Share

Bab 3. Apakah sah?

Penulis: Azzurra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-02 21:48:07

Bab 3. Apakah sah?

Pagi ini seharusnya menjadi hari paling indah untuk ke dua mempelai. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Entah apa yang akan terjadi setelah ini.

Evellyn tampak cantik mempesona. Dia menggunakan kebaya hitam modern. Kebaya menjuntai hingga menutupi lantai. Hiasan melati di kepala memberi keharuman khas pengantin.

Arkan menggunakan Beskap hitam lengkap dengan blangkon. Mereka terlihat serasi. Namun terukir jelas tak ada bahagia di wajah mereka.

Beberapa foto diambil. Fotografer memberikan arahan pada mereka. Evellyn terlihat gerogi saat sesi foto, karna fotografer mengarahkan mereka untuk berdekatan dan saling memandang.

Evellyn melihat ke dalam manik mata milik lelaki dihadapannya. Ada kemarahan dan kebencian pada pancaran matanya.

Setelah selesai sesi foto. Kedua pengantin duduk berdampingan di atas pelaminan. Hari ini mereka sah menjadi pasangan suami istri tanpa mengenal satu sama lain.

Baru kali ini mereka bertemu muka. Evellyn tak berani menatap Arkan, pun begitu Arkan Enggan menampilkan wajah ramah. Ekspresi Arkan sedingin es yang siap membekukan siapapun yang menyentuh dan mendekatainya.

Arkan menyambut tamu-tamu kehormatan. Beberapa kali dia turun dari pelaminan dan sesekali Arkan memperhatikan Evellyn dari jauh. Pikirannya terus mengingat. Namun saat pandangan matanya tertuju pada sosok itu ada kebencian yang menyelimuti hati.

Awalnya acara akan diekspos Awak Media. Namun semua dibatalkan dan banyak pembatalan acara yang dilakukan.

Bahkan sang pengantin pergi, saat tamu undangan banyak yang belum datang.

Kasak-kusuk terdengar. Bahkan terang-terangan kenapa mempelai wanitanya berbeda. Semua teman Allena pun bertanya di mana keberadaan Allena.

Orang tua Arkan pun terkejut, saat melihat sang pengantin dan keluarganya tak ada satupun yang mereka kenal. Karna kelihaian Ervan menghandle masalah, semua dapat diatasi tanpa keributan yang berarti.

Yang terpenting adalah nama perusahaan dan kemajuan perusahaan untuk saat ini. Jiwa dan raga rela dia korbankan, pikir Ervan.

Evellyn mengikuti semua arahan yang diberikan EO. Hanya senyum yang dia berikan saat beberapa kerabat menggodanya. Sejak sampai di tempat ini ia tak mengeluarkan sepetah katapun.

Di sampingnya ada yang menemani. Jika ada tamu yang bertanya, Asisten yang menjawab pertanyaan sesuai instruksi Ervan sebelum acara dilakukan.

Evellyn tau setelah hari ini hidupnya tak akan seperti dulu.

Beberapa orang membawa Evellyn menuju mobil yang terparkir dibelakamg gedung. Arkan sudah duduk di dalam mobil.

Tangannya diketuk-ketuk tanda tak sabar menunggu. Tak lama terlihat segerombol orang menghampiri mobil, terlihat Evellyn berada dalam kawalan mereka.

Mobil berjalan membelah kota. Sejak tadi mereka tak mengeluarkan sepatah katapun. Hati Arkan seolah mati pada wanita. Melihat wanita kebencian menyelimuti pikirannya.

Evellyn pun begitu Enggan memulai percakapan.

Mobil menuju Apartmen mewah. Mereka saling membelakangi pandangan. Tak ada air mata ataupun kebahagiaan di wajah Evellyn. Mimik mukanya datar pandangan kosong.

