Share

Bab 144

Author: Azzurra
last update Last Updated: 2024-07-18 08:00:33

"Sebentar lagi kamu bisa pulang, aku nggak akan melakukan yang melanggar undang-undang, Ar." Ervan berkata yakin.

Ervan menaruh bekas makan di dekat pintu. "Marni sebentar lagi datang, aku sudah lama nggak ke kantor, aku ke kantor dulu, nggak apa 'kan?" tanya Ervan.

"Iya, nggak apa, untung bos baik, boleh kamu cuti," Aryanti tersenyum kecil.

"Itulah enaknya," Ervan terkekeh.

"Mas cium aku," Aryanti merentangkan tangan, Ervan pun menyambut rentangan tangan wanitanya.

Ervan mengecupj wajah Aryanti, tetapi saat Ervan akan melumat bibir Aryanti melengos, aku belum gosok gigi," ucapnya malu.

Ervan menahan kepala Aryanti mengecup bibir yang terlihat pucat dan melumat lembut, kehangatan bibir Ervan membuat jantung Aryanti berdetak lebih keras.

Kedatangan Marni menghentikan aktifitas mereka. "Maaf, Mbak." Marni kembali
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 145

    Ervan mengendarai mobil dengan perasaan gelisah, bukan 'kah tadi Aryanti sudah lebih baik, dia meninggalkan Aryanti dalam keadaan baik? Lalu kenapa Dokter mengabarkan Aryanti dalam keadaan kritis. Ervan berlari menuju ruang oprasi, sudah ada seorang perawat yang menunggunya di sana. Ervan menanda tangani berkas dengan cepat, bertanya kenapa bisa Aryanti kembali kritis, tetapi perawat enggan menjawab. "Nanti Dokter penanggung jawab yang akan menjelaskan, Pak,"jawab perawat, gegas masuk ke dalam ruang operasi. Operasi kali ini terbilang lama, setelah Beberapa jam, seorang dokter menghampiri Ervan. "Pak Ervan." Lelaki tampan yang terlihat begitu murung ini mendongak. Bangun dari duduk. Menatap Dokter Eliza. "Alhamdulillah, pasien sudah mendapatkan pertolongan, tetapi kondisinya begitu kritis, semua sudah kami upayakan yang terbaik. Hanya doa kini yang dapat kita lakukan." "Dok, bagaimana bisa kritis kem

    Last Updated : 2024-07-19
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 146

    "Mas gimana keadaan Ervan?" tanya Evellyn. "Baik, sudah lebih baik," "Udah aktif ngantor lagi?" tanya Evellyn penasaran. "Ngapain nanyain Ervan?" tanya Arkan penuh intimidasi. "Aku cuma nanya, Mas. Masa nanya doang nggak boleh?" jawab Evellyn cuek, dia mengalihkan pandangan karna tatapan Arkan yang seperti menguliti. "Begitu aja kesel," ujar Evellyn masih membuang muka. Arkan duduk di sebelah Evellyn. "Nanyain aku aja," ucap Arkan lembut, di dekat telinga Evellyn membuat bulu kuduknya berdiri. "Iisshhh ... Kamu tiap hari liat, perlu di tanyain apa lagi?" jawab Evellyn kesal. "Tiap aku pulang kaya sekarang tanya begini. Mas mau enak-enak nggak? gitu ...." "Iisshhh ... Kamu nggak usah di tanyain pasti minta." jawab Evellyn.

    Last Updated : 2024-07-20
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 1 pertemuan.

    Bab 1 : pertemuan. “Ada apa ini!!” Evellyn terburu turun dari mobilnya, menghampiri beberapa orang berbadan besar yang terlihat sangar sedang mengintimidasi ibunya di depan pintu rumah. Para pria berbadan besar dan berkulit hitam menoleh ke sumber suara. “Kami mencari keberadaan Pak Dani Sudrajat. Kami sudah mencari di kantornya, tapi nggak ketemu.”“Ayah saya sedang keluar kota, kalau beliau pulang, nanti saya sampaikan kalau kalian mencari, semua kewajiban akan kami selesaikan dengan segera,” ucap Evellyn tegas pada deptcolector. “Pak Dani Sudah menunggak kewajiban beberapa bulan, kalau nggak segera diselesaikan, segala agunan akan kami sita. Bahkan rumah ini pun sudah menjadi agunan. Kalian bersiaplah untuk segera mengosongkan rumah,” seru deptcolector berbicara dengan nada ketus tak ramah. Tanpa menunggu jawaban dari Evellyn, beberapa pria berperawakan seram itu meninggalkan kediamannya.“Apa yang terjadi Eve? Kenapa dengan perusahaan Ayah?” tanya Ibu meminta penjelasan kepad

    Last Updated : 2024-01-02
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 2. Tanda tangan kontrak.

