mengecup bibir yang terlihat pucat dan melumat lembut, kehangatan bibir Ervan membuat jantung Aryanti berdetak lebih keras. Kedatangan Marni menghentikan aktifitas mereka. "Maaf, Mbak." Marni kembali
Terakhir Diperbarui: 2024-07-18
Chapter: Bab 143"Sabar ya, Mas semua pasti ada hikmahnya, pasti ada kebaikan di balik semua ini," ucap Evelly saat menjenguk Aryanti. Ervan meyugar rambut kasar, sorot matanya penuh dengan dendam melihat istrinya terbaring, "Kebaikan apa yang di dapat dari kejadian ini?" di dalam hati Ervan terus bertanya. Apalagi setelah mendengar keterangan dokter mungkin telah terjadi tindak pelecahan terhadap Aryanti, karna ada luka lebam di pipi juga bekas ikatan di tangan. Dan ditemukannya sperma saat pertama kali Aryanti di bawa ke Rs. Ervan membekap mulutnya dengan bantal dia barteriak sekencang dia ingin luapkan. "Masss," suara Aryanti menghentikan kegiatan Ervan, lelaki itu menengok pada wanita yang terbaring di ranjang. Ervan melangkah mendekati Aryanti, "Kamu udah bangun Ar?" "Aku di mana? Mas?" tanya Aryanti lemah. "Kamu di Rs. Aku panggil dokter dulu," ucap Ervan, dia membuka pintu memanggil
Terakhir Diperbarui: 2024-07-17
Chapter: Bab 142Ivander mengambil kue bekas gigitan Azalea, lalu memakannya, netra biru itu membola, "Carla benar ini buatanmu?" tanya Ivan tak percaya. "Iya, kalau gak enak, besok aku cari resep yang baru, aku pikir ini sudah enak, teman-teman bilang ini benar-benar enak," Carla berkata pelan. "Tapi ini memang benar-benar enak Carla." Ivan berkata sambil mengambil satu potong lagi. "Bang buruan ngomongnya. Aku udah gak betah," Azalea merajuk manja, melirik pada Carla. Carla memang wanita penghibur, siapapun lelaki yang masuk areanya pasti akan tergoda, tetapi anti baginya menggoda lelaki beristri yang jelas-jelas tak menginginkannya. "Sebentar, sayang," ujad Ivan menggenggam tangan Lea. "Carla semua akan aku atur, mungin tiga hari lagi kamu sudah bisa keluar dari sana," Ivan meyakinkan wanita begincu merah ini. "Tapi, untuk keluarkan aku dari sana, Mr pasti keluar uang banyak, aku harus g
Terakhir Diperbarui: 2024-07-16
Chapter: Bab 141"Bahasa dari mana itu?" tanya Ivan menyungingkan senyum. "Dia bilang sendiri, seneng ya dikejar-kejar jablay kesayangan, bahkan Abang selalu pakai dia." suara Azalea menggebu. "Lea gak usah bahas yang lalu, itu masa kelam abang, malu abang kalo ingat masa itu." Ivan menangkup wajah Azalea. Perlahan melumat bibir yang sedang merajuk. Ivan melakukan perlahan, lembut, lalu menyesap intens. Azlaea mencoba mendorong, berusaha melepas tautan bibirnya, tatapi tangan Ivan kuat memegangi kepala wanita blasteran ini. Masih tak ada respon dari wanitanya, Ivan melepas pagutannya, menatap netra kebiruan Azalea. Kembali mendekatkan bibirnya mengecup lembut lalu menyesap peralahan menjadi lumatan bergairah. Sesekali bibir Azalea merespon menyesap bibir lelaki dihadapan, tetapi egonya lebih besar. Ivander kembali melepas pagutan, "Kenyangin perut bawah dulu aja ya!" Netra biru Ivander mengerling, lelaki ini bangun membuka sabuk tanpa membuka kemeja. Azalea mendegkus kesal, "Masukin kedala
Terakhir Diperbarui: 2024-07-15