Dia teringat wajah sendu ibunya ketika dia akan menaiki mobil. Tak usah khawatirkan aku Ibu monolog Evellyn saat pamdangannya tertuju pada ibunya. Di paksakannya bibir meronanya tersenyum. Lambaian tangan diberikan ayah dan ibunya.

“Ayo turun,” ucap Arkan. Suaranya yang dingin mengagetka Evellyn.

“Iiyaa, Tuan,” jawab Evellyn gugup. Suara Arkan membuyarkan lamunannya.

Hatinya kacau, mengingat dia akan tinggal dengan orang yang sama sekali tak dia kenal. Terlebih sekarang menyandang status istri, walau kontrak.

Evelin terlihat sulit untuk keluar dari mobil. Namun tak sedikitpun lelaki yang sekarang menyandang status suami berniat untuk membantu.

Melihat nonanya kesulitan sang supir bergerak ingin membantu.

“Apa yang kau lakukan?” bentak Arkan keras.

“Membantunya, Tuan,” jawab si supir gugup.

“Siapa suruh? Kau jangan pernah dekat-dekat dengannya,” ucap Arkan dingin.

“Baik Tuan.” Si sopir mundur. Mengurungkan niat membantu wanita di dalam mobil yang sedang kesulitan turun akibat gaun pengantin.

Namun tanpa perasaan Arkan pun tak ada keinginan membantu Evellyn keluar dari dalam mobil. Dia berjalan menuju lift meninggalkan Evellyn.

“Ya Allah ya Rohman ya Rohim,” batin Evelyn, menyebut nama Allah karna kelakuan Arkan.

“Sabar sabar.”

“Cepat laahhh!” bentak Arkan, wajahnya dingin, acuh, tak perduli.

Tanpa menyahut, Evellyn berjalan agak sedikit kencang, tiba-tiba.

Gubraakkk. Beruntung Evellyn mendarat pada pelukan Arkan. Tubuh kokoh Arkan menahan tubuh Evellyn agar tak terjatuh ke lantai. Pandangan mereka menyatu.

“Maaf Tuan kaki saya menginjak gaun,” ucap Evellyn salah tingkah, membenarkan posisi berdirinya.

“Kau sengaja ya, ingat kontrak kita, tak ada kontak fisik.” Suara Arkan pelan namun tegas.

“Baik Tuan, akan selalu saya ingat,” ucap Evellyn menundukkan wajahnya.

“Tuan, disurat perjanjian belum dijelaskan dendanya apa jika ada kontak fisik,” tanya Evelyn memandang wajah Arkan.

Lift naik secara perlahan, dilihat angka menunjukan ruang teratas, tempat yang tak asing untuk Evellyn. Ini bukannya ruangan Apartemen yang kemaren aku kerjakan, pikir Evellyn.

“Siapapun yang memulai kontak fisik harus membayar sejumlah uang,” ucap Arkan. Mendekatkan wajahnya pada Evellyn.

Yang ditatap hanya mengerjapkan bulu mata beberapa kali seperti menghipnotis Arkan.

“Tuan.” Suara Evellyn menyadarkan Arkan. Arkan langsung menarik tubuhnya dan berlalu melangkah keluar lift.

Ketika pintu lift terbuka, Evellyn yakin ini hunian yang kemarin direnovasi.

“Ooohh. Fix ini ruangan yang kemarin aku kerjakan. Oh Tuhan semesta alam ternyata kamar penganti itu untukku,” monolog Evelyn.

Dia ingin bahagia, Namun kebahagiaan yang seperti apa?

Saat memasuki ruangan, Arkan terkesima dia ambil telponselular dan menghubungi seseorang.

“Hallo Ervan. Terimakasih untuk Hunian indah ini. Aku menyukai desain baru Apartemenku,” ucap Arkan.

Evellyn tersenyum dibelakang tubuh Arkan.

“Kenapa kau senyum-senyum?” tanya Arkan saat mendapati Evelyn terasenyum dibelakangnya. Dari pantulan cermin di depannya terlihat Evellyn tersenyum puas.