    Bab 2. Tanda tangan kontrak. “Hallo Nona.” Ervan mengulurkan tangan ingin menjabat tangan. Namun ditolak. Evellyn hanya menangkupkan tangan di dada dan menganggukkan kepala. Ervan tersenyum, masih ada cewe begini, di jaman yang sudah seperti ini pikirnya. Dia duduk menghadap Evellyn. “Nona silahkan pesan makanan yang kau suka. Sebelum kita memulai pembicaraan kita,” ucap Ervan ramah. “Maaf saya datang ke sini bukan untuk makan, jangan buang waktu saya. Karna beberapa hari ini jadwal saya padat,” ucap Evellyn tanpa ragu. “Upsss. Maaf Nona, baiklah, perkanalkan saya Ervan Attarazka.” Ervan mengutarakan maksud mengundang Evellyn. Dia siap membantu memulihkan perusahaan ayahnya. Asalkan Evellyn mau mengikuti apa keinginannya. “Tuan pernikahan itu sakral, tak bisa dibuat main-main, anda salah orang!” ucap Evelyn. Ia mengangkat tubuhnya, berniat pergi meninggalkan meja. “Tunggu Nona, saya hanya memberi panawaran sekali ini. Ingat ayah ibu dan adik-adik anda yang sedang membutuhkan

    Last Updated : 2024-01-02
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 3. Apakah sah?

    Bab 3. Apakah sah? Pagi ini seharusnya menjadi hari paling indah untuk ke dua mempelai. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Entah apa yang akan terjadi setelah ini. Evellyn tampak cantik mempesona. Dia menggunakan kebaya hitam modern. Kebaya menjuntai hingga menutupi lantai. Hiasan melati di kepala memberi keharuman khas pengantin. Arkan menggunakan Beskap hitam lengkap dengan blangkon. Mereka terlihat serasi. Namun terukir jelas tak ada bahagia di wajah mereka. Beberapa foto diambil. Fotografer memberikan arahan pada mereka. Evellyn terlihat gerogi saat sesi foto, karna fotografer mengarahkan mereka untuk berdekatan dan saling memandang. Evellyn melihat ke dalam manik mata milik lelaki dihadapannya. Ada kemarahan dan kebencian pada pancaran matanya. Setelah selesai sesi foto. Kedua pengantin duduk berdampingan di atas pelaminan. Hari ini mereka sah menjadi pasangan suami istri tanpa mengenal satu sama lain. Baru kali ini mereka bertemu muka. Evellyn tak berani menatap A

    Last Updated : 2024-01-02
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 4. Menyakitkan.

    Bab 4. Menyakitkan“Haii kau sedang apa? Mandi lama sekali?” suara Arkan mengagetka Evellyn yang sedang berbalas pesan. Dia masuk kamar dan mendapati Evellyn menggunakan pakaiannya.“Maaf Tuan, aku pinjam bajumu sementara. Aku belum membawa baju-bajuku,” ucap Evellyn. Evellyn berdiri mematung melihat ke datangan Arkan. Evellyn sedikit malu menggunakan pakaian seperti ini, tetapi memang dia tak memiliki pakaian ganti. “kau ingin menggodaku? Pakai pakaian lebih pantas,” ucap Arkan. “Aku tak akan tergoda. Kau bukan seleraku. Lihat dirimu di cermin, baguskah tubuh dan wajahmu?” tanpa melihat ekspresi wajah Evellyn, Arkan berlalu menuju ranjang. Wajah Evelly langsung berubah mendung. Senyumnya hilang, hatinya kacau. Kata-kata lelaki di hadapannya sungguh menyakiti. Arkan menuju kasur dan merebahkan tubuhnya di atas kasur yang bertebaran bunga mawar merah dan pink. Bunga-bunga menjadi acak-acakan terkena tubuh dengan postur maskulin. Karna juga merasa lelah, Evellyn pun menuju ra

    Last Updated : 2024-01-02
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 5. Nurut aja.