“Tidak apa-apa Tuan,” Evellyn menundukan wajahnya

.

“Karna ini hasil karyaku,” ucap Evellyn dalam hati, bibirnya masih terulas senyum.

Arkan terus meneliti tiap ruangan dan dia menganga melihat kamar pengantin yang begitu indah.

“Hallo room service.” Setelah menelpon room service dia duduk di kursi dan terbersit ide untuk menjahili teman tidurnya.

Ting nong, bel berbunyi.

“Maaf tak jadi,” ucap Arkan, dia mengambil beberapa lembar uang dari dompet dan memberikan pada lawan bicaranya.

“Iissshh orang kaya mah suka-suka dia,” ucap Evellyn yang duduk di sofa ruang tv saat melihat Arkan dengan mudahnya menghambur-hambur uangnya.

“Heii,, kau tak mandi? Aroma tubuhmu membuatku sakit kepala,” ucap Arkan, yang sudah berganti pakaian casual.

Evellyn langsung mencium ketiaknya bergantian. Harum ko pikirnya.

“Nggak ada kamus badanku bau, Tuan,” gumam Evellyn di dalam hati. Hanya di dalam hati Evellyn berani berkata pada lawannya saat ini.

Dia bangkit menghampiri Arkan." Masih wangi, Tuan.”

“Yang memulai kontak fisik harus membayar berupa materi, apakah kau memilikinya?” ucapan Arkan membuat Evellyn mengurungkan niatnya mendekati Arkan.

Dia berlalu dari hadapan Arkan menuju kamar tidur.

Evellyn masuk ke kamar dan dia selalu terkesima dengan disain kamar ini, indah pikirnya. Dia foto dan dia kirimkan ke grup keluarganya.

Apapun cemoohan keluarga besarnya. Dia akan tunjukan, jika dia bahagia di sini. Evellyn bertekad apapun yang Arkan perbuat padanya dia harus tegar dan tetap bahagia.

Wa grup langsung ramai, notif tidak berhenti berbunyi. Ada yang bilang hoak dan sebagainya.

Evelin mengirimkan beberapa pose. Saat dia di atas ranjang masih dengan pakaian pengantin. Selanjutnya dia mengirimkan hanya dengan menggunakan kemeja Arkan yang kebesaran, dengan rambut basah.

Tetapi foto dengan rambut basah hanya dia kirim pada sepupunya yang selalu mencibirnya. Karna Evellyn tak mau auratnya menjadi konsumsi publik, apa lagi bukan mukhrimnya.

“Haii kau sedang apa? Mandi lama sekali?” suara Arkan mengagetkan Evellyn yang sedang berbalas pesan. Dia masuk kamar dan mendapati Evellyn menggunakan pakaiannya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dina0505
Arkan jangan galak2. awas jatuh cinta
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 4. Menyakitkan.

    Bab 4. Menyakitkan“Haii kau sedang apa? Mandi lama sekali?” suara Arkan mengagetka Evellyn yang sedang berbalas pesan. Dia masuk kamar dan mendapati Evellyn menggunakan pakaiannya.“Maaf Tuan, aku pinjam bajumu sementara. Aku belum membawa baju-bajuku,” ucap Evellyn. Evellyn berdiri mematung melihat ke datangan Arkan. Evellyn sedikit malu menggunakan pakaian seperti ini, tetapi memang dia tak memiliki pakaian ganti. “kau ingin menggodaku? Pakai pakaian lebih pantas,” ucap Arkan. “Aku tak akan tergoda. Kau bukan seleraku. Lihat dirimu di cermin, baguskah tubuh dan wajahmu?” tanpa melihat ekspresi wajah Evellyn, Arkan berlalu menuju ranjang. Wajah Evelly langsung berubah mendung. Senyumnya hilang, hatinya kacau. Kata-kata lelaki di hadapannya sungguh menyakiti. Arkan menuju kasur dan merebahkan tubuhnya di atas kasur yang bertebaran bunga mawar merah dan pink. Bunga-bunga menjadi acak-acakan terkena tubuh dengan postur maskulin. Karna juga merasa lelah, Evellyn pun menuju ra

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-02
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 5. Nurut aja.

    Bab 5. Nurut aja. Menjelang sore Evellyn sudah terlihat segar. Dia masih menggunakan pakaian Arkan, kali ini dia menggunakan kaos yang tentu ke besaran. Di meja makan terhidang menu makan malam. Evellyn menata meja makan dengan nyaman. Bibirnya tersungging melihat meja makan yang romantis. Tak lama pintu terbuka, Arkan pulang dengan wajah lelah. Evllyn segera menyambut suaminya dengan senyum menawan. Lain lagi dengan Arkan yang selalu berwajah tak ramah pada Evellyn. “Tuan, kau mau langsung mandi atau makan dulu,” tanya Evellyn ceria. Netranya menangkap meja makan yang terlihat tidak biasa. “Mandi,” jawab Arkan singkat. Sedikit melonggarkan dasi. Dia menghadapkan tubuhnya pada Evellyn. “Buka.”“Apanya, Tuan?” Evellyn menyilangkan tangannya di dada. “Jas ku, kan sudah ku bilang aku tak tertarik pada tubuh mu, jadi gak usah ke Gr-an.” “Siapkan bathtub tubuhku lelah, aku ingin berendam,” Perintahnya lagi. Dengan gesit Evellyn mengisi bathtub. Lalu memberikan aroma terapi. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-02
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 6 kenalan.

    Sampai di parkiran Evellyn melirik pergelangan tangan.  Masih ada waktu buat cuci mata, gumam Evellyn.  Dia berjalan melewati outlet-outlet pakaian. Lalu memasuki salah satu departmanstore. Memilih beberapa pakain. Netranya menangkap jejeran lingeri tergantung rapih.  Terbersit pikiran jahil, membalas perkataan Arkan. Sedari dia datang Arkan selalu body shaming terhadapnya.  “Aku enggak akan tertarik sama tubuh kamu! Tubuh buruk,” terekam kata-kata menyakitkan yang keluar dari bibir lelaki bernetra tajam itu.  Bibirnya tersungging. “Kita lihat, Tuan, sejauh mana kau kuat melihatku dengan pakaian seperti ini.” Evellyn memilih beberapa warna dan model.  Setelah selesai melakukan pembayaran dia menuju huniannya di lantai teratas.   “Surprisee,” teriak orang di dalam Apartemen, ketika Evellyn membuka pintu. Evellyn ternganga kaget. Mengapa banyak orang di dal

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 7 Ternyata Baik.

    Bab 7. Ternyata Baik. Arkan kembali melihat ke Arah Evellyn yang meringkuk dibawah sana."Heyyy... kau boleh tidur disampingku, asal tak melebihi batas," ucap Arkan mengeraskan sedikit suara. Tanpa aba-aba untuk kedua kali Evellyn menyingkab bedcover yang menutupi tubuhnya, membangunkan tubuh dan berjalan menuju ranjang. Netranya melirik ke arah wajah Arkan yang memejamkan mata saat Evellyn melintas dihadapannya. Terbit tersenyum smirk di bibir Evellyn. Di taruh bantal yang dia bawa di kepala ranajang dan sebelum naik ke atas ranjang dia kembali berjalan ke kamar mandi. Sengaja dia lalukan untuk melancarkan aksinya yaitu menggoda. "Hey... mulai besok pakailah pakaian yang sedikit tertutup, tubuh buruk jangan kau expose tak enak dilihat," suara Arkan terdengar kesal, ketika Evellyn sudah menyelimuti tubuhnya."Baik, Tuan," ucap Evellyn, dia memiringkan tubuhnya menghadap Arkan. "Bilang saja kau tergoda Tuan," bat

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 8 Kau coba menggoda?