    Bab 5. Nurut aja. Menjelang sore Evellyn sudah terlihat segar. Dia masih menggunakan pakaian Arkan, kali ini dia menggunakan kaos yang tentu ke besaran. Di meja makan terhidang menu makan malam. Evellyn menata meja makan dengan nyaman. Bibirnya tersungging melihat meja makan yang romantis. Tak lama pintu terbuka, Arkan pulang dengan wajah lelah. Evllyn segera menyambut suaminya dengan senyum menawan. Lain lagi dengan Arkan yang selalu berwajah tak ramah pada Evellyn. “Tuan, kau mau langsung mandi atau makan dulu,” tanya Evellyn ceria. Netranya menangkap meja makan yang terlihat tidak biasa. “Mandi,” jawab Arkan singkat. Sedikit melonggarkan dasi. Dia menghadapkan tubuhnya pada Evellyn. “Buka.”“Apanya, Tuan?” Evellyn menyilangkan tangannya di dada. “Jas ku, kan sudah ku bilang aku tak tertarik pada tubuh mu, jadi gak usah ke Gr-an.” “Siapkan bathtub tubuhku lelah, aku ingin berendam,” Perintahnya lagi. Dengan gesit Evellyn mengisi bathtub. Lalu memberikan aroma terapi. Dia

    Last Updated : 2024-01-02
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 6 kenalan.

    Sampai di parkiran Evellyn melirik pergelangan tangan.  Masih ada waktu buat cuci mata, gumam Evellyn.  Dia berjalan melewati outlet-outlet pakaian. Lalu memasuki salah satu departmanstore. Memilih beberapa pakain. Netranya menangkap jejeran lingeri tergantung rapih.  Terbersit pikiran jahil, membalas perkataan Arkan. Sedari dia datang Arkan selalu body shaming terhadapnya.  “Aku enggak akan tertarik sama tubuh kamu! Tubuh buruk,” terekam kata-kata menyakitkan yang keluar dari bibir lelaki bernetra tajam itu.  Bibirnya tersungging. “Kita lihat, Tuan, sejauh mana kau kuat melihatku dengan pakaian seperti ini.” Evellyn memilih beberapa warna dan model.  Setelah selesai melakukan pembayaran dia menuju huniannya di lantai teratas.   “Surprisee,” teriak orang di dalam Apartemen, ketika Evellyn membuka pintu. Evellyn ternganga kaget. Mengapa banyak orang di dal

    Last Updated : 2024-02-01

Latest chapter

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 146

    "Mas gimana keadaan Ervan?" tanya Evellyn. "Baik, sudah lebih baik," "Udah aktif ngantor lagi?" tanya Evellyn penasaran. "Ngapain nanyain Ervan?" tanya Arkan penuh intimidasi. "Aku cuma nanya, Mas. Masa nanya doang nggak boleh?" jawab Evellyn cuek, dia mengalihkan pandangan karna tatapan Arkan yang seperti menguliti. "Begitu aja kesel," ujar Evellyn masih membuang muka. Arkan duduk di sebelah Evellyn. "Nanyain aku aja," ucap Arkan lembut, di dekat telinga Evellyn membuat bulu kuduknya berdiri. "Iisshhh ... Kamu tiap hari liat, perlu di tanyain apa lagi?" jawab Evellyn kesal. "Tiap aku pulang kaya sekarang tanya begini. Mas mau enak-enak nggak? gitu ...." "Iisshhh ... Kamu nggak usah di tanyain pasti minta." jawab Evellyn.

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 145

    Ervan mengendarai mobil dengan perasaan gelisah, bukan 'kah tadi Aryanti sudah lebih baik, dia meninggalkan Aryanti dalam keadaan baik? Lalu kenapa Dokter mengabarkan Aryanti dalam keadaan kritis. Ervan berlari menuju ruang oprasi, sudah ada seorang perawat yang menunggunya di sana. Ervan menanda tangani berkas dengan cepat, bertanya kenapa bisa Aryanti kembali kritis, tetapi perawat enggan menjawab. "Nanti Dokter penanggung jawab yang akan menjelaskan, Pak,"jawab perawat, gegas masuk ke dalam ruang operasi. Operasi kali ini terbilang lama, setelah Beberapa jam, seorang dokter menghampiri Ervan. "Pak Ervan." Lelaki tampan yang terlihat begitu murung ini mendongak. Bangun dari duduk. Menatap Dokter Eliza. "Alhamdulillah, pasien sudah mendapatkan pertolongan, tetapi kondisinya begitu kritis, semua sudah kami upayakan yang terbaik. Hanya doa kini yang dapat kita lakukan." "Dok, bagaimana bisa kritis kem