    Bab 8. Kau Coba Menggoda? "Eve bersabar ya, Arkan memang sedikit kaku, punya pendirian tegas, apa yang dia tidak suka coba kamu hindari." Ibu mertuanya memberi Nasehat."Iyaa bu, akan saya coba memahaminya," ucap Evellyn sedikit ragu. Sore hari mereka pulang ke panthouse. keadaan rumah bersih dan rapi, pakaian kotor sudah bersih, tertumpuk rapih di ruang laundry room. "Waahhh... rupanya Tuan memiliki Keong Mas," ucap Evellyn naetranya berkeliling mendapati huniannya sudah dalam keadaan bersih. Arkan tak perdulikan ucapan Evellyn, dia langsung masuk ke dalam ruang kerja, melanjutkan pekerjaan yang belum selesai. Gadis itu melihat pakaian rapih masih tertumpuk di keranjang, rupanya wakl in closet terkunci, Evellyn ingat sebelum pergi dia mengunci dan memasukkan kunci dilaci nakas. Evellyn memasukkan satu persatu pakaian ke dalam bathrobe Menggantung kemeja dan jas.Uummm... Dia menghirup wangi pakaian yang sudah rapih. Membayangkan memeluk lelaki itu. Tubuhnya yang tegap dan ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 9. Fakta.

    Bab 9. Fakta. "Aku paling benci peselingkuh." Arkan menarik tangan Evellyn dengan keras membawanya pulang. "Hai, jangan kasar pada wanita," ucap si lelaki mencoba menarik pakaian Arkan. Dengan tangkas Arkan menepis tangan lelaki itu sebelum tangannya mengenai tubuh Arkan lalu mendorongnya hingga terjungkal. Tak pelak mereka menjadi tontonan pengunjung. Evellyn memberi kode kepada si lelaki agar tak melanjutkan pembelaan. Arkan terus menarik tangan Evellyn dengan keras. Dia hempaskan tubuh Evellyn di atas kasur, membuka paksa pakaiannya dengan kasar lalu mencumbui tubuh Evellyn. Evellyn terisak menerima perlakuan Arkan, walau dia akui Arkan melakukannya dengan lembut. "Kau menggoda semua lelaki, ini 'kan, yang kau inginkan, akan ku berikan," ucap Arkan. "Mengapa semua perempuan suka menggoda lelaki." Arkan terus meracau tanpa sedikit pun menjeda aktifitas terhadap Evellyn. Arkan sudah dalam posisi siap begitu pun Evellyn sudah dalam keadaan pasrah. Mereka sudah siap melakuka

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 10. pertemuan Dengan Kolega.

    "Evellyn masih bergulung di tempat tidur, Sudah dua hari dia tak keluar kamar, sebatas keluar kamar pun dia malas. Sudah dua hari ini Bi Ningsih asisten rumah tangganya datang setiap hari menyiapkan kebutuhan Evellyn. Ketika Arkan masuk mengambil pakaian ke dalmam kamar Evellyn akan menyelimuti dirinya dengan bedcover dan bertahan di dalam sana sampai Arkan keluar. Melihat tingkah istrinya Arkan hanya tersenyum, dia belum ingin mengganggu Evellyn. Aksara terus menghubunginya. Namun, tak pernah dia angkat. Evellyn hanya memberi pesan singkat untuk tak memberi tahu kejadian kemarin pada ibunya. Dia berkata pada adiknya itu bahwa dia baik-baik saja di sini. Evellyn bangun, duduk di sofa menghadap kaca besar yang memperlihatkan keindahan kota jakarta pagi ini. Ceklek.. pintu dibuka."Eve." Arkan memanggilnya, Eve bergeming. Evellyn pikir Arkan sudah berangkat ke kantor. Arkan masuk kamar netranya mencari keberadaan Evellyn, didapatinya Evellyn berada disofa. Arkan menjatuhkan bob

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-05
  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 11 Apa yang Harus Aku Lakukan Tuan?

    "Kau!" sentak Arkan ketika melihat Allena berada disampingnya menyentuh pangkal pahanya. "Minumlah dulu untuk meredakan sakit kepalamu." Allena mengulurkan gelas dan dengan cepat Arkan menyambut gelas pemberian mantan kekasihnya. Dengan cepat Arkan menghabiskan air mineral yang berada dalam genggamannya. Berharap dapat meredakan kepala yang berdenyut. Namun bukannya menjadi lebih baik kini tubuhnya serasa terbakar, keringat bermunculan, dia melonggarkan dasi di lehernya."Allena apa yang kau lakukan?" tanya Arkan dengan mata yang sudah memerah. "Aku belum melakukan apapun Arkan, ada apa dengan tubuhmu?" Allena mengulurkan tangannya menyeka keringat yang bermunculan di dahi. "Allena nyalakan Acnya, aku kepanasan," ucap Arkan, sambil membuka kancing jas dan melonggarkan dasi dan kemeja putihnya basah oleh keringat. "Ini sudah suhu yang paling rendah sayang." Allena menyentuh wajah Arkan hingga leher, se

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-06

Bab terbaru

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 146

    "Mas gimana keadaan Ervan?" tanya Evellyn. "Baik, sudah lebih baik," "Udah aktif ngantor lagi?" tanya Evellyn penasaran. "Ngapain nanyain Ervan?" tanya Arkan penuh intimidasi. "Aku cuma nanya, Mas. Masa nanya doang nggak boleh?" jawab Evellyn cuek, dia mengalihkan pandangan karna tatapan Arkan yang seperti menguliti. "Begitu aja kesel," ujar Evellyn masih membuang muka. Arkan duduk di sebelah Evellyn. "Nanyain aku aja," ucap Arkan lembut, di dekat telinga Evellyn membuat bulu kuduknya berdiri. "Iisshhh ... Kamu tiap hari liat, perlu di tanyain apa lagi?" jawab Evellyn kesal. "Tiap aku pulang kaya sekarang tanya begini. Mas mau enak-enak nggak? gitu ...." "Iisshhh ... Kamu nggak usah di tanyain pasti minta." jawab Evellyn.

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 145

    Ervan mengendarai mobil dengan perasaan gelisah, bukan 'kah tadi Aryanti sudah lebih baik, dia meninggalkan Aryanti dalam keadaan baik? Lalu kenapa Dokter mengabarkan Aryanti dalam keadaan kritis. Ervan berlari menuju ruang oprasi, sudah ada seorang perawat yang menunggunya di sana. Ervan menanda tangani berkas dengan cepat, bertanya kenapa bisa Aryanti kembali kritis, tetapi perawat enggan menjawab. "Nanti Dokter penanggung jawab yang akan menjelaskan, Pak,"jawab perawat, gegas masuk ke dalam ruang operasi. Operasi kali ini terbilang lama, setelah Beberapa jam, seorang dokter menghampiri Ervan. "Pak Ervan." Lelaki tampan yang terlihat begitu murung ini mendongak. Bangun dari duduk. Menatap Dokter Eliza. "Alhamdulillah, pasien sudah mendapatkan pertolongan, tetapi kondisinya begitu kritis, semua sudah kami upayakan yang terbaik. Hanya doa kini yang dapat kita lakukan." "Dok, bagaimana bisa kritis kem