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 144

    "Sebentar lagi kamu bisa pulang, aku nggak akan melakukan yang melanggar undang-undang, Ar." Ervan berkata yakin. Ervan menaruh bekas makan di dekat pintu. "Marni sebentar lagi datang, aku sudah lama nggak ke kantor, aku ke kantor dulu, nggak apa 'kan?" tanya Ervan. "Iya, nggak apa, untung bos baik, boleh kamu cuti," Aryanti tersenyum kecil. "Itulah enaknya," Ervan terkekeh. "Mas cium aku," Aryanti merentangkan tangan, Ervan pun menyambut rentangan tangan wanitanya. Ervan mengecupj wajah Aryanti, tetapi saat Ervan akan melumat bibir Aryanti melengos, aku belum gosok gigi," ucapnya malu. Ervan menahan kepala Aryanti mengecup bibir yang terlihat pucat dan melumat lembut, kehangatan bibir Ervan membuat jantung Aryanti berdetak lebih keras. Kedatangan Marni menghentikan aktifitas mereka. "Maaf, Mbak." Marni kembali

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 143

    "Sabar ya, Mas semua pasti ada hikmahnya, pasti ada kebaikan di balik semua ini," ucap Evelly saat menjenguk Aryanti. Ervan meyugar rambut kasar, sorot matanya penuh dengan dendam melihat istrinya terbaring, "Kebaikan apa yang di dapat dari kejadian ini?" di dalam hati Ervan terus bertanya. Apalagi setelah mendengar keterangan dokter mungkin telah terjadi tindak pelecahan terhadap Aryanti, karna ada luka lebam di pipi juga bekas ikatan di tangan. Dan ditemukannya sperma saat pertama kali Aryanti di bawa ke Rs. Ervan membekap mulutnya dengan bantal dia barteriak sekencang dia ingin luapkan. "Masss," suara Aryanti menghentikan kegiatan Ervan, lelaki itu menengok pada wanita yang terbaring di ranjang. Ervan melangkah mendekati Aryanti, "Kamu udah bangun Ar?" "Aku di mana? Mas?" tanya Aryanti lemah. "Kamu di Rs. Aku panggil dokter dulu," ucap Ervan, dia membuka pintu memanggil

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 142

    Ivander mengambil kue bekas gigitan Azalea, lalu memakannya, netra biru itu membola, "Carla benar ini buatanmu?" tanya Ivan tak percaya. "Iya, kalau gak enak, besok aku cari resep yang baru, aku pikir ini sudah enak, teman-teman bilang ini benar-benar enak," Carla berkata pelan. "Tapi ini memang benar-benar enak Carla." Ivan berkata sambil mengambil satu potong lagi. "Bang buruan ngomongnya. Aku udah gak betah," Azalea merajuk manja, melirik pada Carla. Carla memang wanita penghibur, siapapun lelaki yang masuk areanya pasti akan tergoda, tetapi anti baginya menggoda lelaki beristri yang jelas-jelas tak menginginkannya. "Sebentar, sayang," ujad Ivan menggenggam tangan Lea. "Carla semua akan aku atur, mungin tiga hari lagi kamu sudah bisa keluar dari sana," Ivan meyakinkan wanita begincu merah ini. "Tapi, untuk keluarkan aku dari sana, Mr pasti keluar uang banyak, aku harus g