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 144

    "Sebentar lagi kamu bisa pulang, aku nggak akan melakukan yang melanggar undang-undang, Ar." Ervan berkata yakin. Ervan menaruh bekas makan di dekat pintu. "Marni sebentar lagi datang, aku sudah lama nggak ke kantor, aku ke kantor dulu, nggak apa 'kan?" tanya Ervan. "Iya, nggak apa, untung bos baik, boleh kamu cuti," Aryanti tersenyum kecil. "Itulah enaknya," Ervan terkekeh. "Mas cium aku," Aryanti merentangkan tangan, Ervan pun menyambut rentangan tangan wanitanya. Ervan mengecupj wajah Aryanti, tetapi saat Ervan akan melumat bibir Aryanti melengos, aku belum gosok gigi," ucapnya malu. Ervan menahan kepala Aryanti mengecup bibir yang terlihat pucat dan melumat lembut, kehangatan bibir Ervan membuat jantung Aryanti berdetak lebih keras. Kedatangan Marni menghentikan aktifitas mereka. "Maaf, Mbak." Marni kembali

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 143

    "Sabar ya, Mas semua pasti ada hikmahnya, pasti ada kebaikan di balik semua ini," ucap Evelly saat menjenguk Aryanti. Ervan meyugar rambut kasar, sorot matanya penuh dengan dendam melihat istrinya terbaring, "Kebaikan apa yang di dapat dari kejadian ini?" di dalam hati Ervan terus bertanya. Apalagi setelah mendengar keterangan dokter mungkin telah terjadi tindak pelecahan terhadap Aryanti, karna ada luka lebam di pipi juga bekas ikatan di tangan. Dan ditemukannya sperma saat pertama kali Aryanti di bawa ke Rs. Ervan membekap mulutnya dengan bantal dia barteriak sekencang dia ingin luapkan. "Masss," suara Aryanti menghentikan kegiatan Ervan, lelaki itu menengok pada wanita yang terbaring di ranjang. Ervan melangkah mendekati Aryanti, "Kamu udah bangun Ar?" "Aku di mana? Mas?" tanya Aryanti lemah. "Kamu di Rs. Aku panggil dokter dulu," ucap Ervan, dia membuka pintu memanggil

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 142

    Ivander mengambil kue bekas gigitan Azalea, lalu memakannya, netra biru itu membola, "Carla benar ini buatanmu?" tanya Ivan tak percaya. "Iya, kalau gak enak, besok aku cari resep yang baru, aku pikir ini sudah enak, teman-teman bilang ini benar-benar enak," Carla berkata pelan. "Tapi ini memang benar-benar enak Carla." Ivan berkata sambil mengambil satu potong lagi. "Bang buruan ngomongnya. Aku udah gak betah," Azalea merajuk manja, melirik pada Carla. Carla memang wanita penghibur, siapapun lelaki yang masuk areanya pasti akan tergoda, tetapi anti baginya menggoda lelaki beristri yang jelas-jelas tak menginginkannya. "Sebentar, sayang," ujad Ivan menggenggam tangan Lea. "Carla semua akan aku atur, mungin tiga hari lagi kamu sudah bisa keluar dari sana," Ivan meyakinkan wanita begincu merah ini. "Tapi, untuk keluarkan aku dari sana, Mr pasti keluar uang banyak, aku harus g

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 141

    "Bahasa dari mana itu?" tanya Ivan menyungingkan senyum. "Dia bilang sendiri, seneng ya dikejar-kejar jablay kesayangan, bahkan Abang selalu pakai dia." suara Azalea menggebu. "Lea gak usah bahas yang lalu, itu masa kelam abang, malu abang kalo ingat masa itu." Ivan menangkup wajah Azalea. Perlahan melumat bibir yang sedang merajuk. Ivan melakukan perlahan, lembut, lalu menyesap intens. Azlaea mencoba mendorong, berusaha melepas tautan bibirnya, tatapi tangan Ivan kuat memegangi kepala wanita blasteran ini. Masih tak ada respon dari wanitanya, Ivan melepas pagutannya, menatap netra kebiruan Azalea. Kembali mendekatkan bibirnya mengecup lembut lalu menyesap peralahan menjadi lumatan bergairah. Sesekali bibir Azalea merespon menyesap bibir lelaki dihadapan, tetapi egonya lebih besar. Ivander kembali melepas pagutan, "Kenyangin perut bawah dulu aja ya!" Netra biru Ivander mengerling, lelaki ini bangun membuka sabuk tanpa membuka kemeja. Azalea mendegkus kesal, "Masukin kedala

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 140

    Azalea terbelalalak mendengar penuturan Carla. "Utang apa?" Azalea mengajak Carla masuk ke dalam ruangan Ivander bekerja. Carla menjelaskan semua janji Ivan, selama ini dia menunggu. Tetapi yang di tunggu tak kunjung datang. "Jangan marah pada Mr Ivan, kami hanya partner ranjang, dia tak memiliki perasaan apapun padaku." Bola mata Azalea terbelalak, Carla berkata begitu nyaman, bahwa dia hanya partner ranjang. Tak memikirkan perasaan Azalea kah pelacur satu ini pikir Azalea. "Oke, nanti akan saya sampaikan pada partner ranjang Anda, bahwa Anda mencari Mr Ivan. Sebaiknya Anda pergi sekarang dari ruangan ini!" suara Azalea di tekan, berusaha meredam emosi. "Maaf, tapi itu dulu, sudah lama dia tak menjumpaiku. Maaf 'kan aku jika salah ucap." Carla merasa tak enak dengan reaksi Azalea. "It's oke," ujar Azale, " silahkan pintu ada disebelah sana." Tangan Azalea menjulur menunjuk arah pintu. "Mba, jangan marah, selama ini saya pikir Mr Ivan menyukai saya, karna dia hanya mengg

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 139

    "Lalu?" "Bos Nathan mau melamar aku, kalo aku gak mau ngawal kakak." Dina berkata pelan. "Emang Nathan belum punya istri?" tanya Evellyn. "Belum kak, tapi dia pria flamboyan," ujar Dina. "Ya siapa tau, kamu perempuan terakhirnya, buktinya dia mau nikahin kamu," ujar Evellyn. "Aku belum yakin kak," ujar Dina lagi. Mereka berbincang selama perjalanan, Evellyn memang tipe orang yang tidak memandang status, asal enak di ajak bicara maka dia akan terus mengorek berita, hitung-hitung olah raga mulut, dari pada bergaul dengan teman-teman istri dari kolega suaminya yang dibicarakan hanya jabatan, kekayaan hingga arisan yang diluar nalar Evellyn. Evellyn terperangah kaget, ketika berkumpul dan mereka melakukan arisan berondog, padahal suami-suami mereka tak kalah tampan dan berwibawa, kenapa mau dengan lelaki yang hanya tampang dan juga entah apa yang di mau para wanita itu. "Din, kita mampir ke superma

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 138

    Bima masih terus bermain pada tubuh Aryanti, dan berkali-kali pula Aryanti mendapatkan kenikmatan luar biasa. Ingin rasanya mengumpat, tetapi itu terjadi pada tubuhnya. Bima menyeringai penuh kemenangan. Hingga dia menuntaskan hasrat terkutuknya. Bima mengejang panjang. "Ar, rasamu tak pernah berubah, tak salah aku merindukanmu." Bima mengecup pucak kepala Aryanti, masih berada di atas tubuh tergolek tak berdaya. Lelaki ini bangun lalu mengambil pakaian yang tercecer dan memakainya lagi. Melepas sabuk yang mengikat tangan lalu melepas ikatan di mulut Aryanti. Wanita ini tergugu mengerat selimut, kepalanya berputar. "Jangan menagis Ar, tak ada yang tau selain kita berdua, asalkan kamu selalu siap saat aku mau, kamu akan aman." Bima mengecup pundak Aryanti, berbisik ditelinga mengancam."Maksu kamu?" Aryanti menatap Bima sendu matanya bengkak. Bima menunjukkan vidio panas yang barusan dia rekam, ini akan aku edit, seoalah-olah kita melakukan atas dasar suka sama-sama suka." Bima ber

DMCA.com Protection Status