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 141

    "Bahasa dari mana itu?" tanya Ivan menyungingkan senyum. "Dia bilang sendiri, seneng ya dikejar-kejar jablay kesayangan, bahkan Abang selalu pakai dia." suara Azalea menggebu. "Lea gak usah bahas yang lalu, itu masa kelam abang, malu abang kalo ingat masa itu." Ivan menangkup wajah Azalea. Perlahan melumat bibir yang sedang merajuk. Ivan melakukan perlahan, lembut, lalu menyesap intens. Azlaea mencoba mendorong, berusaha melepas tautan bibirnya, tatapi tangan Ivan kuat memegangi kepala wanita blasteran ini. Masih tak ada respon dari wanitanya, Ivan melepas pagutannya, menatap netra kebiruan Azalea. Kembali mendekatkan bibirnya mengecup lembut lalu menyesap peralahan menjadi lumatan bergairah. Sesekali bibir Azalea merespon menyesap bibir lelaki dihadapan, tetapi egonya lebih besar. Ivander kembali melepas pagutan, "Kenyangin perut bawah dulu aja ya!" Netra biru Ivander mengerling, lelaki ini bangun membuka sabuk tanpa membuka kemeja. Azalea mendegkus kesal, "Masukin kedala

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 140

    Azalea terbelalalak mendengar penuturan Carla. "Utang apa?" Azalea mengajak Carla masuk ke dalam ruangan Ivander bekerja. Carla menjelaskan semua janji Ivan, selama ini dia menunggu. Tetapi yang di tunggu tak kunjung datang. "Jangan marah pada Mr Ivan, kami hanya partner ranjang, dia tak memiliki perasaan apapun padaku." Bola mata Azalea terbelalak, Carla berkata begitu nyaman, bahwa dia hanya partner ranjang. Tak memikirkan perasaan Azalea kah pelacur satu ini pikir Azalea. "Oke, nanti akan saya sampaikan pada partner ranjang Anda, bahwa Anda mencari Mr Ivan. Sebaiknya Anda pergi sekarang dari ruangan ini!" suara Azalea di tekan, berusaha meredam emosi. "Maaf, tapi itu dulu, sudah lama dia tak menjumpaiku. Maaf 'kan aku jika salah ucap." Carla merasa tak enak dengan reaksi Azalea. "It's oke," ujar Azale, " silahkan pintu ada disebelah sana." Tangan Azalea menjulur menunjuk arah pintu. "Mba, jangan marah, selama ini saya pikir Mr Ivan menyukai saya, karna dia hanya mengg

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 139

    "Lalu?" "Bos Nathan mau melamar aku, kalo aku gak mau ngawal kakak." Dina berkata pelan. "Emang Nathan belum punya istri?" tanya Evellyn. "Belum kak, tapi dia pria flamboyan," ujar Dina. "Ya siapa tau, kamu perempuan terakhirnya, buktinya dia mau nikahin kamu," ujar Evellyn. "Aku belum yakin kak," ujar Dina lagi. Mereka berbincang selama perjalanan, Evellyn memang tipe orang yang tidak memandang status, asal enak di ajak bicara maka dia akan terus mengorek berita, hitung-hitung olah raga mulut, dari pada bergaul dengan teman-teman istri dari kolega suaminya yang dibicarakan hanya jabatan, kekayaan hingga arisan yang diluar nalar Evellyn. Evellyn terperangah kaget, ketika berkumpul dan mereka melakukan arisan berondog, padahal suami-suami mereka tak kalah tampan dan berwibawa, kenapa mau dengan lelaki yang hanya tampang dan juga entah apa yang di mau para wanita itu. "Din, kita mampir ke superma

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 138

    Bima masih terus bermain pada tubuh Aryanti, dan berkali-kali pula Aryanti mendapatkan kenikmatan luar biasa. Ingin rasanya mengumpat, tetapi itu terjadi pada tubuhnya. Bima menyeringai penuh kemenangan. Hingga dia menuntaskan hasrat terkutuknya. Bima mengejang panjang. "Ar, rasamu tak pernah berubah, tak salah aku merindukanmu." Bima mengecup pucak kepala Aryanti, masih berada di atas tubuh tergolek tak berdaya. Lelaki ini bangun lalu mengambil pakaian yang tercecer dan memakainya lagi. Melepas sabuk yang mengikat tangan lalu melepas ikatan di mulut Aryanti. Wanita ini tergugu mengerat selimut, kepalanya berputar. "Jangan menagis Ar, tak ada yang tau selain kita berdua, asalkan kamu selalu siap saat aku mau, kamu akan aman." Bima mengecup pundak Aryanti, berbisik ditelinga mengancam."Maksu kamu?" Aryanti menatap Bima sendu matanya bengkak. Bima menunjukkan vidio panas yang barusan dia rekam, ini akan aku edit, seoalah-olah kita melakukan atas dasar suka sama-sama suka." Bima ber

DMCA.com Protection Status